Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I

PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

OLEH
NAMA

: HABRIN KIFLI HS.

STAMBUK

: F1C1 15 034

KELOMPOK

: VI (ENAM)

ASISTEN

: ABDUL AZIS MARSUKI PUTRA

LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya unsur-unsur yang terdapat di alam bereaksi dengan unsur lain.
Unsur-unsur tersebut membentuk suatu kesatuan disebut seyawa. Senyawasenyawa tersebut senyawa kompleks dan biasa. Senyawa-senyawa inilah yang
menyebabkan terjadinya reaksi di bumi. Misalkan 1 mol oksigen direaksikan
dengan 2 mol hidrogen akan membentuk 1 mol air.
Unsur mineral salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk
hidup di samping karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai
zat anorganik atau kadar abu. Sebagai contoh bila bahan biologis dibakar, semua
senyawa organik akan rusk; sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon
dioksida (CO2), hidrogen mejadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N 2).
Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau dengan
oksigen sehingga terbentuk garam anorgnaik. Berdasarkan uraian di atas, maka
untuk membendakan antara senyawa organik dan anorganik perlu dilakukan
percobaan ini.
Identifikasi setruktur senyawa organik merupakan masalah yang sering
dahadapi dalam laboratorium kimia organik. Senyawa organik tersebut dapat
diperoleh dari hasil suatu reaksi maupun isolasi bahan-bahan alam. Dalam
melakukan identifikasi senyawa organik yang belum diketahui perlu dilakukan
pemisahan dan pemurnian komponen-komponen penyusun campuran semua

metode pemisahan disarankan pada perbedaan sifat fisik dari komponenkomponen penyusun campuran. Teknik pemisahan seperti ekstraksi, yang di
dasarkan pada perbedaan kelarutan, destilasi fraksinasi dan destilasi uap, yang
didasarkan pada perbedaan tekanan uap .
Senyawa organik begitu penting untuk dilakukan pengidentifikasikan,
dimana dapat mengetahui sifat-sifat dari suatu senyawa organik yang belum
diketahui namanya atau sampel larutan tidak tertera nama larutan atau
senyawanya. Identifikasi senyawa organik sangat penting bagi orang yang akan
menghabiskan waktunya bekerja dalam laboratorium atau orang yang akan
melakukan penelitian sangat penting untuk mempelajari identifikasi senyawa
organik. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk membendakan antara senyawa
organik dan anorganik perlu dilakukan percobaan ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dijawab pada percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mengetahui tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur
penyusun senyawa tersebut?
2. Bagaimana mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik
dan anorganik?

C. Tujuan Percobaan
Tujuan yang hendak dicapai pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur
penyusun senyawa tersebut.
2. Untuk mengamati perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.

D. Manfaat Percobaan
Manfaat yang diperoleh pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur
penyusun senyawa tersebut.
2. Dapat mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan
anorganik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan ilmu kimia sekitar tahun 1850, kimia organik didefinisikan


sebagai kimia yang datang dari benda hidup. Pada saat ini, kimia organik dengan
definisi semacam itu dianggap orang sejak sekitar tahun 1900. Ahli kimia
mensintesa senyawa kimia baru dan tidak mempunyai hubungan dengan benda
hidup. Sekarang ini, kimia organik adalah kimia senyawa karbon. Definisi ini pun
tak terlalu tepat, karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida,
natrium karbonat dan kalium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik.
Namun demikian, definisi ini dapat diterima sebab semua senyawa organik
mengandung karbon (Fessenden, 1926).
Senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya senyawa yang
diturunkan dari makhluk hidup. Pada tahun 1978 seorang kimiawan Jerman
Frederich Wohler memanaskan amonium sianat, berasal dari senyawa anorganik
dan diperolehnya senyawa urea. Saat limbah organik masuk ke badan air, peran
bakteri autotrof dalam perombakan bahan organik menjadi amoniak kemudian
menjadi nitrit serta nitrat membutuhkan pasokan oksigen yang cukup.
Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut di daerah penelitian diduga karena
digunakan oleh mikroorganisme dalam proses nitrifikasi yang hasil ahirnya
berupa nitrat (Mustiawan dan Indrayanti, 2014).
Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat
mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai anaerob. Dalam hal ini
kandungan bahan organik total yang rendah maka nilai DO di stasiun ini tinggi.

Untuk nilai BOD pada stasiun ini memiliki nilai yang rendah hal ini mendapat
pengaruh dari nilai konsentrasi bahan organik total yang rendah. BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan
untuk mendegradasi bahan buangan organik yang ada di dalam lingkungan air
(Putri dkk., 2014).
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, tetapi
tidak atau belum semua mineral tersebut terbukti esensial, sehingga ada mineral
esensial dan nonesensial. Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan
dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau
pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua
golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan
untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral
yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam
jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang
perannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam
jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh
makhluk hidup yang bersangkutan. Disamping mengakibatkan keracunan, logam
juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (Arifin, 2008)
Zat inorganik yang digunakan dalam penelitian ini adalah PbCl. Salah satu
jaringan tubuh organisme yang cepat terakumulasi logam berat adalah insang
sehingga menyebabkan terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gasgas
melalui insang. Adanya zat PbCl2 pada lingkungan, akan menyebabkan kerusakan
jaringan pada insang ikan. Terjadinya kerusakan insang akan mengakibatkan

besarnya selisih konsumsi oksigen pada konsentrasi timbal yang lebih tinggi dan
kemampuan darah untuk mengikat oksigen semakin kecil akibat keracunan logam
berat timbal, dimana akibat keracunan timbal, ikan akan mengalami gangguan
pada proses pernafasan dan metabolisme tubuhnya. Hal ini terjadi karena logam
berat timbal bereaksi dengan lendir insang sehingga insang diselimuti lendir yang
mengandung

timbal dan mengakibatkan proses pernafasan dan metabolisme

tubuh terganggu (Rennika dkk., 2013).

B. Pembahasan
Secara umum, golongan senyawa organik dan senyawa anorganik
mempunyai karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan
senyawa tersebut. Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan
deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun senyawa
anorganik, seperti keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan
masing-masing.
Percobaan ini mengidentifikasi unsur-unsur yang menyusun senyawa
organik dan senyawa anorganik tersebut. Unsur-unsur penyusun senyawa tersebut
diidentifikasi dengan melakukan beberapa metode pelepasan. Hal ini dilakukan
karena unsur-unsur dalam senyawa organik umumnya tergolong dalam struktur
yang kompleks. Uji-uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
penyusun senyawa organik dan anorganik ini yaitu dengan metode pembakaran
senyawa organik, deteksi dengan pemanasan, serta tes Beilstein.
Proses identifikasi unsur-unsur penyusun senyawa dengan menggunakan
metode pembakaran senyawa organik, yang pertama pembakaran metanol akan
menghasilkan uap air. Hal ini menunjukkan pada saat pembakaran metanol, kita
akan memperoleh air (H2O) dan suatu gas yang merupakan karbondioksida. Hal
ini menunjukan bahwa dalam suatu senyawa organik terdapat unsur karbon dan
hidrogen. Hal ini juga dapat dilihat ketika kita mengalirkan udara hasil pernapasan
ke dalam larutan Ca(OH)2. Dari hasil pengamatan, terlihat adanya perubahan pada
larutan Ca(OH)2 yang tadinya bening berubah menjadi keruh dan terdapat

endapan putih. Endapan putih yang terbentuk ini diidentifikasi sebagai endapan
CaCO3 yang merupakan hasil reaksi antara CO2 yang berasal dari udara hasil
pernapasan dengan Ca(OH)2. Hal ini menunjukan bahwa dalam tubuh kita terjadi
reaksi pembakaran senyawa organik yaitu karbohidrat yang hasilnya adalah udara
hasil pernapasan kita yang mengandung gas CO2.
Proses pembakaran larutan Ca(OH)2, setelah dibakar terbentuk endapan
berwarna putih. Endapan yang dihasilkan tidak lain adalah senyawa CaCO3
sebagai hasil reaksi antara Ca(OH)2 dan CO2.Ini menunjukkan, bahwa Ca(OH)2
merupakan senyawa organik, sebab pada saat setelah pembakaran terdapat ciri
khas senyawa yang mengandung karbon. Hal ini juga terjadi pada Ca(OH)2yang
diberi aliran udara hasil pernapasan, hasilnya larutan menjadi keruh serta
terbentuknya endapan putih CaCO3, hali ini juga menujukkan bahwa Ca(OH) 2
mengandung senyawa karbon. Ca(OH)2 akan bereaksi dengan CO2 yang
dikeluarkan dalam proses pernapasan sebagai zat sisa.
Ketika mengidentifikasi suatu senyawa organik dan anorganik, dapat juga
digunakan tes Beilstein dengan menggunakan kawat tembaga yang telah
dipanaskan untuk uji gelembung pada setiap senyawa organik da anorganik.
Proses identifikasi pertama menggunakan HCl dan KI yang merupakan senyawa
anorganik, ketika kawat tembaga panas dimasukkan ke dalam larutan HCl dan KI
tidak terdapat gelembung pada senyawa tersebut hal ini menunjukkan bahwa
larutan tidak mengandung H2O dan gas CO2 yang membuat larutan tersebut tidak
bergelembung atau tidak menghasilkan uap air. Beda halnya senyawa organik

C6H12O6 dan air ludah apabila dipanaskan akan menghasilkan uap air (H 2O) dan
gas yang disebut (CO2).
Perlakuan selanjutnya adalah uji perbedaan sifat dengan proses
pemanasan. dengan menggunakan larutan NaCl dan padatan glukosa kita akan
menentukan senyawa organik dan anorganik dari kedua senyawa tersebut. proses
pemanasan NaCl tidak terjadi perubahan wujud tetapi habis karena pemanasan
mengakibatkan NaCl melepaskan gas klorin. Sedangkan

Glukosa pada saat

pemanasan terjadi perubahan dari padatan menjadi cair karena mengandung unsur
H dan O akan menghasilkan uap air (H 2O). Sehingga padatan glukosa menjadi
cair.

V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Unsur-unsur suatu senyawa dapat diidentifikasi dengan beberapa cara
diantaranya dengan pembakaran, pemanasan, direaksikan dengan basa kuat
serta tes Beilstein.
2. Beberapa perbedaan sifat dasar dari senyawa organic dan senyawa anorganik
adalah dapat dilihat dari bentuk ikatannya dan keadaan zat saat
dipanaskan,ionisasi.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah penyediaan alat dan
bahan yang lengkap. Agar saat melakukan praktikum, semua metode yang ada
dalam buku penuntun dapat dilakukan dengan baik. Serta kerja sama antara
praktikan agar praktikum berjalan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden, 1982, Kimia Organik, Jakarta, Erlangga.
Mustiawan, K dan Indrayanti S. Y. W. E., 2014, Distribusi Konsentrasi Nitrogen
Anorganik Terlarut Pada Saat Pasang Dan Surut Di Muara Sungai
Perancak Dan Industri Pelabuhan Perikanan Pengambengan Bali, Jurnal
Oseanografi, 3(3).
Petrucci, R., 1987, Kimia Dasar, Jakarta, Erlangga.
Putri, D. H., Yusuf, Muh. dan Maslukah, L., 2014, Sebaran Kandungan Bahan
Organik Total di Perairan Muara Sungai Porong Kabupaten Sidoarjo,
Jurnal Oseanografi, 3(4).
Rennika., Aunurohim dan Abdulgani, N., 2013, Konsentrasi dan Lama Pemaparan
senyawa Organik dan inorganik pada jaringan insang Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) pada Kondisi Sub Lethal, Jurnal Sains dan
Seni Pomits, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai