Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN PPOK


1. Konsep Dasar Medis
A. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit
yang dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara
kronis dan perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana
hambatan aliran udara saluran nafas bersifat progresif dan tidak
sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi
yang abnormal dari paruparu terhadap gas atau partikel yang
berbahaya. (Hariman, 2010)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis /PPOK
( C h r o n i c O b s t r u c t i v e P u l m o n a r y Disease/COPD)
adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran
pernafasan yangdisebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis..
Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut.
Emfisema d i d e f i n i s i k a n s e b a g a i s u a t u d i s t e n s i
a b n o r m a l r u a n g u d a r a d i l u a r bronkiolus terminal dengan
kerusakan dinding alveoli.
(Bruner & Suddarth, 2002)
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
1)
2)
3)
4)
5)
6)

menurut Arief Mansjoer (2002) adalah :


Kebiasaan merokok
Polusi Udara
Paparan Debu, asap
Gas-gas kimiawi akibat kerja
Riwayat infeki saluran nafas
Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut
David Ovedoff (2002) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan

terkena polusi udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin


infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus influenza dan strepto
coccus pneumoni
C. Manifestasi klinis
Batuk merupakan keluhan pertama yang biasanya terjadi pada
pasien PPOK. Batuk bersifat produktif, yang pada awalnya hilang
timbul alu kemudian berlangsung lama dan sepanjang hari. Batuk
disertai dengan produksi sputum yang paada awalnya sedikit dan
kemudian berubah menjadi banyak dan purulen seiring dengan
semakin bertambah parahnya batu penderita.
Penderita PPOK juga akan mengeluhkan sesak yang
berlangsung lama, sepanjang hari, tidak hanya pada malam hari, dan
tidak pernah hilang sama sekali, hal ini menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas yang menetap
D. Patofisiologi
Factor-faktor resiko seperti merokok, polusi, umur, akan
mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan
kerusakan pada dinding bronkus terminal. Akibat dari kerusakan
akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang
mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang
mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi
banyak terjebak delam alveolus dan terjadilah penumpukan udara.
Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan
segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi.
Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun
perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologist
2) Analisa Gas Darah
3) Pemeriksaan EKG
4) Laboratorium darah lengkap

5) Kultur sputum, untuk mengetahui pathogen penyebab


infeksi
F. Komplikasi
1) Hipoksemia
2) Asidosis respiratorik
3) Infeksi saluran pernapasan
4) Gagal jantung, terutama cor pulmonal (gagal jantung
kanan akinat penyakit paru-paru)
5) Disritmia jantung
6) Status asmatikus: komplikasi utama yang berhubungan
dengan asma bronkhial
G. Penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanan : mengurangi gejala, mencegaheksaserbasi
berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru,
meningkatkan kualitas hidup penderita
Penatalaksana umum PPOK meliputi :
1) Edukasi
Secara umum edukasi yang harus diberikan adalah
a) Pengetahuan dasar tentang ppok
b) Obat obatan, manfaat dan efeksampingnya
c) Cara pencegahan perburukan penyakit
d) Menghindari pencetus
e) Menyesuaikan aktivitas
2) Obat-obatan
a) Bronkodilator
b) Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi ekaserbasi akut dalam bentuk oral
ataupun injeksiintravena
c) Antibiotika
Diberikan bila terjadi infeksi
d) Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut
3) Terapi oksigen
Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting
untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.
4) Ventilasi mekanik
Ventilasi mekanik dapat dilakukan dengan cara
a) Ventilasi mekanik dengan intubasi
b) Ventilasi mekanik tanpa intubasi
5) Nutrisi

Malnutrisi sering terjadi pada PPOK, kemungkinan karena


bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapni
menyebabkan terjadi hipermetabolisme.
6) Rehabilitasi
Program dilaksanakan didalam maupun diluar rumah sakit oleh
suatu tim multidisiplin yang terdiri dari ahli gizi, respiratory
terapis, psikolog.
Program rehap terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisik,
psikososial dan latihan pernapasan

2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1) Data Umum Klien, berisi data-data umum tentang pasien
misalnya nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
tanggal masuk RS
2) Pengkajian Primer
a) Airway, kaji kepatenan jalan nafas klien, adanya
sumbatan atau obstruksi, serta kaji bunyi nafas
tambahan
b) Breathing, kaji pola nafas klien, frekuensi
pernafasan, pergerakan dada klien, bentuk dada, atau
adanya bantuan pernafasan
c) Circulation, kaji tanda-tanda vital klien, adanya
akral dingin dan kaji Capillary Refill Time (CRT)
d) Disability, kaji adanya penurunan tingkat kesadaran,
adanya ganggun verbal, motorik dan sesorik serta
refleks pupil.
3) Pengkajian sekunder
a) Kaji pernafasan pasien.

Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit Paru


Obstruksi Kronik ialah batuk produktif/non produktif, dan
sesak nafas.
b) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan
selama MRS pasien dengan PPOK akan mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen. Peningkatan
c)

metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.


Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena
keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak
bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan

penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.


d) Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang
terpenuhi dan Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal.
e) Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan
istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari
lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit,
dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
f) Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan
sendiri atau harus dibantu oleh orang lain.
g) Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C),
pireksia/demam(38-40C), hiperpireksia=40C< ataupun
hipertermi <35,5C.
h) Rasa Nyaman

Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan


pasien. Nyeri dada meningkat karena batuk berulang (skala
i)

5)
Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit

yang dialaminya
j) Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan
perawat dan keluarga atau temannya.
k) Bekerja
Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya
menyebabkan terganggunya pekerjaan yang dijalaninya.
l) Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali
pasien sembahyang, dll.
m) Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan
sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi. Tujuannya
untuk mengetahui teknik yang tepat saat depresi.
n) Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak
yang dirasakan. Disinilah peran kita untuk memberikan HE
yang tepat dan membantu pasien untuk mengalihkan
sesaknya dengan metode pemberian nafas dalam
B. Diagnosa yang mungkin muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/
berkurangnya tenaga dan infeksi bronco pulmonal
2) Polanapas tidak efektif b.d nafas pendek, mucus
bronkokontriksi dan iritan jalan nafas
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidaksamaan ventilasi perfusi
4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplay
dengan kebutuhan oksigen
5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea
kelemahan,efeksamping obat, produksi sputum dan noreksia,
mual-muntah

(NANDA,2012)

C. Intervensi
N
o

Diagnosa
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d
bronkokontriksi,
peningkatan
produksi sputum,
batuk tidak
efektif, kelelahan/
berkurangnya
tenaga dan infeksi
bronco pulmonal

NOC
v Respiratory status :
Ventilation
v Respiratory status :
Airway patency
v Aspiration Control
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas
abnormal)
Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafa

NIC

Beri pasien 6 sampai


8 gelas cairan/hari
kecuali terdapat kor
pulmonal.
Ajarkan dan berikan
dorongan
penggunaan teknik
pernapasan
diafragmatik dan
batuk.
Bantu dalam
pemberian tindakan
nebuliser, inhaler
dosis terukur
Lakukan drainage
postural dengan
perkusi dan vibrasi
pada pagi hari dan
malam hari sesuai
yang diharuskan.
Instruksikan pasien
untuk menghindari
iritan seperti asap
rokok, aerosol, suhu
yang ekstrim, dan
asap.
edukasi tentang
tanda-tanda dini
infeksi yang harus
dilaporkan pada
dokter dengan segera:
peningkatan sputum,
perubahan warna
sputum, kekentalan
sputum, peningkatan
napas pendek, rasa

sesak didada,
keletihan.
Berikan antibiotik
sesuai yang
diharuskan.
Berikan dorongan
pada pasien untuk
melakukan imunisasi
terhadap influenzae
dan streptococcus
pneumoniae.

N
o

Diagnosa

NOC

NIC

Pola napas tidak


efektifberhubunga
n dengan napas
pendek, mukus,
bronkokontriksi
dan iritan jalan
napas

vespiratory status :
Ventilation
Respiratory status :
Airway patency
vital sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas

Ajarkan klien
latihan bernapas
diafragmatik dan
pernapasan bibir
dirapatkan.
Berikan dorongan
untuk menyelingi
aktivitas dengan
periode istirahat.
Biarkan pasien
membuat keputusan
tentang
perawatannya
berdasarkan tingkat
toleransi pasien.
Berikan dorongan
penggunaan latihan
otot-otot
pernapasan jika
diharuskan.

No

Diagnosa
Gangguan
pertukaran
gasberhubungan
dengan
ketidaksamaan
ventilasi perfusi

abnormal)
Tanda Tanda vital
dalam rentang
normal (tekanan
darah (sistole 110130mmHg dan
diastole 7090mmHg), nad (60100x/menit)i,
pernafasan (1824x/menit)

NOC
Respiratory status :
Ventilation
Kriteria Hasil :
Frkuensi nafas
normal (1624x/menit)
Itmia
Tidak terdapat
disritmia
Melaporkan
penurunan dispnea
Menunjukkan
perbaikan dalam laju
aliran ekspirasi

NIC
Deteksi
bronkospasme
saatauskultasi .
Pantau klien terhadap
dispnea dan hipoksia.
Berikan obat-obatan
bronkodialtor dan
kortikosteroid dengan
tepat dan waspada
kemungkinan efek
sampingnya.
Berikan terapi
aerosol sebelum
waktu makan, untuk
membantu
mengencerkan
sekresi sehingga
ventilasi paru
mengalami
perbaikan.
Pantau pemberian
oksige

(NANDA,2012)

3. Daftar Pustaka
Brunner & Suddart.2002. Buku Ajar Keperawatan Bedah edisi 8Volume
2. Jakarta : ECG
Carpenito Moyet Lynda Juall.2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/konsensus-ppokisi2.html diakses tanggal 02 Desember 2016
NANDA.2012. Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan
Klasifikasi
price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4,
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai