Anda di halaman 1dari 17

A.

Konsep Dasar Teori


1. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2010).
2. Klasifikasi
1. Diabetes Melitus Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) / Diabetes
Militus Tergantung Insulin (DMTI)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya
berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya
dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen.
Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat
dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya
usia muda.
2. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) /
Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana
mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak
yang dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko
terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah
wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut
dan wanita umumnya hidup lebih lama.

3. Diabetes Melitus Sekunder (diabetes yang berhubungan dengan keadaan atau


sindrom tertentu)
Diabetes yang terjadi karena akibat kerusakan pada pankreas yang
menyebabkan sebagian besar kelenjar rusak
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan Malnutrisi
Masih terdapat dua kategori lain yaitu abnormalitas metabolisme glukosa yaitu :
1. Kerusakan Toleransi Glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dapat menjadi
normal atau tetap tidak bertambah, bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi
tersebut.
2. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan adalah intoleransi glukosa yang
mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap
glukosa.
3. Etiologi
Etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya :
1. Tipe I: Insulin Dependen Diabetes Melitus ( IDDM) /Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DMTI)
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ke tidak absolutan insulin,
pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh
destruksi auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan
pengaruh genetik. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk
berusia kurang dari 30 tahun.
Adapun Faktor yang mempengaruhi Diabetes Militus Tipe I:
a.

Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi

dan proses imun lainnya.


b. Faktor Imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
c.

seolah-olah sebagai jaringan asing.


Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.

2.

Diabetes Militus Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) /
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan
glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel
beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih
sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita
kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat
hiperglikemik selama stres. Factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam

proses terjadinya resistensi insulin.


Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi
insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai
untuk mempertahankan euglikemia.
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,

terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
3.

Diabetes Melitus Sekunder (Diabetes Yang Berhubungan Dengan Keadaan


Tertentu)
Hiperglikemik terjadi karena penganut lain seperti: kerusakan pankreas,
obat-obatan kimia, kelainan insulin, sindrom genetik tertentu.

4.

Diabetes Melitus yang berhubungan dengan malnutrisi


a. Kerusakan toleransi glukosa (KTG)
Konsentrasi glukosa antara normal dan Diabetes Melitus dan dapat
menjadi normal atau tetap tidak berubah bahkan dapat melebihi nilai konsentrasi
tersebut.
b. Diabetes Melitus gastosional (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa
yang mulai timbul atau menular diketahui selama keadaan hamil, karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon di sertai pengaruh metabolik terhadap
glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh.

4. Patofisiologi
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan
rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan

dan

glikogenolisis

kelemahan.
(pemecahan

Dalam

keadaan

normal

insulin

mengendalikan

glukosa

yang

disimpan)

dan

glukoneogenesis

(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,
mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin
bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat
kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet
dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen
terapi yang penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau
sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi
peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi
diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena
itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,
diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang
dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat
(selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

Pathway Diabetes Melitus

5. Tanda dan Gejala

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan
tidak disadari\oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat
perhatian adalah :
1.

Keluhan Klasik
a. Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat
mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.
b. Banyak Minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab
rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk
menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
c. Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus
karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa
lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak
makan.
d. Penurunan Berat Badan dan Rasa Lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah yang hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi dan lapangan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan
glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya
penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.

2.

Keluhan Lain
a. Gangguan Saraf Tepi/Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam hari, sehingga menggangu tidur.
b. Gangguan Penglihatan

Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang


mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar tetap
dapat melihat dengan baik.
c. Gatal/Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan dan daerah
lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul karena
akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
d. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya
masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi
menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
e. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan
dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
Gejala-gelaja menurut tipe Diabetes Militus :
Diabetes Tipe I
1)
2)
3)
4)

Hiperglikemia berpuasa
Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
Keletihan dan kelemahan
Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)

Diabetes Tipe II
1) Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
2) Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
3) Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah (puasa)
3. Tes toleransi glukosa

7. Komplikasi
Komplikasi

yang

berkaitan

dengan

kedua

tipe

DM

(Diabetes

Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik.


1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a.

Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia


Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus
spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai
suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma
hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula
disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.

b.

Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK).


HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN
banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 150
mEq per liter kalium bervariasi.

c.

Ketoasidosis Diabetic (KAD)


DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai
dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

8. Penatalaksanaan
1. Medis
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa

darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
-

Memperbaiki kesehatan umum penderita


Mengarahkan pada berat badan normal
Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :


- Jumlah sesuai kebutuhan
- Jadwal diet ketat
- Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
1)
2)
3)

Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative
Body Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :

1) Kurus
(underweight)
BBR < 90 %
2) Normal (ideal)
BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight)
BBR > 110%
4) Obesitas apabila
BBR > 120%
5) Obesitas ringan
BBR 120 % - 130%
6) Obesitas sedang
BBR 130% - 140%
7) Obesitas berat
BBR 140% - 200%
8) Morbid
BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM
yang bekerja biasa adalah :
Kurus (underweight)

BB X 40-60 kalori sehari

Normal (ideal)

BB X 30 kalori sehari

Gemuk (overweight)

BB X 20 kalori sehari

Obesitas apabila

BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
a) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan
kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
b)
c)
d)
e)

sensivitas insulin dengan reseptornya.


Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang

f)

pembentukan glikogen baru.


Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1. Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada
penderita dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang
berat badannya sedikit lebih.
2. Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a)

Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik


Menghambat absorpsi karbohidrat
Menghambat glukoneogenesis di hati
Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
b. Insulin

Indikasi penggunaan insulin


- DM tipe I
- DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
- DM kehamilan
- DM dan gangguan faal hati yang berat
- DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
- DM dan TBC paru akut
- DM dan koma lain pada DM
- DM operasi
- DM patah tulang
- DM dan underweight
- DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
- Suntikan insulin subkutan
Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada
beberapa faktor antara lain :
Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup
saudara kembar identik.
f. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama/suku, warga
negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat rumah.
a. Data Medik
Dikirim oleh siapa dan diagnosa medik saat masuk maupun saat pengkajian
b. Keluhan Utama

Frekuensi berkemih yang meningkat, urine yang masih menetes setelah berkemih,
merasa tidak puas setelah berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan
kekuatan, dan ukuran pancaran urine, mengedan saat berkemih, tidak dapat
berkemih sama sekali, nyeri saat berkemih, hematuria, nyeri pinggang, peningkatan
suhu tubuh disertai menggigil, penurunan fungsi seksual, keluhan gastrointestinal
seperti nafsu makan menurun, mual,muntah dan konstipasi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum

Meliputi kedaan penyakit, tingkat kesadaran,suara bicara dan tanda-tanda vital.


b. Kepala
Apakah klien terdapat nyeri kepala, bagaimana bentuknya, apakah terdapat masa
bekas terauma pada kepala, bagaimana keadaan rambut klien.
c. Muka
Bagaimana bentuk muka, apakah terdapat edema, apakah terdapat paralysis otot
muka dan otot rahang.
d. Mata
Apakah kedua mata memiliki bentuk yang berbeda, bentuk alis mata, kelopak
mata, kongjungtiva, sclera, bola mata apakah ada kelainan, apakah daya
penglihatan klien masih baik.
e. Telinga
Bentuk kedua telinga simetris atau tidak, apakah terdapat sekret, serumen dan
benda asing, membran timpani utuh atau tidak, apakah klien masih dapat
mendengar dengan baik.
f. Hidung
Apakah terjadi deformitas pada hidung klien, apakah settum terjadi diviasi, apakah
terdapat secret, perdarahan pada hidung, apakah daya penciuman masih baik.
g. Leher
Bentuk leher simetis atau tidak, apakah terdapat kaku kuduk, kelenjar limfe terjadi
pembesaran atau tidak.
h. Dada
Apakah ada kelainan paru-paru dan jantung.
i. Abdomen
Bentuk abdomen apakah membuncit, datar, atau penonjolan setempat, peristaltic
usus meningkat atau menurun, hepar dan ginjal apakah teraba, apakah terdapat
nyeri pada abdomen.
j. Inguinal /Genetalia/ anus
Apakah terdapat hernia, pembesaran kelejar limfe, bagaimana bentuk penis dan
scrotum, apakah terpasang keteter atau tidak, pada anus apakah terdapat hemoroid,
pendarahan pistula maupun tumor, pada klien vesikollitiasis biasanya dilakukan
pemeriksaan

rectal

toucer

untuk

mengetahuan

pembesaran

prostat

dan

konsistensinya.
k. Ekstermintas
Apakah pada ekstermitas bawah dan atas terdapat keterbatasan gerak, nyeri sendi
atau edema, bagaimana kekuatan otot dan refleknya.

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK dapat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik
sampai tanda-tanda sakit berat tergantung pada letak batu dan penyulit yang
ditimbulkan.
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Kerusakan Integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan.
b. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit(diabetes mellitus).
c. Nyeri akut b.d trauma/diskontinuitas jaringan.
4. Intervensi
RENCANA KEPERAWATAN
NO
DX
1

Dx
Kep/Masalah

Tujuan

Intervensi

Keperawatan
Kerusakan

Setelah

integritas

keperawatan selama 3x24 jam

jaringan

dilakukan

b.d diharapkan

perfusi

tindakan
jaringan

nekrosis

normal, dengan kriteria hasil :

kerusakan

Perfusi jaringan

jaringan.

normal.

5. Jaga kulit agar tetap bersih


dan kering.
5. Monitor kulit akan adanya
kemerahan.
6. Monitor

status

nutrisi

pasien.

Tidak ada tanda-

7. Observasi luka : lokasi,

tanda infeksi.

kedalaman luka, dimensi,

Ketebalan dan

jaringan nekrotik, tanda-

tekstur jaringan normal.


Menunjukkan

tanda

infeksi

lokal,

formasi traktus.
8. Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril.

Resiko infeksi

Setelah

dilakukan

tindakan

1. Cuci

tangan

setiap

dan

sesudah

keperawatan selama 3x24 jam

sebelum

diharapkan klien terbebas dari

tindakan keperawatan.

resiko infeksi, dengan kriteria


hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi.

2. Berikan terapi antibiotik


(proteksi terhadap infeksi).
3. Monitor tanda dan gejala
infeksi.

2. Menunjukkan

kemampuan

untuk mencegah timbulnya


infeksi.

4. Monitor

kerentanan

terhadap infeksi.
5. Berikan perawatan kulit

3. Jumlah leukosit dalam batas

pada area epidema.

normal.
4. Menunjukkan perilaku hidup
sehat.
3

Nyeri akut b.d Setelah

1. Lakukan pengkajian nyeri


dilakukan

tindakan

secara

komprehensif

trauma/diskontin

keperawatan selama 3x24 jam

termasuk

lokasi,

uitas jaringan.

diharapkan

karakteristik,

durasi,

klien

mampu

mengontrol nyeri, dengan kriteria

frekuensi,

hasil :

faktor presipitasi.

1. Mampu

mengontrol

nyeri

kualitas

2. Monitor TD, nadi, RR,

(tahu penyebab nyeri, mampu

sebelum,

menggunakan

tehnik

setelah aktivitas.

nonfarmakologi

untuk

mengurangi nyeri, mencari


bantuan)
2. Melaporkan

bahwa

berkurang

nyeri
dengan

menggunakan

manajemen

nyeri.
3. Mampu

mengenali

nyeri

(skala, intensitas, frekuensi


dan tanda nyeri).
4. Menyatakan

rasa

nyaman

setelah nyeri berkurang.

dan

selama,

dan

DAFTAR PUSTAKA
2.

Smeltzer Suzanne C, Bare Brendo G Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

3.

Brunner, Suddart, Edisi 8, vol 2, Jakarta: EGC 2008.


Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.

4.
5.

Jakarta: EGC.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC.
Nurarifin, Amin Huda.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Yogyakarta : Medicatio Publishing.

Anda mungkin juga menyukai