Tatalaksana Gangguan Panik Gabungan
Tatalaksana Gangguan Panik Gabungan
Dengan terapi sebagian besar pasien mengalami perbaikan. Dua terapi yang
paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku. Terapi keluarga dan
kelompok dapat membantu penderita dan keluarganya menyesuaikan diri dengan keadaan
pasien yang memiliki gangguan dan menyesuaikan diri dengan kesulitan psikososial yang
dapat dicetuskan oleh gangguan tersebut. 1
Farmakoterapi
Alprazolam (Xanax) dan paroxetine (paxil) adalah dua obat yang disetujui FDA
untuk terapi gangguan panik. Umumnya pegalaman menunjukkan keunggulan selektif
serotonin
reuptake
inhibitor
(SSRI)
dan
clomipramine
(anfranil)
daripada
efek withdrawl yang dapat terjadi ketika pasien lelah atau tiba-tiba menghentikan penggunaan
SSRI. (1)
Contoh Obat Golongan SSRI
Fluoxetine (Prozac)
Fluoxetine secara selektif menghambat reuptake seotonin presinaptik, dengan efek minimal
atau tanpa efek sama sekali terhadap reuptake norepinephrine atau dopamine.
Paroxetine (Paxil, Paxil CR)
Ini merupakan SSRI alternatif yang bersifat sedasi karena cara kerjanya berupakan
inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin neuronal dan memiliki efek yang lemah
terhadap reuptake norepinephrine dan dopamine.
Sertraline (Zoloft)
Cara kerjanya mirip fluoxetine namun memiliki efek inhibisi yang lemah pada reuptake
norephinephrine dan dopamine neuronal.
Fluoxamine merupakan inhibitor selektif yang juga poten pada reuptake serotonin neuronal
serta secara signifikan tidak berikatan pada alfa-adrenergik, histamine atau reseptor kolinergik
sehingga efek sampingnya lebih sedikit dibanding obat-obatan jeis trisiklik.
Citalopram (Celexa)
Escitalopram (Lexapro)
seksual, penurunan berat badan, mual, muntah dan yang ditakutkan adalah efek sampinng
keinginan bunuh diri dan meningkatkan perasaan depresi pada awal pengobatan. (1)
Benzodiazepin
Benzodiazepin memiliki awitan kerja untuk panik yang paling cepat, sering dalam
minggu pertama, dan dapat digunakan untuk periode waktu yang lama tanpa timbul
toleransi terhadap efek anti panik. Alprazolam adalah benzodiazepine yang paling luas
digunakan untuk gangguan panik tetapi studi menunjukkan lorazepam atau Ativan
memiliki efisiensi yang sama, dan pada laporan kasus juga menunjukkan bahwa
klonazepam atau klonopin dapat efektif. Setelah 4-12 minggu dosis benzodiazepine dapat
diturunkan sementara obat serotonergik diteruskan. Keberatan utama para klinisi
mengenai benzodiazepine adalah potensi ketergantungannya, gangguan kognitif, dan
penyalahgunaan terutama setelah penggunaan jangka panjang. Pasien harus diperingatkan
untuk tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan yang berbahaya selama
mengkonsumsi benzodiazepine. 1
Cara Kerja Benzodiazepin
Benzodiazepin bekerja dengan cara meningkatkan efek neurotransmiter GABA (gammabutyric acid), yang berakibat pada inhibisi fungsi eksitasi sehingga dapat menimbulkan kantuk,
menekan kecemasan, anti-kejang, melemaskan otot dan dapat mengakibatkan amnesia.
Ada 3 jenis benzodiazepin yakni yang short acting, intermediate acting dan long acting.
Benzodiazepin short- dan intermediate acting digunakan untuk mengatasi insomnia sedangkan
yang
golongan
long-acting
Lorazepam (Ativan)
digunakan
untuk
mengatasi
gangguan
panik. (1)
Lorazepam merupakan suatu hipnotik-sedatif yang memiliki efek onset singkat dan paruh
waktunya tergolong intermediate. Dengan meningkatkan aksi GABA, yang merupakan inhibitor
utama di otak, lorazepam dapat menekan semua kerja SSP, termasuk sistem limbik dan formasi
retikuler.
Clonazepam (Klonopin)
Clonazepam menfasilitasi inhibisi GABA dan transmiter inhibitorik lainnya. Selain itu, obat ini
memiliki waktu paru yang relatif panjang sekitar 36 jam.
Alprazolam merupakan terapi pilihan untuk manajemen serangan panik. Obat ini dapat terikat
pada reseptor-reseptor pada beberapa bagian otak, termauk sistem limbik dan RES. Meskipun
begitu banyak ahli yang tidak menyarankan penggunaan alprazolam dalam waktu lama karena
tingkat ketergantungannya sangat tinggi.
Diazepam meruapakan salah satu jenis benzodiazepin yang potensinya rendah. Namun dapat
digunakan untuk mengatasi serangan panik.
Efek Samping Benzodiazepin
Efek samping yang paling sering ditemukan pada benzodiazepin biasanya berkaitan
dengan efek sedasi dan relaksan ototnya. Beberapa di antaranya adalah mengantuk, pusing, dan
penurunan konsentrasi dan kewaspadaan. Kurangnya koordinasi bisa mengakibatkan jatuh dan
kecelakaan, terutama pada orang tua. Akibat lain dari benzodiazepin adalah penurunan
kemampuan menyetir sehingga dapat berakibat pada tingginya angka kecelakaan.
Efek samping lainnya adalah hipotensi dan penekanan pusat pernapasan terutama pada
penggunaan intravena. Beberapa efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan
benzodiazepin adalah mual, muntah, perubahan selera makan, pandangan kabur, bingung,
euforia, depersonalisasi dan mimpi buruk. Beberapa kasus juga menunjukkan bahwa
benzodiazepin bersifat liver toksik. (1)
Kebanyak trisiklik juga dapat menghambat kanal natrium dan kalsium, sehingga dapat
bekerja seperti obat-obatan natrium channel blocker dan calcium channel blocker. Karena itu
penggunanaan berlebih trisiklik dapat menyebabkan kardiotoksik. (1)
Contoh Obat Trisiklik
Clomipramine (Anafranil)
Obat ini berefek langsung pada uptake serotonin sedangakan pada efeknya uptake
norepinephrine terjadi ketika obat ini diubah menjadi metabolitnya, desmethylclomipramine.
Efek Samping Trisiklik
Ada banyak efek samping yang dapat disebabkan oleh trisiklik yang berkaitan dengan
antimuskarinik-nya. Beberapa di antaranya adalah mulut kering, hidung kering, pandangan
kabur, konstipasi, retensi urin, gangguan memori dan peningkatan temperatur tubuh.
Efek samping lainnya adalah pusing, cemas, anhedonia, bingung, sulit tidur, akathisia,
hipersensitivitas, hipotensi, aritmia serta kadang-kadang rhabdomiolisis.
Kemungkinan MAOI menyebabkan stimulasi berlebihan lebih kecil daripada SSRI atau trisklik
tapi obat ini memerlukan dosis penuh selama sedikitnya 8-12 minggu agar efektif. 1
Phenelzine (Nardil)
Nardil merupakan obat golongan MAOI yang paling sering digunakan dalam mengatasi
gangguan panik. Hal ini telah dibuktikan merlalui superioritas yang jelas terhadap placebo dalam
percobaan double-blind untuk mengatas gangguan panik. Obat ini biasanya digunakan untuk
pasien yang tidak respon terhadap obat golongan trisiklik atau obat antidepresi golongan kedua.
Tranylcypromine (Parnate)
Obat ini juga efektif terhadap gangguan panik karena berikatan secara ireversibel pada MAO
sehingga dapat mengurangi pemecahan monoamin dan meningkatkan avaibilitas sinaptik.
Efek Samping MAOI
Ketika dikonsumsi peroral, MAOI menghambat katabolisme amine. Sehingga ketika
makanan yang mengandung tiramin dikonsumsi, seseorang dapat menderita krisis hipertensi.
