Proses Bahan Baku Biomassa Menjadi Biodiesel - 2 PDF
Proses Bahan Baku Biomassa Menjadi Biodiesel - 2 PDF
MODUL
Disusun oleh:
Nurhayati, S.Pd, M.Si
Editor:
Niamul Huda, ST., M.Pd
Didukungi oleh:
KATA PENGANTAR
berusaha untuk melatih diri memecahkan berbagai persoalan sesuai dengan tuntutan
kompetensi yang akan dipilih.
Di dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas- tugas dan tes formatif
dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara mandiri/kelompok oleh setiap peserta diklat
dalam
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Deskripsi Modul ..................................................................................................... 3
C. Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 3
D. Materi Pokok dan Sub Pokok................................................................................. 3
BAB II KEGIATAN PEMBELAJARAN .............................................................................. 4
A. Materi Pokok 1 ....................................................................................................... 4
1.
2.
3.
Uraian : ............................................................................................................... 4
4.
Rangkuman ...................................................................................................... 15
5.
Evaluasi ............................................................................................................ 16
2.
3.
Uraian : ............................................................................................................. 17
4.
Rangkuman ...................................................................................................... 26
5.
Evaluasi ............................................................................................................ 26
ii
2.
3.
Uraian : ............................................................................................................. 27
4.
Rangkuman ...................................................................................................... 51
5.
Evaluasi ............................................................................................................ 52
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Buah Jarak Pagar pada Berbagai Tingkat Kematangan ................................. 6
Gambar 2 Alat Bantu Panen Kelapa Sawit ...................................................................... 6
Gambar 3 Alat Pemecah Buah Jarak .............................................................................. 7
Gambar 4 Pengepresan Biji menggunakan Dongkrak Hidrolik ........................................ 9
Gambar 5 Alat Press Berulir ............................................................................................ 9
Gambar 6 Desain Screw Press Single Stag .................................................................. 10
Gambar 7 Teknik Ekstraksi Minyak Menggunakan pelarut (kiri) dan teknik pemisahan
minyak dari pelarut ........................................................................................................ 10
Gambar 8 Alat Penyaring Minyak Nabati (a) Tipe Putar (b) Tipe Horizontal ................. 11
Gambar 9 Alat Sterilizer ................................................................................................ 13
Gambar 10 Alat Threser ................................................................................................ 13
Gambar 11 Alat Vibrator Screen.................................................................................... 14
Gambar 12 Crude Oil Tank............................................................................................ 14
Gambar 13 Reaksi Transesterifikasi Trigliserida dengan Metanol................................. 17
Gambar 14(a) Rangkaian Alat Transesterifikasi (b) Pemisahan Gliserol ....................... 24
Gambar 15 Pencucian Biodiesel ................................................................................... 25
Gambar 16 Pengeringan Biodiesel Metode Vakum ....................................................... 25
Gambar 17 Alat Viskometer Cannon Fenske ................................................................ 50
Gambar 18 Piknometer ................................................................................................. 51
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Materi Pokok dan Sub Materi Pokok................................................................... 3
Tabel 2 Standar Biodiesel yang Berlaku di Indonesia ................................................... 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cadangan
energi
fosil
kita
semakin
hari
semakin
berkurang
sedangkan
Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisik yang serupa dengan minyak solar
sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan
minyak solar. Biodiesel sebagai bahan bakar alternatif memiliki beberapa kelebihan
dibanding bahan bakar diesel petroleum (Haryanto, 2007). Kelebihan tersebut
antara lain
(1) merupakan bahan bakar yang tidak beracun dan dapat dibiodegradasi,
(2) mempunyai bilangan setana yang tinggi,
(3) mengurangi emisi karbon monoksida, hidrokarbon dan NOx, dan
(4) terdapat dalam fasa cair.
Dengan keunggulan-keunggulan di atas, biodiesel dapat menjadi bahan bakar
minyak yang dapat dikomersialisasikan dan memiliki nilai tambah lebih tinggi
daripada solar.
Kajian biodiesel dari sisi investasi dan pengembangan kebijakannya sangat
diperlukan dalam upaya lebih menyemarakkan pengembangan biodiesel sebagai
energi terbarukan yang sudah mulai tumbuh saat ini. Sehingga diharapkan nanti
pengembangan biodiesel dapat dilakukan oleh semua kelompok masyarakat dari
skala besar sampai skala menengah/kecil.
Pengembangan energi terbarukan membutuhkan pengetahuan dan teknologi
tentang alternatif dan aplikasi energi terbarukan. Ketersediaan teknisi terampil yang
memadai, yang mampu merencanakan, menginstal dan memelihara energi
terbarukan merupakan suatu keharusan. Untuk itu integrasi Teknologi Energi
Terbarukan (TET) di sekolah teknik menengah kejuruan (SMK) secepatnya harus
dilaksanakan.
Mengingat kehadiran energi terbarukan dalam hal ini biodiesel di masa depan
sangat diperlukan maka harus di susun bahan ajar/ modul tentang biodiesel untuk
para guru agar selanjutnya guru dapat menyampaikan pada anak didiknya di SMK.
