Oleh:
Maria Aprilitania
Sicilia Agustin Rito Putri
Yenny Fabiola
150114024
150114122
150114069
Fakultas Psikologi
Universitas Surabaya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola asuh digambarkan sebagai iklim global yang menjadi tempat
berlangsungnya peran keluarga khusunya orangtua (Huver, Otten, deVries, & Engels,
2010). Selain itu pola asuh merupakan hal yang sangat penting karena pola asuh
merupakan sumber yang memiliki potensi terbesar dalam perkembangan anak
(Prinzie,Stams, Reijntjes, & Belsky, 2009). Ibu memegang peranan yang besar dalam
sebuah keluarga. Salah satu peran Ibu dalam keluarga adalah sebagai Psikolog bagi
anak-anaknya. Dalam hal ini, Ibu memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya.
Ibu memahami konsep pola asuh serta memperhatikan perkembangan anak mulai dari
masa kanak-kanak sampai dewasa (Sayangi Anak, 2015). Selain itu, Ibu juga
memiliki peran sebagai orang yang memenuhi kebutuhan anak dan pemberi motivasi
bagi kelangsungan kehidupan anak (Sari, 2012).
Ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam mempengaruhi pola asuh yang
diterapkan. Belsky berpendapat bahwa pola asuh dapat ditentukan oleh tiga sumber
utama, yaitu karakteristik inidividu anak, sumber yang berhubungan dengan stres dan
dukungan, serta kepribadian orangtua. Beliau menyatakan bahwa dari tiga sumber
tersebut, kepribadian orang tua adalah sumber yang paling berpengaruh penting
(Huver, et al., 2010). Kepribadian orangtua telah menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pola asuh karena kepribadian dapat menjadi sumber bimbingan dalam
menentukan pola pengasuhan yang diterapkan. Kepribadian orang dewasa dianggap
telah stabil dari waktu ke waktu sehingga memiliki potensi untuk dihubungkan
dengan perilaku pola asuh (Dickson, et al., 2014).
Kami telah melakukan studi terhadap lima jurnal penelitian antara tipe
kepribadian dengan pola asuh orang tua. Penelitian yang dilakukan oleh Huver, Otten,
de Vries, dan Engels (2010) menghasilkan 3 hal. Pertama, hubungan yang negatif
antara tipe kepribadian Extraversion dan Agreableness dengan pola asuh
Authoritarian. Semakin tinggi dimensi Extraversion dan Agreableness orangtua,
maka semakin kecil kemungkinan mereka menggunakan pola asuh Authoritarian.
Kedua, hubungan yang positif terjadi antara kepribadian Neuroticism dan pola asuh
Indulgent. Semakin tinggi tingkat stabilitas emosi orangtua maka semakin besar pula
kemungkinan mereka menggunakan pola asuh Indulgent. Ketiga, dimensi
seperti itu menerapkan pola asuh Authoritative. Sedangkan semakin tinggi dimensi
Agreableness dan Openness dan semakin rendah Neuroticism maka dukungan
kebebebasan orangtua semakin besar.
Ada perbedaan dari hasil penelitian terdahulu. Huver, et al. (2010) tidak
menemukan adanya hubungan antara dimensi kepribadian Conscientiousness dan
Openness dengan pola asuh Authoritarian, Authoritative, atau Permissive Indulgent.
Namun Dickson dan Madahi beserta dengan rekan-rekannya menemukan adanya
hubungan antara kedua dimensi tersebut dengan pola asuh Authoritative. Huver, et al.
(2010) menemukan bahwa dimensi kepribadian Openness berhubungan positif
dengan aspek dukungan (r= 0.15) dan berhubungan negatif dengan kontrol yang kaku
(r= -0,01) pada pola asuh. Dimensi Conscientiousness berhubungan positif dengan
aspek dukungan (r= 0,12) dan aspek kontrol yang kaku (r=0,04). Namun, hubungan
tersebut menjadi tidak signifikan setelah dianalisis dengan variabel lain (data
demografi) pada analisis regresi. Dimensi Conscientiousness memiliki nilai =0.05
pada aspek dukungan dan = -0,01 untuk aspek kontrol yang kaku pada pola asuh.