Jika makanan yang mengandung tiptofan dimakan juga, maka hal ini dapat menyebabkan
hiperserotonemia. Jumlah makanan yang dibutuhkan hingga menimbulkan reaksi berbeda-beda
pada tiap individu.
Mekanisme pasti mengapa konsumsi tiramin dapat menyebabkan krisis hipertensi pada
pengguna obat MAOI belum diketahui, tapi diperkirakan tiramin menggantikan norepinefrin
pada penyimpanannya di vesikel, dalam hal ini norepinefrin terdepak oleh tiramin. Hal ini dapat
memicu aliran pengeluaran norepinefrin sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi. Teori
lain menyatakan bahwa proliferasi dan akumulasi katekolamin yang menyebabkan krisis
hipertensi. (1)
Beberapa makanan yang mengandung tiramin antara lain hati, makanan yang
difermentasi dan zat-zat lain yang mengandung levodopa seperti kacang-kacangan. Makananmakanan itu harus dihindarkan dari pengguna MAOI. (1)
1. Obat-obat lain
a. Antikonvulsan
Data mengenai penggunaan antikonvulsan untuk mengatasi gangguan
panik masih terbatas. Asam valproat adalah antikonvulsan mood stabilizer
yang dilaporkan efektif dalam mengatasi gangguan panik dalam sebuah
penelitian (Woodman and Noyes 1994). Antikonvulsan lain yang juga
terbukti efektif adalah Gabapentin dengan dosis 600-3600 mg/hari (Pande
et al. 2000). Gabapentin dan asam valproat dapat digunakan sebagai terapi
tunggal atau kombinasi bersama antidepresan.7
b. Antihipertensi
Golongan calcium channel blocker dan penyekat beta-adrenergik adalah obatobatan yang dikatakan dapat digunakan pada terapi gangguan panik. Namun
penelitian yang telah dilakukan belum cukup dapat membuktikan efektifitas
penggunaan yang bermakna pada gangguan panik. Golongan penyekat beta dapat
digunakan untuk mengurangi efek somatik seperti palpitasi. Pemberian penyekat
beta adrenergik ini dapat mengakibatkan efek samping seperti kelelahan,
gangguan tidur dan kemungkinan dapat memperburuk keadaan depresi sehingga
tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai terapi rutin pada gangguan panik.8
c. Buspiron
Merupakan agonis parsial reseptor serotonin 5-HT1A. Terapi tunggal buspiron
tidak terlalu efektif untuk gangguan panik, tetapi dapat digunakan sebagai terapi
tambahan bersama antidepresan dan benzodiazepin.2
Nama Generik
Imipramine
Clomipramine
Alprazolam
4.
Diazepam
Golongan
Trisiklik
Sediaan
Tab. 25 mg
Tab. 25 mg
Tab. 0,25-0,5-1
Dosis Anjuran
75-150 mg/hari
75-150 mg/hari
3x 0,25-0,5 mg/hari
mg
Tab. 25 mg
Peroral 10-30
mg/hari, 2-3x/hari,
Benzodiazepin
Klordiazepoksoid
Tab. 5 mg
3-4 jam
15-30 mg/hari
6.
7.
8.
9.
10
Lorazepam
Clobazam
Brumazepin
Oksazolom
Klorazepat
Caps. 5 mg
Tab. 0,5-2 mg
Tab. 10 mg
Tab. 1,5-3-6 mg
Tab. 10 mg
Caps. 5-10 mg
2-3 x/hari
2-3x 1 mg/hari
2-3x 10 mg/hari
3x 1,5 mg/hari
2-3x 10 mg/hari
2-3x 5 mg/hari
.
11.
12
Prazepam
Moclobemide
Tab. 5 mg
Tab. 150 mg
2-3x 5 mg/hari
300-600 mg/hari
13
Sertraline
Tab. 50 mg
50-100 mg/hari
.
14
Fluoxetine
Caps. 10-20 mg
20-40 mg/hari
.
15
Parocetine
Tab. 20 mg
20-40 mg/hari
.
16
Fluvoxamine
Tab. 50 mg
50-100 mg/hari
.
17
Citalopram
Tab. 20 mg
20-40 mg/hari
.
18
Buspiron
Tab. 10 mg
15-30 mg/hari
Obat lain
.
Tabel 1: Nama generik, golongan, sediaan, dan dosis anjuran anti panik (sumber:
Farmakologi dan terapi FKUI, 2007)
Dua fokus utama terapi kognitif adalah instruksi mengenai keyakinan pasien yang
salah dan informasi mengenai serangan panik. Terapi ini secara tidak langsung mengajak
individu untuk membentuk kembali pola perilaku menjadi lebih rasional serta
restrukturisasi kognitif. Individu dilatih untuk membuat daftar pengalaman harian serta
cara individu dalam menyikapi berbagai peristiwa yang dialami dan dilakukan evaluasi
setiap kali pertemuan. Pada sebuah penelitian mengenai perbandingan terapi kognitif dan
perilaku dengan terapi perilaku itu sendiri, diperoleh fakta bahwa terapi kognitif dan
perilaku, keduanya menjadi kombinasi terapi yang lebih unggul secara bersama-sama
dibandingkan dengan terapi perilaku secara tunggal. 1
Aplikasi relaksasi
Tujuannya adalah memberikan pasien rasa kendali mengenai tingkat ansietas dan
relaksasi. Melaui penggunaan teknik standar relaksasi otot dan membayangkan situasi yang
membuat santai, pasien mempelajari teknik yang dapat membantu mereka melewati sebuah
serangan panik Teknik dasar menggunakan terapi relaksasi otot dan membayangkan situasi yang
membuat santai, sehingga pasien menguasai teknik yang dapat membantu saat terjadi serangan
panik.3,10 Individu diperkenalkan kepada sensasi ketegangan dan sesudah itu sensasi relaks.
Individu harus bisa membedakan antara sensasi saat panik dengan sensasi relaks. Lazarus
menggabungkan teknik terapi relaksasi dengan pernapasan.7 Hiperventilasi dianggap
berhubungan dengan serangan panik yang mungkin berkaitan dengan sejumlah gejala seperti
pusing dan pingsan, pendekatan langsung adalah melatih pasien untuk melakukan hiperventilasi.
Lazarus juga mengatakan bahwa terapi hipnosis dapat digunakan untuk menginduksi relaksasi.
Pelatihan Pernapasan
Pajanan invivo
Teknik ini meliputi pemajanan pasien terhadap stimulus yang ditakuti yang
semakin lama semkain berat dari waktu ke waktu pasien menjadi mengalami desensitisasi
terhadap pnegalaman tersebut. 1
3.
4.
Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti kelainan
kardiopulmoner dan memastikan kalau pasien memang sedang mengalami
serangan panik.
5. Memberikan penjelasan dan motivasi pada pasien kalau semua keluhan yang
dialaminya dapat berkurang jika dia menenangkan diri.
6. Memberikan injeks lorazepam 0.5 mg IV 20 min untuk menenangkan dan
mengurangi impuls tak terkontrol pasien.