B. Deskripsi Modul
Maksud penulisan modul ini sebagai penuntun bagi guru (peserta diklat), untuk
memberikan wawasan dalam melaksanakan pembelajaran biodiesel tentang
pembuatan dan pengujian mutu biodiesel.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran diuraikan secara singkat di bawah ini :
1. Menguasai pengolahan bahan baku biodiesel
2. Menguasai pembuatan biodiesel
3. Menguasai pengujian sifat-sifat biodiesel
No.
1.
Materi Pokok
Pengolahan bahan baku
biodiesel
Sub Pokok
a) memilih bahan baku
b) memecah buah
c) mengeringkan bahan baku
d) mengekstraksi minyak nabati
e) menjernihkan minyak nabati
2.
Pembuatan biodiesel
a)
b)
c)
d)
proses transesterifikasi
proses esterifikasi
proses pencucian biodiesel
proses pengeringan biodiesel
3.
a) standar biodiesel
b) pengujian beberapa sifat fisika dan
kimia biodiesel
BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Materi Pokok 1
1. Judul : Pengolahan Bahan Baku Biodiesel
2. Indikator Keberhasilan :
a) Memahami cara memilih bahan baku
b) Memahami cara memecah buah
c) Memahami cara mengeringkan bahan baku
d) Memahami cara mengekstraksi minyak nabati
e) Memahami cara menjernihkan minyak nabati
3. Uraian :
a) Memilih bahan baku
FAME atau fatty acid methyl ester (metil ester asam lemak) adalah minyak
nabati, lemak hewani atau minyak goreng bekas yang diubah melalui proses
transesterifikasi yang pada dasarnya mereaksikan minyak-minyak tersebut
dengan methanol dan katalisator NaOH atau KOH. Secara popular, FAME
disebut dengan nama biodiesel.
Semua minyak yang berasal dari tanaman bisa dijadikan FAME atau
biodiesel. Di mancanegara bahan yang digunakan bisa berasal dari
tanaman berikut ini :
Kedelai (Glycine max) sehingga disebut SME (soy bean methyl ester)
Saat ini, Pertamina Biosolar menggunakan FAME, tepatnya POME (palm oil
methyl ester) berasal dari minyak sawit (CPO, crude palm oil)
Minyak nabati harus dikonversi ke metil ester jika akan digunakan sebagai
bahan bakar, khususnya mesin dengan putaran tinggi (mobil) karena
kekentalan (viskositas) minyak nabati sangat tinggi. Viskositas CPO sebesar
24,3; viskositas minyak jarak sebesar 49,15; sedangkan minyak solar atau
diesel sebesar 1,6 5,8.
Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting dalam pengolahan
biodiesel, mulai dari jenis bahan baku yang digunakan hingga waktu yang
terbaik untuk memanen bahan baku. Di Indonesia banyak terdapat tanaman
penghasil minyak oleh karena itu perlu dipilih bahan baku yang mudah
didapatkan dan banyak terdapat di lingkungan sekitar. Pemilihan lokasi
prosesing yang dekat dengan lokasi bahan baku karena bahan baku yang
telah dipanen diharapkan segara dapat di proses lebih lanjut. Waktu yang
lama antara pemanenan dengan ekstraksi minyak, dapat mengakibatkan
penurunan kualitas minyak yang dihasilkan.
Kandungan minyak tertinggi pada tanaman paling banyak terdapat pada
bagian kernel, kecuali pada kelapa sawit dan kelapa. Rendemen minyak
tertinggi pada kedua tanaman tersebut terdapat pada bagian buah.
Waktu panen juga berpengaruh terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Buah yang dipanen hendaknya dipilih buah yang telah matang secara
fisiologis. Walaupun kadangkala buah yang lewat matang rendemen
minyaknya lebih tinggi, namun kandungan asam lemak bebasnya (ALB)
lebih tinggi. Minyak yang memiliki kadar ALB tinggi dapat meningkatkan
biaya produksi, lama proses dan menurunkan rendemen biodiesel. Oleh
karena itu bahan yang dipilih sebaiknya telah matang secara fisiologis.
Sebagai contoh, buah jarak pagar pada saat masak, kulit buah berubah
warna yang semula hijau menjadi kuning dan akan berubah menjadi hitam
setelah buah terlewat matang. Panen sebaiknya dilakukan saat buah sudah
masak (warna kuning) karena rendemen biji jarak pagar pada buah yang
masih muda (warna hijau) menghasilkan rendemen minyak sebesar 20,7%,
5
a) Pemecahan buah
Pemecahan buah dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Cara
manual dilakukan dengan menggilas buah yang dihamparkan dilantai
dengan menggunaan kaki. Secara mekanis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pemecah buah jarak.
Prinsip kerja alat ini adalah pengupasan kulit buat akibat gesekan buahbuah dalam ruang di antara silinder yang berputar pada kecepatan
tertentu dengan konkaf. Mesin ini dilengkapi dengan separator sehingga
biji-biji jarak pagar hasil pengupasan relatif sudah bersih dari kulit buah,
gagang, atau kotoran lainnya. Namun jika buah yang di proses terlalu
matang (berwarna coklat/hitam), biji dapat bercampur dengan kulit buah
bagian dalam (cangkang).
mencapai
7%.
