Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

Bioreaktor merupakan suatu sistem yang disertai konversi biologis, dengan


didesain secara spesifik untuk mempengaruhi metabolic pathways. Contoh dari
proses yang seringkali berlangsung dalam sebuah bioreactor adalah kultivasi
organisme yang dikendalikan oleh suatu sistem, dan material yang di konversi atau
di transformasi melalui suatu reaksi spesifik yang melibatkan organisme.
Berdasarkan aliran masuk dan keluarnya substrat, bioreactor terbagi menjadi
beberapa tipe, yaitu bulk atau batch, continuous dan semi-continuous.

BULK BIOREACTOR
Bulk bioreactor, atau batch bioreactor, merupakan jenis bioreaktor yang
paling umum, dimana feed, nutrisi, serta substrat yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum hanya satu kali sebelum kultur dilakukan, yang kemudian
tidak ditambahkan lagi. Bulk bioreactor merupakan suatu sistem tertutup, kecuali
untuk suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor saat yang dikulturkan
adalah organisme-organisme aerobik, juga pengeluaran byproduct yang bersifat
racun di keluarkan.
Biasanya, bulk bioreactor digunakan pada untuk menghasilkan produk
yang memiliki konsentrasi tinggi, tidak tahan lama dan cenderung termasuk
kebutuhan yang musiman. Ia juga lebih sering digunakan untk suatu proses yang
menghasilkan banyak produk sekaligus. Contohnya pada beberapa produk aerobic
komersial seperti citric acid dan penicillin menggunakan tray fermenter. Batch
reactor juga dikenal penggunaannya pada berbagai soil waste-treatment, salah
satunya bioreaktor Lumpur Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara
luas untuk pengolahan secara oksidasi air buangan dan sampah industri lain.
Prosesnya difungsikan untuk meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan
organic massa dapat didegradasi secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar,
sehingga untuk mempermudah pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan
sejumlah besar agitator pada kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

Pada tipe bioreaktor bulk ini, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan
spesifik jarang konstan, yang ditunjukkan dengan perubahan jumlah sel, perubahan
karakteristik substrat-substrat seperti nutrient, garam dan vitamin, serta konsentrasi
produk sangat bervariasi seiring berjalannya waktu. Maka dari itu, agar suatu
bioreactor bulk tetap homogen seringkali ia dilengkapi oleh turbin mixing, sehingga
komposisi segala material yang ada di dalam bejana serta suhu nya berada dalam
tingkat yang diinginkan.
Sebelum masuk kedalam bejana bulk bioreactor, dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu. Sterilisasi ini perlu dilakukan agar proses yang berlangsung tidak
terkontaminasi. Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama yang amat
diperhatikan dalam proses persiapan bulk bioreactor, karena keberadaan
kontaminan lebih sulit untuk dikontrol secara terus menerus dalam bejananya yang
tertutup. Zat lain biasanya ditambahkan untuk mengontol lingkungan dalam reactor,
contohnya seperti penambahan asam atau alkali agar pH dalam bejana tetap stabil,
dan antifoaming agent yang ditambahkan saat foam berlebihan terindikasi oleh
sensor busa.

Gambar 01: Contoh suatu batch reactor yang dilengkapi dengan heat-transfer fluid pada
jaket pemanasnya.

Sistem bioreactor bulk memiliki berbagai keunggulan. Antara lain:

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

Mengurangi resiko kontaminasi dan mutasi sel untuk suatu range


waktu yang secara umum menguntungkan berkat sistemnya yang
tertutup rapat,

Biaya awal cenderung lebih rendah apabila dibandingkan proses


bervolume atau berskala sama dengan jenis yang lain,

Lebih fleksibel dengan berbagai produk dan sistem biologis yang


dibutuhkan dalam berbagai industry,

Tingkat konversi bahan mentah yang tinggi berkat priode


pertumbuhan yang dapat dengan baik dikontrol.

