Theofilio Leunufna
102012065
E5
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
theofilio.leunufna@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Ketoasidosis diabetikum (KAD adalah keadaan dekompensasi-kekacauan metabolik
yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, yang terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif. KAD sendiri merupakan komplikasi dari diabetes
mellitus (DM) yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat.1 Pada KAD dapat
terjadi dehidrasi berat akibat diuresis osmotik dan sampai dapat menyebabkan syok. Angka
kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD seperti sepsis,
syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, konsentrasi glukosa darah
awal yang tinggi, uremia, dan konsentrasi keasaman yang rendah. 2 Pada kelompok pasien
usia lanjut penyebab kematian lebih sering dipicu oleh faktor penyakit dasarnya.
Manifestasi klinis yang dijumpai pada pasien KAD adalah adanya pernafasan yang
cepat dan dalam (Kussmaul), berbagai derajat dehidrasi (turgor kulit berkurang, lidah dan
bibir kering), kadang-kadang disertai hipovolemia sampai dengan syok sedangkan
bau
aseton dari hawa napas tidak terlalu mudah tercium. 1,2 Gambaran klinis berupa poliuri dan
polidipsi seringkali mendahului KAD serta didapatkan riwayat berhenti menyuntik insulin,
demam atau infeksi. Dijumpai nyeri perut yang menonjol dan hal tersebut berhubungan
dengan gastroparesis-dilatasi lambung.1
Pemeriksaan laboratorium yang paling penting dan mudah untuk segera dilakukan
setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan konsentrasi
glukosa darah dengan glucose sticks dan pemeriksaan urin menggunakan urine strips untuk
melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urine. 1,3
Penanganan pasien penderita KAD adalah dengan memperoleh riwayat menyeluruh dan tepat
serta melaksanakan pemeriksaan fisik sebagai upaya untuk mengidentifikasi kemungkinan
faktor-faktor pemicu. Pengobatan utama terhadap kondisi ini adalah rehidrasi awal dengan
pergantian potassium serta terapi insulin dosis rendah.
Pembahasan
Anamnesis
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke
dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan keluhan utama harus ditanyakan berapa
lama pasien mengalami gejala tersebut. Riwayat penyakit sekarang adalah cerita yang
kronologis, terinci dan jelas mengenai kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat. Ditanyakan waktu dan lamanya keluhan, sifat dan beratnya sekarang,
lokalisasi dan penyebarannya, hubungan dengan waktu, aktivitas, keluhan mengenai
serangan, apakah keluhan baru pertama kali atau tidak, faktor resiko, apakah ada di keluarga
yang menderita penyakit yang sama, riwayat perjalanan di daerah endemik, perkembangan
penyakit dan upaya yang telah dilakukan pasien. Ditanyakan pula apakah pasien mengalami
poliuria, polidipsi, polifagi, berat badan yang menurun dan beberapa hari ini mengalami
lemas. Perlu ditanyakan :1
-
pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi medis
dan penyuluhan
riwayat komplikasi akut (KAD, hiperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia)
riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenitalis
gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik (komplikasi pada ginjal, mata, saluran
Pemeriksaan Fisik1,2
Pemeriksaan fisik pada pasien KAD dapat ditemukan :
-
kulit kering
koma
napas kussmaul
takikardi
hipotensi
takipneu
penurunan refleks
hipotermia
nyeri perut
mual muntah
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium:1-3
Pemeriksaan kadar gula darah. Ditemukan kadar GDS > 250 mg/dL. Klinisi dapat
arteri.
Pemeriksaan benda keton darah. Serum beta hidroksibutirat kapiler jika lebih besar dari
0,5 mmol/L dianggap normal, dan tingkat 3 mmol/L berkorelasi dengan KAD.
Osmolalitas. Pasien dengan ketoasidosis diabetes yang berada dalam keadaan koma
biasanya memiliki osmolalitis > 330 mOsm/kg H 2O. Jika osmolalitas kurang dari ini pada
pankreatitis.
Blood urine nitrogen (BUN) meningkat, dan anion gap juga akan meningkat.