Proses
pengeringan
dapat
dilakukan
yang
mempunyai
celah
dengan
ukuran
besi
tertentu
pagar,
dengan teknik
produksi
menjadi
lebih
besar
karena
proses
pendahuluan,
yaitu
pengecilan
ukuran
dan
pemasakan/pemanasan.
(3) Rendemen yang dihasilkan lebih tinggi
10
mampu
dibandingkan
menghasilkan
dengan
metode
minyak
yang
yang
lain.
lebih
Namun
banyak
biaya
Gambar 8 Alat Penyaring Minyak Nabati (a) Tipe Putar (b) Tipe Horizontal
padatan
setelah
ekstrasi
minyak
dari
biji
dapat
11
dimasukkan
ke
dalam
mesin
pemisah
untuk
12
Sterilizer (perebusan)
Proses sterilizer ini bertujuan untuk melunakkan daging buah agar
mudah terlepas dan pemerasan daging buah dapat lebih mudah,
serta mempermudah proses pemisahan tandan dengan brondolan,
juga menurunkan kadar air buah dan pengumpulan protein dan
menonaktifkan
enzim
lipase
yang
merupakan
katalisator
Threser
Kegunaan threser ini adalah untuk memisahkan brondolan dengan
tandan kosong, sehingga hasilnya lebih maksimal.
13
Digester
Fungsi dari digester adalah untuk mencambik dan melumatkan
buah serta melepaskan biji dari serabut yang membungkusnya.
Presser
Presser ini kegunaannya adalah untuk memisahkan minyak pada
masa minyak yang berbentuk bubur dari ampasnya.
Sand trap tank
Fungsinya untuk mengendapkan pasir dan minyak kasar, supaya
pengendapan dapat berlangsung cepat dengan suhu 90C
Vibrator screen
Vibrator ini berfungsi sebagai penyaring minyak yang bekerja
dengan getaran.
4. Rangkuman
a) memilih bahan baku
Pemilihan bahan baku yang tepat sangat penting dalam pengolahan
biodiesel, mulai dari jenis bahan baku yang digunakan hingga waktu yang
terbaik untuk memanen bahan baku. Di Indonesia banyak terdapat tanaman
penghasil minyak oleh karena itu perlu dipilih bahan baku yang mudah
didapatkan dan banyak terdapat di lingkungan sekitar. Pemilihan lokasi
prosesing yang dekat dengan lokasi bahan baku karena bahan baku yang
telah dipanen diharapkan segara dapat di proses lebih lanjut. Waktu yang
lama antara pemanenan dengan ekstraksi minyak, dapat mengakibatkan
penurunan kualitas minyak yang dihasilkan.
b) memecah buah
Pemecahan buah dapat dilakukan secara manual maupun mekanis. Cara
manual dilakukan dengan menggilas buah yang dihamparkan dilantai
dengan menggunaan kaki. Secara mekanis dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pemecah buah jarak.
c) mengeringkan bahan baku
Proses pengeringan bahan baku (biji) diperlukan untuk mengurangi air yang
terdapat pada bahan. Masih banyaknya air pada biji dapat menghambat
proses ekstraksi minyak
d) mengekstraksi minyak nabati
e) Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung
minyak
atau
15
5. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini !
a) Mengapa minyak nabati harus dikonversi ke metil ester jika akan digunakan
sebagai bahan bakar?
b) Mengapa lokasi prosesing harus dekat dengan lokasi bahan baku ?
c) Mengapa buah yang dipanen untuk dijadikan bahan baku biodiesel harus
matang fisiologis ?
d) Jelaskan manfaat pengeringan bahan baku (biji)
e) Jelaskan beberapa metode ekstraksi
16
B. Materi pokok 2
1. Judul : Pembuatan Biodiesel
2. Indikator Keberhasilan :
a) Mampu memahami proses transesterifikasi
b) Mampu memahami proses esterifikasi
c) Mampu memahami proses pencucian biodiesel
d) Mampu memahami proses pengeringan biodiesel
3. Uraian :
a) Proses Pembuatan Biodiesel
(1)
Transesterifikasi
Salah satu proses pembuatan biodiesel yang paling banyak digunakan
dalam industri adalah transesterifikasi minyak nabati. Transesterifikasi
adalah reaksi antara trigliserida dan alkohol menghasilkan gliserol
bebas dan ester alkil asam lemak yang pertama kali dilakukan pada
tahun 1852 (Duffy, 1852).