Keunggulan-keunggulan tersebut diiringi beberapa kekurangan yang


dijadikan pertimbangan saat menentukan bioreactor seperti apa yang dipilih agar
sesuai dengan kebutuhan proses produksi yang akan dilaksanakan. Tingkat
produktivitas yang cenderung rendah akibat dibutuhkannya berbagai tahap dalam
siklus penggunaan batch bioreactor (filling, heating, sterilizing, cooling, emptying
and cleaning) membuatnya lebih sering digunakan untuk produksi sesuatu dengan
konsentrasi tinggi namun kebutuhannya tidak terlalu sering alias musiman. Saat
diperlukan suatu pembuatan subkultur, biaya yang akan dikeluarkan juga lebih
besar. Diperlukannya suatu process control yang lebih rumit juga dibutuhkan untuk
men-sustain proses yang non-stationary pada bulk reactor. Semakin besar skalanya,
semakin rumit pula sterilisasinya.

CONTINUOUS BIOREACTOR
Karakteristik utama untuk bioreaktor kontinyu terletak pada asupan feed
(dapat berupa med=ium steril, substrat, atau suatu medium yang mengandung
mikroba) dan pengeluaran sejumlah fraksi dari volume kultur total yang terus
menerus. Metode kontinu memungkinan organisme tumbuh pada kondisi
setimbang (steady state), dimana pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan
lingkungan stabil. Faktor seperti pH dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit
apabila berubah selama siklus pertumbuhan pada suatu continuous bioreactor dapat
dijaga konstan.

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

Dalam suatu bioreaktor kontinu, feed dimasukkan kedalam biorekator


dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor terjadi
dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor konstan. Udara
steril juga dimasukkan sebagai feed pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suatu gagang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang gagang tersebut pada
interval jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan
melingkar. Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor
untuk mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi sendiri ialah untuk
mensuspensikan dan meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara
termasuk oksigen bagi sel, dan untuk memindahkan panas. Dengan pencampuran
yang efisien, medium yang masuk tersebut menyebar secara cepat dan merata pada
seluruh bagian reaktor. Variabel reaksi dan parameter control konsisten sepanjang
proses, sehingga terjadi sebuah keadaan dimana komposisi dalam reaktor juga tetap
konstan, dan bioreaktor ini memiliki produktivitas serta output yang kontinyu.

Gambar 02: Continuous bioreactor.

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

Continuous bioreactor seringkali digunakan untuk proses-proses dengan


produk berkebutuhan volume besar, produksi yang melibatkan gas, liquid atau
soluble solid substrates, serta untuk proses yang melibatkan mikroorganisme
dengan angka pertumbuhan atau multiplikasi yang tinggi. Bioreaktor jenis ini biasa
dilibatkan dalam produksi cuka, ragi roti, dan wastewater-treatment. Keunggulan
bioreactor kontinyu antara lain:

Automatisasi proses dan control proses lebih mudah, sehingga


mengurangi biaya di sector tenaga kerja

Efisiensi waktu dan produktivitas yang dapat terus kontinyu tanpa


pembersihan atau sterilisasi bejana yang harus dilakukan terus menerus.

Kualitas produk yang konsisten

Investigasi serta analisis sistem lebih baik dibandingkan jenis lain,


dimana dapat diamati konstanta kinetic, maintenance energy, serta yield
yang lebih jelas.

Sementara beberapa kekurangannya meliputi fleksibilitas yang rendah, serta


sulitnya memastikan kualitas seragam dari feed atau bahan bahan mentah yang
menyebabkan sulitnya menjaga kontinuitas proses, lebih mahal dan kompleksnya
peralatan serta sistem kontrol yang dibutuhkan, dan juga lebih mudahnya proses
terekspos pada kontaminasi yang dapat mengganggu produksi.

SEMI-CONTINUOUS BIOREACTOR
Bioreaktor semi-kontinyu atau sequential-batch bioreactor, atau fed-batch
reactor, merupakan suatu sistem bioreactor yang merupakan gabungan dari sistem
kontinyu dan bulk, dimana ia memiliki suatu sistem input atau feed berupa subtrat
yang ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam suatu media atau kultur
diskontinu yang sudah dimasukkan kedalam bejana diawal proses tanpa
mengeluarkan sesuatu dari sistem reaktor tersebut, dan hanya dilakukan satu kali
panen di akhir operasional proses tersebut. Panen dapat dilakukan secara
keseluruhan maupun parsial saja. Apabila diambil sebagian saja, sisanya akan
menjadi inoculum pada operasi fed batch selanjutnya saat dilakukan pengulangan

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

proses. Pengulangan proses dapat dilakukan beberapa kali (cascading) apabila selsel yang menajdi inoculum masih cukup produktif.
Bioreaktor semi-kontinyu merupakan proses yang dinamis, sehingga
dengan mengatur laju alir feed serta konsentrasi nutrient lain yang mempengaruhi
pertumbuhan, kita dapat mengendalikan proses agar ia tetap konstan dan dalam
keadaan optimal dengan lebih mudah hingga mencapai volume maksimum dari
bejana, kemudian dapat dilakukan pengulangan lagi atau apabila sudah mencapai
akhir produksi dilakukan penyesuaian agar proses selanjutnya berlangsung
layaknya suatu bulk reactor. Ini membantu kita mengefekifkan proses agar
menghasilkan produk yang diinginkan dengan suatu proses yang efisien dan
optimal pula.

Gambar 03: Contoh semi-continuous bioreactor dengan dua kali pengulangan dalam bubble
column.
(Sumber: http://www.rombio.eu/lucr_2_cascaval%20BT_files/image004.gif)

Bioreaktor jenis ini pertama kali diterapkan dalam produksi sel ragi dimana
glukosa ditambahkan secara incremental selama proses fermentasi untuk menjaga
tingkat gula yang rendah agar produksi alcohol berada dalam tingkat minimum.
Fed-batch reactor system ini juga diterapkan dalam produksi penisilin dan berhasil
meningkatkan jumlah dan kualitas yield-nya secara signifikan. Bioreaktor semi-

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

TUGAS KULTUR SEL // Kamis, 5 November 2015

kontinyu seringkali diterapkan saat metode kontinyu tidak feasible dan saat batch
bioreactor tidak dapat memberikan level produktivias yang diinginkan.
Beberapa keunggulan dari bioreactor semi-kontinyu ini sendiri antara lain:

Yield yang lebih tinggi karena periode kultivasinya yang amat baik,
dimana tidak ada sel atau mikroba yang ditambahkan atau keluar.

Meningkatkan rekayasa kondisi lingkungan mikroba atau sel yang


dapat disesuaikan dengan masa tumbuhnya serta umur dari kultur
yang ada dalam bejana.

Operasinya stasioner sehingga cocok untuk organisme yang termutasi,


yang tidak dapat dikultur dalam skala besar naik dalam continuous
maupun batch bioreactor.

Adapun kekurangannya meliputi produktivitas yang masih kalah apabila


dibandingkan dengan proses kontinyu serta otomatisasi yang tidak mudah sehingga
meningkatkan biaya di sekor tenaga kerja.

REFERENSI
http://assets.cambridge.org/97805215/13364/excerpt/9780521513364_excerpt.pdf
, diakses pada 10 November 2015 (22:08 WIB)
http://people.clarkson.edu/~wwilcox/Design/reactbio.pdf,

diakses

pada

07

pada

09

November 2015 (20:10 WIB)


http://www.wiley-vch.de/books/biotech/pdf/v11b_bior.pdf,

diakses

November 2015 (21:16 WIB)

Ulina Ayu Pangesti // 1306447726

Anda mungkin juga menyukai