PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Kedokteran keluarga adalah suatu unit pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial
budaya [Azwar, 1997].
Standar pelayanan dokter keluarga berdasarkan pemeliharaan kesehatan klinik
dibagi menjadi pelayanan paripurna, menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan paripurna yang dimaksud adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive & specific
protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability
limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan medikolegal etika kedokteran [PDKI, 2006].
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex [Isbaniyah et al, 2011]. Karena tuberkulosis
(TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, maka pada
tahun 1992, World Health Organization (WHO) telah mencanangkan TB sebagai
Global Emergency [Isbaniyah et al, 2011]. Jumlah kasus terbanyak berada di regio
Asia Tenggara (35%) [Isbaniyah et al, 2011]. Menurut WHO tahun 2009, Indonesia
termasuk dalam lima negara dengan insidens kasus terbanyak sebanyak 0.35-0.52 juta
penderita [Isbaniyah et al, 2011].
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar [Riskesdas, 2013], prevalensi TB
berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah penduduk. Berdasarkan provinsi,
prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Jawa Barat sebesar 0,7%,
DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%, Banten dan Papua Barat
masing-masing sebesar 0.4%, sedangkan Provinsi Riau, Lampung, dan Bali
merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru terendah berdasarkan diagnosis yaitu
masing-masing sebesar 0,1% [Riskesdas, 2013].
Prevalensi TB pada provinsi Banten kabupaten Tangerang pada tahun 2010
jumlah TB Paru BTA positif yang ditemukan dan diobati sebanyak 1954 kasus dari
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
perkiraan TB paru Bakteri Tahan Asam (BTA) positif 2798 kasus, turun dibandingkan
tahun 2009, ditemukan dan diobati sebanyak 1927 kasus dari perkiraan 2638 kasus
[Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2010]. Dalam wilayah kerja Puskesmas
Mauk, dermatitis menduduk peringkat ke 9 penyakit paling banyak dengan total kasus
mencapai 2303 pada tahun 2015 [Puskesmas Mauk, 2015].
Kunjungan keluarga untuk Tn.M dinilai perlu dilakukan melihat pasien
mempunyai riwayat putus pengobatan TB paru dan keadaan klinis semakin buruk. Hal
ini diakibatkan kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit yang ia alami serta
kurangnya kepatuhan dalam menjalani pengobatan TB. Bertolak dasar dari itulah
kami melakukan kunjungan bekala untuk mengetahui faktor yang dapat menyebabkan
keadaan tersebut, memantau pengobatan serta mencegah penyebaran penyakit
mengingat pasien tinggal bersama dengan sanak saudaranya.
1.2.
Perumusan Masalah
Apa saja faktor internal menurut Mandala of health, yang dapat menyebabkan
putusnya pengobatan Tuberkulosis Paru pada Tn. M?
1.3.
Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kedokteran Keluarga
Ilmu Kedokteran Keluarga adalah suatu bagian ilmu yang mencakup seluruh
keluarganya.
Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
g
h
i
2.2.
a
b
c
d
e
Tuberkulosis
2.2.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis complex [Isbaniyah et al, 2011].
2.2.2. Epidemiologi
Tuberkulosis sampai dengan saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat didunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment, shortcourse chemotherapy) telah diterapkan di banyak negara
sejak tahun 1995 [Uyainah et al, 2014].
Dalam laporan WHO tahun 2013 [Uyainah et al, 2014]:
-
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta
orang (13%) diantaranya adalah pasien TB dengan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) positif dan sekitar 75% dari pasien tersebut berada di
wilayah Afrika.
Diperkirakan pada tahun 2012 sebanyak 450.000 orang menderita
Tuberculosis Multi Drugs Resistance (TBMDR) dan 170.000 orang
ekonomis yakni sekitar 15 50 tahun [Uyainah et al, 2014]. Seorang pasien dewasa
yang menderita TB akan kehilangan rata rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan
[Uyainah et al, 2014]. Hal tersebut dapat berakibat pada kehilangan pendapatan
tahunan rumah tangga sekitar 20 30 % [Uyainah et al, 2014]. Apabila ia meninggal
akibat TB, maka pendapatanya akan hilang sekitar 15 tahun [Uyainah et al, 2014].
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat [Uyainah et al, 2014].
2.2.3. Faktor resiko
Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor lingkungan :
1. Faktor host terdiri dari:
a. Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terkena TB.
b. Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki
risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB. Vitamin D juga memiliki
peran
penting
dalam
aktivasi
makrofag
dan
membatasi
5
pendidikan
seseorang
penderita
TB
dapat
mempunyai
pendidikan
rendah
akan
berpeluang
untuk
5. Faktor-faktor Toksis.
Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor
penting dapat menurunkan daya tahan tubuh (Nelson, 1995).
2.2.4. Patogenesis dan Penularan TB
1. Kuman Penyebab TB
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis yang dikenal sebagai
kelompk dari Bakteri Tahan Asam (BTA) [Uyainah et al, 2014].
Secara umum sifat kuman Mycobacterium tuberculosis antara lain adalah
sebagai berikut [Uyainah et al, 2014]:
-
Ogawa.
Kuman nampak berbentuk batang warna merah dalam pemeriksaan dibawah
mikroskop.
Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka
1 minggu.
Kuman dapat bersifat dorman (tidur / tidak berkembang).
2. Cara penularan TB
a
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak,
namun bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif
tidak mengandung kuman dalam dahaknya dikarenakan hal tersebut bias
terjadi oleh karena jumlah kuman yang terkandung dalam contoh uji 5000
kuman/cc dahak sehingga sulit dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis
hasil kultur negatif dan foto toraks positif sebesar 17% [Uyainah et al, 2014].
Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak infeksius tersebut [Uyainah et al, 2014].
b.
c.
e.
Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung TB.
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan
histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
c.
b.
c.
d.
Status HIV
a. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit [Uyainah et al, 2014]:
Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru [Uyainah et al, 2014].
Bila pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra
paru, maka diklasifikasikan sebagai pasien TB paru [Uyainah et al, 2014].
Tuberkulosis ekstra paru:
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar
limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang
[Uyainah et al, 2014]. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada
beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organ
menunjukkan gambaran TB yang terberat [Uyainah et al, 2014].
b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya [Uyainah et al, 2014]:
1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
TB sebelumnya atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
namun kurang dari 1 bulan (< 28 dosis) [Uyainah et al, 2014].
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih ( 28 dosis) [Uyainah et al, 2014].
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB
-
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up): adalah
pasien yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini
sebelumnya
dikenal
sebagai
pengobatan
pasien
setelah
putus
berobat /default/drop out yaitu pasien telah menjalani pengobatan > 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum masa
pengobatan selesai) [Uyainah et al, 2014].
-
Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan
sebelumnya tidak diketahui [Uyainah et al, 2014].
2014]:
Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
saja.
Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
Amikasin).
Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip
(tes cepat) atau metode fenotip (konvensional).
TB dengan:
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan Anti
Retroviral (ART)
Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB
2) Pasien TB dengan HIV negatif adalah pasienTB dengan :
Hasil tes HIV negatif sebelumnya
Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosa TB
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui : adalah pasien TB tanpa ada
tanda bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB di tetapkan.
10
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis
tuberkulosis
dapat
ditegakkan
berdasarkan
gejala
klinik,
batuk 3 minggu
batuk darah
sesak napas
nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
B. Pemeriksaan Fisik
Kelainan yang dijumpai pada pemeriksaan fisik tergantung dari organ yang
terlibat [Isbaniyah et al, 2011]. Umumnya pada awal perkembangan penyakit tidak
(atau sulit sekali) menemukan kelainan [Isbaniyah et al, 2011]. Kelainan paru
umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen
posterior, serta daerah apex lobus inferior selain itu pada pemeriksaan jasmani dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum [Isbaniyah et al, 2011].
C. Pemeriksaan Bakteriologi
1. Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum
halus/BJH) [Isbaniyah et al, 2011].
2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut sewaktu-pagiBagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
11
P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
: pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens
: pewarnaan auramin-rhodamin
12
3) Uji lainnya:
a. Uji tuberkulin, IGRAs, T-SPOT TB
b. Uji serologi ELISA, ICT, Mycodot dan IgG/IgM TB
D. Pemeriksaan Radiologik
Foto toraks pasien tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam
bentuk [Isbaniyah et al, 2011]. Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB
aktif [Isbaniyah et al, 2011]:
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Fibrotik
Kalsifikasi
dan ditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB [Uyainah et al, 2014].
Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klnis dilakukan setelah
pemberian terapi antibiotika spektrum luas (Non OAT dan Non kuinolon) yang
al, 2014].
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja karena foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang spesifik
pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupun
underdiagnosis [Uyainah et al, 2014].
13
Alur diagnosis dan tindak lanjut TB paru pada pasien dewasa dapat dilihat pada
gambar 1.
14
Keterangan:
1) Pemeriksaan klinis secara cermat dan hasilnya dicatat sebagai data dasar kondisi pasien dalam
rekam medis. Untuk fasyankes yang memiliki alat tes cepat, pemeriksaan mikroskopis
langsung tetap dilakukan untuk terduga TB tanpa kecurigaan/bukti HIV maupun resistensi
OAT.
2) Hasil pemeriksaan BTA negatif pada semua contoh uji dahak (SPS) tidak menyingkirkan
diagnosis TB. Apabila akses memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan tes cepat dan
biakan. Untuk pemeriksaan tes cepat dapat dilakukan hanya dengan mengirimkan contoh uji.
3) Sebaiknya pembacaan hasil foto toraks oleh seorang ahli radiologi.
4) Pemberian antibiotika non OAT yang tidak memberikan efek pengobatan TB termasuk
golongan kuinolon.
5) Untuk memastikan diagnosis TB.
6) Dilakukan Tes HIV atas Inisiatif Pemberi Pelayanan Kesehatan dan Konseling (TIPK).
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
15
7) Bila hasil pemeriksaan ulang tetap BTA negatif, lakukan observasi dan assesment lanjutan
oleh dokter untuk faktor-faktor yang bisa mengarah ke TB
Gambar 1. Alur diagnosis dan tindak lanjut TB paru pada pasien dewasa (tanpa
kecurigaan/bukti: hasil tes HIV (+) atau terduga TB Resistan obat)
Sumber: Kemenkes RI. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, 2014
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/protionamid
Para-amino Salisilat (PAS)
Obat lini kedua hanya digunakan pada kasus resisten obat, terutama TB
MDR.
16
Dosis OAT tunggal dapat dilihat pada tabel 1 sedangkan dalam bentuk KDT pada
tabel 2.
Tabel 1. Jenis dan dosis OAT tunggal
Obat
Dosis
(mg/kgBB/hari)
R
H
Z
E
S*
8-12
4-6
20-30
15-20
15-18
(mg/kgBB/hari
(mg/kgBB/hari
10
5
25
15
15
10
10
35
30
15
Dosis
maks/hari
Dosis (mg/kgBB/hari)
<40
40-60
>60
(mg)
600
300
1000
300
300
750
750
Sesuai
450
300
1000
1000
750
600
30
1500
1500
1000
BB
* Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan berat badan.
Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia, 2011
150/75/400/275
150/75
150/150
30-37
2
2
2
38-54
3
3
3
55-70
4
4
4
>71
5
5
5
Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia, 2011
Pasien kambuh
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow up)
17
Dosis paduan OAT KDT kategori 2 dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
Berat Badan
(kg)
30-37
38-54
3 tab 4KDT
+ 2 tab etambutol
3 tab 2KDT
55-70
4 tab 4KDT
+ 3 tab etambutol
4 tab 2KDT
71
5 tab 4KDT
+ 4 tab etambutol
5 tab 2KDT
Definisi
Pasien dengan hasil sputum BTA atau kultur positif sebelum pengobatan,
dan hasil pemeriksaan sputum BTA atau kultur negatif pada akhir
pengobatan serta sedikitnya satu kali pemeriksaan sputum sebelumnya
negatif
Pada foto toraks, gambaran radiologi serial (minimal 2 bulan) tetap
sama/perbaikan
Bila terdapat fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif
Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan tetapi tidak meiliki hasil
lengkap
Gagal
pengobatan
Meninggal
Lalai berobat
Pindah
atau lebih
Pasien yang pindah ke unit (pencatatan dan pelaporan) berbeda dan hasil
Pengobatan
Pengobatan
18
sukses/berhasil
a)
Definisi
untuk
b)
TB
paru
BTA
positif
dan
negatif,
dan
TB
ekstraparu
Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia, 2011
pasien
tidak
mengambil
obat
sesuai
dengan
yang
pasien
yang
relaps
setelah
mendapat
pengobatan
TB.