CH2 O COR1
CH2 O COR1
CH O COR
CH3OH
CH O COR2
CH2 O COR3
CH2 OH
CH2 O COR1
CH2 O COR1
CH O COR2
CH3OH
CH OH
R3 - COOCH3
(1)
R2 - COOCH3
(2)
R1 - COOCH3
(3)
CH2 OH
CH2 OH
CH2 O COR1
CH OH
CH2 OH
CH3OH
CH OH
CH2 OH
CH2 OH
CH2 O COR1
CH2 OH
CH O COR2
CH2 O COR
3 CH3OH
CH OH
3 R3 - COOCH3 (4)
CH2 OH
Fasa bawah
(Gliserol)
Fasa atas
(FAME)
17
18
mol
alkohol
per-mol
trigliserida.
Agar
alkohol
berlebih
direkomendasikan.
sebagai
Menurut
reaktan
Freedman
termurah
dkk
seringkali
(1986),
untuk
metanol : minyak
kedelai sebesar 6 : 1.
(b) Temperatur dan waktu reaksi
Pada temperatur 60oC, dengan menggunakan perbandingan
molar alkohol dengan minyak sebesar 6:1 dan minyak yang murni,
reaksi transesterifikasi selesai 90% dalam waktu 1 jam. Parameter
temperatur reaksi 60oC dan rasio molar metanol : minyak sebesar
6:1 dijadikan standar untuk transesterifikasi berbasis metanol
(Mittelbach & Remschmidt, 2004).
(c) Kemurnian minyak nabati
Transesterifikasi berkatalis basa dapat bekerja optimal pada
minyak nabati berkualitas tinggi dan memiliki kandungan asam
yang rendah, sehingga minyak ini lebih mahal dari minyak sisa.
(d) Pengaruh kehadiran air dan asam lemak bebas
Untuk mendapatkan perolehan yang maksimal, alkohol harus
bebas air dan mengandung asam lemak bebas lebih kecil dari
0,5%. Bila ada air, maka akan terjadi hidrolisis alkil ester yang
terbentuk menjadi asam lemak bebas. Selain itu, karena
trigliserida merupakan ester, maka reaksi trigliserida dengan air
dapat membentuk asam lemak bebas.
19
(2) Esterifikasi
Minyak-lemak mentah tak jarang mengandung asam lemak bebas
dalam
jumlah
besar.
Untuk
minyak-lemak
mentah
seperti
ini,
+ CH3OH
sulfonat
organik,
dan
resin
penukar
kation
asam
kuat
20
ester metil asam lemak akan bersifat basa yang seharusnya netral atau
dengan keasamanan 0,5 mg KOH/gnya.
Gliserol merupakan produk metanolisis trigliserida minyak nabati dan
dihasilkan bersama-sama dengan ester metil asam lemak. Sebagian
kecil gliserol akan berada pada fasa ester metil asam lemak ketika
proses pemisahan fasa sedangkan sebagian besar akan terbawa pada
fasa bawahnya. Gliserol yang tertinggal harus dihilangkan sampai
kurang dari 0,24%-berat. Kadar gliserol yang tinggi akan mengakibatkan
terbentuknya gum pada nosel injeksi bahan bakar di ruang mesin.
Sabun merupakan hasil reaksi samping pembuatan ester metil asam
lemak yang diakibatkan adanya air dalam kadar kecil sekalipun.
Sebagian besar sabun yang terbentuk akan terbawa pada fasa gliserol
ketika
pemisahannya,
tetapi
kadar
sabun
yang
tinggi
akan
Pengadukan dilakukan
ii.
iii.
Alat
Kondensor spiral
Termometer
Corong pisah
Bahan
Minyak
KOH teknis
Metanol teknis
Prosedur
kondensor
iv.
Perhitungan
Kebutuhan Metanol Transesterifikasi
Mr asam lemak =
56100
SV
22
V minyak minyak
Mr asam lemak
ii.
iii.
Alat
Kondensor spiral
Termometer
Corong pisah
Bahan
Minyak
Metanol teknis
Prosedur
23
Pisahkan
fasa
biodiesel,
lanjutkan
dengan
reaksi
transesterifikasi.
iv.
Perhitungan
AV V minyak minyak
56100
20
(a)
(b)
24
25
4. Rangkuman
a) Proses transesterifikasi
Transesterifikasi adalah reaksi antara trigliserida dan alkohol menghasilkan
gliserol bebas dan ester alkil asam lemak.
b) Proses esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari asam karboksilat dengan
alkohol. Esterifikasi bertujuan untuk menurunkan angka asam bahan baku.
c) Pencucian biodiesel bertujuan untuk menghilangkan methanol, gliserol dan
katalis
yang
tersisa
pada
biodiesel.
Pencucian
dilakukan
dengan
menggunakan air.
d) Pengeringan biodiesel bertujuan untuk menghilangkan air dan methanol
yang tersisa pada biodiesel. Pencucian dilakukan dengan pemanasan dan
pompa vakum.
5. Evaluasi
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
a) apa yang dimaksud dengan transeseterifikasi
b) apa yang dimaksud dengan esterifikasi
c) apa tujuan esterifikasi
d) jelaskan proses estertifikasi secara sederhana
e) jelaskan proses esterifikasi secara sederhana
f)
26
C. Materi pokok 3
1. Judul : Pengujian biodiesel
2. Indikator Keberhasilan :
a) Mampu memahami standar biodiesel
b) Mampu menguji beberapa sifat fisika dan kimia biodiesel
3. Uraian :
a) Standar Biodiesel
Standar biodiesel disusun untuk menjaga kualitas biodiesel yang diproduksi
dan diniagakan sehingga membangun kepercayaan dari konsumen. Selain
itu, standar biodiesel menuntun para produsen biodiesel dan peneliti dalam
penelitian dan pengembangan biodiesel. Beberapa syarat mutu yang
penting dalam standar biodiesel adalah :
(1) Kadar ester metil biodiesel, yakni tidak boleh lebih kecil dari 96,5%.
Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka harus dilakukan proses
pemisahan TAG, DAG, dan MAG dari ester, yang merupakan proses
yang mahal dan sulit.
(2) Kestabilan oksidasi, yakni untuk mengetahui sejauh mana biodiesel
stabil terhadap serangan oksigen. Kestabilan oksidasi merupakan salah
satu sifat yang paling penting. Produk-produk hasil oksidasi dapat
mengganggu fungsi mesin/kendaraan dan bahkan dapat menciptakan
kerusakan dalam mesin. Buruknya kestabilan oksidasi meningkatkan
resiko pembentukan gum, endapan, dan senyawa tak terlarut lainnya.
(3) Viskositas, adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialrkan dalam pipa
kapiler terhadap gaya gravitasi. Biasanya dinyatakan dalam waktu yang
diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin
tinggi, tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini
sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin
diesel.
27
(auto
ignition).
Skala
untuk
angka
setana
biasanya
(5) Titik kabut atau titik awan (cloud point) adalah temperatur suatu minyak
keruh bagaikan berkabut, tidak lagi jernih pada saat di dinginkan. Jika
temperatur diturunkan lebih lanjut akan di dapat titik tuang (pour point).
Temperatur ini adalah titik temperatur terendah yang menunjukkan
mulai terbentuknya Kristal paraffin yang dapat menyumbat saluran
bahan bakar.titik ini dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka
iodium). Semakin tinggi ketidakjenuhan, titik tuang akan semakin
rendah. Titik tuang juga dipengaruhi oleh panjang rantai karbon.
Semakin panjang rantai karbon, semakin tinggi titik tuangnya.
SNI menetapkan titik kabut FAME maksimum sebesar 18C sehingga
relatif aman karena biosolar mensyaratkan titik tuang maksimum 18C.
dengan ketentuan ini, FAME ex minyak sawit (BMS: biodiesel minyak
sawit atau POME: palm oil methyl ester) dapat digunakan dengan baik
di sebagian besar daerah tropis karena memiliki titik kabut 12-14C.
FAME ex minyak jarak bisa digunakan di daerah sub tropis dan dataran
tinggi di daerah tropis karena titik kabutnya dapat mencapai 3C.
(6) Titik nyala (flash point) adalah titik temperatur terendah yang
menyebabkan bahan bakar dapat menyala. Penentuan titik nyala ini
berkaitan dengan keamanan dalam penyimpanan dan penanganan
bahan bakar. SNI menetapkan titik nyala biodiesel lebih tinggi sehingga
lebih aman dibandingkan dengan petrodiesel atau biosolar.
Titik nyala biodiesel berbasis CPO sebenarnya 185C. angka ini jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai standar petrosolar (HSD
Pertamina), minimum 66C. SNI biodiesel menetapkan minimum 100C
untuk mengeliminasi kontaminasi methanol akibat proses konversi
minyak nabati yang tak sempurna. Methanol memiliki titik nyala yang
rendah yaitu 11C.
(7) Kadar air dan sedimen. Di Negara yang mempunyai musim dingin,
kandungan air yang terkandung dalam bahan bakar dapat membentuk
Kristal yang bisa menyumbat aliran bahan bakar. Keberadaan air juga
29
pada
biodiesel murni
dan
dalam
proses
blending.
tidak
digunakan
untuk
mesin
diesel
karena
akan
Batas nilai
Metode Uji
Metode setara
850 890
ASTM D 1298
ISO 3675
2,3 6,0
ASTM D 445
ISO 3104
min. 51
ASTM D 613
ISO 5165
min. 100
ASTM D 93
ISO 2710
maks. 18
ASTM D 2500
maks. no. 3
ASTM D 130
ISO 2160
maks. 0,05
(maks. 0,3)
ASTM D 4530
ISO 10370
maks. 0,05
ASTM D 2709
maks. 360
ASTM D 1160
maks. 0,02
ASTM D 874
ISO 3987
maks. 100
ASTM D 5453
maks. 10
AOCS Ca 12-55
FBI-A05-03
maks. 0,8
AOCS Cd 3-63
FBI-A01-03
maks. 0,02
maks. 0,24
min. 96,5
AOCS Ca 14-56
AOCS Ca 14-56
dihitung
FBI-A02-03
FBI-A02-03
FBI-A03-03
maks. 115
AOCS Cd 1-25
FBI-A04-03
Negatif
AOCS Cb 1-25
FBI-A06-03
40C, kg/m
Viskos. kinem. pd 40
2
C, mm /s (cSt)
Angka setana
Titik nyala (mangkok
tertutup),C
Titik kabut,C
Korosi bilah tembaga
(3 jam, 50C)
Residu karbon (%-b),
- dalam contoh asli
- dalam 10 % ampas
distilasi
Air dan sedimen, %vol.
Temperatur distilasi
90 %, C
Abu tersulfatkan, %-b
Belerang, ppm-b
(mg/kg)
Fosfor, ppm-b
(mg/kg)
Angka asam, mgKOH/g
Gliserol bebas, %-b
Gliserol total, %-b
Kadar ester alkil, %-b
Angka iodium, %-b
(g-I2/100 g)
Uji Halphen
32
sehingga
terkategori
akrab
lingkungan.
Viskositas
biodiesel
ditetapkan relatif rendah yakni 2,3-6,0 mm2/s, hal ini dapat dicapai apabila
konversi minyak nabati secara kimia di pabrik biodiesel berlangsung
sempurna. Seperti di ketahui viskositas minyak nabati tergolong tinggi
hingga sangat tinggi (CPO sebesar 24,3, sedangkan viskositas minyak
jarak sebesar 49,15).
Buret 25 mL
Erlenmeyer 250 mL
33
Pipet tetes
Bahan
Kloroforom Pa
KOH Pa
Fenolftalein
Larutan-larutan
(1) Larutan 0,1 N kalium hidroksida di dalam etanol 95 %-v
Refluks campuran 1,2 liter etanol 95 %-v dengan 10 gram KOH dan
6 gram pelet aluminium (atau aluminum foil) selama 1 jam dan
kemudian langsung destilasikan
Larutkan 7 gram KOH mutu reagen atau pro analisis ke dalam 1 liter
alkohol distilat tersebut. Biarkan selama 5 hari untuk mengendapkan
pengotor-pengotor dan kemudian dekantasikan larutan jernihnya ke
dalam botol gelas coklat bertutup karet.
Isi buret dengan larutan KOH dalam alkohol yang akan distandarkan
Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret
cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua
percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut
34
Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH
beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu
WKHF
(VKOH .204,21)
dimana:
WKHF adalah berat kalium hidrogen ftalat (mg)
VKOH adalah volume larutan KOH yang distandarkan (mL)
204,21 adalah berat molekul kalium hidrogen ftalat (g/mol)
Cara 2:
Isi buret dengan larutan KOH dalam alkohol yang akan distandarkan
Atur posisi gelas piala pada pelat pengaduk sehingga ujung buret
cukup dekat dengan permukaan cairan, untuk menjamin semua
percikan jatuh ke dalam cairan dalam gelas piala tersebut
Sambil terus diaduk, titrasi isi gelas piala dengan larutan KOH
beralkohol sampai ke titik akhir berjangkitnya warna merah jambu
5.N HCl
VKOH
35
Prosedur Analisa
Dalam keadaan teraduk kuat, titrasi larutan isi labu Erlenmeyer dengan
larutan KOH dalam alkohol sampai kembali berwarna merah jambu
dengan intensitas yang sama seperti pada campuran pelarut yang telah
dinetralkan di atas. Warna merah jambu ini harus bertahan paling
sedikitnya 15 detik.
Perhitungan
56,1.V.N
m
mg KOH/g biodiesel
dimana:
V adalah volume larutan KOH dalam alkohol yang dibutuhkan pada
titrasi (mL)
N adalah normalitas eksak larutan KOH dalam alkohol.
M adalah berat contoh biodiesel ester alkil (g)
Catatan :
Campuran pelarut yang sudah dinetralkan adalah campuran pelarut (50
mL etanol dan 50 mL kloroforom) ditambahkan 6 tetes fenolftalein
kemudian ditambahkan KOH-etanol sampai warna campuran merah
jambu.
titrimetri. Angka asam adalah banyak miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan satu (1) gram contoh biodiesel. Melalui kombinasi dengan
hasil-hasil analisis angka asam (FBI-A01-03) dan gliserol total (FBI-A02-03),
angka penyabunan yang diperoleh dengan metode standar ini dapat
dipergunakan untuk menentukan kadar ester di dalam biodiesel ester alkil.
Ruang Lingkup
Dapat diterapkan untuk biodiesel yang berupa ester alkil (metil, etil,
isopropil, dst.) dari asam-asam lemak serta berwarna pucat.
Acuan Normatif
Standar ini disusun berdasarkan acuan AOCS Official Method Ca 14-56
Prinsip
Asam lemak bebas ataupun terikat bereaksi dengan KOH membentuk
sabun
Alat
Kondensor spiral
Buret 25 atau 50 mL
Pipet volume 50 mL
Bahan
KOH Pa
Fenolftalein
Larutan-larutan
37
dengan 10 gram KOH dan 6 gram pelet aluminium (atau aluminium foil)
selama 1 jam dan kemudian langsung distilasikan; buang 50 ml distilat
awal dan selanjutnya tampung 1 liter alkohol distilat berikutnya dalam
wadah bersih bertutup gelas. Larutkan 40 gram KOH berkarbonat
rendah ke dalam 1 liter alkohol distilat tersebut sambil didinginkan
(sebaiknya
di
bawah
15
oC);
biarkan
selama
hari
untuk
Prosedur analisis
Setelah labu dan kondensor cukup dingin (tetapi belum terlalu dingin
hingga membentuk jeli), bilas dinding-dalam kondensor dengan
sejumlah kecil aquades. Lepaskan kondensor dari labu, tambahkan 1
mL larutan indikator fenolftalein ke dalam labu, dan titrasi isi labu
dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu persis sirna. Catat
volume asam khlorida 0,5 N yang dihabiskan dalam titrasi.
38
Perhitungan
Angka penyabunan (As) =
56,1(B - C)N
mg KOH/g biodiesel
m
dimana :
B = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi blanko (mL)
C = volume HCl 0,5 N yang dihabiskan pada titrasi contoh (mL)
N = normalitas eksak larutan HCl 0,5 N.
m = berat contoh biodiesel ester alkil (g)
100 ( As Aa 4,57Gttl )
As
dimana :
As = angka penyabunan yang diperoleh di atas (mg KOH/g biodiesel)
Aa = angka asam (prosedur FBI-A01-03) (mg KOH/g biodiesel)
Gttl = kadar gliserin total dalam biodiesel (prosedur FBI-A02-03) (%-b)
d) Metode Analisis Standar Kadar Gliserol Total, Bebas dan Terikat dengan
menggunakan metoda Iodometri
Definisi
Gliserol bebas adalah gliserol yang terdapat dalam sampel biodiesel.
Gliserol total adalah gliserol bebas dan terikat yang ada dalam sampel
biodiesel. Gliserol terikat adalah gliserol dalam bentuk mono, di, trigliserida
yang ada dalam sampel biodiesel. Gliserol bebas ditentukan langsung pada
contoh yang dianalisis, gliserol total setelah contoh-nya disaponifikasi, dan
gliserol terikat dari selisih antara gliserol total dengan gliserol bebas.
39
Ruang Lingkup
Metoda ini digunakan untuk menentukan kadar gliserol total, bebas dan
terikat di dalam ester alkil dengan batas tertinggi 0,24 %-berat untuk gliserol
total dan 0,02 %-berat untuk gliserol bebas.
Acuan Normatif
Standar ini disusun berdasarkan acuan AOCS Official Method ca 14-56
Prinsip
Asam periodat berlebih bereaksi dengan gliserol membentuk senyawa asam
format, formaldehid, ion IO3- dan sisa IO4-. Kemudian ion IO3- dan IO4- sisa
bereaksi dengan KI membentuk senyawa I2 yang berwarna coklat. I2 yang
terbentuk kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat membentuk senyawa
I.-Saat senyawa I2 habis bereaksi dengan natrium tiosulfat, terjadi
perubahan warna indikator pati dari biru menjadi tak berwarna. Jumlah IO4awal diketahui dengan menitrasi blangko. Perbedaan jumlah antara jumlah
titran untuk blangko dan titran ekivalen dengan jumlah gliserol dalam
sampel.
Alat
Kondensor spiral
Buret 25 atau 50 mL
Bahan
Kloroform Pa
KOH Pa
40
Pati
Asam periodat
Larutan-larutan
(1) Larutan Periodat
hipokhlorit
[NaOCl]
%-b,
yang
tersedia
di
41
VK 2Cr2O7 N K 2Cr2O7
VNa 2S2O3
dengan pengertian :
VK 2Cr2O7
N K 2Cr2O7
VNa 2S2O3
menitrasi
(5) Larutan kalium iodida (KI)
42
Prosedur Analisis
(1) Gliserol Total
43
Titrasi isi gelas piala dengan larutan natrium tiosulfat yang sudah
distandarkan (diketahui normalitasnya). Teruskan titrasi sampai
warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, tambahkan
2 mL larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru
kompleks iodium pati persis sirna.
Ulangi langkah (h) s/d (k) untuk mendapatkan data duplo dan (jika
mungkin) triplo.
Timbang 9,9 10,1 0,01 gram contoh biodiesel ester alkil dalam
sebuah botol timbang.
44
2 mL larutan
asam periodat.
Jika
lapisan
akuatik
termaksud
mengandung
bahan
Titrasi isi gelas piala dengan larutan natrium tiosulfat yang sudah
distandarkan (diketahui normalitasnya). Teruskan titrasi sampai
warna coklat iodium hampir hilang. Setelah ini tercapai, tambahkan
2 mL larutan indikator pati dan teruskan titrasi sampai warna biru
kompleks iodium pati persis sirna.
45
Ulangi langkah (f) s/d (i) untuk mendapatkan data duplo dan (jika
mungkin) triplo.
Perhitungan
Kadar Gliserol Total
Hitung kadar gliserol total (Gttl, %-b) dengan rumus :
Gttl (%-b) =
2.302(B C)N
W
dimana :
C = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh (mL)
B = volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blangko (mL)
N = normalitas eksak larutan natrium tiosulfat.