Komponen utama dari terapi pasien serangan panik adalah menjelaskan pada pasien
kalau kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi medis yang serius dan
bukan pula dikarenakan oleh gangguan mental yang parah, tapi lebih diakibatkan oleh
ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh karena respon sistem simpatik atau fight or
flight response. Memberi keyakinan seperti ini terbukti menjadi plasebo yang signifikan
dalam memperbaiki kondisi pasien. Dokter dan staf IRD harus mendengarkan keluhan
pasien secara efektif namun tetap menunjukkan empati terhadap kondisi pasien. Kita
harus hati-hati dalam menggunakan frasa seperti Penyakit Anda tidak serius atau
Anda akan baik-baik saja karena itu dapat di-misinterpretasi oleh pasien sebagai
ketiadaan empati. Bila keadaan pasien membaik, lorazepam injeksi dapat diganti dengan
lorazepam oral atau golongan benzodiazepin lain. Terapi ini tidak boleh lebih dari 1
minggu untuk mencegah ketergantungan. Benzodiazepin digunakan hanya untuk
meningkatkan kepercayaan diri pasien. Setelah serangan panik berlalu, pasien harus
dijelaskan mengenai pentingnya terapi jangka panjang seperti CBT dan penggunaan obat
jenis SSRI.7,8
Penatalaksanaan Gangguan Panik Ketika Tidak Ada Serangan
Mengingat gangguan panik merupakan suatu penyakit yang bersifat kronik, sering
berulang, serta dapat menyertai berbagai gangguan mental dan somatik lain, maka
penatalaksanaan yang tepat serta hemat biaya sangat dibutuhkan oleh pasien untuk
mengurangi beban ekonomi yang bisa ikut menjadi pemicu gangguan mental yang lain
lagi pada pasien. RANZCP (Royal Australian and New Zealand College of Psychiatrist)
menyatakan bahwa penatalaksanaan yang direkomendasikan untuk menangani gangguan
panik adalah mengedukasi pasien dan keluarga agar dapat mendukung pasien dalam
mengatasi kepanikannya. Terapi medikasi hanya dianjurkan untuk penggunaan jangka
pendek.9
Saat ini CBT (Cognitive-behaviour therapy) merupakan terapi yang dianggap lebih
efektif dan murah dalam mengatasi gangguan panik jika dibandingkan dengan terapi
medikasi. Untuk terapi medikasi, obat-obatan golongan tricyclic dan serotonin selective
reuptake inhibitors (SSRI) dianggap memiliki efikasi yang setara serta lebih dipilih
sebagai medikasi pilihan dibanding golongan benzodiazepin yang sering disalahgunakan
membantu pasien mengontrol kadar kecemasan dan mencegah hypocania ketika serangan
panik terjadi. Semua jenis CBT seperti di atas dapat dilakukan pasien dengan atau tanpa
melibatkan dokter. Namun salah satu metode CBT seperti interoceptive therapy yang
terbukti berhasil pada 87% pasien harus dilakukan dengan bantuan dokter di suatu
lingkungan yang terkontrol. Karena terapi ini dilakukan dengan memberikan paparan
yang dapat menstimulus serangan panik pasien dengan cara meningkatkannya sedikit
demi sedikit hingga pasien mengalami desensitasi terhadap stimulus tersebut. Adapun
beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mendesensitasi gangguan panik antara
lain:.9,10
Melakukan putaran pada kursi ergonomis ini dapat mengakibatkan rasa pusing dan
disorientasi
Bernapas melalui pipet ini dapat mengakibatkan sesak napas dan konstriksi saluran
napas
Menahan napas - ini dapat menciptakan sensasi seperti pengalaman menjelang ajal
Semua tindakan di atas dilakukan tidak boleh lebih dari 1 menit. Kuncinya dari teknik di
atas adalah menciptakan sejumlah stimulus yang menyerupai serangan panik. Latihanlatihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga pasien tidak lagi merasakan kepanikan
terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh waktu hingga beberapa minggu untuk dapat
mencapai hal itu.9 Pemaparan terhadap stimulus tersebut dilakukan agar pasien dapat
belajar melalui pengalaman bahwa semua sensasi internal yang dia rasakan seperti sesak
napas, pusing dan pandangan yang kabur bukanlah hal yang harus ditakuti. Ketika pasien
mulai menyadari hal tersebut maka secara otomatis, hippocampus dan amygdala, yang
merupakan pusat emosi, akan ikut mempelajarinya sebagai hal yang tidak perlu ditakuti,
sehingga respon sistem simpatik akan ikut berkurang.7,9
1. Sadock BJ. Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2012. Jakarta.
2. Memon
MA.
29/03/2011;
Panic
cited
Disorder.
on
Medscape
January
Reference;
2012];
2011
Available
[updated
from:
http://emedicine.medscape.com.