Anda di halaman 1dari 17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Perguruan Tinggi Kesehatan Kota Semarang
Kota Semarang adalah Ibukota Provinsi Jawa Tengah, sekaligus
kota metropolitan terbesar kelima di indonesia. Sebagai, salah satu kota
paling berkembang di pulau jawa, kota Semarang memiliki sejumlah
perguruan tinggi ternama baik negeri maupun swasta, yang membidangi
dalam berbagai konsentrasi keilmuan mulai dari keguruan, keteknikan,
perkapalan, pariwisata, ekonomi, perbankan, hingga kesehatan yang
berjumlah 45 perguruan tinggi.
Perguruan Tinggi Kesehatan Kota Semarang yaitu, perguruan
tinggi kesehatan yang terdiri dari Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES),
Akademi Perawat (AKPER), Akademi Kebidanan (AKBID), Politeknik
Kesehatan (Poltekes), Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFAR), Akademi
Analis Kesehatan (AAK), dan Universitas yang berjumlah 17 perguruan
tinggi kesehatan.
Penelitian ini dilakukan pada Pegawai wanita yang bekerja di
perguruan tinggi kesehatan kota Semarang dengan sampel sebanyak 42
orang di 6 perguruan tinggi kesehatan kota Semarang antara lain
Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS), Politeknik Kesehatan
Kepmenkes Semarang (POLTEKES), STIKES Karya Husada Semarang,
STIKES Tlogorejo Semarang, STIKES Widya Husada Semarang, dan
AKBID Karsa Mulia Semarang.
2. Analisis Univariat
Penelitian ini menggunakan metode wawancara kepada responden
dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan berisi pertanyaan pengetahuan, sikap, dukungan tempat kerja,
dan perilaku penerapan ASI eksklusif.
a. Karakteristik Responden
1) Umur Responden

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara


menggunakan kuesioner diketahui rata-rata umur ibu 31.7 tahun,
dengan umur termuda adalah 25 tahun dan usia tertua 42 tahun.
Tabel 4.1 distribusi frekuensi umur responden
Umur ibu

20-30 tahun

21

50.0

> 30 tahun

21

50.0

Total

42

100.0

Tabel diatas menunjukan bahwa distribusi umur 20-30


tahun (50.0%), dan umur lebih dari 30 tahun (50.0%).
2) Pendidikan Responden
Pendidikan responden terendah adalah D3 dan tertinggi
adalah S2. tersaji pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 distribusi frekuensi pendidikan responden
Pendidikan ibu

D3

14.3

D4 / S1

15

35.7

S2

21

50.0

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa seluruh responden


berpendidikan

tinggi,

dan

paling

banyak

responden

berpendidikan S2 (50.0%)
3) Bidang Pekerjaan Responden
Bidang pekerjaan responden dibagi menjadi 3 yaitu: staf
administrasi, staf laboran, dan staf pengajar atau dosen, tersaji
pada tabel 4.3 sebagai berikut:
Tabel 4.3 distribusi frekuensi bidang pekerjaan responden
Pendidikan ibu

Staf Administrasi

19.0

Staf Laboran

19.0

Staf Pengajar (Dosen)

26

61.9

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diketahui bahwa responden


dalam penelitian ini sebagian besar adalah staf penagjar atau
dosen (61.9%).

4) Jumlah Anak
Responden memiliki anak rata-rata 2 orang, paling sedikit
memiliki 1 anak dan paling banyak memiliki 4 anak. Jumlah
anak responden tersaji pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 distribusi frekuensi jumlah anak
Jumlah anak

Primipara

17

40.5

Multipara

25

59.5

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas, diketahui bahwa responden


memiliki anak lebih dari satu (59.5%).
5) Umur Anak Terakhir
Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui wawancara
menggunakan kuesioner diketahui rata-rata umur

anak

14

bulan, dengan umur termuda adalah 6.5 bulan dan usia tertua 24
bulan.
Tabel 4.5 distribusi frekuensi umur anak
Umur anak