W=
aDari
Bdari
46
Pipet volume 25 mL
Bahan-bahan
Larutan wijs
Kloroform
Kalium iodida
Pati
47
Larutan- larutan
(1) Larutan natrium tiosulfat 0,1 N
VK 2Cr2O7 N K 2Cr2O7
VNa 2S2O3
Dimana,
VK 2Cr2O7 adalah volume kalium dikromat (mL)
N K 2Cr2O7 adalah normalitas kalium dikromat
menitrasi
Prosedur Analisis
(1) Timbang 0,13 0,15 0,001 gram contoh biodiesel ester alkil ke
dalam labu iodium.
(2) Tambahkan 15 mL larutan karbon tetrakhlorida (atau 20 ml camp. 50
%-v sikloheksan 50 %-v asam asetat) dan kocok-putar labu untuk
menjamin contoh larut sempurna ke dalam pelarut
48
12,69(B C)N
W
Dimana:
C adalah volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi contoh
(mL).
B adalah volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi
blangko (mL).
N adalah normalitas eksak larutan natrium tiosulfat
W adalah berat eksak contoh biodiesel yang ditimbang
f)
49
Filer
Prosedur Analisis
(1) 13 mL sampel biodiesel, dimasukkan ke dalam pipa kapiler
(2) Masukkan ke dalam water bath pada suhu 40C
(3) Sampel biodiesel dihisap menggunakan filer sampai batas (a)
(4) Biarkan sampel turun sampai batas (b), kemudian catat waktu dari
batas( b) sampai batas (c)
Perhitungan
V= k . t
a
b
c
a
a
b
c
Dimana:
V = viskositas (Cst)
50
Prosedur Analisis
(1) Timbang pikno kosong dalam keadaan kering, catat beratnya (a)
(2) Panaskan biodiesel sampai suhu 40C
(3) Masukkan biodiesel ke dalam pikno sampai semua terisi penuh tidak
ada ruang kosong pada pikno, kemudian ditimbang (b)
Gambar 18 Piknometer
Perhitungan
=
Dimana:
a = berat pikno kosong (g)
b = berat pikno kosong + biodiesel (g)
v = volume pikno (mL)
4. Rangkuman
a) Standar biodiesel disusun untuk menjaga kualitas biodiesel yang diproduksi
dan diniagakan sehingga membangun kepercayaan dari konsumen.
b) Beberapa syarat mutu yang penting dalam standar biodiesel adalah :
Kestabilan oksidasi
Viskositas
Angka setana
51
Angka iodium
Angka asam
Angka fosfor
5. Evaluasi
a) Mengapa standar biodiesel diperlukan keberadaannya?
b) Jelaskan beberapa syarat mutu yang penting dalam standar biodiesel,
minimal 5 !
c) Jelaskan mengapa kadar air dalam biodiesel tidak boleh melebihi ketentuan
standar biodiesel ?
d) Sebutkan alat keselamatan kerja di laboratorium yang diperlukan ketika
pengujian sifat-sifat biodiesel ?
e) Jelaskan fungsi dari lemari asam ?
52
BAB III
PENUTUP
Biodiesel adalah salah satu bahan bakar alternatif yang terbuat dari minyak nabati yang
merupakan sumber daya yang dapat diperbaharui. Biodiesel dapat dipakai sebagai
bahan bakar kendaraan bermotor dengan tingkat emisi yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan solar-fosil sehingga lebih ramah lingkungan.
Indonesia kaya akan flora dan fauna,
dimanfaatkan dalam ilmu pengetahuan. Dengan beragam tumbuhan yang ada di bumi,
dapat dilakukan banyak penelitian terhadap tanaman yang memiliki potensi dalam
menghasilkan biodiesel.
Biodiesel yang diperoleh dari pengolahan tanaman, di olah dengan proses sedemikian
rupa sehingga diperoleh minyak (biodiesel) dalam jumlah yang banyak. Setiap tanaman
memiliki
bagian
tertentu
yang
bermanfaat,
tanaman-tanaman
tersebut
dapat
dimanfaatkan bijinya dan diolah hingga akhirnya diperoleh biodiesel yang berkualitas
dan bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Standar biodiesel disusun untuk menjaga kualitas biodiesel yang diproduksi dan
diniagakan sehingga membangun kepercayaan dari konsumen. Selain itu, standar
biodiesel menuntun para produsen biodiesel dan peneliti dalam penelitian dan
pengembangan biodiesel.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka sangat diharapkan ilmu
tentang biodiesel akan semakin berkembang untuk menggantikan bahan bakar fosil
yang semakin sedikit jumlahnya. Tidak lepas dari semua itu, pemerintah juga harus ikut
berperan dalam mengembangkan industri biodiesel.
Demikianlah gambaran sekilas mengenai biodiesel (Prosesing Biodiesel), semoga
modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terutama bagi guru-guru SMK agar dapat
terus berkarya dengan mengembangkan ilmu pengetahuannya hingga masa yang akan
datang.
53
DAFTAR PUSTAKA
D.
54