Dimensi Openness memiliki nilai =0,07 pada aspek dukungan dan = -0,03 pada
aspek kontrol yang kaku. Penelitian yang dilakukan Dickson, et al. (2014)
menemukan bahwa lima dimensi kepribadian utama berpengaruh secara signifikan
pada pola asuh Authoritative [F(5, 114)= 14.432, p=0.02.] Dimensi kepribadian
Conscientiousness memiliki nilai rata-rata tertinggi kedua dari 4 dimensi kepribadian
lainnya. (mean = 4.85, SD= 2.11). Analisis Post Hoc menunjukkan bahwa dimensi
Conscientiousness memiliki nilai 0,10 dengan p= < 0,05. Dimensi kepribadian
Openness berhubungan langsung dan signifikan dengan pola asuh Authoritative
[Standardized coefficient (beta) = -0,109 t= 2,568 dan p=0,011] (Madahi, et al.,
2012).
Selain itu kami juga memperoleh dua data tentang hubungan kepribadian
Openness dengan Conscientiousness terhadap pola asuh Authoritative. Pertama,
semakin tinggi dimensi kepribadian Openness Ibu maka kecenderungan untuk
menerapkan pola asuh Authoritative nya semakin rendah. Kedua, Ibu yang memiliki
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian menjelaskan adanya hubungan antara dimensi kepribadian
Manfaat Penelitian
Secara teoritik penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
sehingga mereka bisa mengetahui kecenderungan tipe pola asuh orangtua berdasarkan
dimensi kepribadian.
Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara kepribadian Openness dengan pola asuh
Authoritative?
2. Apakah ada hubungan antara kepribadian Conscientiousness dengan pola
asuh Authoritative?
1.6
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksplanatif
dengan tujuan untuk menguji hipotesis untuk memperkuat atau menolak penelitian
yang sudah ada sebelumnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Variabel Pola Asuh
Pola asuh adalah perilaku orangtua dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan,
memberikan perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehari-hari
(Chamney, dalam Veronica 2007). Menurut Mussen pola asuh adalah cara yang
digunakan orangtua dalam mencoba berbagi strategi untuk mendorong anak mencapai
tujuan yang diinginkan seperti pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku yang
harus dimiliki anak saat dewasa (Veronica, 2007). Dari dua pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pola asuh orangtua adalah sikap orangtua dalam memenuhi
kebutuhan anak seperti pendidikan, kasih sayang dan perlindungan yang bertujuan
untuk mencapai tujuan yang dibutuhkan anak.
2.2 Dimensi dan Tipe Pola Asuh
Baumrind mengatakan bahwa pola asuh terdiri dari dua dimensi, yaitu
kehangatan atau dukungan, dan perilaku mengontrol. Kehangatan adalah orangtua
yang mendukung perkembangan individu anak, dan menyetujui kebutuhan khusus
dan permintaan atau keinginan anak. Perilaku kontrol adalah tuntutan yang digunakan
orangtua pada anaknya agar patuh pada keinginan kedewasaannya, pengawasan,
upaya pendisiplinan, dan tidak bersedia mengikuti anak yang tidak menurut (disitat
dalam Belsky, Prinzie, Reijntjes, & Stams, 2009).
Dari kedua dimensi tersebut Baumrind (dalam Santrock jilid 1, 2011)
mendeskripsikan empat pola asuh orangtua. Pertama, pengasuhan otoriter
(Authoritarian Parenting) yaitu pola pengasuhan yang bersifat membatasi dan
menghukum. Orangtua cenderung mendesak anaknya agar mematuhi perkataan
orangtua, memberikan batasan-batasan dan kendali yang tegas pada anak, serta tidak
memberi peluang kepada anak-anak untuk bermusyawarah. Biasanya, orangtua
menetapkan aturan-aturan yang kaku tanpa memberikan penjelasan, memukul, dan
menunjukkan kemarahan pada anak. Kedua, pengasuhan otoritatif (Authoritative
Parenting) yaitu pola pengasuhan yang mendorong anak untuk mandiri namun masih
tetap memberi batasan dan kendali atas tindakan-tindakan anak. Orangtua juga masih
memberikan kesempatan untuk berdialog secara verbal. Orangtua yang otoritatif
biasanya menunjukkan rasa senang terhadap perilaku konstruktif anak. Ketiga,
pengasuhan yang melalaikan (Neglectful Parenting) yaitu pola pengasuhan yang
ditunjukkan dengan cara menelantarkan anak atau tidak terlibat sama sekali dalam
kehidupan anak. Orangtua cenderung tidak peduli terhadap perilaku baik maupun
perilaku buruk anak. Keempat, pengasuhan yang memanjakan (Indulgent Parenting)
yaitu pola asuh yang ditunjukkan dengan keterlibatan secara penuh dari orangtua
pada anaknya namun kurang memberikan tuntutan atau kendali pada anak. Orangtua
jiwa
manusia
yang
menentukan
penyesuaian
unik
individu
dengan
lingkungannya.
2.5 Dimensi Kepribadian
Menurut Goldberg (dalam Huver, etal., 2010) kepribadian terbagi menjadi
lima dimensi yaitu, Extraversion, Agreeableness, Openness, Conscientiousness, dan
Neuroticism. Costa & McCrae (dalam Huver, et al., 2010) berpendapat bahwa
extraversion mencerminkan ketertarikan secara interpersonal, bersemangat, dan suka
menjadi pusat perhatian. Conscientiousness digambarkan sebagai individu yang,
teliti, gigih, tepat waktu, dan terorganisir. Individu dengan kepribadian Agreeableness
mencerminkan sikap penuh kasih, baik hati, dan bisa percaya. Individu dengan
kepribadian
Openness
mencerminkan
karakteristik
seperti
keingintahuan,
Landasan Teori
Kedua variabel akan dijelaskan dengan menggunakan kerangka teori Three
Column Model milik Alan Carr (1997). Di dalam kerangka teorinya, Carr membagi
menjadi tiga bagian atau pilar yaitu: predisposing factors, mediating cognitive
factors, dan pattern of interaction around the presenting problem. Predisposing
factors meliputi, peristiwa-peristiwa yang pernah dialami di dalam kehidupan.
Sedangkan mediating cognitive factors meliputi sistem belief yang sudah ada di
dalam diri seseorang. Pattern of interaction around the presenting problem
merupakan pola interaksi yang terbentuk dari predisposing factors dan mediating
cognitive factors. Di dalam kasus ini kami hanya menggunakan 2 bagian saja dari
kerangka teori milik Carr, yaitu mediating cognitive factors, dan pattern of
interaction around the presenting problem.
2.7
digambarkan
sebagai
individu
yang
terorganisir (teratur), tidak ceroboh, keinginan untuk berprestasi, disiplin, dan tidak
impulsif
(John
dan
Srivastava,
1999).
Sifat
disiplin
pada
kepribadian
alasan mengapa anak harus mematuhi aturan tersebut. Selain itu teguran tersebut
dilakukan secara teratur yaitu dengan cara setiap kali anak melanggar aturan, maka
akan ada teguran atau sanksi tertentu. Dimensi Conscientiousness juga memiliki
keinginan untuk berprestasi. Orangtua dengan kepribadian ini akan mendorong
anaknya untuk berusaha secara maksimal dalam menyelesaikan tugas yang menjadi
tanggungjawabnya. Jika anak mengalami kegagalan di sekolahnya, orangtua dengan
kepribadian ini cenderung untuk memberikan semangat pada anaknya untuk terus
mencoba tanpa putus asa bukan memarahi anak atau mengeluarkan kata-kata negatif
yang dapat membuat anak semakin patah semangat dengan. Contoh perilaku orangtua
dengan kepribadian Conscientiousness telah menggambarkan adanya keseimbangan
antara aspek kontrol dan aspek dukungan atau kehangatan dalam pola asuh
Authoritative.
Individu dengan kepribadian Openness mencerminkan karakteristik seperti
keingintahuan yang besar, imajinatif, artistik, memiliki ketertarikan yang luas, dan
bersemangat (John dan Srivastava, 1999). Orangtua yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi biasanya terbuka dalam mendengarkan keluhan, pendapat atau masalah
yang dialami oleh anak. Dengan sifatnya yang imajinatif dan artistik orangtua dapat
memberikan solusi terbaik yang dapat menjadi alternatif solusi bagi masalah yang
dihadapi anak. Dengan demikian anak akan merasakan kehangatan yang diberikan
orangtua. Aspek kontrol juga dapat ditemukan pada orangtua dengan kepribadian
Openness. Misalnya orangtua melarang anak untuk menggunakan internet karena
banyaknya berita yang membuktikan dampak negatif dari internet terhadap
perkembangan anak. Di sisi lain, teknologi telah berkembang pesat dan banyak
pengetahuan yang bisa didapatkan melalui internet. Orangtua dengan kepribadian
Openness memiliki sifat terbuka terhadap berbagai pengetahuan dan sudut pandang.
