Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Dosen Pengampu
Renie Tri H, M.Pd

Pola Komunikasi Orang Tua Pada Anak Dalam Sosiologi


Pendidikan
Disusun Oleh:
Nama
Semester

: Luhur Miftakhullah
Muhammad Zurrin Nafi
: 1B

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016/2017

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Pola Komunikasi Orang Tua Pada Anak Dalam
Sosiologi Pendidikan.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
menghimbau mahasiswa supaya sadar dan ikut serta

memperbaiki karakter

generasi muda bangsa.


Laporan ini disusun berdasarkan penelitian melalui study kepustakaan. Namun
dalam penyusunannya,saya menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
taraf kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan rendah hati saya menerima saran dan
kritik yang sifatnya membangun dari semua pembaca
.

Tegal, 3 November 2016

Penyusun

BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Dalam kamus besar bahasa indonesia pola diartikan sebagai bentuk struktur
yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti terhadap
gagasan atau ide yang disampaikan.
Wursanto pernah mengatakan bahwa komunikasi dapat berlangsung setiap
saat, dimana saja, kapan saja, oleh siapa saja, dan dengan siapa saja.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang pasti trjadi dalam kehidupan keluarga.
Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan bicara, berdialog,
bertukar pikiran, dan sebagainya. Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai
strategis dalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudah
mendapat pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan
kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga. Baik tidaknya keteladanan yang
diberikan dan bagaimana kebiasaan hidup orang tua sehari-hari akan
mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Keteladanan dan kebiasaan orang
tua tidak lepas dari perhatian dan pengamatan anak.
Keluarga dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. Karena selama ini telah diakui
bahwa keluarga adalah salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan secara kodrati
Contoh kasus :
Abim adalah anak laki-laki berusia 12 tahun, masih duduk di kelas 6 SD.
Ayahnya seorang sarjana, pegawai negeri. Ibunya keluaran SMA, tetapi aktif
dalam berbagai organisasi kewanitaan dan membuka usaha salon kecantikan
dan rias pengantin. Abim anak sulung dari tiga bersaudara.
Masalah pada Abim adalah sulit belajar (pernah tidak naik pada kelas 5) dan
lebih suka menyendiri, tidak suka bergaul seperti teman teman yang lain.
Ketika ditanyakan kepada orang tuanya, ayah dan ibu Abim mengaku bahwa
mereka mendidik abim dengan keras. Mereka menghendaki agar abim
menyadari bahwa kemauan orang tuanya lebih utama daripada kemauan anak.
Apapun kemauan Abim jika tidak berkenaan dengan hati kedua orang tuanya,
tidak akan dipenuhi. Akan tetapi, jika Abim menuruti kemauan orang tua,

tidak membantah keinginan orang tua, maa beberpa hari kemudian, kemauan
Abim itu teteap dipenuhi sebagai imbalan atas kepatuhan Abim. Dengan cara
mendidik seperti ini, walaupun Abim tidak pernah dipukul, ia menjadi anak
yang penurut dan tidak pernah melakukan kenakalan yang sifatnya merusak.
Dipihak lain, ia menjadi anak yang mengalami kesulitan belajar dan sulit
bergaul.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pola komunikasi?
a. Apa saja jenis komunikasi dalam keluarga?
b. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga?
c. Bagaimana Tujuan komunikasi keluarga ditinjau dari kepentingan
orang tua ?
d. Apa saja Fungsi komunikasi dalam keluarga?
e. Apa saja Peranan komunikasi dalam keluarga?
2. Apa itu sosiologi pendidikan?
a. Apa saja jenis pendidikan?
b. Apa saja Tujuan sosiologi pendidikan di indonesia?
c. Apa saja peranan sosiologi pendidikan?
C. Tujuan Pembahasan

1. Dapat memahami apa yang dimaksud pola Komunikasi


a. Dapat membedakan jenis-jenis komunikasi dalam keluarga.
b. Dapat memahami faktor-faktor komunikasi keluarga.
c. Supaya dapat mengerti tujuan komunikasi keluarga ditinjau dari
kepentingan orang tua.
d. Supaya dapat memahami fungsi yang ada pada komunikasi dalam
keluarga.
e. Supaya dapat memahami peranan komunikasi dalam keluarga.
2. Supaya dapat mengerti apa itu sosiologi pendidikan
a. Supaya dapat mengerti jenis-jenis pendidikan.
b. Supaya dapat mengerti tujuan sosiologi pendidikan yang ada di
indonesia.
c. Supaya dapat memahami apa saja peranan sosiologi pendidikan.

Bab 2
Pembahasan
1. Pengertian pola komunikasi
Dalam kamus besar bahasa indonesia pola diartikan sebagai bentuk
struktur yang tetap. Sedangkan komunikasi adalah proses penciptaan arti
terhadap gagasan atau ide yang disampaikan. Pendapat pola komunikasi
menurut para ahli:
a. Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang
tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah).
b. Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola yang
berorientasi pada konsep dan pola yang berorientasi pada sosial yang
mempunyai arah hubungan yang berlainan. (Sunarto)
c. Tubbs dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau hubungan
itu dapat dicirikan oleh : komplementaris atau simetris. Dalam
hubungan komplementer satu bentuk perilaku dominan dari satu
partisipan mendatangkan perilaku tunduk dan lainnya. Dalam simetri,
tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.
Dominasi bertemu dengan dominasi atau kepatuhan dengan
kepatuhan

Jadi Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah bentuk
atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan yang dikaitkan dua komponen, yaitu gambaran atau
rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktifitas dengan
komponen-komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya
hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok dan organisasi.
Menurut Suhendi Dengan adanya komunikasi manusia yang tadinya tidak
tahu apa-apa, kemudian belajar memahami nilai yang ada dalam
kelompoknya. Untuk menjadi anggota dapat diterima di lingkungan
kelompoknya, seseorang memerlukan suatu kemampuan untuk menilai
objektif perilaku sendiri dalam pandangan orang lain.
Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan
silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau bisa juga dari anak ke
orang tua, atau bisa juga anak ke anak. Awal terjadinya komunikasi karna
ada suatu pesan yang ingin di sampaikan. Siapa yang ingin berkepentingan
untuk menyampaikan suatu pesan berpeluang untuk memulai sutu
komunikasi. Yang tidak berkepentingan umtuk menyampaikan suatu pesan
cendrung menunda komunikasinya.
Pola komunikasi yang dibangun akan mempengaruhi pola asuh orang tua.
Dengan pola komunikasi yang baik diharapkan akan tercipta pola asuh
yang baik pula. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa betapa
pentingnya pola asuh orang tua dalam keluarga dalam upaya untuk
mendidik anak. Kegiatan pengasuhan anak akan berhasil dengan baik jika
pola komunikasi yang tercipta dilandasi dengan cinta dan kasih sayang
dengan memposisikan anak sebagai subjek yang harus dibina, dibimbing,
dan dididik, dan bukan sebagai objek semata.

A. Jenis komunikasi dalam keluarga


1. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara
individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat

perhubungan. Bahasa itu sendiri menurut Larry L. Barker memiliki


tiga fungsi, yaitu penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan
transmisi informasi. Efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi
bergantung dari ketepatan penggunaan kata-kata atau kalimat
dalam mengungkapkan sesuatau. Proses komunikasi dapat
berlangsung dengan baik bila komunikasidapat menafsirkan secara
tepat

pesan

yang

disampaikan

oleh

komunikator

melalui

penggunaan bahasa dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Panjang


pendeknya suatu kalimat, tepat tidaknya penggunaan kata-kata
yang merangkai kalimat, menjadi faktor penentu kelancaran
komunikasi. Struktur kalimat yang kacauatau penggunaan katakatayang bertele-tele diakui sebagai penyebab ketidak efektifan
komunikasi.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi yang berlangsung pada keluarga tidak hanya dalam
bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk nonverbal. Walaupun
begitu, komunikasi nonverbal suatu ketika dapat berfungsi sebagai
penguat komunikasi verbal. Fungsi komunikasi non verbal sangat
terasa jika, komunikasi yang dilakukan secara verbal tidak mampu
mengungkapkan sesuatu secara jelas.
Komunikasi nonverbal sering dipakai oleh orang tua dalam
menyampaikan sesuatu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata
satu katapun, orang tua menggerakan hati anak untuk melakukan
sesuatu. Kebiasaan orang tua dalam mengerjakan sesuatu dan anak
pun sering melihatnya, anakpun ikut mengerjakan apa pernah
dilihat dan didengarnya dari orangtuanya, masalah pendidikan
shalat misalnya, karena anak sering melihat kedua orangtuanya
shalat siang dan malam dirumah, anakpun meniru gerakan shalat
yang pernah dilihatnya dari orang tuanya. Terlepas benar atau salah
gerakan shalat yang dilakukan oleh anak, yang jelas pesan-pesan
non verbal telah direpon oleh anak.
3. Komunikasi Individual
Komunikasi individual atau interpresonal adalah komunikasi yang
sering terjadi pada keluarga. Komunikasi yang terjadi berlangsung

pada sebuah interaksi antar pribadi; antar suamidan istri, antara


ayah dan anak, antara ibu dan anak, dan antara anak dan anak.
Ketika siasana sepi, anak-anak tidak sedang ada dirumah, suami
isrti sering berbincang-bincang tentang banyak hal, terutama
tentang bagaimana mendidik anak supaya nantinya menjadi anak
yang berbudi luhur dan berbakti kepada kedua orang tua. Pada
kesempatan yang lain, orang tua tidak menyia-nyiakan waktu
senggang untuk berbincang-bincang dengan anak secara pribadi
tentang suatu hal; entah mengenai pelajaran disekolah, mengenai
pengalaman atau hal-hal apa saja sebagai topik perbincangan. Baik
ayah atau ibu, masing-masing memiliki keinginan untuk bersamasama dengan anak, duduk santai, bersendagurau dalam suasanan
keakraban. Diluar sepengetahuan ayah dan ibu, sesama anak pun
membicarakan banyak hal, entah itu pelajaran atau apa saja yang
membuat mereka semakin akrab dalam ikatan seayah dan seibu.
4. Komunikasi Kelompok
Hubungan orang tua dan anak sangat penting untuk dibina dalam
keluarga. Keakraban hubungan itu dapat dilihat dari frekuensi
pertemuan orang tua dan anakdalam suatu waktu dan kesempatan.
Masalah waktu dan kesempatan menjadi penentu berhasil atau
gagal suatu pertemuan. Boleh jadi satu pertemuan yang sudah
direncanakan oleh orang tua atau anak untuk berkumpul, duduk
bersama dalam satu meja, dalam acara keluarga terancam gagal
disebabkan belum adanya petemuan antara waktu dan kesempatan.
Waktunya

mungkin

sudah

ada,

tetapi

kesempatan

untuk

menghadiri pertemuan keluarga itu belum ada untuk setiap orang


tua atau anak sehingga sebagian anggota keluarga yang tiak bisa
hadir dalam acara tersebut. Banyak faktor yang menjadi
penyebabnya. Misalnya ; orang tua yang sibuk dengan urusannya
sendiri, seolah-olah tidak ada waktu untuk duduk bersama dengan
anak, bercengkrama dan bersenda gurau. Anak yang sudah
terlanjur memiliki acara tersendiri di luar rumah sebelum acara
keluarga itu akan diadakan. Orang tua yang berdagang sepanjang

hari. Orang tua yang bekerja sebagai pegawai negeri dari pagi
hingga petang.
B. Faktor yang mempengaruhi komunikasi keluarga
1. Citra diri dan citra orang lain
Setiap orang memiliki gambaran-gambaran tertentu tentang dirinya,
statusnya, kelebihan, dan kekuranganya. Gambaran itulah yang akan
menentukan apa dan bagaimana ia berbicara, menjadi penjaring bagi
apa yang dilihatnya. Dengan kata lain citra diri menentukan ekspresi
dan presepsi orang. Tidak hanya citra diri, citra orang lain jyga
mempengaruhi cara dan kemampuan orang berkomunkasi
2. Suasana Psikologis
Suasana psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi
sulit berlangsung bila seseorang dalam keadaan sedih, binggung,
marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan suasana
psikologis lainya.
3. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan
gaya, dan cara yang berbeda. Komunikasi yang berlangsung pada
keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena memang
kedua lingkungan ini berbeda. Suasan di rumah bersifat informal.
Sedangkan suasana disekolah bersifat formal. Demikian juga
komunikasi yang berlangsung pada masyarakat. Karena setiap
masyarakat memiliki norma yang harus ditaati, maka komunikasi yang
berlangsung harus taat norma.
4. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat
penting dan strategis. Dinamika keluarga dipengaruhi oleh pola
kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin akan menentukan
pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan
yang membentuk hubungan-hubungan tersebut.
5. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan
bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan sesuatu. Pada suatu
kesempatan bahasa yang digunakan oleh orang tuaketika bicara kepada
anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat.

Tetapi dilain kesempatan, bahasa yang digunakan itutidak dapat


mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Maka dari itu
dalam berkomunikasi di tuntut untuk menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
6. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa
bicara sekehendak hati tanpa mengetahui siapa yang di ajak bicara.
Berbicara dengan anak kecil berbeda dengan berbicara dengan remaja.
Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
C. Tujuan komunikasi keluarga ditinjau dari kepentingan orang tua
Untuk memberikan informasi, nasihat, mendidik dan menyenangkan anakanak. Anak berkomunikasi dengan orang tuaadalah untuk memperoleh
saran nasehat, masukan atau dalam memberikan respon dari pertanyaan
orang tua. Komunikasi antar anggota keluarga dilakukan untuk terjadinya
keharmonian dalam keluarga pengalaman satu dengan yang lain. Dan dari
setiap komunikasi yang dilakukan dalam keluarga dapat membuat
perubahan perilaku anggota keluarga dalam menjaga keharmonisan
hubungan keluarga. Komunikasi dalam keluarga juga merupakan sebagai
keterbukaan dari setiap anggota keluargaapabila dari salah satu anggota
keluarga mengalami masalah yang menyenangkan atau yang tidak
menyenangkan, dengan adanya sebuah komunikasi permasalahan yang
terjadi didalam sebuah keluarga itu dapat dibicarakan secara baik-baik
untuk mendapatkan solusi atau pemecahan masalah yang baik juga.
D. Fungsi Komunikasi dalam keluarga
1. Fungsi komunikasi sosial
Sebagai komunikasi soaial setidaknya

mengisyaratkan

bahwa

komunikasi penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,


untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, untuk
menghindari diri dari tekanan dan ketegangan. Misalnya, via
komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan baik dengan
orang lain. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja
sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk
mencapai tujuan bersama.

2. Fungsi komunikasi kultural


Para sosiologi berpendapat bahwa komunikasi dan budaya mempunyai
hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi.
Peranan

komunikasi

disini

turut

menentukan,

memelihara,

mengembangkan atau mewariskan budaya. Jika demikian benar kata


Edward T. Hall bahwa budaya adalah komunikasidan komunikasi
adalah budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu
mekanisme

untuk

mengomunikasikan

norma-norma

budaya

msayarakat, baik secara horisontal (dari satu masyarakat kepada


masyarakat lainya). Pada sisi lain, budaya menetapkan normanorma(komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok
tertentu.
E. Peranan Komunikasi dalam Keluarga
Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan
hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin
merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat
diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya
komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat
dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik. ( Bagus, 2010).
Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga merupakan pengalaman
pertama yang merupakan bekal untuk dapat menempatkan diri dalam
masyarakat. Orang tua dalam sebuah keluarga menjadi figur bagi anak
dalam segala hal seperti sikap, perilaku, tuturkata yang terbentuk karena
peran orang tua.
Jadi hakekat komunikasi keluarga dilaksanakan sebagai upaya untuk
menciptakan keluarga yang saling mengenal dan saling memahami sesama
anggota keluarga sehingga dari situ dapat tercipta suasana yang harmonis
dalam keluarga tersebut. Untuk mencapai sasaran komunikasi seperti itu,
kondisi keluarga yang harmonis sangat berpengaruh dalam komunikasi
keluarga. Sebagaimana dikatakan Berger bahwa keluarga normal atau
keluara harmonis dapat berpengaruh terhadap proses komunikasi keluarga.
Artinya, dalam keluarga jarang terjadi sikap pertentangan antar anggota,

tidak

saling

menyudutkan

atau

mencari

kambing

hitam

dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.


2. Sosiologi Pendidikan
Ditinjau dari segi etimologinya istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua
perkataan yaitu sosiologi dan pendidikan. Maka sepintas saja sudah jelas
bahwa didalam sosiologi pendidikan itu yang menjadi masalah sentralnya
ialah aspek-aspek sosiologi di dalam pendidikan.
Ada beberapa pendapat tentang sosiologi pendidikan menurut para ahli:
a. F.G. Robbins, pengertian sosiologi pendidikan adalah sosiologi
khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses
pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan
kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika
yakni

proses

sosial

dan

kultural,

proses

perkembangan

kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.


b. Pro f. DR S. Nasution,M.A., Pengertian Sosiologi Pendidikan
adalah

ilmu

mengendalikan

yang

berusaha

proses

untuk

pendidikan

mengetahui
untuk

cara-cara

mengembangkan

kepribadian individu agar lebih baik.


c. E.G Payne, Pengertian Sosiologi Pendidikan ialah studi yang
komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu
sosiologi yang diterapkan.
d. Sedangkan menurut Drs. Ary H. Gunawan, Pengertian Sosiologi
Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan
sosiologis.
Jadi bisa di simpulkan menurut pendapat para ahli bahwa sosiologi
pendidikan secara umum adalah studi mengenai bagaimana institusi publik
dan pengalaman individu memengaruhi pendidikan dan hasilnya. Studi ini
lebih mempelajari sistem sekolah umum di masyarakat industri modern,
termasuk perluasan pendidikan tinggi, lanjut, dewasa, dan berkelanjutan.

A. Jenis-jenis pendidikan

1. Lembaga Pendidikan Informal


Pendidikan informal ialah pendidikan yang terjadi di lingkungan
keluarga, dimana keluarga merupakan wadah pertama kali seorang anak
memperoleh didikan dan bimbingan langsung oleh anggota keluarganya
terutama orang tua. Anak akan lebih sering dan banyak menerima
asupan pendidikan di lingkungan keluarga, sehingga pendidikan
informal ini sangat diutamakan. Pendidikan di lingkungan keluarga
inipun tidak mengenal ruang dan waktu, bisa dilakukan kapan saja dan
sampai kapanpun tanpa ada batasan usia.
2. Lembaga Pendidikan Formal
Yaitu sebuah lembaga pendidikan yang memiliki aturan-aturan, teratur
dan sistematis serta memiliki tingkat jenjang pendidikan yang dimulai
dari tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendidikan formal ini
memiliki batas usia yang berlaku dari SD hingga SLTA. Wadah
pendidikan ini ialah sekolah dan memiliki banyak perbedaan dengan
pendidikan yang diperoleh di lingkungan keluarga. Dalam pendidikan
formal ini proses belajarnya diatur, tingkatan kelas yang berbeda-beda,
mengikuti aturan kurikulum, materi pelajaran bersifat intelektual,
akademis dan berkesinambungan serta memiliki anggaran atau biaya
pendidikan yang ditentukan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Lembaga pendidikan yaitu pendidikan di sekolah ini
merupakan lanjutan dari pendidikan di lingkungan keluarga dan
merupakan jembatan bagi anak untuk terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Lembaga Pendidikan Non Formal
Lembaga non formal ini didapat atau diperoleh dari lingkungan
masyarakat. Apa yang terjadi di masyarakat merupakan pendidikan dan
pembelajaran bagi setiap individu. Layanan pendidikan di lingkungan
masyarakat ini dibutuhkan warganya sebagai tambahan, pengganti atau
pelengkap dari pendidikan yang diperoleh di sekolah atau d rumah.
Materi yang didapat bersifat praktis dan sesuai dengan yang dibutuhkan
masyarakat saat itu. Pembelajaran ini diperoleh secara langsung atau

praktik. Program yang dibuatpun sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


Berbeda dengan pendidikan formal dan in formal, dimana pendidikan di
masyarakat tidak mengenal jenjang usia dan waktu yang tidak
ditentukan.

B. Tujuan Sosiologi Pendidikan di Indonesia


Adapun tujuan dari sosiologi pendidikan di Indonesia adalah:
1. Berusaha memahami peranan sosiologi dari pada kegiatan sekolah
terhadap masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi
kegiatan intelektual. Dan dengan begitu sekolah harus menjadi suri
tauladan di dalam masyarakat sekitarnya dan lebih luas lagi, atau
dengan

singkat

mengadakan

sosialisasi

intelektual

untuk

memajukan kehidupan di dalam masyarakat.


2. Untuk memahami seberapa jauh gurudapat membina kegiatan
sosial anak didiknya untuk mengembangkan kepribadian anak.
3. Untuk mengetaui pembinaan idiologi pancasila dan kebudayaan
nasional Indonesia di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
4. Untuk mengadakan integrasi
kurikulum pendidikan dengan
masyarakat sekitarnya agar supaya pendidikan mempunyai
kegunaan praktis didalam masyarakat, dan negara seluruhnya.
5. Untuk menyelidiki faktor-faktor kekuatan masyarakat, yang bisa
menstimulir pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak.
6. Memberikan sumbangan yang positif terhadap perkembangan ilmu
pendidikan.
7. Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip-prinsip sosiologi
untuk mengadakan sosiologi sikap dan kepribadian anak didik.
C. Perana Sosiologi Pendidikan
1. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis proses sosialisasi
anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam
hal ini harus diperhatikan pengaruh lingkungan dan kebudayaan
masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak.
Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang
religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang

religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan


cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan
sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis perkembangan dan
kemajuan sosial. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa
pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan
masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi
akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta
penghasilan

yang

lebih

banyak

pula,

guna

menambah

kesejahteraan social). Disamping itu dengan pengetahuan dan


keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta
kreativitas social.
3. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis status pendidikan
dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam
masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana
lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa
didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup
animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan berfungsi menganalisis partisipasi orangorang

terdidik/berpendidikan

dalam

kegiatan

social.

Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering


menjadi ukuran tentang maju dan berkembang kehidupan
masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segansegan berpartisipasi aktif dalam kegiatan social, terutama dalam
memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi
motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan berfungsi membantu menentukan tujuan
pendidikan.

Sejumlah

pakar

berpendapat

bahwa

fungsi

pendidikannasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada


filsafat hidup bangsa tersebut.

6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan berfungsi

utama

memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun
yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan latihan yang
efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan
sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan.
Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan
dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi
saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang
dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk
meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain
peranan (role playing) dan sebagainya.

Bab 3
Kesimpulan
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah
keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinteraksi
dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan
mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup.

Tujuan komunikasi dalam interaksi keluarga ditinjau dari


kepentingan orang tua adalah untuk memberikan informasi, nasihat,mendidik
dan menyenangkan anak-anak.Sedangkan anak berkomunikasi dengan orang
tua adalah untuk mendapatkan saran, nasihat, masukan atau dalam
memberikan respon dari pertanyaan orang tua.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga
adalah :
a.
b.
c.
d.
e.

Citra diri dan citra orang lain


Suasana psikologis
Lingkungan fisik
Bahasa
perbedaan Usia

Dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para


pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk
memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat.
Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah-masalah sosial dalam
pendidikan saja, melainkan juga hal-hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan,
bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi
pendidikan adalah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang
terdapat dalam sistem pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Morissan, M.A. dan Wardhani Coorry Andy, M.si. Teori Komunikasi. Jakarta;
Ghalia Indonesia 2011
Ahmadi Abu Ahmadi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta; PT Rineka Cipta 2010
Djamarah , Syaiful Bahri, M.Ag. Pola Komunikasi orang tua dan anak dalam
keluarga. Jakarta; PT Rineka Cipta

http://mbegedut.blogspot.co.id/2011/02/pengertian-sosiologi-pendidikanmenurut.html

Anda mungkin juga menyukai