1 tahun

18

42.9

> 1 tahun

13

31.0

< 2 tahun

11

26.2

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar umur anak berkisar


antara 6 sampai 12 bulan (42.9%).
b. Pengetahuan
Berdasarkan dari hasil penegumpulan data melalui wawancara
diketahui bahwa rata-rata skor nilai pengetahuan responden 84,74
dengan nilai pengetahuan rendah yaitu 60 dan nilai pengetahuan
tertinggi yaitu 100 dengan standar deviasi 15,47. Hasil jawaban
responden tentang pengetahuan ASI eksklusif ditunjukan pada tabel
4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang
ASI eksklusif
No

Pertanyaan

Benar

Salah

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah


bayi lahir hingga usia 6 bulan tanpa pemberian makanan lain
Waktu yang baik untuk pertama kali menyusui adalah segera
setelah bayi lahir
Kolostrum merupakan cairan kekuningan yang dihasilkan
pada hari pertama hingga hari ke tiga
Kolostrum merugikan bagi bayi sehingga harus di buang
ASI dapat memerkuat ikatan batin antara ibu dan anak
Pemeberian ASI pasca bersalin meningkatkan resiko
perdarahan
Susu formula lebih unggul jika dibandingkan dengan ASI
ASI banyak mengandung DHA
Bayi yang meminum ASI akan mudah mengalami diare
Susu formula diberikan kepada bayi, saat ASI ibu
mampet
ASI dapat diperah mengguanakan tangan
Sebelum ibu bekerja ASI di perah dahulu dan dapat disimpan
dalam almari es/frezer
Sebelum di berikan kepada bayi, ASI yang sudah beku dapat
dihangatkan dengan memasukan botol ASI ke dalam wadah
yang berisi air panas
Penyimpanan ASI perah dilakukan dengan menggunakan
kantung plastik
Setelah diperah ASI dapat disimpan selama 6-8 jam dalam
temperatur ruangan

39

92.9

7.1

33

78.6

21.4

37

88.1

11.9

35
42

83.3
100

7
0

16.7
0

41

97.6

2.4

36
35
40

85.7
83.3
95.2

6
7
2

14.3
16.7
4.8

22

52.4

20

47.6

41

97.6

2.4

40

95.2

4.8

35

83.3

16.7

26

61.9

16

38.1

29

69.0

13

31.0

Ket: cetak tebal adalah pertanyaan unfavorabel


Dari analisis jawaban responden tentang pengetahuan ASI
eksklusif prosentase jawaban responden yang menjawab pertanyaan
dengan benar >90% yaitu pada pertanyaan favourabel:

ASI

eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah bayi lahir


hingga usia 6 bulan tanpa pemberian makanan lain (92.9%), ASI
dapat diperah menggunakan tangan (97.6%), sebelum ibu bekerja
ASI diperah dahulu dan dapat disimpan dalam almari es/reezer
(95.2%), dan jawaban benar pada soal unfavorabel : pemberian ASI
pasca bersalin meningkatkan resiko perdarahan (97.6%), bayi yang
meminum ASI mudah mengalami diare (95.2%).
Responden

yang

menjawab

pertanyaan

dengan

salah

berdasarkan tabel yaitu pada pertanyaan favourabel: setelah diperah


ASI dapat disimpan selama 6-8 jam dalam temperatur ruangan,
waktu yang baik untuk pertama kali menyusui adalah segera setelah

bayi lahir (21.4%). Dan pertanyaan dijawab salah pada soal


unfavorabel: susu formula diberikan kepada bayi saat ASI ibu
mampet (47.6%), penyimpanan ASI perah menggunakan kantung
plastik (38.1%).
Skor pengetahuan responden tentang ASI eksklusif sebanyak 15
soal, bila dikategorikan pengetahuan responden seperti terlihat pada
tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Menurut Pengetahuan
N

Baik

Pengetahuan

32

76.2

Cukup
Total

10
42

23.8
100

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar 32


(76,2%) responden memiliki pengetahuan baik, 10 (23,8%)
responden memiliki cukup, serta tidak ada responden dengan
pengetahuan kurang.

c. Sikap
Rata-rata skor nilai sikap responden 60,14%, dengan nilai
sikap rendah yaitu 46 dan nilai sikap tertinggi yaitu 67 dengan
standar deviasi 4,709. Hasil jawaban responden tentang sikap
terhadap ASI eksklusif ditunjukan pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang ASI
Eksklusif
No
1
2
3
4
5