Mereka tidak hanya melihat suatu permasalahan dari satu sudut pandang saja
sehingga orangtua dengan kepribadian ini akan sedikit menurunkan tingkat
kontrolnya dengan memperbolehkan anak untuk menggunakan internet yang disertai
dengan adanya pengawasan dari orangtua. Dengan demikian dapat disimpulkan
2.5
IV
Personality traits
DV
Parenting Styles
Openness
Conscientiousness
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism
Authoritarian
Authoritative
Permissive indulgent
Neglecful
Hipotesis
Dari teori mengenai kepribadian orangtua dan pola asuh, kami menemukan
dua hipotesis. Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis
terarah.
Hipotesis 1: Ada hubungan antara dimensi kepribadian Openness dengan pola asuh
Authoritative.
Hipotesis 2: Ada hubungan antara dimensi kepribadian Conscientiousness dengan
pola asuh Authoritative.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian akan dilakukan menggunakan menggunakan metode kuantitatif
dengan teknik survei. Menurut Sugiono (2009:13) metode survei digunakan untuk
mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti
melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan
kuesioner, tes, wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam
eksperimen). Dalam buku Metodology Penelitian Survei oleh Singarimbun, dalam
survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan angket atau
kuesioner. umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya
dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian,
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (disitat dalam
Samanty, 2010). Teknik pengambilan data kami menggunakan angket yang
disebarkan pada orangtua melalui mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya
angkatan 2015.
3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang dibahas pada penelitian ini adalah kepribadian dan pola asuh.
Kepribadian adalah bagian dari jiwa manusia yang menentukan penyesuaian unik
individu dengan lingkungannya.
Menurut Goldberg (dalam Huver, et al., 2010) kepribadian terbagi menjadi
lima aspek utama yaitu, Extraversion, Agreeableness, Openness, Conscientiousness,
Surabaya angkatan 2014 yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di waktu dan
tempat tertentu dan bersedia menerima angket.
3.5 Teknik Analisis Data
Data yang akan dikelola dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang
diperoleh melalui pengisian angket terbuka dan tertutup dengan menggunakan skala
Likert yang terdiri dari pilihan jawaban satu sampai lima. Data tersebut akan dikelola
dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 20.
3.5.1 Uji Instrumen
3.5.1.1 Uji Validitas
Validitas adalah sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam
menjalankan fungsi pengukurannya. Pengukuran dikatakan mempunyai
validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat
memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur sesuai dengan tujuan
pengukuran. Secara tradisional tipe validitas dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu validitas isi, validitas tampang dan validitas konstrak.
Validitas isi merupakan validitas yang diukur melalui pengujian terhadap
kelayakan isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten.
Validitas tampang adalah bukti validitas berdasarkan penilaian terhadap
format tampilan. Validitas konstrak adalah validitas yang menunjukkan
sejauhmana hasil tes mampu menunjukkan trait yang hendak diukur (Azwar,
2012). Pengujian validitas butir dilakukan dengan menggunakan internal
structural analysis (CITC) dengan menggunakan bantuan dari IBM SPSS
Statistics 20. Setiap butir dapat dikatakan valid jika memiliki nilai lebih besar
dari 0,3.
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Suatu alat tes dapat dikatakan reliabel jika dapat membuktikan
bahwa hasil dari pengukuran bersifat konsisten dan tetap (Azwar, 2012).
Teknik uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach. Alat tes yang reliabel
adalah alat tes yang memiliki nilai Alpha Cronbach lebih besar sama dengan
0,7.
3.5.2 Uji Asumsi
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebaran data.
Suatu
data
dapat
dikatakan
memiliki
distribusi
normal
jika
nilai
Jenis Butir
Favorable
Unfavorable
1, 5, 11, 13, 15
3, 7, 9, 18
2, 4, 6, 8, 10, 12, 16,
14, 17
19
Jumlah
Status
9
10
3.5.3.2
Aspek
Authoritative
Jenis Butir
Favorable
Unfavorable
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,
-
Jumlah
Status
13
BAB IV
LAPORAN PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Orientasi Kancah
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ibu yang tinggal
bersama dengan anaknya yaitu mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya
angkatan 2014. Dalam pengumpulan data kami menitipkan kuesioner tersebut kepada
mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang tinggal
bersama dengan ibunya, untuk diberikan kepada Ibunya yang merupakan subjek dari
penelitian kami.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Kami menyebarkan kuesioner dengan menitipkannya
kepada mahasiswa
fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang tinggal bersama ibunya.
