Anda di halaman 1dari 5

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada Osteomielitis hematogen akut terjadi sangat cepat diawali nyeri
lokal hebat yang terasa berdenyut. Gejala lain yang muncul dalam 24 jam terkait septikemia
seperti malaise, anoreksia dan demam. Nyeri terus menghebat disertai pembengkakan. Setelah
beberapa hari, infeksi yang keluar dari tulang dan mencapai subkutan anak menimbulkan
selulitis sehingga kulit akan kemerahan dan terdapat riwayat trauma dan infeksi sebelumnya.1,2
Pada osteomielitis kronik, umumnya merupakan kelanjutan dari osteomielitis akut yang
tidak terdiagnosis atau tidak mendapatkan terapi adekuat. Dengan manifestasi klinis berupa nyeri
lokal yang hilang timbul disertai demam dan adanya cairan yang keluar dari suatu luka pasca
operasi atau bekas patah tulang. 1
Penegakan Diagnosis

Anamnesis
Keluhan nyeri lokal hebat yang terasa berdenyut, demam, malaise, anoreksia, dan
terdapat riwayat trauma ataupun infeksi sebelumnya akan di dapatkan pada pasien
osteomielitis hematogen akut, sedangkan keluhan seperti nyeri lokal yang hilang timbul
disertai demam dan adanya cairan yang keluar dari suatu luka pasca operasi atau bekas
patah tulang. 3

Pemeriksaan Fisik
o Pembengkakan
o Kemerahan
o Perabaan hangat
o Nyeri lokal pada daerah infeksi
o Fistel kronik yang mengeluarkan nanah dan terkadang sekueseter kecil (pada
osteomielitis kronik)
o Limfadenoati (tidak khas)

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada osteomielitis untuk membantu


menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut:3,4
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hitung leukosit dapat meningkat
b. Shift to the left dari hitung jenis meningkatnya jumlah PMN
c. C- reactive protein (CRP) meningkat
d. Peningkatan LED, terjadi pada 90 % kasus, namun tidak spesifik
e. Kultur, dapat menegakkan diagnosis dan menentukan jenis bakteri penyebab
dan akhirnya menentukan jenis pengobatan. Termasuk kultur darah dan tulang.
Kultur darah akan sangat bermakna pada osteomielitis hematogen. Kultur tulang
dapat menegakkan diagnosis lebih
baik daripada kultur darah
2. Pemeriksaan pencitraan5
a. Foto rontgen
Hasil rontgen pada osteomielitis akut dilakukan jika ditemukannya udem

jaringan lunak dalam 3-5 setelah infeksi. Akan terlihat jelas pada 14-21 hari
karena menunjukkan destruksi tulang dan reaksi periosteal pembentukan tulang
baru, dengan melihat lusen korteks dan medulla.
Pada osteomielitis kronik, didapatkan gambaran sekuester dan pembentukan

tulang baru.

Gambar 1

b. MRI
MRI akan menghasilkan hasil yang terbaik. Dapat sebagai pendeteksian dini
dan menentukan lokasi osteomielitis. Karena dapat memperlihatkan edem dan
destruksi medula, disamping reaksi periosteal, destruksi kortikal, kerusakan sendi,
dan jaringan lunak yang terlibat, bahkan ketika radiografi konvensional belum
menunjukkan adanya Kelainan.
c. Scan tulang radionuklir
Skan tulang radionuklir ini dilakukan bila pasien tidak dapat dilakukan MRI.
Scan ini lebih sensitive dan spesifik daripada pemeriksaan rontgen. Bahan yang
digunakan biasanya gallium 67 dan/atau indium 111

Gambar 2. Akumulasi gallium 67 pada phalanx proximal kaki kiri setelah 4 jam
suntikan
d. CT scan
Pemeriksaan dapat ini menentukan kalsifikasi abnormal, osifikasi dan gangguan
pada intra kortikal. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan, namun dapat dilakukan bila
pemeriksaan MRI tidak ada..

Gambar 3. Memperlihatkan gambaran osteomielitis pada caput femus dextra dan


menunjukan terdapat erosi dan perforasi korteks, pembentukan tulang periosteal
dan edem caput femoral dan jaringan lunak sekitar
e. Ultrasonografi
Pemeriksaan yang sederhana dan murah ini memperlihatkan hasil yang baik pada
osteomielitis akut anak. Dapat dilakukan segera, 1-2 hari setelah timbul gejala.
Gambaran yang didapatkan abses jaringan lunak atau penumpukan cairan dan
penonjolan periosteum.

Diagnosis banding

Acute supurative arthritis


Streptococcal necrotizing myositis acute rheumatism
sickle-cell crisis
Gauchers disease

DAFTAR PUSTAKA
1. Samsuhidrajat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 3rd ed. Jakarta : EGC ; 2015
2. Solomon L. Infection. Apleys System of Orthopaedics and Fracture. 8th ed.New
York : Oxford University Press ;2001
3. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Kapita Selekta Kedokteran. 4th ed.
Jakarta : Media Aesculapius; 2014
4. Carek PJ, Dickerson LM, Sack JL. Diagnosis and management of Osteomyelitis.
American family physician 2001;Vol 63(12): 1-7
5. Chew FS, Schulze ES, Mattia AR. Osteomyelitis. Radiologic-phatologic conferences

of Massachussetts General Hospital. AJR. 1994; 162-942

Anda mungkin juga menyukai