Anda di halaman 1dari 31

Hubungan Kepribadian Openness dan Conscientiousness terhadap

Pola Asuh Authoritative pada Ibu dari Mahasiswa Fakultas Psikologi


Universitas Surabaya Angkatan 2014

Oleh:
Maria Aprilitania
Sicilia Agustin Rito Putri
Yenny Fabiola

150114024
150114122
150114069

Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola asuh digambarkan sebagai iklim global yang menjadi tempat
berlangsungnya peran keluarga khusunya orangtua (Huver, Otten, deVries, & Engels,

2010). Selain itu pola asuh merupakan hal yang sangat penting karena pola asuh
merupakan sumber yang memiliki potensi terbesar dalam perkembangan anak
(Prinzie,Stams, Reijntjes, & Belsky, 2009). Ibu memegang peranan yang besar dalam
sebuah keluarga. Salah satu peran Ibu dalam keluarga adalah sebagai Psikolog bagi
anak-anaknya. Dalam hal ini, Ibu memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.
Ibu memahami konsep pola asuh serta memperhatikan perkembangan anak mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa (Sayangi Anak, 2015). Selain itu, Ibu juga
memiliki peran sebagai orang yang memenuhi kebutuhan anak dan pemberi motivasi
bagi kelangsungan kehidupan anak (Sari, 2012).
Ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan. Belsky berpendapat bahwa pola asuh dapat ditentukan oleh tiga sumber
utama, yaitu karakteristik inidividu anak, sumber yang berhubungan dengan stres dan
dukungan, serta kepribadian orangtua. Beliau menyatakan bahwa dari tiga sumber
tersebut, kepribadian orang tua adalah sumber yang paling berpengaruh penting
(Huver, et al., 2010). Kepribadian orangtua telah menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pola asuh karena kepribadian dapat menjadi sumber bimbingan dalam
menentukan pola pengasuhan yang diterapkan. Kepribadian orang dewasa dianggap
telah stabil dari waktu ke waktu sehingga memiliki potensi untuk dihubungkan
dengan perilaku pola asuh (Dickson, et al., 2014).
Kami telah melakukan studi terhadap lima jurnal penelitian antara tipe
kepribadian dengan pola asuh orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Huver, Otten,
de Vries, dan Engels (2010) menghasilkan 3 hal. Pertama, hubungan yang negatif
antara tipe kepribadian Extraversion dan Agreableness dengan pola asuh
Authoritarian. Semakin tinggi dimensi Extraversion dan Agreableness orangtua,
maka semakin kecil kemungkinan mereka menggunakan pola asuh Authoritarian.
Kedua, hubungan yang positif terjadi antara kepribadian Neuroticism dan pola asuh
Indulgent. Semakin tinggi tingkat stabilitas emosi orangtua maka semakin besar pula
kemungkinan mereka menggunakan pola asuh Indulgent. Ketiga, dimensi

Conscientiousness dan Openness tidak berhubungan secara signifikan dengan pola


asuh.
Dickson, Agyemang, dan Afful (2014) membuktikan bahwa orang tua dengan
dimensi Agreeableness yang tinggi tidak lebih memanjakan anaknya daripada
dimensi kepribadian lain. Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara dimensi kepribadian Agreeableness dengan pola asuh Indulgent
(memanjakan). Orang tua dengan pola asuh Authoritative memiliki dimensi
Conscientiousness yang lebih besar daripada Extraversion dan Agreableness, serta
lebih kecil daripada dimensi Neuroticism dan Openness. Selain itu, mereka juga
berhasil menemukan bahwa Ayah mempunyai kecenderungan untuk menerapkan pola
asuh Authoritarian yang lebih besar daripada Ibu.
Maddahi, Javidi, Samadzadeh, dan Amini (2012) menemukan 4 hubungan
antara kepribadian dengan pola asuh orang tua. Pertama, ada hubungan langsung
antara pola asuh Authoritative dengan dimensi kepribadian Openness. Kedua, ada
hubungan langsung antara pola asuh Authoritarian dengan dimensi kepribadian
Neuroticism. Ketiga, dimensi kepribadian Agreableness, Extraversion dan Openness
memiliki hubungan positif dengan pola asuh Authoritarian dan Permissive, dan
memiliki hubungan negatif dengan pola asuh Authoritative. Keempat, dimensi
Conscientiousness memiliki hubungan positif dengan pola asuh Authoritative dan
Authoritarian serta berhubungan negatif dengan pola asuh Permissive
Aken, Junger, Verhoeven, Aken, Dekovic, dan Denissen (2007) menyatakan
bahwa Ibu memiliki nilai yang tinggi pada dimensi kepribadian Extraversion dan
Conscientiousness daripada Ayah. Ibu juga memiliki nilai yang lebih tinggi pada
dimensi pola asuh dukungan dan disiplin positif. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu
cenderung menggunakan pola asuh Authoritative.
Studi meta-analisis yang dilakukan oleh Belsky, Prinzie, Reijntjes, dan Stams
(2009) menunjukkan bahwa semakin tinggi dimensi Extraversion, Agreableness,
Conscientiousness, dan Openness dan semakin rendah dimensi Neuroticism maka
pola asuh orang tua semakin hangat, dan perilaku kontrol orangtua semakin besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa orang tua dengan dimensi kepribadian yang

seperti itu menerapkan pola asuh Authoritative. Sedangkan semakin tinggi dimensi
Agreableness dan Openness dan semakin rendah Neuroticism maka dukungan
kebebebasan orangtua semakin besar.
Ada perbedaan dari hasil penelitian terdahulu. Huver, et al. (2010) tidak
menemukan adanya hubungan antara dimensi kepribadian Conscientiousness dan
Openness dengan pola asuh Authoritarian, Authoritative, atau Permissive Indulgent.
Namun Dickson dan Madahi beserta dengan rekan-rekannya menemukan adanya
hubungan antara kedua dimensi tersebut dengan pola asuh Authoritative. Huver, et al.
(2010) menemukan bahwa dimensi kepribadian Openness berhubungan positif
dengan aspek dukungan (r= 0.15) dan berhubungan negatif dengan kontrol yang kaku
(r= -0,01) pada pola asuh. Dimensi Conscientiousness berhubungan positif dengan
aspek dukungan (r= 0,12) dan aspek kontrol yang kaku (r=0,04). Namun, hubungan
tersebut menjadi tidak signifikan setelah dianalisis dengan variabel lain (data
demografi) pada analisis regresi. Dimensi Conscientiousness memiliki nilai =0.05
pada aspek dukungan dan = -0,01 untuk aspek kontrol yang kaku pada pola asuh.
Dimensi Openness memiliki nilai =0,07 pada aspek dukungan dan = -0,03 pada
aspek kontrol yang kaku. Penelitian yang dilakukan Dickson, et al. (2014)
menemukan bahwa lima dimensi kepribadian utama berpengaruh secara signifikan
pada pola asuh Authoritative [F(5, 114)= 14.432, p=0.02.] Dimensi kepribadian
Conscientiousness memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua dari 4 dimensi kepribadian
lainnya. (mean = 4.85, SD= 2.11). Analisis Post Hoc menunjukkan bahwa dimensi
Conscientiousness memiliki nilai 0,10 dengan p= < 0,05. Dimensi kepribadian
Openness berhubungan langsung dan signifikan dengan pola asuh Authoritative
[Standardized coefficient (beta) = -0,109 t= 2,568 dan p=0,011] (Madahi, et al.,
2012).
Selain itu kami juga memperoleh dua data tentang hubungan kepribadian
Openness dengan Conscientiousness terhadap pola asuh Authoritative. Pertama,
semakin tinggi dimensi kepribadian Openness Ibu maka kecenderungan untuk
menerapkan pola asuh Authoritative nya semakin rendah. Kedua, Ibu yang memiliki

dimensi kepribadian Conscientiousness juga memiliki hubungan dengan pola asuh


Authoritative. Semakin besar kepribadian Conscientiousness seseorang, maka ia juga
semakin Authoritative dalam menerapkan pola asuh. Hal ini menunjukkan
ketidaksesuaian terhadap hasil penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa
kepribadian Openness memiliki hubungan langsung dan signifikan dengan pola asuh
Authoritative.
Berdasarkan data diatas, penelitian ini akan berfokus pada hubungan antara
dimensi kepribadian Openness dan Conscientiousness dengan pola asuh Authoritative
pada Ibu.
1.2

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menjelaskan adanya hubungan antara dimensi kepribadian

Openness dan Conscientiousness dengan

pola asuh Authoritative pada Ibu dari

mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014.


1.3 Batasan Penelitian
Karena adanya perbedaan hasil penelitian pada dua penelitian terdahulu, maka
penelitian ini akan menguji hubungan antara dimensi kepribadian Openness dan
Conscientiousness dengan pola asuh Authoritative pada Ibu dari mahasiswa fakultas
Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014. Variabel kepribadian Openness dan
Conscientiousness Ibu akan diukur dengan menggunakan Big Five Inventory oleh
Goldberg yang memiliki nilai Alpha Cronbach yang cukup baik yaitu 0,80 dan 0,87,
sedangkan variabel pola asuh Authoritative Ibu akan diukur dengan menggunakan
skala Parenting Style Questionnaire yang dibuat oleh Robinson dengan nilai Alpha
Cronbach yang mencapai 0,81. Kedua variabel tersebut akan dibahas dengan
menggunakan teori Three Column Model oleh Alan Carr.
1.4

Manfaat Penelitian
Secara teoritik penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca

sehingga mereka bisa mengetahui kecenderungan tipe pola asuh orangtua berdasarkan
dimensi kepribadian.

Secara praktik, penelitian ini dapat membantu orangtua untuk mengenal


dirinya sendiri sehingga mereka dapat menyadari dampak pola asuh yang diterapkan
dari tipe kepribadian mereka.
1.5

Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara kepribadian Openness dengan pola asuh
Authoritative?
2. Apakah ada hubungan antara kepribadian Conscientiousness dengan pola
asuh Authoritative?

1.6

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksplanatif

dengan tujuan untuk menguji hipotesis untuk memperkuat atau menolak penelitian
yang sudah ada sebelumnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Variabel Pola Asuh
Pola asuh adalah perilaku orangtua dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan,
memberikan perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari
(Chamney, dalam Veronica 2007). Menurut Mussen pola asuh adalah cara yang
digunakan orangtua dalam mencoba berbagi strategi untuk mendorong anak mencapai
tujuan yang diinginkan seperti pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang
harus dimiliki anak saat dewasa (Veronica, 2007). Dari dua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah sikap orangtua dalam memenuhi

kebutuhan anak seperti pendidikan, kasih sayang dan perlindungan yang bertujuan
untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan anak.
2.2 Dimensi dan Tipe Pola Asuh
Baumrind mengatakan bahwa pola asuh terdiri dari dua dimensi, yaitu
kehangatan atau dukungan, dan perilaku mengontrol. Kehangatan adalah orangtua
yang mendukung perkembangan individu anak, dan menyetujui kebutuhan khusus
dan permintaan atau keinginan anak. Perilaku kontrol adalah tuntutan yang digunakan
orangtua pada anaknya agar patuh pada keinginan kedewasaannya, pengawasan,
upaya pendisiplinan, dan tidak bersedia mengikuti anak yang tidak menurut (disitat
dalam Belsky, Prinzie, Reijntjes, & Stams, 2009).
Dari kedua dimensi tersebut Baumrind (dalam Santrock jilid 1, 2011)
mendeskripsikan empat pola asuh orangtua. Pertama, pengasuhan otoriter
(Authoritarian Parenting) yaitu pola pengasuhan yang bersifat membatasi dan
menghukum. Orangtua cenderung mendesak anaknya agar mematuhi perkataan
orangtua, memberikan batasan-batasan dan kendali yang tegas pada anak, serta tidak
memberi peluang kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Biasanya, orangtua
menetapkan aturan-aturan yang kaku tanpa memberikan penjelasan, memukul, dan
menunjukkan kemarahan pada anak. Kedua, pengasuhan otoritatif (Authoritative
Parenting) yaitu pola pengasuhan yang mendorong anak untuk mandiri namun masih
tetap memberi batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak. Orangtua juga masih
memberikan kesempatan untuk berdialog secara verbal. Orangtua yang otoritatif
biasanya menunjukkan rasa senang terhadap perilaku konstruktif anak. Ketiga,
pengasuhan yang melalaikan (Neglectful Parenting) yaitu pola pengasuhan yang
ditunjukkan dengan cara menelantarkan anak atau tidak terlibat sama sekali dalam
kehidupan anak. Orangtua cenderung tidak peduli terhadap perilaku baik maupun
perilaku buruk anak. Keempat, pengasuhan yang memanjakan (Indulgent Parenting)
yaitu pola asuh yang ditunjukkan dengan keterlibatan secara penuh dari orangtua
pada anaknya namun kurang memberikan tuntutan atau kendali pada anak. Orangtua