Kami memulai menyebarkan kuesioner pada hari Kamis tanggal 12 Mei 2016 dengan
membagikannya kepada teman-teman dekat yang kami tahu tinggal bersama kedua
orangtuanya. Kemudian keesokannya kami melanjutkan untuk menyebarkan
kuesioner yang masih tersisah yaitu pada hari Jumat tanggal 13 Mei 2016, dengan
membagikannya kepada teman-teman satu KP mata kuliah Survey KP A yang
memenuhi syarat yaitu jika mereka tinggal satu rumah dengan ibunya, alasan kami
membagikan kepada teman-teman satu KP mata kuliah Survey pada hari Jumat
tanggal 13 Mei 2016 karena kebanyakan teman-teman dari mata kuliah Survey KP A
tidak tinggal dengan ibunya karena berasal dari luar kota. Pengembalian kuesioner
kami jadwalkan pada hari Senin tanggal 16 Mei 2016, namun kuesioner yang kembali
ternyata belum mencapai 50 subjek, sehingga kami mengulur waktu lagi sampai pada
akhirnya kami berhasil mengumpulkan 50 subjek pada hari Rabu tanggal 18 Mei
2016.
Hambatan yang kami alami adalah, kemoloran pengumpulan kuesioner karena
beberapa mahasiswa yang dititipkan kuesioner tidak langsung memberikan kuesioner
kepada ibunya sehingga data yang seharusnya sudah kami dapatkan harus molor dari
waktu yang ditentukan. Disamping itu ada mahasiswa yang mengatakan, bahwa
ibunya agak lama dalam mengisi kuesioner karena sudah jarang membaca dan ada
yang mengaku sedikit bingung dengan maksud dari beberapa butir di dalam kuesioner
yang kami sebarkan.
4.3 Hasil
Berikut merupakan karakteristik responden berdasarkan data yang diperoleh melalui
kuesioner pertanyaan terbuka:
Tabel 4.3 karakteristik responden penelitian
No.
Variabel
Usia
1
Jumlah anak
2
3
Kategori Variabel
39
40 44
45 49
50 54
55
1
2
3
4
5
serumah
commuter
tidak serumah
F
1
14
14
17
4
8
22
15
4
1
41
1
8
%
2%
28%
28%
34%
8%
16%
44%
30%
8%
2%
82%
2%
16%
Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative
Item
0
0
0
Little
mengisi
0
0
0
MCAR
0
0
0
e
0%
0%
0%
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan jika tidak ada data yang hilang di dalam
kuesioner yang telah diisi oleh subjek. Karena setiap item di dalam kuesioner telah
terisi lengkap dan sesuai.
4.3.2 Validitas dan Reliabilitas
Tabel 4.3.2.1 Uji Indeks Diskriminan dan Analisis Faktor
VALIDITAS
Item-Total
No.
Correlation (Indeks
Corrected Item
Faktor
Diskriminan)
Total Correlation
loading
0.351-0.711
0.119-0.635
0.161 -0.823
18 dihapus)
0.518-0.711
0.386-0.616
0.563-0.807
Openness
0.076-0.778
-0.527 -0.667
-0.606-0.740
dihapus)
0.510-0.778
0.400-0.647
0.560-0.782
Authoritative
0.520-0.814
0.432-0.769
0.448-0.861
Variabel
1
Conscientiousness
Conscientiousness
(setelah aitem 15 dan
Openness
aitem
(setelah
4,14,17,19
Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative
No.
Variabel
Diskriminan
Analisis Faktor
15,18
4,14,17,19
17
Nilai KMO
Conscientiousness
0.781
Openness
0.809
Authoritative
0.720
0,3. Setelah menghapus 2 butir tersebut maka rentang indeks diskriminan naik
menjadi 0.518-0.711. Sedangkan pada variabel Openness terdapat 4 butir yang harus
digugurkan yaitu butir nomor 4, 14, 17, dan 19 karena nilai dari Corrected Item Total
Correlation <0,3. Setelah menghapus 4 butir tersebut maka rentang indeks
diskriminan naik menjadi 0.510-0.778. Tetapi pada variabel pola asuh Authoritative
tidak terdapat butir yang digugurkan karena nilai Corrected Item Total Correlation
sudah > 0,3.
Jika dilihat dari nilai KMO pada uji analisis faktor, semua variabel dikatakan
valid karena memiliki nilai KMO > 0,5 yaitu 0.781 untuk variabel Conscientiousness,
0.809 untuk variabel Openness, dan 0.720 untuk variabel Authoritative.
Tabel 4.3.2.2 Hasil Uji Validitas Konstruk
VALIDITAS
No.
Variabel
1
2
Conscientiousness
Openness
Authoritative
Cross Loading
-
Double Loaded
-
6, 12
Tabel diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat butir dari ketiga variabel yang
mengalami cross loading, namun terdapat beberapa butir pada setiap dimensi yang
nilai factor loading < 0,5. Untuk variabel Conscientiousness terdapat 2 aitem yaitu
aitem nomor 15 dan 18, sedangkan variabel Openness terdapat 3 aitem yaitu aitem
nomor 4, 14 dan 17, sedangkan pada variabel Authoritative terdapat 2 aitem yaitu
aitem nomor 6 dan 12. Namun, dari ketiga varibel tersebut tidak terdapat butir yang
mengalami double loaded.
Tabel 4.3.2.3 Hasil Uji Reliabilitas
No.
Variabel
Conscientiousness
0.774
Openness
0.781
Authoritative
0.891
Dari tabel 4.3.2.2 menunjukkan bahwa seluruh aitem yang mengukur variabel
kepribadian Conscientiousness dan Openness beserta varibel pola asuh Authoritative ,
dapat dikatakan seluruh aitemnya reliabel atau terdapat konsistensi terhadap
pengukurannya. Hal ini dikarenakan koefisien alpha cronbachnya sudah memenuhi
syarat yaitu >0,7.
4.3.3 Distribusi Frekuensi
Tabel 4.3.3 Distribusi Frekuensi pola asuh Authoritative
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Sangat Tinggi
Total
Interval Nilai
X< 25.00
26.00< X<35.00
36.00< X <45.00
46.00< X <55.00
X> 56.00
Frekuensi
1
0
1
10
38
Persentase
2%
0%
2%
20%
76%
50
100
Interval Nilai
X< 18.00
19.00< X<24.75
24.76< X <31.50
31.51< X <38.25
X> 38.26
Frekuensi
1
0
12
16
21
Persentase
2%
0%
24%
32%
42%
50
100
Kategori
Sangat Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Sangat Tinggi
Total
Interval Nilai
X< 23.00
24.00< X<27.75
27.76< X <32.50
32.51< X <37.25
X> 37.26
Frekuensi
2
4
16
18
10
Persentase
4%
8%
32%
36%
20%
50
100
Dari tabel 4.3.5 diatas menunjukkan bahwa frekuensi tingkat pola asuh
Authoritative dan kepribadian Conscientiousness tergolong sangat tinggi, hal ini
dapat dilihat dari hasil perolehan persentase kategori sangat tinggi yang paling
mendominasi yakni 76% dan 42 % dengan jumlah responden mencapai 38 orang dan
21 orang. Sedangkan pada variabel kepribadian Openness tergolong tinggi, hal ini
dapat dilihat dari hasil perolehan persentase kategori tinggi yang paling mendominasi
yakni 36% dengan jumlah responden 18 orang.
Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative
Kolmogorov-Smirnov
0.00
0.00
0.00
Status
tidak normal
tidak normal
tidak normal
Hasil analisis uji normalitas pada tabel diatas menunjukkan bahwa distribusi
data pada kuesioner kepribadian Conscientiousness dan Openness serta pola asuh
yaitu 0,00.
Tabel 4.3.4.2 Uji Outlier
No.
1
2
3
Variabel
Conscientiousness
Openness
Authoritative
Rentang z-score
-3.30543 1.4596
-2.69051 2.7302
-5.21669 0.84241
Data ekstrem memiliki nilai rentang dibawah 2.5 dan diatas 2.5. Tabel diatas
menunjukan rentang nilai diluar nilai outlier maka dapat dikatakan bahwa variabel
Conscientiousness dan Authoritative memiliki nilai outlier karena terdapat nilai z-score
dibawah 2.5 dan diatas 2.5. Sedangkan variabel Openness tidak memiliki nilai
outlier.
4.3.4.3 Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS 22. Hasil yang diperoleh dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3.3.3 Uji Linearitas
No.
1
2
Variabel
F
Conscientiousness
Authoritative
17.583
Openness - Authoritative
9.752
Status
0.000 Linier
0.003 Linier
Hasil dari tabel 4.3.3.3 diatas menunjukkan bahwa data bersifat linier hal ini
dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh dari masing-masing gabungan IV
dan DV kurang dari 0.05 yakni 0,000 dan 0,003 Berdasarkan dari perolehan nilai
signifikansi dari kedua uji asumsi tersebut mengatakan, bahwa data bersifat tidak
normal dan linier. Sehingga untuk pengujian selanjutnya yakni uji hipotesis,
menggunakan uji non-parametrik, karena salah satu syarat tidak terpenuhi.
Grafik 4.3.3.3 Uji Linearitas Conscientiousness - Authoritative
Uji Korelasi
Spearmans
Kendalls tau-b
Spearmans
Kendalls tau-b
Sig.
0.004
0.003
0.003
0.005
Signifikansi
No.
Variabel
0.220
0.241
0.199
Tidak
ada
asosiasi
Tidak
ada
asosiasi
Tidak
ada
asosiasi
Tabel hasil uji crosstab diatas menunjukkan, bahwa pola asuh Authoritative
tidak berasosiasi dengan variabel lain yakni jumlah anak, status tempat tinggal dan
usia. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi two-tailed yang
menunjukkan bahwa nilai signifikannya diatas 0.05, sehingga ketiga variabel
pendukung dari pertanyaan terbuka yaitu, jumlah anak, status tempat tinggal dan usia
tidak berasosiasi dengan variabel pola asuh Authoritative.
BAB V
PENUTUP
5.1 Bahasan
Penelitian ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa frekuensi tingkat pola
asuh Authoritative (76%) dan kepribadian Conscientiousness (42%) tergolong sangat
tinggi, sedangkan pada kepribadian Openness (36%) yang tergolong tinggi, lihat tabel
4.3.5. Kemudian berdasarkan data yang telah ditemukan terdapat korelasi atau
hubungan yang signifikan antara kepribadian Conscientiousness dengan pola asuh
Authoritative (Spearman= 0.399 & Kendalls tau-b= 0.301; p= 0.004 & 0.003) dan
juga terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan pada kepribadian Openness
dengan pola asuh Authoritative (Spearman= 0.441 & Kendalls tau-b= 0.29 ; p=
0.003 & 0.005). Sehingga dapat disimpulkan, jika polah asuh Authoritative yang
diterapkan ibu terhadap anaknya terbentuk karena adanya dominasi dari kepribadian
Conscientiousness dan Openness .
Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang meneliti
hubungan antara kepribadian Openness dan Conscientiousness dengan pola asuh
Authoritative seperti penelitian Maddahi, Javidi, Samadzadeh, dan Amini (2012) yang
mengatakan jika terdapat hubungan langsung antara pola asuh Authoritative dengan
dimensi kepribadian Openness dan dimensi Conscientiousness memiliki hubungan
positif dengan pola asuh Authoritative.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa ibu dengan kepribadian Conscientiousness
digambarkan sebagai individu yang terorganisir (teratur), tidak ceroboh, keinginan
untuk berprestasi, disiplin, dan tidak impulsif (John dan Srivastava, 1999). Sifat
disiplin pada kepribadian Conscientiousness ini mencerminkan adanya kontrol
terhadap anaknya. Misalnya menetapkan peraturan jam malam. Jika anak melanggar
aturan tersebut maka orangtua akan mendisiplinkan anaknya dengan cara menegur
atau menghukum. Hukuman yang diberikan tidak dilakukan secara impulsif, namun
menegur atau mengingatkan anak, orangtua memberikan penjelasan secara halus dan
alasan mengapa anak harus mematuhi aturan tersebut.
Ibu dengan kepribadian Openness mencerminkan karakteristik seperti
keingintahuan yang besar, imajinatif, artistik, memiliki ketertarikan yang luas, dan
bersemangat (John dan Srivastava, 1999). Orangtua yang memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi biasanya terbuka dalam mendengarkan keluhan, pendapat atau masalah
yang dialami oleh anak.. Aspek kontrol juga dapat ditemukan pada orangtua dengan
kepribadian Openness. Misalnya orangtua melarang anak untuk menggunakan
internet karena banyaknya berita yang membuktikan dampak negatif dari internet
terhadap perkembangan anak. Akan tetapi banyak pengetahuan yang bisa didapatkan
melalui internet. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian Openness
memiliki keseimbangan dalam memenuhi aspek kontrol dan kehangatan yang ada
dalam pola asuh Authoritative.
