Case Katarak Lanny
Case Katarak Lanny
KATARAK SENILIS
Pembimbing :
dr. Michael I. L. , SpM.
Disusun oleh:
Lanny Ardianny
NIM : 11 2014 341
: Lanny Ardianny
NIM
: 11.2014.341
Dr.Pembimbing
: dr.Michael I. L. SpM
.............................
..
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. DJ
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
: 66 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
II.
ANAMNESA
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan utama
Keluhan tambahan
dengan
mata
kirinya.
lahan dan semakin lama semakin memberat hingga mengganggu aktivitas pasien.
Pasien
merasa
lebih
sulit
melihat
bendamengeluh
pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap, terasa
silau ketika melihat cahaya/lampu. Tidak ada faktor yang memperburuk atau
meringankan gejala tersebut. Keluhan pasien tidak disertai dengan mata merah
ataupun nyeri pada matanya.
Pasien tidak pernah menggunakan kacamata sebelumnya. Sebelumnya saat
pandangan mulai kabur, pasien mengaku sering mencuci mata dengan air daun sirih.
Riwayat kencing manis disangkal. Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian
obat tetes mata atau konsumsi obat dalam waktu lama.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kencing manis, penyakit jantung, asma, dan riwayat trauma pada
mata disangkal. Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu dan rutin
konsumsi obat darah tinggi dari dokter. Pasien menyangkal mempunyai keluhan yang
sama sebelumnya.
Riwayat alergi
: Disangkal.
: compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 160/90 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 36,3C
Laju pernafasan
: 16x/menit
Kepala
Telinga
: Discharge (-)
Hidung
Mulut
Leher
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
b. Status oftalmologis
KETERANGAN
OD
OS
Tajam penglihatan
0.08 PH 0.5
0.02 PH 0.4
Koreksi
Addisi
S+2.75
S+2.75
Distansia Pupil
56/54 mm
1. VISUS
Tidak ada
Tidak ada
Endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Deviasi
Tidak ada
Tidak ada
Gerakan mata
Warna
Hitam
Hitam
Letak
Simetris
Simetris
3. SUPERSILIA
Tidak Ada
Tidak Ada
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Ektropion
Tidak Ada
Tidak Ada
Entropion
Tidak Ada
Tidak Ada
Blefarospasme
Tidak Ada
Tidak Ada
Trikiasis
Tidak Ada
Tidak Ada
Sikatriks
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Folikel
Tidak Ada
Tidak Ada
Papil
Tidak Ada
Tidak Ada
Sikatriks
Tidak Ada
Tidak Ada
Hordeolum
Tidak Ada
Tidak Ada
Kalazion
Tidak Ada
Tidak Ada
6. KONJUNGTIVA BULBI
Sekret
Tidak Ada
Tidak Ada
Injeksi konjungtiva
Tidak Ada
Tidak Ada
Injeksi siliar
Tidak Ada
Tidak Ada
Perdarahan subkonjungtiva
Tidak Ada
Tidak Ada
Pterigium
Tidak Ada
Tidak Ada
Pinguekula
Tidak Ada
Tidak Ada
Nervus pigmentosus
Tidak Ada
Tidak Ada
Kista Dermoid
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Putih
Putih
Ikterik
Tidak Ada
Tidak Ada
Nyeri Tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Kejernihan
Jernih
Jernih
Permukaan
Licin
Licin
Ukuran
12 mm
12 mm
Sensibilitas
Baik
Baik
Infiltrat
Tidak ada
Tidak ada
Keratik Presipitat
Tidak ada
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Tidak ada
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Perforasi
Tidak ada
Tidak ada
Arkus senilis
Tidak ada
Tidak ada
Edema
Tidak ada
Tidak ada
Tes Plasido
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kedalaman
Dangkal
Dangkal
Kejernihan
Jernih
Jernih
Hifema
Tidak ada
Tidak ada
Hipopion
Tidak ada
Tidak ada
Efek Tyndall
Tidak ada
Tidak ada
Warna
Coklat
Coklat
Kripte
Jelas
Jelas
Bentuk
Bulat
Bulat
Sinekia
Tidak ada
Tidak ada
Koloboma
Tidak ada
Tidak ada
7. SKLERA
8. KORNEA
10. IRIS
11. PUPIL
Letak
Sentral
Sentral
Bentuk
Bulat
Bulat
Ukuran
5 mm
5 mm
Letak
Ditengah
Ditengah
Tes Shadow
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Positif suram
o Bentuk
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Warna
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Batas
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Warna
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o C/D Ratio
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Edema
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Perdarahan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Exudat
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Sikatriks
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Refleks fovea
Positif suram
Positif suram
o Edema
Sulit dinilai
Sulit dinilai
o Pigmentosa
Sulit dinilai
Sulit dinilai
15. PALPASI
Nyeri tekan
Tidak Ada
Tidak Ada
Massa tumor
Tidak Ada
Tidak Ada
N+0/P
N+0/P
Tonometer Non-contact
16.2 mmHg
14.0 mmHg
+
Keruh
c. A/V Ratio
d. Retina
e. Makula lutea
Tes konfrontasi
RESUME:
Pasien wanita berumur 66 tahun datang ke poliklinik mata RS FMC Sentul dengan
keluhan penglihatan kedua mata buram sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mengaku
penglihatan mata kanan menjadi sangat kabur dalam 3 bulan terakhir, kemudian
diikuti dengan mata kiri yang mulai kabur juga sejak 1 bulan terakhir. Mata kanan
pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kirinya. Pasien juga mengeluh
pandangan berbayang pada kedua mata serta seperti melihat kabut atau asap, terasa
lebih silau ketika melihat cahaya/lampu. Pasien menyangkal memiliki riwayat
kencing manis, pasien memiliki riwayat darah tinggi yang terkontrol sejak 1 tahun
yang lalu, tekanan darah saat ini 160/90. Pada pemeriksaan fisik didapati pada OD,
visus 0.08 PH 0.5 dikoreksi dengan kacamata S-3.00 C-3.50 x 100 visus mencapai 0.6
dan kekeruhan pada lensa yang menyeluruh dengan shadow test positif. Pada OS,
visus 0.2-2 PH 0.4 dikoreksi dengan kacamata S-2.00 C-1.75 x 53 visus mencapai 0.6,
kekeruhan pada lensa dengan shadow test positif. Funduskopi dari mata kanan dan
kiri sulit dinilai karena terhalang oleh kekeruhan lensa.
DIAGNOSIS KERJA:
OD: Katarak senilis stadium Imatur
Miopia
VII.
Endopthalmitis
Glaukoma kronis
PENATALAKSANAAN:
1. Non Medikamentosa:
- Edukasi penyakit katarak
- Modifikasi gaya hidup dengan mengurangi faktor risiko, diet dan olahraga teratur.
2. Tindakan operasi :
- OS: Operasi ECCE (Extracapsular Cataract Extraction), Fakoemulsifikasi + IOL.
3. Kacamata :
Sebelum operasi, dapat diberikan kacamata dengan ukuran sesuai koreksi untuk
membantu penglihatan pasien. Namun pemberian kacamata disarankan diberikan setelah
satu bulan pasca operasi dan setelah visus pasien dievaluasi ulang. Alasan pemberian
kacamata sebulan paska operasi mengingat pertimbangan ekonomi dan efisiensi dalam
pemberian kacamatanya, karena visus pasien juga akan berubah dengan operasi
diakibatkan penanaman lensa intraokuler.
PROGNOSIS
a. Ad vitam: ad bonam
b. Ad fungsionam: ad bonam
c. Ad sanationam: ad bonam
Katarak kongenital
II.
Katarak akuisita
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak oleh karena cedera listrik
6. Katarak oleh karena radiasi
7. Katarak oleh karena logam berat
dan obat-obatan
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindroma lainnya seperti sindroma Down
B. Klasifikasi morfologis
1. Katarak kapsular: meliputi kapsul
i.
ii.
ii.
ii.
KATARAK SENILIS
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak didapat (akuisita)
yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun perempuan, biasanya berusia di atas 50
tahun. Pada usia sekitar 70 tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi
kekeruhan biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata lebih berat dari
mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak
kortikal dan katarak nuklear. Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tipe, maturasi dan usia munculnya katarak senilis:
-
Faktor diet: Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino dan vitamin C, E serta
riboflavin dihubungkan dengan kecepatan maturasi dan usia munculnya katarak
Krisis dehidrasi: Riwayat dehidrasi berat seperti pada kolera meningkatkan resiko.
11
Patofisiologi
-
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa. Dengan
bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara daya
akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru dari
kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal
sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa yang
terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-molecular-weightprotein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif
index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan.
Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi progresif
yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubaha lain pada katarak
terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta
meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi lensa. Sel
epithelium lensa akan mengalami proses
berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari
sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa yang
akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses degeneratif pada
epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa terhadap air dan molekulmolekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa
menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti
vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses
pembentukan katarak.6
12
Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks mencair dan lensa
menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna coklat tenggelam ke dasar.Pada
stadium ini juga terjadi kerusakan kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair
dapat keluar dan lensa menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.
ii.
Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks terdisintegrasi dan
lensa menjadi berkerut yang menyebabkan COA menjadi dalam
13
14
GEJALA KLINIS
Kekeruhan lensa dapat terjadi tanpa menimbulkan gejala, dan dijumpai pada pemeriksaan
mata rutin. Gejala katarak yang sering dikeluhkan adalah2,4 :
1. Silau
Pasien katarak sering mengeluh silau, yang bisa bervariasi keparahannya mulai dari
penurunan sensitivitas kontras dalam lingkungan yang terang hingga silau pada saat siang
hari atau sewaktu melihat lampu mobil atau kondisi serupa di malam hari. Keluhan silau
tergantung dengan lokasi dan besar kekeruhannya, biasanya dijumpai pada tipe katarak
posterior subkapsular.
2. Diplopia monokular atau polypia
Terkadang, perubahan nuklear terletak pada lapisan dalam nukleus lensa,
menyebabkan daerah pembiasan multipel di tengah lensa sehingga menyebabkan refraksi
yang ireguler karena indeks bias yang berbeda.
3. Halo
Hal ini bisa terjadi pada beberapa pasien oleh karena terpecahnya sinar putih menjadi
spektrum warna oleh karena meningkatnya kandungan air dalam lensa.
4. Distorsi
Katarak dapat menyebabkan garis lurus kelihatan bergelombang
5. Penurunan tajam penglihatan
Katarak menyebabkan penurunan penglihatan progresif tanpa rasa nyeri. Umumnya
pasien katarak menceritakan riwayat klinisnya langsung tepat sasaran. Dalam situasi lain,
pasien hanya menyadari adanya gangguan penglihatan setelah dilakukan pemeriksaan. Pada
katarak kupuliform (opasitas sentral) gejala lebih buruk ketika siang hari dan membaik ketika
malam hari. Pada katarak kuneiform (opasitas perifer) gejala lebih buruk ketika malam hari.
6. Myopic shift
Seiring dengan perkembangan katarak, dapat terjadi peningkatan dioptri kekuatan
lensa, yang pada umumnya menyebabkan miopia ringan atau sedang. Umumnya, pematangan
katarak nuklear ditandai dengan kembalinya penglihatan dekat oleh karena meningkatnya
miopia akibat kekuatan refraktif lensa nuklear sklerotik yang menguat, sehingga kacamata
15
baca atau bifokal tidak diperlukan lagi. Perubahan ini disebut second sight. Akan tetapi,
seiring dengan penurunan kualitas optikal lensa, kemampuan tersebut akhirnya hilang.5
PENATALAKSANAAN
Tindakan non-bedah:
1. Pengobatan dari penyebab katarak: Penyebab katarak harus dicari, karena apabila
penyakit tersebut dapat ditemui dan diobati seringkali memberhentikan progresi dari
penyakit tersebut, contohnya adalah:
-
Refraksi
4. Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas diluar ruangan pada pasien dengan
opasitas sentral
5. Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.2,5
Fungsi penglihatan: Ini merupakan indikasi yang paling sering. Operasi katarak
dilakukan ketika cacat visus menjadi menyebabkan gangguan signifikan pada
kehidupan sehari-hari pasien.
2.
Indikasi medis: meskipun pasien merasa nyaman dari aspek penglihatan, operasi
dapat dianjurkan apabila pasien menderita:
16
Glaukoma lens-induced
Endoftalmitis fakoanafilaktik
Penyakit retina seperti retinopati diabetikum dan ablasio retina yang terapinya
terganggu karena adanya kekeruhan lensa.
3.
Indikasi kosmetik: Terkadang pasien dengan katarak matur meminta ekstraksi katarak
agar pupil kembali menjadi hitam.4,5
Evaluasi Preoperatif
1.
2.
3.
dakriosistitis,
maka
harus
dilakukan
dakriosistektomi
ato
dakriosistorinostomi.
4.
Evaluasi segmen anterior: apakah ada tanda-tanda uveitis seperti keratic precipitate,
efek Tyndall dan harus diobati sebelum operasi katarak
5.
18
COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara cairan
yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil dan siliar,
edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean syndrome (edema kornea
perifer dengan daerah sentral yang bersih paling sering)
19
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang tidak
adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti penyembuhan luka yang
tidak sempurna, astigmatismus, uveitis anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
Ablasio retina
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah Malformasi
lensa intraokuler, jarang terjadi.3
Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil
dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2
garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart
DAFTAR PUSTAKA
20
Said
Alvin.
Patologi
dan
Penatalaksanaan
pada
Katarak
Senilis.Jakarta:ECG.2010
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed.
McGraw-Hill Professional. 2011.
6. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed.
Saunders.2012.
21