Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS

Pembimbing :
dr. Michael I. L. , SpM.

Disusun oleh:
Lanny Ardianny
NIM : 11 2014 341

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RS. FMC, SENTUL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : 10 Oktober 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit FMC SENTUL
Tanda Tangan
Nama

: Lanny Ardianny

NIM

: 11.2014.341

Dr.Pembimbing

: dr.Michael I. L. SpM

.............................
..

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama

: Ny. DJ

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 66 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Alamat

: Kp. Pasir Kakapa RT 002/RW 003, Kel. Pasirlaja,

Kec.Sukaraja, Bogor, Jawa Barat

Tanggal pemeriksaan : 8 Oktober 2015

II.

ANAMNESA
Anamnesis

: Autoanamnesis

Keluhan utama

: Penglihatan kedua mata buram sejak 3 bulan SMRS.

Keluhan tambahan

: Silau ketika melihat cahaya/lampu

Riwayat perjalanan penyakit :


Pasien datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan keluhan penglihatan
kedua mata buram sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku penglihatan mata kanan
menjadi sangat kabur dalam 3 bulan terakhir, kemudian diikuti dengan mata kiri yang
mulai kabur juga sejak 1 bulan terakhir. Mata kanan pasien dirasa lebih kabur
dibandingkan

dengan

mata

kirinya.

Kabur dirasa perlahan

lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien.
Pasien

merasa

lebih

sulit

melihat

benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga

bendamengeluh

pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap, terasa
silau ketika melihat cahaya/lampu. Tidak ada faktor yang memperburuk atau
meringankan gejala tersebut. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah
ataupun nyeri pada matanya.
Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya. Sebelumnya saat
pandangan mulai kabur, pasien mengaku sering mencuci mata dengan air daun sirih.
Riwayat kencing manis disangkal. Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian
obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu lama.
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kencing manis, penyakit jantung, asma, dan riwayat trauma pada
mata disangkal. Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu dan rutin
konsumsi obat darah tinggi dari dokter. Pasien menyangkal mempunyai keluhan yang
sama sebelumnya.

Riwayat alergi

: Disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit


serupa dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status generalis:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran

: compos mentis

Tanda-tanda vital
Tekanan darah

: 160/90 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Suhu

: 36,3C

Laju pernafasan

: 16x/menit

Kepala

: Normocephal, tidak terdapat deformitas

Telinga

: Discharge (-)

Hidung

: Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-)

Mulut

: Karies gigi (-)

Leher

: Kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran

Thorax
Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Suara napas dasar vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Abdomen

: datar, supel, massa (-),nyeri tekan (-), bising usus (+) N.

Ekstremitas

: Hangat, udema -/-, deformitas (-)

b. Status oftalmologis
KETERANGAN

OD

OS

Tajam penglihatan

0.08 PH 0.5

0.02 PH 0.4

Koreksi

S -3.00 C-3.50 x 1000.6

S-2.00 C-1.75 x 53 0.6

Addisi

S+2.75

S+2.75

Distansia Pupil

56/54 mm

Kaca mata lama

1. VISUS

2. KEDUDUKAN BOLA MATA


Eksoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Endoftalmus

Tidak ada

Tidak ada

Deviasi

Tidak ada

Tidak ada

Gerakan mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Warna

Hitam

Hitam

Letak

Simetris

Simetris

3. SUPERSILIA

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema

Tidak Ada

Tidak Ada

Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Ektropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Entropion

Tidak Ada

Tidak Ada

Blefarospasme

Tidak Ada

Tidak Ada

Trikiasis

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR


Hiperemis

Tidak Ada

Tidak Ada

Folikel

Tidak Ada

Tidak Ada

Papil

Tidak Ada

Tidak Ada

Sikatriks

Tidak Ada

Tidak Ada

Hordeolum

Tidak Ada

Tidak Ada

Kalazion

Tidak Ada

Tidak Ada

6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi konjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Injeksi siliar

Tidak Ada

Tidak Ada

Perdarahan subkonjungtiva

Tidak Ada

Tidak Ada

Pterigium

Tidak Ada

Tidak Ada

Pinguekula

Tidak Ada

Tidak Ada

Nervus pigmentosus

Tidak Ada

Tidak Ada

Kista Dermoid

Tidak Ada

Tidak Ada

Warna

Putih

Putih

Ikterik

Tidak Ada

Tidak Ada

Nyeri Tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Kejernihan

Jernih

Jernih

Permukaan

Licin

Licin

Ukuran

12 mm

12 mm

Sensibilitas

Baik

Baik

Infiltrat

Tidak ada

Tidak ada

Keratik Presipitat

Tidak ada

Tidak ada

Sikatriks

Tidak ada

Tidak ada

Ulkus

Tidak ada

Tidak ada

Perforasi

Tidak ada

Tidak ada

Arkus senilis

Tidak ada

Tidak ada

Edema

Tidak ada

Tidak ada

Tes Plasido

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kedalaman

Dangkal

Dangkal

Kejernihan

Jernih

Jernih

Hifema

Tidak ada

Tidak ada

Hipopion

Tidak ada

Tidak ada

Efek Tyndall

Tidak ada

Tidak ada

Warna

Coklat

Coklat

Kripte

Jelas

Jelas

Bentuk

Bulat

Bulat

Sinekia

Tidak ada

Tidak ada

Koloboma

Tidak ada

Tidak ada

7. SKLERA

8. KORNEA

9. BILIK MATA DEPAN

10. IRIS

11. PUPIL

Letak

Sentral

Sentral

Bentuk

Bulat

Bulat

Ukuran

5 mm

5 mm

Refleks cahaya langung


+
Refleks
cahaya
tidak
+
langsung
12. LENSA
Kejernihan
Keruh

Letak

Ditengah

Ditengah

Tes Shadow

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Positif sangat suram

Positif suram

o Bentuk

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Batas

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Warna

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o C/D Ratio

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Perdarahan

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Exudat

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Sikatriks

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Refleks fovea

Positif suram

Positif suram

o Edema

Sulit dinilai

Sulit dinilai

o Pigmentosa

Sulit dinilai

Sulit dinilai

15. PALPASI
Nyeri tekan

Tidak Ada

Tidak Ada

Massa tumor

Tidak Ada

Tidak Ada

Tensi okuli (digital)

N+0/P

N+0/P

Tonometer Non-contact

16.2 mmHg

14.0 mmHg

+
Keruh

13. BADAN KACA


Kejernihan
14. FUNDUS OKULI
a. Reflex fundus
b. Papil

c. A/V Ratio
d. Retina

e. Makula lutea

16. KAMPUS VISI

Tes konfrontasi

Sama dengan pemeriksa

Sama dengan pemeriksa

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG:


1. Biometri Occuli
2. Pemeriksaan laboratorium darah :
a. Hb,Ht, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT
b. Pemeriksaan glukosa darah
3. Pemeriksaan EKG dan rontgen thoraks
V.

RESUME:
Pasien wanita berumur 66 tahun datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan
keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku
penglihatan mata kanan menjadi sangat kabur dalam 3 bulan terakhir, kemudian
diikuti dengan mata kiri yang mulai kabur juga sejak 1 bulan terakhir. Mata kanan
pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Pasien juga mengeluh
pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap, terasa
lebih silau ketika melihat cahaya/lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat
kencing manis, pasien memiliki riwayat darah tinggi yang terkontrol sejak 1 tahun
yang lalu, tekanan darah saat ini 160/90. Pada pemeriksaan fisik didapati pada OD,
visus 0.08 PH 0.5 dikoreksi dengan kacamata S-3.00 C-3.50 x 100 visus mencapai 0.6
dan kekeruhan pada lensa yang menyeluruh dengan shadow test positif. Pada OS,
visus 0.2-2 PH 0.4 dikoreksi dengan kacamata S-2.00 C-1.75 x 53 visus mencapai 0.6,
kekeruhan pada lensa dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata kanan dan
kiri sulit dinilai karena terhalang oleh kekeruhan lensa.

DIAGNOSIS KERJA:
OD: Katarak senilis stadium Imatur
Miopia

OS : Katarak senilis stadium Imatur


Miopia
VI. DIAGNOSIS BANDING:

VII.

Kekeruhan badan kaca

Endopthalmitis

Glaukoma kronis
PENATALAKSANAAN:

1. Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.
2. Tindakan operasi :
- OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.
3. Kacamata :
Sebelum operasi, dapat diberikan kacamata dengan ukuran sesuai koreksi untuk
membantu penglihatan pasien. Namun pemberian kacamata disarankan diberikan setelah
satu bulan pasca operasi dan setelah visus pasien dievaluasi ulang. Alasan pemberian
kacamata sebulan paska operasi mengingat pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam
pemberian kacamatanya, karena visus pasien juga akan berubah dengan operasi
diakibatkan penanaman lensa intraokuler.
PROGNOSIS
a. Ad vitam: ad bonam
b. Ad fungsionam: ad bonam
c. Ad sanationam: ad bonam

II. TINJAUAN PUSTAKA


DEFINISI
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
KLASIFIKASI1,2
A. Klasifikasi etiologi
I.

Katarak kongenital

II.

Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak oleh karena cedera listrik
6. Katarak oleh karena radiasi
7. Katarak oleh karena logam berat
dan obat-obatan
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down

B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i.

Katarak kaspular anterior

ii.

Katarak kapsular posterior

2. Katarak subkapsular: mengenai bagian superfisial dari korteks (dibawah kapsul)


i.

Katarak subkapsular anterior

ii.

Katarak subkapsular posterior

3. Katarak kortikal: meliputi sebagian besar dari korteks


4. Katarak supranuklear: meliputi bagian dalam korteks (diluar nukelus)
10

5. Katarak nuklear: meliputi nukelus dari lensa


6. Katarak polaris: meliputi kapsul dan bagian superfisial dari korteks pada daerah
polar
i.

Katarak polaris anterior

ii.

Katarak polaris posterior

KATARAK SENILIS
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita)
yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50
tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari
mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak
kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
-

Keturunan : mempengaruhi peran genetik dalam mulainya awitan seorang individu


terkena katarak dan maturasi dari kataraknya tersebut,

Radiasi Ultraviolet: paparan UV yang tinggi mempercepat maturasi dan usia


munculnya katarak.

Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak

Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.

Merokok: merokok mempercepat munculnya katarak. Merokok menyebabkan


penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan chromophores, yang
menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan kekuningan.
Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.

11

Patofisiologi
-

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya
akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari
kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal
sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang
terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weightprotein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif
index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan.
Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif
yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak
terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses

degeneratif sehingga densitasnya akan

berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari
sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang
akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada
epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekulmolekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa
menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti
vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.6

Stadium maturasi katarak senilis :


A. Maturasi dari katarak senilis tipe kortikal1,2
I. Stadium katarak insipien
Merupakan stadium yang paling dini, yang belum menimbulkan gangguan
visus.Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari
roda, terutama mengenai korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa
Spokes of a wheel.

12

Gambar : Katarak stadium insipien Spokes of a wheel


II. Katarak senilis imatur:
Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang jernih, maka
terdapat iris shadow. Kekeruhan terdapat dibagian posterior dan bagian belakang nukleus
lensa. Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi
miopia.
III. Katarak senilis matur:
Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada. Lensa telah menjadi
keruh seluruhnya. Pada pupil nampak lensa yang seperti mutiara. Pada stadium ni, lensa akan
berukuran normal kembali akibat terjadi pengeluaran air.2
IV. Katarak senilis hipermatur
i.

Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

ii.

Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam

13

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni


B. Maturasi dari katarak senilis tipe nuklear:
Pada keadaan ini, lensa menjadi keras dan tidak elastis, sehingga menurunkan
kemampuan akomodasi serta menghalangi cahaya. Perubahan dimulai dari tengah, lalu secara
perlahan menyebar ke perifer sampai hampir meliputi seluruh kapsul, namun masih terdapat
sedikit bagian dari korteks yang masih jernih. Warna yang dapat dilihat ialah coklat
(cataracta brunescens), hitam (cataracta nigra) dan merah (cataracta rubra)3,4

Gambar : A.Cataracta brunescens, B.Cataracta nigra, C.Cataracta rubra

14

GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah2,4 :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata

15

baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.5
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
-

Kontrol gula darah pada pasien DM

Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid

Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi

2. Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin


dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.
3. Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
-

Refraksi

Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada


opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.

4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.2,5

Indikasi operasi katarak ialah:


1.

Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.

2.

Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:

16

Glaukoma lens-induced

Endoftalmitis fakoanafilaktik

Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.

3.

Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.4,5

Evaluasi Preoperatif
1.

Pemeriksaan umum: untuk melihat apakah pasien memiliki penyakit diabetes


mellitus, hipertensi dan masalah jantung, PPOK dan daerah potensi infeksi seperti
periodontitis dan infeksi saluran kemih. Gula darah harus terkontrol dan hipertensi
tidak boleh diatas 160/100 mmHg

2.

Pemeriksaan fungsi retina:


a. Persepsi sinar: apakah operasi tersebut akan menguntungkan dengan melihat
apakah fungsi retina masih baik atau tidak.
b. RAPD: apabila positif maka kemungkinan ada lesi nervus optikus
c. Persepsi warna
d. Pemeriksaan diskriminasi dua sinar
e. Pemeriksaan objektif seperti elektroretinogram.

3.

Mencari sumber infeksi lokalis: infeksi konjungktiva, meibomitis,blefaritis dan


infeksi sakus lakrimalis harus disingkirkan. Dilakukan uji anel untuk melihat patensi
sakus lakrimalis apabila pasien memiliki riwayat mata berair. Apabila terdapat
penyakit

dakriosistitis,

maka

harus

dilakukan

dakriosistektomi

ato

dakriosistorinostomi.
4.

Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak

5.

Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan


sebelum ekstraksi katarak3,6
17

Penyulit yang mungkin timbul setelah operasi katarak :


1. Peradangan pada hari pertama post-operasi, dapat dicegah dengan pemberian
antibiotika lokal dan sistemik
2. Prolaps iris melewati lubang diantara sayatan atau tempat jahitan
3. Jika prolaps iris dibiarkan, maka sekitar hari ke 4-5 dapat menyebabkan coa dangkal,
kemudian dapat timbul ablasi retina, akibat badan siliar kedepan
PEMBEDAHAN KATARAK SENILIS
1. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE)
Pada teknik ini, keseluruhan lensa katarak dan kapsulnya diangkat. Zonula yang
lemah dan terdegenerasi merupakan syarat dari operasi ini. Karena hal ini, teknik ini
tidak bisa dilakukan pada pasien yang muda karena zonula yang kuat. Pada usia 40-50
tahun, digunakan enzim alphachymotrypsin yang melemahkan zonula.
Indikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE)
Pada teknik ini, bagian besar dari kapsula anterior dan epitel, nukleus dan korteks
diangkat; kapsula posterior ditinggalkan sebagai penyangga lensa implant.
Indikasi: Operasi katarak pada anak-anak dan dewasa.
Kontraindikasi: Subluksasi dan dislokasi lensa.
3. Fakoemulsifikasi
Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus yang
kemudian diaspirasi melalui insisi 2.5-3 mm, dan kemudian dimasukan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Keuntungan yang didapat ialah pemulihan visus lebih
cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi dan inflamasi pasca
bedah minimal.6

18

Gambar : Teknik Fakoemulsifikasi pada operasi katarak

LENSA TANAM INTRAOKULER


Implantasi lensa intraokular merupakan metode pilihan untuk koreksi afakia. Biasanya bahan
lensa intraokuler terbuat dari polymethylmethacrylate (PMMA).
Pembagian besar dari lensa intraokular berdasarkan metodi fiksasi pada mata ialah:
1. IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA.
2. Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang
tinggi.
3. Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus
siliaris atau kapsula posterior lensa.3,6
Komplikasi
-

Komplikasi Intra Operatif


Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam
luka serta retinal light toxicity.1,6,7

Komplikasi dini pasca operatif

COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea
perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)

19

Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.

Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi

Komplikasi lambat pasca operatif

Ablasio retina

Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi rendah


yang terperangkap dalam kantong kapsuler

Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi
lensa intraokuler, jarang terjadi.3

Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil
dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2
garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart

DAFTAR PUSTAKA

20

1. Suhardjo,Hartono.Ilmu Kesehatan Mata.Yogyakarta:Bagian ILmu Kesehatan Mata FK


UGM.2012.
2. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 5rd ed. Jakarta:Badan penerbit FKUI. 2013.
3. Khalilullah,

Said

Alvin.

Patologi

dan

Penatalaksanaan

pada

Katarak

Senilis.Jakarta:ECG.2010
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed.
McGraw-Hill Professional. 2011.
6. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012.

21

Anda mungkin juga menyukai