5.2 Simpulan
Kepribadian Openness dan Conscientiousness bisa jadi tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan pola asuh Authoritative jika dilakukan pada sampel
yang berbeda. Disamping itu, diasumsikan juga terdapat faktor-faktor lain diluar dari
faktor kepribadian Openness dan Conscientiousness yang turut mempengaruhi pola
asuh Authoritative. Kepribadian selain Openness dan Conscientiousness seperti
Extraversion, Agreableness, dan Neuroticism bisa jadi juga memiliki hubungan
dengan
variabel
pola
asuh
Authoritative.
Kepribadian
Openness
dan
Conscientiousness bisa jadi juga berhubungan dengan variabel pola asuh selain
Authoritative yaitu pola asuh Authoritarian, Neglectful dan Indulgent.
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan dari penelitian ini adalah, sampel subjek yang kurang variatif
karena pada saat penentuan sampling peneliti menggunakan teknik sampling
accidental sampling. Peneliti akan memberikan angket kepada Ibu melalui
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2014 yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti di waktu dan tempat tertentu dan bersedia
menerima angket. Sehingga subjek yang didapat kurang mewakali populasi.
Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah, jumlah sampel yang kurang banyak yaitu
hanya 50 subjek padahal di angkatan 2014 terdapat sekitar kurang lebih 250-an
mahasiswa.
5.4 Saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Berdasarkan data yang diperoleh dan juga hasil penelitian terdahulu yang
mendukung data peneliti. Maka sebaiknya jika ibu ingin menerapkan pola asuh
Authorithative terhadap anaknya maka harus memberikan perlakuan kontrol serta
kasih sayang yang seimbang. Jadi salah satu perlakukan tidak boleh mendominasi
jika ingin menerapkan pola asuh Authoritative, entah itu kontrol maupun kasih
sayang.
2. Bagi Peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak menggunakan teknik sampling
PUSTAKA ACUAN
Alwilsol. (2006). Psikologi kepribadian. Malang: UMM Press.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Carr, A. (1997). Positive pratice in family therapy. Journal of Marital and Family
Therapy, 23(3), 271-293.
Dickson, E., Agyemang, B. C., & Afful, J. (2014). Parental personality and parenting
style: A Ghanaian perspective. Developing Country Studies, 4, 5. Dikutip dari:
http://www.iiste.org/Journals/index.php/DCS/article/view/11392/11735
Huver, R. M. E., Otten, R., de Vries, H., & Engels, R.C.M.E. (2010). Personality and
parenting
style
in
parents
of
adolescents.
Dikutip
dari:
http://devpsychopathologyru.nl/wp-content/uploads/2012/12/2010Personality-and-parenting-style-in-parenting.pdf
John, O. P., & Srivastava, S. (1999). The big-five trait taxonomy: History,
measurement, and theoretical perspectives. In L. A. Pervin & O. P. John
97(2). doi:
10.1037/a0015823.
Santrock, W. J., (2011). Perkembangan masa hidup (Ed. ke-13, B. Widyasinta,
Pengalih bahasa.) Jakarta: Erlangga.
Sari,
R.
(2012).
Peranan
Ibu
dalam
keluarga.
Dikutip
dari
http://informid.com/peranan-ibu-dalam-keluarga/
Sayangi Anak. (2015). Ibu memainkan banyak peran dalam
keluarga. Diantaranya 12 peran ini yang Ibu mainkan. Dikutip
dari
http://sayangianak.com/ibu-memainkan-banyak-peran-
dalam-keluarga-diantaranya-12-peran-ini-yang-ibu-mainkan/
Van Aken, C., Junger,M., Verhoeven, M., Van Aken, M.A.G., Dekovic, M., &
Denissen, J. J. A. (2007). Parental personality, parenting and toddlers
externalising
behaviours.
10.1002/per.643
European
Journal
of
Personality.
doi:
Veronica, F. (2007). Pola asuh orangtua, harga diri, dan perilaku bullying di sekolah.
(Unpublished doctoral dissertation). Universitas Surabaya. Surabaya.