cenderung membiarkan anak untuk melakukan atau menuruti apapun yang


diinginkannya.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan. Belsky berpendapat bahwa pola asuh dapat ditentukan oleh tiga sumber
utama, yaitu karakteristik inidividu anak, sumber yang berhubungan dengan stress
dan dukungan, serta kepribadian orangtua. Beliau menyatakan bahwa dari tiga
sumber tersebut, kepribadian orang tua adalah sumber yang paling berpengaruh
penting (Huver, et al., 2010). Kepribadian orangtua telah menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pola asuh karena kepribadian dapat menjadi sumber bimbingan dalam
menentukan pola pengasuhan yang diterapkan. Kepribadian orang dewasa dianggap
telah stabil dari waktu ke waktu sehingga memiliki potensi untuk dihubungkan
dengan perilaku pola asuh (Dickson, et al., 2014).
2.4

Definisi Variabel Kepribadian


Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun keberadaan manusia

menjadi suatu kesatuan, tidak terpecah-belah dalam fungsi-fungsi (Alwilsol, 2006).


Sedangkan menurut Allport (dalam Alwilsol, 2006) kepribadian adalah organisasi
dinamik dalam sistem psikofisik individu yang menentukan penyesuaiannya yang
unik dengan lingkungannya. Dari dua definisi tersebut, kepribadian adalah bagian
dari

jiwa

manusia

yang

menentukan

penyesuaian

unik

individu

dengan

lingkungannya.
2.5 Dimensi Kepribadian
Menurut Goldberg (dalam Huver, etal., 2010) kepribadian terbagi menjadi
lima dimensi yaitu, Extraversion, Agreeableness, Openness, Conscientiousness, dan
Neuroticism. Costa & McCrae (dalam Huver, et al., 2010) berpendapat bahwa
extraversion mencerminkan ketertarikan secara interpersonal, bersemangat, dan suka
menjadi pusat perhatian. Conscientiousness digambarkan sebagai individu yang,
teliti, gigih, tepat waktu, dan terorganisir. Individu dengan kepribadian Agreeableness
mencerminkan sikap penuh kasih, baik hati, dan bisa percaya. Individu dengan

kepribadian

Openness

mencerminkan

karakteristik

seperti

keingintahuan,

fleksibilitas, kreativitas, dan orisinalitas. Sedangkan orang dengan kepribadian


Neuroticism digambarkan sebagai pribadi yang gugup, sensitif, cemas, depresi, dan
merasa tidak aman.
2.6

Landasan Teori
Kedua variabel akan dijelaskan dengan menggunakan kerangka teori Three

Column Model milik Alan Carr (1997). Di dalam kerangka teorinya, Carr membagi
menjadi tiga bagian atau pilar yaitu: predisposing factors, mediating cognitive
factors, dan pattern of interaction around the presenting problem. Predisposing
factors meliputi, peristiwa-peristiwa yang pernah dialami di dalam kehidupan.
Sedangkan mediating cognitive factors meliputi sistem belief yang sudah ada di
dalam diri seseorang. Pattern of interaction around the presenting problem
merupakan pola interaksi yang terbentuk dari predisposing factors dan mediating
cognitive factors. Di dalam kasus ini kami hanya menggunakan 2 bagian saja dari
kerangka teori milik Carr, yaitu mediating cognitive factors, dan pattern of
interaction around the presenting problem.
2.7

Kaitan antara Dimensi Kepribadian Openness dan Conscientiousness


dengan Pola Asuh Authoritative
Kepribadian Conscientiousness

digambarkan

sebagai

individu

yang

terorganisir (teratur), tidak ceroboh, keinginan untuk berprestasi, disiplin, dan tidak
impulsif

(John

dan

Srivastava,

1999).

Sifat

disiplin

pada

kepribadian

Conscientiousness mencerminkan adanya kontrol dari orangtua terhadap anaknya.


Misalnya orangtua menetapkan peraturan bahwa jam sembilan malam anak harus
sudah berada di rumah. Jika anak melanggar aturan tersebut maka orangtua akan
mendisiplinkan anaknya dengan cara menegur atau menghukum. Hukuman yang
diberikan tidak dilakukan secara impulsif misalnya dengan langsung memukul atau
mengurung anak dalam kamar mandi tanpa mendengarkan alasan dari anak, namun
hukuman yang diberikan tetap memiliki aspek kasih sayang misalnya setelah
menegur atau mengingatkan anak, orangtua memberikan penjelasan secara halus dan

alasan mengapa anak harus mematuhi aturan tersebut. Selain itu teguran tersebut
dilakukan secara teratur yaitu dengan cara setiap kali anak melanggar aturan, maka
akan ada teguran atau sanksi tertentu. Dimensi Conscientiousness juga memiliki
keinginan untuk berprestasi. Orangtua dengan kepribadian ini akan mendorong
anaknya untuk berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggungjawabnya. Jika anak mengalami kegagalan di sekolahnya, orangtua dengan
kepribadian ini cenderung untuk memberikan semangat pada anaknya untuk terus
mencoba tanpa putus asa bukan memarahi anak atau mengeluarkan kata-kata negatif
yang dapat membuat anak semakin patah semangat dengan. Contoh perilaku orangtua
dengan kepribadian Conscientiousness telah menggambarkan adanya keseimbangan
antara aspek kontrol dan aspek dukungan atau kehangatan dalam pola asuh
Authoritative.
Individu dengan kepribadian Openness mencerminkan karakteristik seperti
keingintahuan yang besar, imajinatif, artistik, memiliki ketertarikan yang luas, dan
bersemangat (John dan Srivastava, 1999). Orangtua yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi biasanya terbuka dalam mendengarkan keluhan, pendapat atau masalah
yang dialami oleh anak. Dengan sifatnya yang imajinatif dan artistik orangtua dapat
memberikan solusi terbaik yang dapat menjadi alternatif solusi bagi masalah yang
dihadapi anak. Dengan demikian anak akan merasakan kehangatan yang diberikan
orangtua. Aspek kontrol juga dapat ditemukan pada orangtua dengan kepribadian
Openness. Misalnya orangtua melarang anak untuk menggunakan internet karena
banyaknya berita yang membuktikan dampak negatif dari internet terhadap
perkembangan anak. Di sisi lain, teknologi telah berkembang pesat dan banyak
pengetahuan yang bisa didapatkan melalui internet. Orangtua dengan kepribadian
Openness memiliki sifat terbuka terhadap berbagai pengetahuan dan sudut pandang.
Mereka tidak hanya melihat suatu permasalahan dari satu sudut pandang saja
sehingga orangtua dengan kepribadian ini akan sedikit menurunkan tingkat
kontrolnya dengan memperbolehkan anak untuk menggunakan internet yang disertai
dengan adanya pengawasan dari orangtua. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa kepribadian Openness memiliki keseimbangan dalam memenuhi aspek kontrol


dan kehangatan yang ada dalam pola asuh Authoritative.
Berdasarkan teori Three Column Model, kepribadian merupakan bagian dari
mediating cognitive factors karena kepribadian merupakan sistem belief yang sudah
ada di dalam diri manusia. Pola asuh merupakan bagian dari pattern of interaction
around the presenting problem karena pola asuh seseorang dapat dipengaruhi karena
adanya interaksi antara kejadian-kejadian di masa lampau (Predisposing factors)
dengan kepribadian orangtua (mediating cognitive factors). Masa lalu yang dialami
seseorang dapat menentukan kepribadiannya. Ketika anak dibesarkan dalam keluarga
yang penuh kehangatan namun tetap disiplin, maka pengalaman itu akan terus diingat
oleh anak dan membuat anak tersebut memiliki kepribadian yang hangat, terbuka
dengan orang lain dan disiplin pula sehingga kepribadian tersebut menjadi bagian
yang melekat dalam diri individu dan sulit untuk diubah. Kepribadian yang dimiliki
seseorang akan menentukan cara seseorang dalam berperilaku termasuk pada pola
asuh yang diterapkan seseorang pada anaknya.
Kerangka teori Three Column Model digambarkan pada bagan di bawah ini.

mediating cognitive factors


pattern of interaction around the presenting problem
(sistem belief)

2.5

IV
Personality traits

DV
Parenting Styles

Openness
Conscientiousness
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism

Authoritarian
Authoritative
Permissive indulgent
Neglecful

Hipotesis

Three Column Model


Alan Carr (1997)

Dari teori mengenai kepribadian orangtua dan pola asuh, kami menemukan
dua hipotesis. Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis
terarah.
Hipotesis 1: Ada hubungan antara dimensi kepribadian Openness dengan pola asuh
Authoritative.
Hipotesis 2: Ada hubungan antara dimensi kepribadian Conscientiousness dengan
pola asuh Authoritative.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian akan dilakukan menggunakan menggunakan metode kuantitatif
dengan teknik survei. Menurut Sugiono (2009:13) metode survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan
kuesioner, tes, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam
eksperimen). Dalam buku Metodology Penelitian Survei oleh Singarimbun, dalam
survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan angket atau
kuesioner. umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya
dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian,
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (disitat dalam
Samanty, 2010). Teknik pengambilan data kami menggunakan angket yang
disebarkan pada orangtua melalui mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya
angkatan 2015.
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang dibahas pada penelitian ini adalah kepribadian dan pola asuh.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa manusia yang menentukan penyesuaian unik
individu dengan lingkungannya.
Menurut Goldberg (dalam Huver, et al., 2010) kepribadian terbagi menjadi
lima aspek utama yaitu, Extraversion, Agreeableness, Openness, Conscientiousness,

dan Neuroticism. Variabel dimensi kepribadian Openness dan Conscientiousness


orangtua akan diukur menggunakan 19 butir dari Big Five Inventory (BFI) dari
Goldberg yang dibuat pada tahun 1993.
Pola asuh orangtua adalah sikap orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak
seperti pendidikan, kasih sayang dan perlindungan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan yang dibutuhkan anak. Baumrind mengatakan bahwa pola asuh terdiri dari dua
aspek, yaitu kehangatan atau dukungan, dan perilaku mengontrol. Kehangatan adalah
orangtua yang mendukung perkembangan individu anak, dan menyetujui kebutuhan
khusus dan permintaan atau keinginan anak. Perilaku kontrol adalah tuntutan yang
digunakan orangtua pada anaknya agar patuh pada keinginan kedewasaannya,
pengawasan, upaya pendisiplinan, dan tidak bersedia mengikuti anak yang tidak
menurut (disitat dalam Belsky, et al., 2009).
Baumrind (dalam Santrock jilid 1, 2011) mendeskripsikan empat pola asuh
orangtua, yaitu : pengasuhan otoriter (Authoritarian Parenting), pengasuhan otoritatif
(Authoritative Parenting), pengasuhan yang melalaikan (Neglectful Parenting),
pengasuhan yang memanjakan (Indulgent Parenting).