Pertanyaan
ASI sangat banyak manfaatnya
untuk bayi
Pemberian ASI eksklusif diberikan
selama 6 bulan penuh
ASI yang pertama keluar dan
berwarna kuning merugikan
bayi sehingga harus di buang
ASI merugikan bagi ibu
Dengan memberikan ASI eksklusif
dapat meningkatkan kekebalan
tubuh secara alami pada bayi

STS
%

TS
%

S
%

SS
%

2.4

7.1

38

90.5

9.5

38

90.5

39

92.9

7.1

38

90.5

7.1

2.4

2.4

7.1

38

90.5

6
7
8

10
11
12

13
14

15

16
17

Ibu yang bekerja, bisa mengganti


ASI dengan susu formula
Bayi harus diberi ASI eksklusif
Saat ibu bekerja, ASI perah
disimpan di dalam kulkas untuk
diberikan kepada bayi
Susu formula yang ada sekarang
sudah
cukup
baik
untuk
menggantikan ASI
Bayi yang diberi ASI tidak
kenyang, sehingga perlu diberi
tambahan susu formula
Ibu
bekerja
harus
tetap
memberikan ASI eksklusif
Pemberian ASI pada ibu bekerja
dilakukan
dengan metode ASI
perah
Ibu
yang
bekerja
harus
membiasakan bayi menyusu dari
botol
Menyusui bayi diperlukan keahlian
khusus
Ibu yang bekerja tidak mungkin
dapat menyusui bayinya secara
eksklusif karena keterbatasan
waktu menyusui dan beban
pekerjaan.
Pemberian ASI eksklusif selesai
saat ibu sudah aktif bekerja.
Ibu yang bekerja harus di izinkan
untuk memerah ASI selama bekerja

21

50

15

35.7

14.3

0-

14.3

36

85.7

21.4

33

78.6

21

50.0

17

40.5

7.1

2.4

22

52.4

13

31.0

11.9

4.8

2.4

21.4

32

76.2

4.8

19.0

32

76.2

12

28.6

15

35.7

12

28.6

7.1

11.9

19

45.2

14

33.3

9.5

26

61.9

13

31.0

7.1

26

61.9

15

35.7

2.4

11.9

37

88.1

Ket: cetak tebal adalah pertanyaan unfavorabel


Dari analisis jawaban responden tentang sikap terhadap ASI
eksklusif prosentase jawaban responden yang menjawab pertanyaan
dengan sangat setuju yaitu pada pertanyaan favourabel: ASI sangat
banyak manfaatnya untuk bayi (90.5%), pemberian ASI esklusif
diberikan selama 6 bulan penuh (90.5%), dengan memberikan ASI
eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh secara alami (90.5%).
pertanyaan dengan sangat tidak setuju yaitu pada pertanyaan
favourabel: menyusui bayi diperlukan keahlian khusus (57.1%)
Pertanyaan sangat setuju pada soal unfavorabel : ibu yang
bekerja harus membiasakan bayi menyusu dari botol (35.7%), bayi
yang diberi ASI tidak kenyang sehingga perlu diberi tambahan susu

formula (16.7%). Bila dikategorikan sikap responden seperti terlihat


pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Menurut Sikap
Sikap
Sikap Positif

29

69.0

Sikap Negatif

13

31.0

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar


69% responden memiliki sikap yang positif, dan 31% responden
dengan sikap negatif.
d. Dukungan Tempat Kerja
Dari hasil analisis univariat dari pengumpulan data melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner, Rata-rata skor nilai
dukungan tempat kerja responden 6.76, dengan nilai dukungan
tempat kerja rendah yaitu 1 dan nilai dukungan tempat kerja
tertinggi yaitu 10 dengan standar deviasi 1.79 Hasil jawaban
responden tentang dukungan tempat kerja ditunjukan pada tabel
4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Tempat Kerja
Responden Terhadap Penerapan ASI Eksklusif
No
1
2
3
4
5
6
7