pengobatan
TB
yaitu
obat
fluorokuinolon
seperti
obat
ini
tidak
dianjurkan
pada
anak
dalam
masa
yang
terpenting
yang
menyebabkan
19
Genetik
immunocompromaise
Jenis
Kelamin
Penyakit
sistemik
Ra
Eksogen
Endogen
pendidikan
Usi
a
Status gizi
Lifestyle
TB Paru
Terputus Obat
Sosio ekonomi
Merokok
Kondisi
rumah
TB MDR
Kematian
20
BAB 3
DATA KLINIS
3.1.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. M
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 40 tahun
Alamat
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Sudah menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Kewarganegaraan
: WNI
3.2
Status Kesehatan
3.2.1
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 21 November 2016
pukul 11.00 WIB di Balai Pengobatan Umum Puskesmas Mauk dan aloanamnesis
pada tanggal 24 November 2016 pukul 14.00 WIB di rumah pasien.
3.2.1.1 Keluhan Utama dan Keluhan Tambahan
Keluhan utama : batuk berdahak disertai dengan gumpalan darah.
3.2.1.2 Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang
Pasien datang ke pengobatan umum Puskesmas Mauk dengan keluhan batuk
berdahak yang disertai dengan gumpalan darah. Keluhan batuk sudah dialami sejak 1
minggu, disertai dahak berwarna kehijauan dan kadang disertai dengan gumpalan
darah.
Keluhan ini sudah sering dialami berulang namun pasien jarang berobat.
Pasien mengeluhkan kurang nafsu makan, dan berat badan semakin menurun. Pada
malam hari sering demam. Pasien juga tampak kurus.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode Kepaniteraan 24 November 2016 07 Januari 2017
21
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Diakui
: Disangkal
: Disangkal
Keluhan serupa
Asma
Alergi obat
Tekanan darah tinggi/hipertensi
Kencing manis/diabetes melitus
Penyakit maag/dispepsia
Penyakit pembuluh darah otak/stroke
Penyakit jantung
Penyakit paru
Penyakit ginjal
Keganasan
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
22
(24 batang).
Kebiasaan mengkonsumsi rokok dan bergadang.
Aktivitas di rumah hanya duduk santai, menonton tv dan bermain dengan
keluarga.
Pasien sudah tidak bekerja.
Pemeriksaan
Kesadaran
Berat Badan
: 52 kg
Tinggi Badan
: 168 cm
Tabel 5. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan WHO Asia Pacific Perspective for
Asians (WHO,2003)
Klasifikasi
Underweight
Normal
Overweight
Pre-obese
Nilai IMT
<18,5
18,5 22,9
23
23 24,9
23
Obese I
25 29,9
Obese II
30
Status Gizi Tn. M berdasarkan tabel di atas adalah underweight
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78 kali/menit
Pernafasan
: 18 kali/menit
Suhu
: 37,1C
Kepala
Bentuk normocephal, tidak teraba benjolan, rambut hitam beruban
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak mudah patah. Kulit kepala
tidak ada kelainan.
2.
Mata
Palpebra superior et inferior dextra et sinistra tidak tampak edema/cekung.
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi konjungtiva (-/-). Pupil
bulat, isokor, diameter 3 mm. Refleks cahaya langsung dan tidak langsung (+/
+), visus 6/6 Orbicularis Dextra et Sinistra (ODS), arkus senilis (+/+), sekret
(-/-).
3.
Telinga
Bentuk normal, serumen (-/-), sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik
aurikula (-/-), Kelenjar Getah Bening (KGB) pre-retro aurikuler dextra et
sinistra tidak teraba membesar, liang telinga dextra et sinistra lapang.
4.
Hidung
Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), mukosa hidung tidak pucat dan
tidak hiperemis.
5.
Mulut
24
Bibir sianosis (-), faring hiperemis (-), uvula ditengah, tonsil T1/T1 tidak
hiperemis.
6.
Leher
Trakea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB submandibula
dan servikal dextra et sinistra tidak teraba membesar.
7.
Thoraks
I.
Paru
Inspeksi
Palpasi
Sonor
pada
Auskultasi
Suara
nafas
Jantung
Inspeksi
:Pulsasi
Pressure
(JVP)
Pulsasi
setinggi 5 + 5 cm H2O.
Palpasi
Perkusi
: Redup
Auskultasi
Bunyi
Abdomen
25
Inspeksi :
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen,
nyeri ketok ginjal (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik,
hepar & lien tidak teraba membesar
9.
10.
Ekstremitas
hangat.
Ekstremitas inferior sinistra tidak tampak deformitas, tidak edema dan
akral teraba hangat
11.
Kulit
Status Dermatologis : dalam batas normal
12.
Pemeriksaan Saraf
a) Tingkat kesadaran
GCS 15 (E4V5M6)
b) Tanda rangsang meningeal
c) Peningkatan TIK
d) Pupil
: Compos Mentis,
:(-)
:(-)
: Bulat, isokor, 3
f) Motorik
: Ekstremitas atas :
Dalam
batas
normal
5/5
Ekstremitas bawah : 5/5
g) Sensorik
: Ekseroseptif
Raba : Ekstremitas atas dan bawah dbn
Nyeri :Ekstremitas atas dan bawah dbn
Suhu : Ekstremitas atas dan bawah dbn
Propioseptif : dalam batas normal
h)
i)
Sistem Otonom
Fungsi Cerebellum dan
Koordinasi
: Baik
: Baik
26
j)
k)
l)
m)
Fungsi Luhur
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Tanda regresi dan demensia
: Baik
: +/+, dalam batas normal
:(-)
: Tidak ditemukan
3.2.3
Diagnosa Kerja
3.2.4
Ambroxol 3x1 tab (Per Oral), sebanyak satu strip yang terdiri dari 10
butir obat.
CTM 1x1 tab (Per Oral), sebanyak satu strip yang terdiri dari 10 butir
27
BAB 4
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN
4.1.
Struktur Keluarga
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 40 tahun berstatus sebagai kepala
keluarga dari tujuh anak. Semua keluarga pasien masih hidup kecuali anak laki-laki
ketiga telah meninggal. Saat ini pasien tinggal serumah bersama istri, anak perempuan
kedua beserta suami dan anaknya, anak lelaki keempat, dan anak perempuan ketiga.
Tabel 6. Daftar Anggota Keluarga Tn. M.
No.
Nama
L/P
Umur
(tahun)
Pekerjaan
Pokok
Pendidikan
Terakhir
1.
Tn. M
2.
Ket.
SMP
Hub.
Dengan
Pasien
Pasien
40 th
Ny. SN
38 th
3.
Tn. K
25 th
4.
Ny. SR
20 th
Tidak
bekerja
Pedagang
Pasar
Buruh
Pabrik
Ibu Rumah
Tangga
SD
Istri Pasien
Menikah
SMA
Anak Lelaki
Pertama
Istri Anak
Lelaki
Pertama
Anak
Perempuan
Pertama
Suami Anak
Perempuan
Pertama
Anak Lelaki
Kedua
Anak
Perempuan
Kedua
Suami Anak
Perempuan
Kedua
Cucu anak
perempuan
kedua
Anak Lelaki
Ketiga
Anak Lelaki
Keempat
Anak
Perempuan
Ketiga
Menikah
5.
Ny. SM
24 th
Ibu Rumah
Tangga
SMA
6.
Tn. A
28 th
Buruh
Pabrik
SMA
7.
Tn. K
23 th
Karyawan
SMA
8.
Nn. M
21 th
Ibu Rumah
Tangga
SMA
9.
Tn. Y
22 th
Karyawan
SMA
10
.
An. Sy
2 hari
11.
Tn M
12
.
13
.
Tn. T
19 th
Nn. A
17 th
SMA
Buruh
Pabrik
Pelajar
SMA
SMA
Menikah
Menikah
Menikah
Menikah
Belum
Menikah
Menikah
Menikah
Belum
Menikah
Belum
Menikah
Belum
Menikah
28
4.2.
Genogram
4.3.
Nama
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
HEP B
1.
Tn. M
2.
Ny. SN
3.
Tn. K
4.
Ny. SR
5.
Ny. SM
Tn. A
7.
Tn. K
8.
Nn. M
9.
Tn. Y
10.
An. Sy
29
11.
Tn M
12.
Tn. T
13.
Nn. A
4.4.
Kondisi Ekonomi
Rp. 700.000,-
Rp. 100.000,-
Listrik
Rp. 100.000,-
Lain-lain
Rp. 200.000,- +
Total
Rp.1.100.000,-
30
4.5.
Pola Berobat
Pasien dahulu pernah berobat rutin selama dua bulan untuk pengobatan TB
paru di puskesmas. Namun pasien mengatakan karena tidak nyaman minum obat
banyak maka pasien dengan keputusannya sendiri berhenti minum obat, setelah
beberapa bulan akhirnya keluhan kembali timbul dan semakin parah.
Awalnya pasien sering menggunakan obat warung untuk mengatasi keluhan
batuknya, namun karena tidak membaik maka pasien memutuskan untuk datang
kembali berobat di puskesmas mauk. Saat datang ke puskesmas awalnya pasien tidak
mengaku pernah menjalani pengobatan TB paru.
Pasien sempat mengaku ada batuk darah dan akhirnya dilakukan pemeriksaan
mikroskopik BTA dan juga foto rontgen. Sambil menunggu hasil pemeriksaan
penunjang maka diberikan obat untuk menangani keluhan yaitu Ambroxol diminum
tiga kali sehari setelah makan, Parasetamol diminum tiga kali sehari, Amoksisilin
diminum tiga kali sehari. Pengobatan selanjutnya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan penunjang. Hasil menunjukkan proses TB paru aktif lalu akan diberikan
pengobatan paru kembali.
4.6
menentu kadang tiga kali atau dua kali dalam sehari tergantung nafsu makan. Pasien
juga lebih memilih mengkonsumsi kopi dibandingkan makanan sehari hari. Pasien
jarang makan daging sapi, sayur maupun buah-buahan. Pasien mengatakan suka
mengkonsumsi hasil laut saat ia masih bekerja, namun sekarang sudah tidak lagi.
Tabel 8. Menu Makan Pagi: Mie Goreng + kopi
Bahan
Indomie
Berat
Energi
Protein
Lemak
KH(g)
(g)
(kkal)
(g)
(g)
85
380
14
54
380
14
54
goreng
Subtotal
31
Bahan
Berat URT
Energi Protein
Beras
(g)
100
Ayam
50
nasi
1 paha atas
(kkal)
centong 349
149
Lemak
KH
(g)
6.8
(g)
0.7
(g)
78.9
9,1
12,5
0,05
15,95
4,9
18,1
0
78,9
goreng
dada
Minyak
5
1 sdm
44,3
Subtotal
542,3
Sumber: Hasil wawancara dengan Tn. M
Tabel 10. Menu Makan Malam: Nasi + Telur Ceplok + Tempe Goreng + Tahu
Goreng + kopi
Bahan
Berat URT
Energi Protein
Beras
(g)
100
Telur
Tahu
30
25
nasi
1 butir telur
1 buah tahu
(kkal)
centong 349
47,4
19,75
Tempe
25
1 buah tempe 40
Minyak
10
2 sdm
88,6
Subtotal
508,75
Sumber: Hasil wawancara dengan Tn. M
Lemak
KH
(g)
6.8
(g)
0.7
(g)
78.9
3,84
1,95
3,45
1,15
0,21
0,4
4,57
0,1
17,26
1
9,8
16,1
3,17
0
82,68
Lama (jam)
Perhitungan
Tidur
8x 1 x 56,12
Kegiatan dasar
3 x 1,4 x 56,12
Total
448,96
235,70
32
Berdiri
2x 1.5 x 56,12
168,36
Duduk
6x 1.4 x 56,12
471,40
Berjalan
2x 3.4 x 56,12
381,61
Lain - lain
3 x 1.4 x 56,12
235,70
Total
24
1941,73
Energi
Protein
Lemak
KH(g)
asupan
(kkal)
(g)
(g)
Expenditure 1941,73
52
53,94
312.08
Intake
1431,05
41,21
48,2
215,58
Selisih
-510,68
-10,79
-5,74
-96,5
Kesan :
Kualitas : Jika dilihat dari selisih asupan, makanan yang dimakan oleh
Tn. M kurang bergizi seimbang dan perlu variasi menu makanan.
Kuantitas : Jika dilihat dari selisih asupan, porsi makanan yang dimakan
Tn. M kurang banyak.
33
4.7
Kondisi Rumah
Status rumah
Lokasi rumah
: Pribadi
: Berjarak 5 km dari puskesmas, terletak jauh dari jalan raya
(1km) dan dekat dengan sawah. Jalan menuju rumah tidak dapat dilewati
oleh mobil, letak rumah dengan tetangga kanan dan kiri berdekatan dipisahkan
oleh pekarangan.
Kondisi bangunan :
Luas tanah
10 m x 6 m =
Luas bangunan
: 7 m x 6 m = 42
60 m2
m2
-
Jumlah ruangan
Enam ruangan terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1
Dinding rumah
Pada bagian depan depan rumah sudah terbuat dari lantai.
Pada bagian belakang dari dapur sampai halaman belakang masih
Atap rumah
:
Fondasi atap terbuat dari bambu dengan susunan genteng yang
dapat dilihat dari dalam rumah karena rumah tidak memiliki plafon
Lantai rumah
:
- Pada bagian teras depan sampai pintu belakang rumah terbuat dari
Penerangan di rumah
34
Pada malam hari pencahayaan rumah Tn. M bersumber dari 6 lampu dengan daya
masing-masing ruangan 10-15 watt sehingga cukup terang untuk membaca normal.
: 10 watt
: 10 watt
: 10 watt
: 10 watt
: 10 watt
Insidentil:
: 1 m x 2 m = 2 m2
: 1 m x 2 m = 2 m2
: 0,9 cm x 1 cm x 4 = 3,6 m2
42
jamban pribadi.
tidak memiliki
Reservoir kakus
Bagian kakus
tank.
35
Jika Tn.M ingin buang air besar ataupun buang air kecil, Tn.M pergi ke
pekarangan belakang dan membuangnya di sana. Letak tempat pembuangan juga
dekat dengan sawah.
Sumur
Terdapat sumur pompa di wc dalam rumah.
Tempat Mandi
Rumah Tn. M memiliki kamar mandi. Terdapat sumur pompa di dalamnya.
Terdapat satu bak penampungan dan gayung serta alat mandi. Lantai kamar mandi
terbuat dari semen.
Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari sumur. Air sumur dipompa manual dan
ditampung di bak mandi. Penggunaan air untuk keperluan mencuci baju dan
peralatan memasak. Kualitas air jernih, tidak berbau dan tidak memiliki rasa.
Kebutuhan air minum berasal dari air sumur yang direbus yang berwarna
jernih, tidak memiliki rasa, dan tidak berbau.
Kesan : sumber air yang dipakai untuk kebutuhan minum layak dikonsumsi dan
sumber air untuk mencuci pakaian layak untuk dipakai karena warna air jernih.
Pembuangan Limbah Cair
Air kotor dari dapur dan tempat mencuci baju dialirkan melalui selokan di
belakang rumah. Saluran dikatakan mengalir ke arah laut.
Halaman Rumah
Terdapat halaman rumah, di depan rumah. Halaman depan rumah terdapat
baju yang sedang dijemur, dan tempat istirahat.
36
4.8
Denah Lokasi
utar
37
4.9
Mandala of Health
Body
Pasien berusia 40 tahun dengan TB paru kasus putus obat.
Mind
Tn. M tidak merasa dirinya sedang sakit berat dan tidak merasa
membutuhkan pengobatan khusus.
Spirit
Pasien memiliki keinginan untuk sembuh namun memiliki pemahaman
yang kurang dalam pengobatan TB paru.
Level pertama
Human Biology
o Pasien pernah mengalami keluhan serupa sekitar 1 tahun yang lalu
Family
o Pasien tinggal bersama istri, anak perempuan kedua beserta suami dan
anaknya, anak laki-laki keempat dan anak perempuan ketiga.
Personal Behaviour
o Pasien lebih sering minum obat warung untuk mengatasi keluhannya.
38
o Pasien makan 2-3x sehari dengan menu kurang bervariasi dan kurang
Level Kedua
Level Ketiga
Community
o Masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Human Made Environment
o Lingkungan rumah pasien cukup bersih.
Culture
o Pasien percaya bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan dengan
penyakitnya.
Biosphere
o Global warming.
o Sirkulasi yang kurang dan keadaan yang lembab dapat memperburuk
penyakit dan meningkatkan penyebaran penyakit.
39
40
BAB 5
DIAGNOSIS HOLISTIK
5.1
Resume
Telah diperiksa seorang laki-laki
2. Kesadaran
3. Berat Badan
: 168 kg
4. Tinggi Badan
: 52 cm
5. IMT
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 78 kali/menit
Pernafasan
: 18 kali/menit
Suhu
: 37,1 C
7. Keadaan Regional (21 Oktober 2016)
Paru
o Inspeksi
o Palpasi
belakang
o Perkusi
o Auskultasi
sama kuat.
: Sonor pada kedua lapang paru
: Suara nafas vesikuler, ronki (+/+), wheezing (-/-)
8. Diagnosa Utama
TB paru kasus putus obat
41
o Ambroxol 3x1 tab (Per Oral), sebanyak satu strip yang terdiri
dari 10 butir obat.
o CTM 1x1 tab (Per Oral), sebanyak satu strip yang terdiri dari
10 butir obat. Diminum sebelum tidur
o Vitamin C 1x1 tab (Per Oral), sebanyak 10 butir.
5.2
Diagnosis Holistik
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.3
Diagnosis Keluarga
5.3.1
Bentuk Keluarga
Keturunan
: Patrilinier
42
5.3.2
Perkawinan
Pemukiman
Jenis anggota keluarga
Kekuasaan
: Monogami
: Patrilokal
: Extended family
: Matriakal
Fungsi Keluarga
Fisiologis
Adaptation
Partnership
Growth
Affection
Social :
agama.
: Keluarga Tn. M rajin menjalankan sholat 5 waktu.
Economic
: Status ekonomi keluarga
Religious
43
Medical
Pasien
memiliki
Kartu
5.3.3
siklus kehidupan tahap 7 yakni tahap keluraga usia pertengahan, tahap 6 yakni tahap
keluarga dengan anak-anak meninggalkan keluarga dan tahap 5 yakni tahap keluarga
dengan anak remaja.
1
2
3
5
7
44
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A. (1997) Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia, Jakarta: hal. 2; 10; 47-53.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2010) Profil Kesehatan Kabupaten
Tangerang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Banten: hal. 18.
Ikatan Dokter Indonesia. (1982) Dokter Keluarga, IDI, Jakarta, Indonesia.
Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, dkk. (2011)
Tuberkulosis: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia,
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Jakarta: hal. 2-30.
Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI). (2006) Standar Pelayanan Dokter
Keluarga, Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, Depok: hal. 18.
Puskesmas Mauk. (2015) Profil Kesehatan Puskesmas Mauk. Profil Kesehatan,
Tata Usaha,
Tangerang.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013) Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta: hal. 69.
Uyainah A, Yuwono A, Nawas A, Wuryaningtyas B, Sonata B, Setyaningsih B, dkk.
(2014) Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta: hal. 1 20.
45