Variabel pola asuh

Authoritative akan diukur menggunakan 13 butir dari Parenting Style Questionnaire


yang dibuat oleh Robinson pada tahun 2001 berdasarkan teori pola pengasuhan
Diana Baumrind.
3.3 Populasi Penelitian
Target populasi adalah Ibu yang tinggal bersama dengan anaknya yaitu
mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014. Peneliti memilih
populasi tersebut karena populasi tersebut memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam
penelitian.
3.4 Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Peneliti akan
memberikan angket kepada Ibu melalui mahasiswa fakultas Psikologi Universitas

Surabaya angkatan 2014 yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di waktu dan
tempat tertentu dan bersedia menerima angket.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang akan dikelola dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
diperoleh melalui pengisian angket terbuka dan tertutup dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari pilihan jawaban satu sampai lima. Data tersebut akan dikelola
dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20.
3.5.1 Uji Instrumen
3.5.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam
menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat
memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur sesuai dengan tujuan
pengukuran. Secara tradisional tipe validitas dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu validitas isi, validitas tampang dan validitas konstrak.
Validitas isi merupakan validitas yang diukur melalui pengujian terhadap
kelayakan isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten.
Validitas tampang adalah bukti validitas berdasarkan penilaian terhadap
format tampilan. Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan
sejauhmana hasil tes mampu menunjukkan trait yang hendak diukur (Azwar,
2012). Pengujian validitas butir dilakukan dengan menggunakan internal
structural analysis (CITC) dengan menggunakan bantuan dari IBM SPSS
Statistics 20. Setiap butir dapat dikatakan valid jika memiliki nilai lebih besar
dari 0,3.
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Suatu alat tes dapat dikatakan reliabel jika dapat membuktikan
bahwa hasil dari pengukuran bersifat konsisten dan tetap (Azwar, 2012).
Teknik uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Alat tes yang reliabel

adalah alat tes yang memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar sama dengan
0,7.
3.5.2 Uji Asumsi
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebaran data.
Suatu

data

dapat

dikatakan

memiliki

distribusi

normal

jika

nilai

signifikansinya lebih besar dari 0,05.


3.5.2.2 Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan apabila mengunakan uji korelasi pada variabel.
Uji linieritas dapat dibuktikan melalui scatter plot atau menggunakan curve
estimation. Data dikatakan signifikan apabila nilai p lebih kecil dari 0,05.
3.5.2.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat dilakukan dengan dua teknik. Jika data memiliki
distribusi normal, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis Pearson. Jika data memiliki distribusi yang tidak normal, maka
teknik analisis yang digunakan adalah analisis Kendals atau Spearman.
3.5.3 Blueprint Alat Ukur
3.5.3.1 Blueprint Kepribadian Openness dan Conscientiousness
Aspek
Conscientiousness
Openness

Jenis Butir
Favorable
Unfavorable
1, 5, 11, 13, 15
3, 7, 9, 18
2, 4, 6, 8, 10, 12, 16,
14, 17
19

Jumlah

Status

9
10

3.5.3.2

Blueprint Pola Asuh Authoritative

Aspek
Authoritative

Jenis Butir
Favorable
Unfavorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
-

Jumlah

Status

13

8, 9, 10, 11, 12,


13

BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Orientasi Kancah
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu yang tinggal
bersama dengan anaknya yaitu mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya
angkatan 2014. Dalam pengumpulan data kami menitipkan kuesioner tersebut kepada
mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang tinggal

bersama dengan ibunya, untuk diberikan kepada Ibunya yang merupakan subjek dari
penelitian kami.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Kami menyebarkan kuesioner dengan menitipkannya

kepada mahasiswa

fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang tinggal bersama ibunya.
Kami memulai menyebarkan kuesioner pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016 dengan
membagikannya kepada teman-teman dekat yang kami tahu tinggal bersama kedua
orangtuanya. Kemudian keesokannya kami melanjutkan untuk menyebarkan
kuesioner yang masih tersisah yaitu pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2016, dengan
membagikannya kepada teman-teman satu KP mata kuliah Survey KP A yang
memenuhi syarat yaitu jika mereka tinggal satu rumah dengan ibunya, alasan kami
membagikan kepada teman-teman satu KP mata kuliah Survey pada hari Jumat
tanggal 13 Mei 2016 karena kebanyakan teman-teman dari mata kuliah Survey KP A
tidak tinggal dengan ibunya karena berasal dari luar kota. Pengembalian kuesioner
kami jadwalkan pada hari Senin tanggal 16 Mei 2016, namun kuesioner yang kembali
ternyata belum mencapai 50 subjek, sehingga kami mengulur waktu lagi sampai pada
akhirnya kami berhasil mengumpulkan 50 subjek pada hari Rabu tanggal 18 Mei
2016.
Hambatan yang kami alami adalah, kemoloran pengumpulan kuesioner karena
beberapa mahasiswa yang dititipkan kuesioner tidak langsung memberikan kuesioner
kepada ibunya sehingga data yang seharusnya sudah kami dapatkan harus molor dari
waktu yang ditentukan. Disamping itu ada mahasiswa yang mengatakan, bahwa
ibunya agak lama dalam mengisi kuesioner karena sudah jarang membaca dan ada
yang mengaku sedikit bingung dengan maksud dari beberapa butir di dalam kuesioner
yang kami sebarkan.
4.3 Hasil
Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan data yang diperoleh melalui
kuesioner pertanyaan terbuka:
Tabel 4.3 karakteristik responden penelitian

No.

Variabel
Usia

1
Jumlah anak

2
3

Tinggal dengan pasangan

Kategori Variabel
39
40 44
45 49
50 54
55
1
2
3
4
5
serumah
commuter
tidak serumah

F
1
14
14
17
4
8
22
15
4
1
41
1
8

%
2%
28%
28%
34%
8%
16%
44%
30%
8%
2%
82%
2%
16%

4.3.1 Uji Data Hilang


Uji missing value dilakukan pada varibel kepribadian Conscientiousness serta
Openness dan varibel pola asuh Authoritathive dengan menggunakan SPSS 22.
Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis apakah ada data yang hilang saat
pengisian kuesioner. Hasil dari uji missing value dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3.1 Hasil uji Missing Value
Jumlah
No
.
1
2
3

Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative

Item
0
0
0

responden tidak Persentas

Little

mengisi
0
0
0

MCAR
0
0
0

e
0%
0%
0%

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan jika tidak ada data yang hilang di dalam
kuesioner yang telah diisi oleh subjek. Karena setiap item di dalam kuesioner telah
terisi lengkap dan sesuai.
4.3.2 Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4.3.2.1 Uji Indeks Diskriminan dan Analisis Faktor

VALIDITAS
Item-Total

No.

Correlation (Indeks

Corrected Item

Faktor

Diskriminan)

Total Correlation

loading

0.351-0.711

0.119-0.635

0.161 -0.823

18 dihapus)

0.518-0.711

0.386-0.616

0.563-0.807

Openness

0.076-0.778

-0.527 -0.667

-0.606-0.740

dihapus)

0.510-0.778

0.400-0.647

0.560-0.782

Authoritative

0.520-0.814

0.432-0.769

0.448-0.861

Variabel
1

Conscientiousness
Conscientiousness
(setelah aitem 15 dan

Openness
aitem

(setelah
4,14,17,19

Item yang dihapus


No.

Variabel

Conscientiousness

Openness

Authoritative

No.

Variabel

pada Uji Indeks

Item yang dihapus pada Uji

Diskriminan

Analisis Faktor

15,18

4,14,17,19

17

Nilai KMO

Jumlah Aitem Gugur

Conscientiousness

0.781

Openness

0.809

Authoritative

0.720

Berdasarkan tabel 4.3.2.1 diatas ketika peneliti melakukan uji indeks


diskriminan terhadap variabel Conscientiousnes terdapat 2 butir yang harus
digugurkan yaitu butir 15 dan 18 karena nilai dari Corrected Item Total Correlation <

0,3. Setelah menghapus 2 butir tersebut maka rentang indeks diskriminan naik
menjadi 0.518-0.711. Sedangkan pada variabel Openness terdapat 4 butir yang harus
digugurkan yaitu butir nomor 4, 14, 17, dan 19 karena nilai dari Corrected Item Total
Correlation <0,3. Setelah menghapus 4 butir tersebut maka rentang indeks
diskriminan naik menjadi 0.510-0.778. Tetapi pada variabel pola asuh Authoritative
tidak terdapat butir yang digugurkan karena nilai Corrected Item Total Correlation
sudah > 0,3.
Jika dilihat dari nilai KMO pada uji analisis faktor, semua variabel dikatakan
valid karena memiliki nilai KMO > 0,5 yaitu 0.781 untuk variabel Conscientiousness,
0.809 untuk variabel Openness, dan 0.720 untuk variabel Authoritative.
Tabel 4.3.2.2 Hasil Uji Validitas Konstruk
VALIDITAS
No.

Variabel

1
2

Conscientiousness
Openness

Authoritative

Cross Loading
-

Double Loaded
-

faktor loading < 0,5


15, 18
4, 14, 17

6, 12

Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat butir dari ketiga variabel yang
mengalami cross loading, namun terdapat beberapa butir pada setiap dimensi yang
nilai factor loading < 0,5. Untuk variabel Conscientiousness terdapat 2 aitem yaitu
aitem nomor 15 dan 18, sedangkan variabel Openness terdapat 3 aitem yaitu aitem
nomor 4, 14 dan 17, sedangkan pada variabel Authoritative terdapat 2 aitem yaitu
aitem nomor 6 dan 12. Namun, dari ketiga varibel tersebut tidak terdapat butir yang
mengalami double loaded.
Tabel 4.3.2.3 Hasil Uji Reliabilitas
No.

Variabel

Koefiesien Alpha Cronbach

Conscientiousness

0.774

Openness

0.781

Authoritative

0.891

Dari tabel 4.3.2.2 menunjukkan bahwa seluruh aitem yang mengukur variabel
kepribadian Conscientiousness dan Openness beserta varibel pola asuh Authoritative ,
dapat dikatakan seluruh aitemnya reliabel atau terdapat konsistensi terhadap
pengukurannya. Hal ini dikarenakan koefisien alpha cronbachnya sudah memenuhi
syarat yaitu >0,7.
4.3.3 Distribusi Frekuensi
Tabel 4.3.3 Distribusi Frekuensi pola asuh Authoritative
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Sangat Tinggi
Total

Interval Nilai
X< 25.00
26.00< X<35.00
36.00< X <45.00
46.00< X <55.00
X> 56.00

Frekuensi
1
0
1
10
38

Persentase
2%
0%
2%
20%
76%

50

100

Tabel 4.3.3 Distribusi Frekuensi kepribadian Conscientiousness


Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Sangat Tinggi
Total

Interval Nilai
X< 18.00
19.00< X<24.75
24.76< X <31.50
31.51< X <38.25
X> 38.26

Frekuensi
1
0
12
16
21

Persentase
2%
0%
24%
32%
42%

50

100

Tabel 4.3.3 Distribusi Frekuensi kepribadian Openness

Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Sangat Tinggi
Total

Interval Nilai
X< 23.00
24.00< X<27.75
27.76< X <32.50
32.51< X <37.25
X> 37.26

Frekuensi
2
4
16
18
10

Persentase
4%
8%
32%
36%
20%

50

100

Dari tabel 4.3.5 diatas menunjukkan bahwa frekuensi tingkat pola asuh
Authoritative dan kepribadian Conscientiousness tergolong sangat tinggi, hal ini
dapat dilihat dari hasil perolehan persentase kategori sangat tinggi yang paling
mendominasi yakni 76% dan 42 % dengan jumlah responden mencapai 38 orang dan
21 orang. Sedangkan pada variabel kepribadian Openness tergolong tinggi, hal ini
dapat dilihat dari hasil perolehan persentase kategori tinggi yang paling mendominasi
yakni 36% dengan jumlah responden 18 orang.