Pertanyaan
Tempat kerja memberikan bahan bacaan seperti
majalah, buku bacaan tentang pemberian ASI
eksklusif
Tempat bekerja tidak bekerjasama dengan klinik
konsultasi ASI
Teman kantor memberikan informasi bahwa bayi 0-6
bulan hanya boleh di beri ASI
Tempat kerja tidak perlu memberikan informasi
mengenai ASI eksklusif kepada karyawanya yang
sedang menyusui.
Tempat bekerja menyediakan tempat penitipan anak
(TPA)
Tempat bekerja memberikan motivasi untuk tetap
memberikan ASI eksklusif.
Permasalahan
menyusui
merupakan

Benar

Salah

23

54.8

19

45.2

17

40.5

25

59.5

40

95.2

4.8

12

28.6

30

71.4

9.5

38

90.5

30

71.4

12

28.6

15

35.7

27

64.3

8
9
10
11
12
13
14
15

permasalahan bagi ibu


Tempat ibu bekerja menyediakan makanan bergizi
untuk ibu selama menyusui
Tempat bekerja ibu, tidak memiliki kebijakan tertulis
mengenai pemberian ASI di lingkungan kerja.
Tempat bekerja menyediakan ruang Pojok Laktasi
Tempat untuk memerah ASI sangat nyaman
Sebutkan tempat tersebut: (pojok laktasi, lab,
kamar mandi, atau ..................................................)
Tempat bekerja ibu, menyediakan almari es untuk
menyimpan ASI perah
Teman wanita sekantor menemani saat ibu memerah
ASI
Tempat kerja ibu merupakan lingkungan kerja yang
ramah laktasi
Saat bekerja, ibu dapat memerah ASI kapanpun yang
ibu inginkan

12

28.6

30

71.4

11.9

37

88.1

11.9

37

88.1

10

23.8

32

76.2

25

59.5

17

40.5

18

42.9

24

57.1

34

81.0

19.0

34

81.0

19.0

Ket: cetak tebal adalah pertanyaan unfavorabel


Dari analisis jawaban responden tentang dukungan tempat kerja
prosentase jawaban responden yang menjawab pertanyaan dengan
benar yaitu pada pertanyaan favourabel: teman kantor memberikan
informasi bahwa bayi 0-6 bulan hanya boleh diberi ASI (95.2%),
tempat bekerja menyediakan almari es untuk menyimpan ASI
(59.5%), tempat kerja ibu merupakan lingkunagn yang ramah laktasi
(81.0%), saat ibu bekerja ibu dapat memerah ASI kapanpun ibu
inginkan (81.0%).
Responden

yang

menjawab

pertanyaan

dengan

salah

berdasarkan tabel yaitu pada pertanyaan favourabel: tempat bekerja


tidak perlu memberikan informasi menegani ASI eksklusif kepada
karyawanya

yang

sedang

menyusui

(71.4%),

permasalahan

menyusui adalah permasalahan ibu (64.3%), Tempat bekerja ibu,


tidak memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian ASI di
lingkungan kerja (88.1%). Dan Tempat bekerja menyediakan ruang
Pojok Laktasi (88.1%).
Dukungan tempat kerja dikategorikan menjadi mendukung dan
tidak mendukung, seperti yang terlihat di tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Menurut
Dukungan Tempat Kerja

Dukungan Tempat Kerja

Mendukung

13

31.0

Tidak Mendukung

29

69.0

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa 69%


tempat bekerja tidak memberikan dukungan untuk pegawainya
memebrikan ASI eksklusif, dan 31% tempat kerja mendukung
pegawainya untuk memberikan ASI eksklusif.
e. Perilaku Penerapan ASI Eksklusif
Dari hasil analisis univariat dari pengumpulan data melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner, dengan pertanyaan
jenis makanan apa saja yang ibu berikan pada bayi saat usia1-6
bulan. Perilaku Penerapan ASI Eksklusif dikategorikan menjadi
ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif, seperti yang terlihat di
tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Menurut Perilaku Penerapan ASI
Eksklusif
Perilaku Penerapan
ASI Eksklusif

ASI eksklusif

34

81.0

Tidak ASI eksklusif

19.0

Total

42

100.0

Berdasarkan tabel 4.12 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak


34 responden atau 81% berhasil memberikan ASI eksklusif untuk
bayinya, dan 8 responden atau 19% responden tidak memberikan
ASI eksklusif untuk bayinya.
3. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan
eksklusif

dengan

perilaku

penerapan ASI

Hasil analisis bivariat mengenai hubungan pengetahuan


dengan perilaku penerapan ASI eksklusif, seperti yang terlihat di
tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Hubungan pengetahuan dengan perilaku
penerapan ASI eksklusif
No

Pengetahuan

Keputusan
Tidak ASI
ASI eksklusif
eksklusif
n
%
n
%

Baik

31

96.9

Cukup

30.0

Total

34

81.0

3.1
70.
0
19.
0

Total
n
32
10
42

%
100.
0
100.
0
100.
0

0R
95%

p
Value

72.3 (CI
95% : 6.51803.11)

0.000

Tabel 4.13 diketahui bahwa dari 32 responden dengan


pengetahuan baik sebanyak 31 orang (96.9%) responden memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya, sedangkan responden dengan
pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30.0%) memeberikan ASI
eksklusif kepada bayinya.
Hasil uji Chi-Square menunjukan ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku penerapan ASI eksklusif
(p=0.000). Odds ratio (OR) bernilai 72.33 (CI 95%: 6.51-803.11)
menunjukan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan tentang ASI
eksklusif baik mempunyai peluang 72.33 kali untuk menyusui
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan
tentang ASI eksklusif cukup.
b. Hubungan sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif
Hubungan Sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif,
seperti yang terlihat di tabel 4.14 berikut:
Tabel 4.14 Distribusi Hubungan sikap dengan perilaku penerapan ASI
eksklusif
No
1

Sikap
Sikap Positif

Keputusan
Tidak ASI
ASI eksklusif
eksklusif
n
%
n
%
28
96.6
1
3.4

Total
n
29

%
100.0

0R
95%

p
Value

32.667

0.001

Sikap Negatif
Total

46.2

53.8

13

100.0

34

81.0

19.0

42

100.0

(CI 95% :
3.36-317.22)

Tabel 4.14 diketahui bahwa dari 29 responden dengan sikap


positif sebanyak 28 orang (96.6%) responden memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya. Responden dengan sikap negatif, sebanyak
6 orang (46.2%) memeberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Hasil uji Chi-Square menunjukan ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif (p=0.001)
Odds ratio (OR) bernilai 32.66 (CI 95% : 3.36-317.22)
menunjukan bahwa ibu yang memiliki sikap positif terhadap ASI
eksklusif mempunyai peluang 32.66 kali untuk menyusui eksklusif
dibandingkan dengan ibu yang memiliki sikap negatif terhadap ASI
eksklusif.

c. Hubungan dukungan tempat kerja dengan prilaku penerapan


ASI eksklusif
Hubungan dukungan tempat kerja dengan perilaku penerapan
ASI eksklusif, seperti yang terlihat di tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Hubungan dukungan tempat kerja dengan
perilaku penerapan ASI eksklusif
No

1
2

Dukungan tempat
kerja
Mendukung
Tidak mendukung
Total

Keputusan
ASI
Tidak ASI
eksklusif
eksklusif
n
%
n
%
84.
15.
11
2
6
4
79.
20.
23
6
3
7
81.
19.
34
8
0
0

0R
95%

Total
n

13

100.0

1.435

29

100.0

(CI 95% :
0.24-8.29)

42

100.0

p
Value

1.000

Tabel 4.15 diketahui bahwa dari 13 responden mendapat


dukungan dari tempat kerja, sebanyak 11 orang (84.6%) responden
berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Responden yang

tidak mendapat dukungan dari tempat kerja, sebanyak 23 orang


(79.3%) berhasil memeberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Hasil uji Chi-Square menunjukan tidak ada hubungan yang
signifikan antara sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif
p=1.000
B. Pembahasan
1. Analisis Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan perilaku penerapan ASI
eksklusif
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

telah

dilakukan,

responden yang memiliki pengetahuan baik 32 resonden (76,2%),


dengan proporsi yang berperilaku ASI eksklusif

31 resonden

(96.9%) dan yang tidak berperilaku ASI eksklusif 1 responden


(3.1%), hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi
perilaku penerapan ASI eksklusif di tempat kerja salah satunya
faktor lingkungan sehingga meskipun pengetahuan baik namun
lingkungan tidak mendukung seperti halnya tidak ada ruang laktasi
dan beban pekerjaan membuat ibu tidak bisa menyusui secara
eksklusif.
Responden yang memiliki pengetahuan ASI eksklusif
cukup sebanyak 10 responden (23.8%), dengan proporsi yang
berperilaku ASI ekskklusif 3 resonden (30.0%), dan yang tidak
berperilaku ASI eksklusif 7 responden (70.0%), hal ini dikarenakan
3 responden tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor sikap,
sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar responden
mempunyai sikap positif dalam perilaku penerapan ASI eksklusif,
sehingga responden cenderung menerapkan perilaku ASI eksklusif.
Berdasarkan uji statistika menggunakan chi-kuadrat
diperoleh p= 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolakdan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan perilaku penerapan ASI eksklusif. Pada
penelitian ini pengetahuan dalam penerapan ASI

eksklusif

menunjukan adanya hubungan yang signifikan, pengetahuan baik

akan cenderung berperilaku ASI eksklusif, sedangkan pengetahuan


cukup cenderung berperilaku tidak ASI eksklusif.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
puskesmas Kartasura tahun 2013 didapatkan hasil penelitian,
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang
menejemen laktasi dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada
ibu yang bekerja di wilayah kerja puskesmas Katrasura

(44)

. Pada

penelitian lain yang dilakukan di Gunung Pati kota Semarang


diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0.028)(45). Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di desa Kenokorejo
Polokarto Sukoharjo tahun 2015 didapatkan hasil terdapat
hubungan pengetahuan tentang manajemen laktasi denegan
perilaku pemberin ASI ekskklusif (p= 0.016) (19).
b. Hubungan sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
responden yang memiliki sikap positif 29 resonden (69.0%),
dengan proporsi yang berperilaku ASI eksklusif

28 resonden

(96.6%) dan yang tidak berperilaku ASI eksklusif 1 responden


(3.4%), hal ini dikarenakan adanya faktor lain yang mempengaruhi
perilaku penerapan ASI eksklusif di tempat kerja salah satunya
faktor sosial budaya dan kurangnya dukungan dari lingkungan
pekerjaan.
Responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 13
responden (31.0%), dengan proporsi yang berperilaku ASI
ekskklusif 6 resonden (46.2%), dan yang tidak berperilaku ASI
eksklusif 7 responden (53.8%), hal ini dikarenakan 6 responden
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor keinginan yang kuat
untuk memberikan nutrisi terbaik untuk anaknya, sehingga
responden cenderung menerapkan perilaku ASI eksklusif.

Berdasarkan

uji

statistika

menggunakan

chi-kuadrat

diperoleh p= 0,001. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa


H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan
antara sikap dengan perilaku penerapan ASI eksklusif. Pada
penelitian ini sikap dalam penerapan ASI eksklusif menunjukan
adanya hubungan yang signifikan, sikap positif akan cenderung
berperilaku ASI eksklusif, sedangkan sikap negatif cenderung
berperilaku tidak ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence Green
dimana perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor sikap(28).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
kecamatan Gunung Pati kota Semarang tahun

2009, diperoleh

hasil penelitian terdapat hubungan yang bermakna antar sikap ibu


dengan pemebrian ASI eksklusif (p= 0.004)(45). Pada penelitian lain
yang dilakukan di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal tahun 2013
diperoleh hasil ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu yang
bekerja sebagai perwat dengan pemebrian ASI eksklusif

(46)

. Dan

pada penelitian yang dilakukan di puskesmas Kotobangun, kota


Kotomobagu tahun 2014 diperoleh hubungan yang signifikan
antara sikap ibu dengan pemebrian ASI eksklusif (p=0,001).
c. Hubungan dukungan tempat kerja dengan prilaku penerapan
ASI eksklusif
Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

telah

dilakukan,

responden yang memiliki dukungan tempat kerja 13 resonden


(31.0%), dengan proporsi yang berperilaku ASI eksklusif

11

(84.6%) dan yang tidak berperilaku ASI eksklusif 2 responden


(15.4%),

hal

ini

dikarenakan

adanya

faktor

lain

yang

mempengaruhi perilaku penerapan ASI eksklusif di tempat kerja


salah satunya faktor kurangnya fasilitas dan kebijakan kesehatan di
tempat kerja.

Responden yang tidak

mendapat dukungan dari tempat

kerja sebanyak 29 (69.0%), dengan proporsi yang berperilaku ASI


ekskklusif 23 resonden (79.3%), dan yang tidak berperilaku ASI
eksklusif 6 responden (20.7%), hal ini dikarenakan 23 responden
tersebut salah satunya dipengaruhi oleh sikap positif sehingga
memiliki keinginan yang kuat untuk memberikan nutrisi terbaik
untuk anaknya, sehingga responden cenderung menerapkan
perilaku ASI eksklusif, walaupun banyak kendala yang dihadapi.
Berdasarkan uji statistika menggunakan chi-kuadrat
diperoleh p= 1,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara dukungan tempat kerja dengan perilaku
penerapan ASI eksklusif. Pada penelitian ini dukungan tempat
kerja dalam penerapan ASI eksklusif menunjukan tidak adanya
hubungan yang signifikan, tempat kerja tidak mendukung
penerapan ASI eksklusif, dengan pengetahuan dan sikap baik ibu
tetap berperilaku ASI eksklusif.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dimana
walaupun tempat bekerja tidak mendukung tetapi karena
pengetahuan baik maka perilaku Penerapan ASI eksklusif berhasil,
meski ibu harus berjuang untuk memerah ASI di tempat kerja
mulai dari, memerah ASI di ruang sepi seperti

laboratorium,

memerah ASI saat suasana kantor sepi (bebas dari pegawai lakilaki), hingga memerah ASI di bawah meja kerja.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
puskesmas Kartasura tahun 2013 didapatkan hasil penelitian, tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan tempat kerja
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja di
wilayah kerja puskesmas katrasura(44). Dan pada penelitian lain
yang dilakukan di kecamatan Pringapus kabupaten Semarang
diperoleh hasil penelitian tidak ada hubungan fasilitas di tempat
kerja dengan perilaku penerapan asi eksklusif (p=1.000)(18).

C. Keterbatasan Penelitian
1. Perizinan yang sulit
2. Tidak semua perguruan tinggi kesehatan kooperatif untuk dilakukan
penelitian.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Faktor Ibu dan
Dukungan Tempat Kerja dengan Perilaku Penerapan ASI Eksklusif pada
Ibu yang Bekerja di Perguruan Tinggi Kesehatan Kota Semarang dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 32 (76.2%)
dan berpengetahuan cukup 10 (23.8%)
2. Sebanyak 29 (69.0%) responden memiliki sikap positif dan 13 (31.0%)
responden memiliki sikap negatif
3. Tempat bekerja yang mendukung ibu untuk ASI eksklusif sebanyak 13
(31.0%) dan 29 (69.0%) tempat bekerja tidak mendukung ibu untuk
ASI eksklusif.
4. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
penerapan ASI eksklusif (p= 0.000)
5. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku penerapan
ASI eksklusif (p= 0.001)
6. Tidak Ada hubungan yang signifikan antara dukungan tempat kerja
dengan perilaku penerapan ASI eksklusif (p= 1.000)
B. Saran
1. Bagi tempat penelitian
Diharapkan perguruan

tinggi

kesehatan

mendukung

program

pemerintah dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan, dengan:

a. Meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap penerapan ASI


eksklusif.
b. memberikan fasilitas kesehatan yang layak dan memadai untuk
karyawan atau karyawati khususnya ibu menyusui dengan
memfasilitasi pojok laktasi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi baru, dan
referensi bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ASI eksklusif lebih
terperinci mulai dari variabel, sampel, dan tempat penelitian yang
lebih luas agar didapatkan hasil penelitian yang lebih bervariasi.

Anda mungkin juga menyukai