Pemeriksaan fosfor. Jika pasien berisiko hipofosfatemia misalnya pada status gizi buruk,
alkoholisme kronis maka fosfor serum harus ditentukan.
-
Pemeriksaan lainnya :
ketonemia, dan asidosis dapat dipakai dengan kriteria diagnosis KAD sesuai tabel. Walaupun
demikian penilaian kasus per kasus selalu diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Langkah
pertama yang harus diambil pada pasien KAD terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang cepat dan teliti dengan terutama memperhatikan patensi jalan napas, status mental,
status ginjal dan kardiovaskular, status hidrasi. Langkah-langkah ini harus dapat menentukan
jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera dilakukan, sehingga penatalaksanaan harus
dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.
-
dilakukan setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah konsenstrasi glukosa
darah dengan glucose sticks dan pemeriksaan urin menggunakan urine strips untuk melihat
secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urin. 1,3 Pemeriksaan
laboratorium lengkap untuk dapat menilai karakteristik dan tingkat keparahan KAD meliputi
konsentrasi HCO3, anion gap, pH darah, dan juga idealnya dilakukan pemeriksaan konsentrasi
benda keton seperti asetoasetat, dan laktat serta beta-hidroksibutirat.
-
Etiologi1
-
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya
faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata,
yang dapat disebabkan oleh:
1.
2.
3.
Infeksi: pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. Diketahui bahwa jumlah sel
Penyebab
lain:
hipertiroidisme,
pankreatitis,
kehamilan,
pengobatan
Patofisiologi KAD1,2
-
KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau
relatif dan peningkatan hormon kontra regulator seperti glukagon, katekolamin, dan hormon
pertumbuhan. Keadaan tersebut menyebabkan produksi glukosa hati meningkat dan utilisasi
glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil akhir yaitu hiperglikemia. Keadaan
hiperglikemia sangat bervariasi dan tidak menentukan berat-ringannya KAD.
-
terus teraktivasi untuk memproduksi glukosa dalam jumlah banyak sehingga terjadi
hiperglikemia. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan hormon kontra regulator seperti
epinefrin mengaktivasi hormon lipase sensitif pada jaringan lemak.1 Akibatnya lipolisis
meningkat sehingga terjadi peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara
berlebihan. Akumulasi produksi benda keton oleh sel hati dapat menyebabkan asidosis
metabolik. Benda keton utama ialah asam asetoasetat dan beta hidroksi butirat yang dalam
keadaan normal beta hidroksi butirat meliputi 75-85% dan aseton darah merupakan benda
keton yang tidak begitu penting. Meskipun sudah tersedia bahan bakar tersebut sel-sel tubuh
masih tetap lapar dan terus memproduksi glukosa.
-
memberi signal untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen, menghambat lipolisis sel
lemak, menghambat glukoneogenesis pada sel hati serta mendorong proses oksidasi melalui
siklus Krebs dalam mitokondria sel. Proses oksidasi tersebut akan menghasilkan ATP yang
merupakan sumber utama energi sel. Resistensi insulin juga berperan dalam memperberat
keadaan defisiensi insulin relatif. Meningkatnya hormon kontra regulator, meningkatnya
asam lemak bebas, hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa dapat
mengganggu sensitivitas insulin.
-
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor 1,2:
Infeksi.
Tidak minum obat atau insulin.
Penderita tidak tahu kalau menderita DM.
Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong peningkatan
proses katabolik.
Penyakit lainnya yang mendorong stress dan katabolik seperti: infark miokardium, cedera
Diagnosis Banding
poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dan penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pasien dalam keadaan apatis sampai koma, tanda-tanda dehidrasi seperti turgor
turun disertai tanda kelainan neurologis, hipotensi postural, bibir dan lidah kering, tidak ada
bau aseton yang tercium dari pernapasan dan tidak ada pernapasan Kussmaul.4
-
HONK biasanya terjadi pada orang tua dengan DM yang mempunyai suatu penyakit
penyerta yang mengakibatkan menurunnya asupan makanan.4 Faktor pencetus dapat
dibagi menjadi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Infeksi
Pengobatan
Non-compliance
DM tidak terdiagnosis
Penyalahgunaan obat
Penyakit penyerta (infark miokard akut, sindrom Cushing, hipertermia, hipotermia, gagal
ginjal, emboli paru)
-
lebih sering pada usia lanjut dan berhubungan dengan penyakit kardiovaskular atau penyakit
utama lainnya, dan dehidrasi.5
-
Pankreatitis Akut6
-
ditemukan di klinik. Penyebab suatu episode pankreatitis akut tidak selalu mudah ditentukan
namun pada dasarnya dapat diakibatkan baik oleh infeksi, virus, bakteri, batu saluran
empedu, alkohol atau obat-obatan tertentu dan 30% tidak diketahui penyebabnya. 6 Di
Indonesia dilaporkan bahwa pankreatitis akut adalah sebagai komplikasi demam berdarah
dengue (DBD) atau demam tifoid. Pankreatitis akut merupakan penyakit sistemik yang terdiri
dari 2 fase yaitu:6
a. Fase awal, yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator inflamasi, disebut systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam.
b. Fase lanjut, merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh alami yang menyebabkan
keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang biasanya dimulai pada awal minggu
kedua.
-
Manifestasi klinis dari pankreatitis akut adalah pasien biasanya datang dengan
keluhan nyeri perut hebat, melintang, dan tembus sampai ke bagian punggung. Biasanya
disertai muntah. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, dan umumnya tidak dapat
diatasi dengan obat analgesik biasa.6 Tidak jarang pasien datang dengan kembung atau
mengarah ke tanda-tanda ileus paralitik. Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan
sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil.
-
Gejala
Nyeri epigastrium menetap > 5 jam
Mual, muntah
Nyeri periumbilikal
Keadaan umum sedang-berat
Nadi > 90x/menit
Suhu aksila > 37,5C
Nyeri hipogastrium kiri/kanan
Leukositosis > 10.000/l
Skor
1
1
2
1
1
1
1
1
Krisis Tiroid7
seperti iritabilitas, agitasi, labilitas emosi, nafsu makan kurang dengan berat badan sangat
turun, keringat berlebih dan intoleransi suhu, serta prestasi sekolah yang menurun akibat
penurunan rentang perhatian. Riwayat penyakit sekarang yang umum dikeluhkan oleh pasien
adalah demam, berkeringat banyak, penurunan nafsu makan dan kehilangan berat badan.
Keluhan saluran cerna yang sering diutarakan oleh pasien adalah mual, muntah, diare, nyeri
perut, dan jaundice. Sedangkan keluhan neurologik mencakup gejala-gejala ansietas (paling
banyak pada remaja tua), perubahan perilaku, kejang dan koma.
-
melebihi 38,5C. Pasien bahkan dapat mengalami hiperpireksia hingga melebihi 41C dan
keringat berlebih. Tanda-tanda kardiovaskular yang ditemukan antara lain hipertensi dengan
tekanan nadi yang melebar atau hipotensi pada fase berikutnya dan disertai syok. Takikardi
terjadi tidak bersesuaian dengan demam. Tanda-tanda gagal jantung antara lain aritmia
(paling banyak supraventrikular, seperti fibrilasi atrium, tetapi takikardi ventrikular juga
dapat terjadi). Sedangkan tanda-tanda neurologik mencakup agitasi dan kebingungan,
hiperrefleksia dan tanda piramidal transien, tremor, kejang, dan koma. Tanda-tanda
tirotoksikosis mencakup tanda orbital dan goiter.
-
Hasil pemeriksaan laboratorium mungkin tidak akan didapat dengan cepat dan
biasanya tidak membantu untuk penanganan segera. Temuan biasanya mencakup peningkatan
kadar T3, T4 dan bentuk bebasnya, peningkatan uptake resin T3, penurunan kadar TSH, dan
peningkatan uptake iodium 24 jam.
-
secara mendadak, efek T3 pasca transkripsi, meningkatnya kepekaan sel sasaran dan
sebagainya. Faktor risiko krisis tiroid antara lain:7
-
Apabila terdapat triad maka kita dapat meneruskan dengan menggunakan skor
indeks klinis krisis tiroid dari Burch-Wartosky. Skor menekankan pada 3 gejala pokok yaitu
hipertermia, takikardia, dan disfungsi susunan saraf.7
-
Penatalaksanaan1,3,8
Tatalaksana Segera3,8
Kriteria diagnostik3
Langkah 1. Pemberian cairan initial 0,9% NaCl dengan regimen sebagai berikut:8
1. 500 ml cairan dalam 10-15 menit jika tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg.
Ulangi dan minta bantuan senior jika tidak ada perubahan tekanan darah sistolik
2. Jika tekanan darah sistolik meningkat lebih dari 90 mmHg, berikan 1L cairan dalam 60
menit
3. Koreksi elektrolit, pemberian KCl pada 2 jam dan 4 jam berikutnya
4. Tambahkan glukosa 10% 125 ml/jam jika gula darah kurang dari 14 mmol/L
-
Langkah 2. Berikan insulin (FRII) 0,1 U/kg/jam berdasarkan estimasi berat badan
pasien.3,8
Langkah 4. Pemeriksaan lanjutan, gula darah vena, fungsi renal, hitung darah lengkap,
kultur darah, EKG, foto thorak, dan kultur urin.
Langkah 5. Monitor gula darah kapiler per jam, keton darah kapiler per jam,
bicarbonate dan kalium darah vena pada 60 menit, 2 jam, dan 2 jam kemudian, dan
monitor elektrolit plasma tiap 4 jam. Monitoring cardiac secara continous dan pulse
oxymetri.
Tatalaksana Lanjutan1,3,8
Heparin bila ada DIC atau bila hiperosmolar (> 380 mOsm/L)
-
Kegunaan rehidrasi pada KAD ialah untuk memperbaiki perfusi jaringan dan
menurunkan hormon kontraregulator insulin.1 Prinsip baru pada penanganan KAD ialah
kecepatan infus insulin berdasarkan estimasi berat badan.3 Administer insulin berdasarkan
berat bedan menyebabkan akomodasi sebagian dari keadaan resistensi insulin.
-
Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat, hiperkalemia yang
fatal sangat jarang dan bila terjadi harus segera diatasi dengan pemberian bikarbonat. Bila
pada elektrokardiogram ditemukan gelombang T yang tinggi, pemberian cairan dan insulin
dapat segera mengatasi keadaan hiperkalemi tersebut. Yang perlu menjadi perhatian adalah
hipokalemia yang dapat fatal selama pengobatan KAD. 1 Ion kalium terutama terdapat di
intraselular.
-
Pada keadaan KAD, ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya dikeluarkan
melalui urin. Total defisit K yang terjadi selama KAD diperkirakan mencapai 3-5 mEq/kg
BB. Selama terapi KAD, ion K kembali mempertahankan kadar K serum dalam batas
normal., perlu pemberian kalium. Pada pasien tanpa gagal ginjal serta tidak ditemukannya
gelombang T yang lancip dan tinggi pada elektrokardiogram, pemberian kalium segera
dimulai setelah jumlah urine cukup adekuat.
-
Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Adapun alasan
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH kurang dari 7,1 walaupun
demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang mengancam tetap merupakan
indikasi pemberian bikarbonat.
-
Penutup
KAD merupakan komplikasi dari diabetes mellitus (DM) yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Pada KAD dapat terjadi dehidrasi berat
akibat diuresis osmotik dan sampai dapat menyebabkan syok. Terjadi defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra regulator seperti glukagon,
katekolamin, dan hormon pertumbuhan. Keadaan tersebut menyebabkan produksi
glukosa hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil
akhir yaitu hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia sangat bervariasi dan tidak
menentukan berat-ringannya KAD. Prinsip-prinsip pengelolaan KAD adalah
penggantian cairan dan garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan
glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin, mengatasi stress sebagai pencetus
KAD, dan mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
Daftar Pustaka