4.3.4 Uji Asumsi


4.3.4.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan IBM SPSS 22.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data yang tersebar bersifat normal atau
tidak normal. Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.3.4.1 Uji Normalitas
No.
1
2
3

Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative

Kolmogorov-Smirnov
0.00
0.00
0.00

Status
tidak normal
tidak normal
tidak normal

Hasil analisis uji normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi
data pada kuesioner kepribadian Conscientiousness dan Openness serta pola asuh

Authoritative tidak normal, karena nilai signifikansinya Kolmogorov-Smirnov < 0,05

yaitu 0,00.
Tabel 4.3.4.2 Uji Outlier
No.
1
2
3

Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative

Rentang z-score
-3.30543 1.4596
-2.69051 2.7302
-5.21669 0.84241

Data ekstrem memiliki nilai rentang dibawah 2.5 dan diatas 2.5. Tabel diatas
menunjukan rentang nilai diluar nilai outlier maka dapat dikatakan bahwa variabel
Conscientiousness dan Authoritative memiliki nilai outlier karena terdapat nilai z-score
dibawah 2.5 dan diatas 2.5. Sedangkan variabel Openness tidak memiliki nilai

outlier.
4.3.4.3 Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS 22. Hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3.3.3 Uji Linearitas
No.
1
2

Variabel
F
Conscientiousness
Authoritative
17.583
Openness - Authoritative
9.752

Status

0.000 Linier
0.003 Linier

Persamaan Garis Linear


Y = 33.24 + 0. 68 X
Y = 36.08 + 0.66 X

Hasil dari tabel 4.3.3.3 diatas menunjukkan bahwa data bersifat linier hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh dari masing-masing gabungan IV
dan DV kurang dari 0.05 yakni 0,000 dan 0,003 Berdasarkan dari perolehan nilai
signifikansi dari kedua uji asumsi tersebut mengatakan, bahwa data bersifat tidak
normal dan linier. Sehingga untuk pengujian selanjutnya yakni uji hipotesis,
menggunakan uji non-parametrik, karena salah satu syarat tidak terpenuhi.
Grafik 4.3.3.3 Uji Linearitas Conscientiousness - Authoritative

Grafik 4.3.3.3 Uji Linearitas Openness- Authoritative

4.3.5 Uji Hipotesis

Pada uji hipotesis ini peneliti menggunakan pengujian lanjutan dengan


menggunakan uji hipotesis non-parametrik. Karena setelah melakukan uji asumsi
normalitas peneliti mendapat hasil tidak normal, karena nilai signifikansinya
Kolmogorov-Smirnov < 0,05 yaitu 0,00. Kemudian dilakukan dengan uji outlier.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan uji linieritas data
dan hasil olah data yang diperoleh menunjukan bahwa data bersifat linier. Simpulan
uji yang didapat oleh peneliti adalah data terdistribusi tidak normal namun bersifat
linier. Sehingga langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
uji hipotesis dan dalam pengujian ini peneliti menggunakan uji non-parametrik.
Berikut ini adalah hasil dari olah data uji hipotesis non-parametrik yang dilakukan
oleh peneliti dengan menggunakan SPSS 22 :
Tabel 4.3.4 hasil uji non-parametrik
Variabel
Conscientiousness - Authoritative
Openness - Authoritative

Uji Korelasi
Spearmans
Kendalls tau-b
Spearmans
Kendalls tau-b

Koefisien kedua variabel


0.399
0.301
0.441
0.29

Sig.
0.004
0.003
0.003
0.005

Hasil uji hipotesis non-parametrik pada tabel diatas menunjukkan bahwa,


hasil uji korelasi Spearmans dan Kendalls tau-b nilai signifikansinya dibawah 0.05
yakni 0.004 dan 0.003 untuk variabel kepribadian Conscientiousness dengan pola
asuh Authoritative dan 0.003 dan 0.005 untuk varibel kepribadian Openness dengan
pola asuh Authoritative. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau
hubungan yang signifikan antara kepribadian Conscientiousness dengan pola asuh
Authoritative dan juga kepribadian Openness dengan pola asuh Authoritative. Maka
hipotesis yang dapat ditarik dari hasil uji korelasi diatas adalah menolak H0.
4.3.6 Tabulasi Silang
Tabel 4.3.6 hasil Chi-Square uji crosstab pola asuh Authoritative

Signifikansi
No.

Variabel

0.220

Authoritative dengan jumlah anak


Authoritative dengan status tempat
tinggal

Authoritative dengan usia

0.241

0.199

Tidak
ada
asosiasi
Tidak
ada
asosiasi
Tidak
ada
asosiasi

Tabel hasil uji crosstab diatas menunjukkan, bahwa pola asuh Authoritative
tidak berasosiasi dengan variabel lain yakni jumlah anak, status tempat tinggal dan
usia. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi two-tailed yang
menunjukkan bahwa nilai signifikannya diatas 0.05, sehingga ketiga variabel
pendukung dari pertanyaan terbuka yaitu, jumlah anak, status tempat tinggal dan usia
tidak berasosiasi dengan variabel pola asuh Authoritative.

BAB V
PENUTUP
5.1 Bahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa frekuensi tingkat pola
asuh Authoritative (76%) dan kepribadian Conscientiousness (42%) tergolong sangat
tinggi, sedangkan pada kepribadian Openness (36%) yang tergolong tinggi, lihat tabel

4.3.5. Kemudian berdasarkan data yang telah ditemukan terdapat korelasi atau
hubungan yang signifikan antara kepribadian Conscientiousness dengan pola asuh
Authoritative (Spearman= 0.399 & Kendalls tau-b= 0.301; p= 0.004 & 0.003) dan
juga terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan pada kepribadian Openness
dengan pola asuh Authoritative (Spearman= 0.441 & Kendalls tau-b= 0.29 ; p=
0.003 & 0.005). Sehingga dapat disimpulkan, jika polah asuh Authoritative yang
diterapkan ibu terhadap anaknya terbentuk karena adanya dominasi dari kepribadian
Conscientiousness dan Openness .
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang meneliti
hubungan antara kepribadian Openness dan Conscientiousness dengan pola asuh
Authoritative seperti penelitian Maddahi, Javidi, Samadzadeh, dan Amini (2012) yang
mengatakan jika terdapat hubungan langsung antara pola asuh Authoritative dengan
dimensi kepribadian Openness dan dimensi Conscientiousness memiliki hubungan
positif dengan pola asuh Authoritative.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan kepribadian Conscientiousness
digambarkan sebagai individu yang terorganisir (teratur), tidak ceroboh, keinginan
untuk berprestasi, disiplin, dan tidak impulsif (John dan Srivastava, 1999). Sifat
disiplin pada kepribadian Conscientiousness ini mencerminkan adanya kontrol
terhadap anaknya. Misalnya menetapkan peraturan jam malam. Jika anak melanggar
aturan tersebut maka orangtua akan mendisiplinkan anaknya dengan cara menegur
atau menghukum. Hukuman yang diberikan tidak dilakukan secara impulsif, namun
menegur atau mengingatkan anak, orangtua memberikan penjelasan secara halus dan
alasan mengapa anak harus mematuhi aturan tersebut.
Ibu dengan kepribadian Openness mencerminkan karakteristik seperti
keingintahuan yang besar, imajinatif, artistik, memiliki ketertarikan yang luas, dan
bersemangat (John dan Srivastava, 1999). Orangtua yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi biasanya terbuka dalam mendengarkan keluhan, pendapat atau masalah
yang dialami oleh anak.. Aspek kontrol juga dapat ditemukan pada orangtua dengan
kepribadian Openness. Misalnya orangtua melarang anak untuk menggunakan
internet karena banyaknya berita yang membuktikan dampak negatif dari internet

terhadap perkembangan anak. Akan tetapi banyak pengetahuan yang bisa didapatkan
melalui internet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian Openness
memiliki keseimbangan dalam memenuhi aspek kontrol dan kehangatan yang ada
dalam pola asuh Authoritative.
5.2 Simpulan
Kepribadian Openness dan Conscientiousness bisa jadi tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan pola asuh Authoritative jika dilakukan pada sampel
yang berbeda. Disamping itu, diasumsikan juga terdapat faktor-faktor lain diluar dari
faktor kepribadian Openness dan Conscientiousness yang turut mempengaruhi pola
asuh Authoritative. Kepribadian selain Openness dan Conscientiousness seperti
Extraversion, Agreableness, dan Neuroticism bisa jadi juga memiliki hubungan
dengan

variabel

pola

asuh

Authoritative.

Kepribadian

Openness

dan

Conscientiousness bisa jadi juga berhubungan dengan variabel pola asuh selain
Authoritative yaitu pola asuh Authoritarian, Neglectful dan Indulgent.
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah, sampel subjek yang kurang variatif
karena pada saat penentuan sampling peneliti menggunakan teknik sampling
accidental sampling. Peneliti akan memberikan angket kepada Ibu melalui
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti di waktu dan tempat tertentu dan bersedia
menerima angket. Sehingga subjek yang didapat kurang mewakali populasi.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah, jumlah sampel yang kurang banyak yaitu
hanya 50 subjek padahal di angkatan 2014 terdapat sekitar kurang lebih 250-an
mahasiswa.
5.4 Saran
1. Bagi Subjek Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dan juga hasil penelitian terdahulu yang
mendukung data peneliti. Maka sebaiknya jika ibu ingin menerapkan pola asuh
Authorithative terhadap anaknya maka harus memberikan perlakuan kontrol serta
kasih sayang yang seimbang. Jadi salah satu perlakukan tidak boleh mendominasi
jika ingin menerapkan pola asuh Authoritative, entah itu kontrol maupun kasih
sayang.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan teknik sampling

accidental sampling dan sebaiknya menambah jumlah subjek penelitian. Kemudian


bisa juga menambahkan variabel lain yang sekiranya mendukung variabel utama,
sehingga data yang diperoleh lebih variatif.

PUSTAKA ACUAN
Alwilsol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carr, A. (1997). Positive pratice in family therapy. Journal of Marital and Family
Therapy, 23(3), 271-293.
Dickson, E., Agyemang, B. C., & Afful, J. (2014). Parental personality and parenting
style: A Ghanaian perspective. Developing Country Studies, 4, 5. Dikutip dari:
http://www.iiste.org/Journals/index.php/DCS/article/view/11392/11735
Huver, R. M. E., Otten, R., de Vries, H., & Engels, R.C.M.E. (2010). Personality and
parenting

style

in

parents

of

adolescents.

Dikutip

dari:

http://devpsychopathologyru.nl/wp-content/uploads/2012/12/2010Personality-and-parenting-style-in-parenting.pdf
John, O. P., & Srivastava, S. (1999). The big-five trait taxonomy: History,
measurement, and theoretical perspectives. In L. A. Pervin & O. P. John

(Eds.), Handbook of personality: Theory and research (Vol. 2, pp. 102138).


New York: Guilford Press. Dikutip dari:
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUK
Ewirgdn_0d7MAhWGOo8KHcRcA-UQFggdMAA&url=http%3A%2F
%2Fmoityca.com.br%2Fpdfs
%2Fbigfive_John.pdf&usg=AFQjCNHMz6TJxXDVXVptAuS1qf3RbxQ1H
w&sig2=05GG-C1OLmc2-xMjhmX25A&bvm=bv.122129774,d.c2I
Maddahi, E. M., Javidi, N., Samadzadeh, M., & Amini, M. (2012). The study of
relationship between parenting styles and personality dimensions in sample of
college students. Indian Journal of Science and Technology. 5(9), 3332-3335.
doi: 10.17485/ijst/2012/v5i9/30682
Prinzie, P., Stams, G.J.J.M., Dekovic, M., & Reijntjes, A.H.A., Belsky,J. (2009). The
relations between parents big five personality factors and parenting: A metaanalytic review. Journal of Personality and Social Psychology,

97(2). doi:

10.1037/a0015823.
Santrock, W. J., (2011). Perkembangan masa hidup (Ed. ke-13, B. Widyasinta,
Pengalih bahasa.) Jakarta: Erlangga.
Sari,

R.

(2012).

Peranan

Ibu

dalam

keluarga.

Dikutip

dari

http://informid.com/peranan-ibu-dalam-keluarga/
Sayangi Anak. (2015). Ibu memainkan banyak peran dalam
keluarga. Diantaranya 12 peran ini yang Ibu mainkan. Dikutip
dari

http://sayangianak.com/ibu-memainkan-banyak-peran-

dalam-keluarga-diantaranya-12-peran-ini-yang-ibu-mainkan/
Van Aken, C., Junger,M., Verhoeven, M., Van Aken, M.A.G., Dekovic, M., &
Denissen, J. J. A. (2007). Parental personality, parenting and toddlers
externalising

behaviours.

10.1002/per.643

European

Journal

of

Personality.

doi:

Veronica, F. (2007). Pola asuh orangtua, harga diri, dan perilaku bullying di sekolah.
(Unpublished doctoral dissertation). Universitas Surabaya. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai