14 44 1 PB
14 44 1 PB
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar logam timbal (Pb) pada sampel kerang bivalvia yang
dikumpulkan dari perairan Pulau Batam. Sampel kerang diperoleh dari 6 lokasi di kawasan
barat pulau Batam. Pengambilan sampel dilakukan secara grab. Selanjutnya sample
dikeringkan dengan oven pada temperatur 80-105oC. Sampel yang telah kering dihaluskan
dan dilakukan destruksi basah dengan HNO3. Kadar logam Pb ditentukan dengan AAS pada
panjang gelombang yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Pb
pada sampel kerang di semua lokasi pengambilan sampel lebih tinggi dari batas ambang baku
mutu lingkungan untuk biota. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi perairan barat pulau
Batam telah tercemar.
Kata kunci: logam berat, kerang bivalvia, pulau Batam
1.
PENDAHULUAN
Pulau Batam merupakan pulau yang menjadi sentra kegiatan perekonomian di wilayah
Propinsi Kepulauan Riau. Salah satu tumpuan Propinsi Kepulauan Riau sebagai penggerak
perekonomian daerah berasal dari sektor industri dan pertambangan. Kekuatan industri di
Kepulauan Riau bertumpu di kota Batam yang memiliki 86,49% dari total Industri Besar Sedang
di Kepulauan Riau.
Tingginya aktivitas di Selat Malaka dan Selat Phillip sebagai jalur lalu lintas perdagangan
laut terpadat kedua di dunia, menjadikan wilayah Kepulauan Riau sangat rentan terhadap
pencemaran laut. Beberapa kasus pencemaran laut yang sering terjadi antara lain tumpahan
minyak akibat kecelakaan kapal tanker, aktivitas pelabuhan, tank cleaning dan pembuangan
limbah B3 secara sengaja di wilayah perbatasan telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan
penurunan sumber daya pesisir, pantai dan laut di Propinsi Kepulauan Riau (SLHD Propinsi
Kepulauan Riau, 2012). Selain itu keberadaan industri, pariwisata dan aktivitas penduduk di
wilayah pesisir yang membuang limbahnya ke laut menambah kompleks masalah pencemaran
laut Batam.
Salah satu pencemar yang berpotensi menurunkan dan merusak daya dukung lingkungan
adalah logam berat. Logam berat merupakan bahan pencemar yang berbahaya karena bersifat
toksik jika terdapat dalam jumlah besar dan mempengaruhi berbagai aspek dalam perairan, baik
secara biologis maupun ekologis. Peningkatan kadar logam berat pada air laut akan
mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan untuk
(Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium (Cr) dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut
diketahui dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam jangka
waktu lama sebagai racun (Supriyanto, et al: 2008). Cu, Cd dan Pb dapat berikatan dengan selsel membran sehingga menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga
dapat mengendapkan senyawa posfat biologis maupun mengkatalisis penguraiannya (Manahan:
1977).
Organisme yang mengakumulasi kontaminan dalam jaringan mereka dapat digunakan untuk
menilai kesehatan lingkungan perairan, termasuk keberadaan, tingkat cemaran dan perubahan
dari kontaminan tersebut. Keberadaan logam berat di perairan berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme maupun
manusia. Hal ini disebabkan sifat-sifat logam berat yang sulit terdegradasi sehingga logam berat
mudah terakumulasi pada biota laut, khususnya ikan dan kerang-kerangan. Logam berat yang
ada diperairan akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimen sehingga
memberikan peluang paparan yang lebih besar pada udang, kerang dan rajungan (Payung et al:
2013 )
Timbal banyak digunakan dalam industri misalnya sebagai aditif dalam bahan bakar dan
pigmen dalam cat (Mukono: 2010). Timbal merupakan bahan toksik yang mudah terakumulasi
dalam organ manusia dan dapat mengakibatkan anemia, gangguan fungsi ginjal, gangguan sistem
saraf, otak dan kulit. Pb yang masuk ke dalam tubuh dapat dalam bentuk Pb-organik seperti tetra
etil Pb dan Pb anorganik seperti oksida Pb. Toksisitas logam Pb baru akan terlihat jika seseorang
menonsumsi Pb lebih dari 2 mg perhari. Ambang batas dari Pb yang boleh dikonsumsi adalah
0,2-2,0 g perhari (Sukssmerri: 2008). Logam timbal diakumulasi dalam rangka dan dilepaskan
secara lambat dari kompartemen tubuh bagian ini. Senyawa timbal diketahui menyebabkan
hipertensi, ketidaknormalan reproduksi dan menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan
saraf (Jarub: 2003; Kamran et al: 2013).
Menurut Svavarsson et al, 2001 dalam Nasution dan Siska (2011) senyawa-senyawa
organotin (tributylin TBT dan triphenitin TPT) dan logam Pb dapat memberikan pengaruh yang
kuat terhadap organisme laut termasuk pada siput dan bivalvia tertentu walaupun pada
konsentrasi rendah sekitar 1-2mg/l. Sedangkan pada konsentrasi tinggi, siput betina dapat
berkembang menjadi jantan (imposex) atau menyebabkan sterilitas (Herber: 2003 dalam
Nasution dan Siska: 2011).
Philips (1986) dalam Nasution dan Siska (2011) mengemukakan bahwa jenis kerang
(bivalvia), siput (gastropoda) dan makro alga merupakan bioindikator yang paling tepat dan
efisien karena mempunyai mobilitas yang rendah sehingga relatif menetap di suatu daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan logam timbal dalam sedimen dan
kerang bivalvia di perairan Pulau Batam. Diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai sumber
informasi bagi masyarakat penggemar kerang serta dapat dijadikan rekomendasi bagi
pengelolaan lingkungan perairan di Pulau Batam.
2.
METODE PENELITIAN
Sampel sedimen
Sampel sedimen yang diperoleh dari lokasi dikeringkan dalam oven pada temperatur 105oC.
Sampel yang sudah kering kemudian dihaluskan dan diayak. Selanjutnya ditimbang sebanyak 5
gr sampel kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel kemudian ditambahkan
HNO3 pekat sebanyak 5 ml dan aquadest sebanyak 50 ml. Sampel didestruksi dalam heat mantel
hingga diperoleh larutan jernih dan volumenya menjadi 10 ml. Sampel disaring dengan kertas
saring Whatman No. 41 dan filtratnya diencerkan hingga 50 ml. Sampel diukur kadar Pbnya
menggunakan AAS pada panjang gelombang bersesuaian.
2.
Sampel kerang
Sampel kerang yang diperoleh dari lokasi dipisahkan daging dan cangkangnya dengan
tangan, kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 80-100oC. Sampel yang sudah kering
kemudian dihaluskan. Selanjutnya ditimbang sebanyak 5 gr sampel kemudian dipindahkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml. Sampel ditambahkan HNO3 pekat sebanyak 5 ml dan aquadest
sebanyak 50 ml. Sampel didestruksi dalam heat mantel hingga diperoleh larutan jernih dan
volumenya menjadi 10 ml. Sampel disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 dan
filtratnya diencerkan hingga 50 ml. Selanjutnya diukur kadar Pbnya dengan AAS pada panjang
gelombang bersesuaian.
3.
1
2,15
3,26
3,68
2,01
5,61
22,14
Kadar logam timbal pada sedimen dari 6 lokasi pengambilan sampel bervariasi. Kadar
logam timbal paling rendah ditemui pada stasiun 1 yang relatif minim cemaran dari aktivitas
industri dan transportasi. Sedangkan kadar logam timbal paling tinggi ditemukan di lokasi 6 yang
merupakan daerah padat industri dan transportasi. Tingginya kadar timbal di perairan barat dan
utara pulau Batam dipengaruhi oleh aktivitas transportasi laut di kawasan tersebut serta
konstruksi galangan kapal.
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa kadar logam Pb dalam sedimen
meningkat di beberapa lokasi. Logam Pb memiliki kelarutan yang rendah di dalam air, sehingga
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Stasiun 4
Stasiun 5
Stasiun 6
1,23
2,05
1,79
1,57
1,62
1,38
Kadar logam timbal pada kerang yang diperoleh dari 6 stasiun bervariasi. Secara umum,
kadar logam Pb yang ditemukan pada kerang melebihi baku mutu lingkungan untuk biota yang
ditetapkan dalam KepMenLH No. 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/l. Hal ini mengindikasikan
bahwa perairan Pulau Batam sudah tercemar oleh Pb. Rata-rata kadar Pb terendah dijumpai pada
kerang dari stasiun 1 yaitu 1,23 mg/kg dan tertinggi pada stasiun 2 yaitu 2,05 mg/kg. Lebih jelas
dapat dilihat pada Gambar 2.
Tingginya kadar logam Pb dalam kerang di stasiun 2 diduga berhubungan dengan padatnya
aktivitas transportasi di lokasi tersebut. Stasiun 2 merupakan jalur pelayaran utama untuk
berbagai pelayaran, baik jalur internasional dan nasional menggunakan kapal laut, kapal ferry
dan kapal- kapal nelayan antar pulau. Logam Pb banyak masuk ke perairan melalui buangan air
ballast kapal dan emisi mesin berbahan bakar minyak yang digunakan sebagai anti knock pada
mesin. Premium digunakan sebagai bahan bakar pada mesin alat transportasi. Timbal (tetraethyl
lead) merupakan bahan logam timah hitam yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas
rendah untuk menaikkan nilai oktan bahan bakar sehingga bila digunakan mesin akan terhindar
dari bising. Selain itu timbal juga berfungsi sebagai pelumas untuk kerja antar katup untuk
mencegah terjadinya ledakan saat berlangsungnya pembakaran dalam mesin (Palar: 1994).
Konsentrasi logam Pb terendah ditemukan pada stasiun 1 yang merupakan kawasan daerah
wisata renang dan penginapan. Kadar logam Pb relatif lebih rendah dimungkinkan pada kawasan
ini terdapat hutan mangrove yang dapat menyerap masuknya logam berat di perairan tersebut
(Payung et al: 2013). Mangrove yang ditemukan pada stasiun 1 tergolong dalam spesies
Rhizophora. Menurut Hamzah dan Setiawan (2010), untuk logam Pb nilai BCF akar untuk jenis
mangrove berturut-turut adalah Avicennia > Rhizophora >Soneratia. Sedangkan untuk BCF daun
berturut-turut adalah Rhizophora >Avicennia >Soneratia.
Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh biota laut melalui rantai makanan, insang dan difusi
permukaan kulit. Akumulasi logam Pb pada kerang dapat terjadi melalui absorpsi air, partikel
dan planktor dengan cara menyaring (filter feeder). Terdeteksinya kandungan logam Pb dalam
kerang diduga karena jenis organisme ini tidak dapat mengekskresikan dengan baik logam Pb
sehingga terakumulasi terus-menerus dalam jaringan sesuai dengan kenaikan logam Pb dalam
air. Pada jenis hewan lunak yang mobilitasnya lamban, Pb akan terakumulasi dalam jaringan
biota (Payung et al: 2013 ). Logam Pb merupakan logam non esensial dan beracun yang tidak
dibutuhkan oleh organisme sehingga menumpuk pada jaringan tubuh organisme tersebut tanpa
bisa digunakan dalam proses metabolisme, pertumbuhan dan perkembangbiakan.
3.3. Perbandingan Konsentrasi Logam Pb dalam Sedimen dan Kerang Perairan Pulau
Batam dengan Daerah Lain.
Apabila dibandingkan konsentrasi logm Pb pada sedimen dan kerang pada perairan Pulau
Batam dengan daerah lain, secara umum konsentrasi logam Pb di perairan Pulau Batam relatif
Referensi
Penelitian ini
Payung et al (2013)
Nasution & Siska (2011)
Saenab et al (2014)
Siagian (2014)
Konsentrasi logam Pb dalam sedimen di Perairan Betam lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah lain, kecuali di pesisir Makasar, sedangkan konsentrasi logam Pb dalam kerang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain kecuali di Pulau Bintan. Hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh kondisi lingkungan di sekitar perairan yang sangat berbeda dan perbedaan
spesies kerang dari lokasi penelitian.
4.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kadar cemaran logam berat Pb di perairan Batam
cukup tinggi. Kadar logam berat tertinggi pada sedimen dijumpai pada stasiun 6 yaitu kawasan
depan Pulau Buluh dengan kadar Pb 20,12 mg/kg. Berdasarkan nilai SQG konsentrasi logam Pb
dalam sedimen di perairan pulau Batam masih berada di bawah standar untuk sedimen yang
belum terkontaminasi. Kadar logam Pb dalam kerang yang ditemukan di perairan Batam cukup
tinggi berkisar antara 1,23-2,05 mg/kg. Berdasarkan nilai BML, konsentrasi tersebut telah
melebihi ambang batas kandungan Pb dalam biota. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk
melakukan monitoring secara berkala kondisi perairan Pulau Batam sejalan dengan
meningkatnaya aktivitas industri dan transportasi di area tersebut.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI)
yang telah memberikan bantuan dana penelitian melalui Hibah Pekerti Tahun Anggaran 2015
dengan No. Kontrak 01/SP-PEKERTI/UNRIKA/IV/2015 Tanggal 25 April 2015. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Suheryanto, M.Si yang telah banyak memberikan
bimbingan dan motivasi sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, B., 2002. Distribusi Logam Berat Pb, Cu dan Zn di Perairan Telaga Tujuh Karimun
Kepulauan Riau.Jurnal Natur Indonesia Vol 5 (1): 9 16.
Amin, B., Evy Afriyani dan Mikel A.S., 2011. Distribusi Spasial Logam Pb dan Cu pada
Sedimen dan Air Laut Permukaan di Perairan Tanjung Buton Kabupaten Siak Provinsi
Riau. Jurnal Teknobiologi Vol 2 No 1 Hal 1-8
Anonim, 2012, Status Lingkungan Hidup Daerah Propinsi Kepulauan Riau, 2011.
Garno, Y.S. 2001. Kandungan beberapa logam berat di perairan pesisir timur Pulau Batam.
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol 2 No.3 Hal: 281-286
H. Palar, Pencemaran & Toksikologi Logam Berat, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 1994
Hamzah, Faisal dan Agus Setiawan. 2010. Akumulasi Logam Berat Pb, Cu dan Zn di Hutan
Mangrove Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal Ilmu dan teknologi Kelautan Tropis. Vol
2 No.2 Hal: 41-52
Ika,Tahril dan Irwan Said. 2011. Analisis Logam Timbal (Pb) Dan Besi (Fe) Dalam Air Laut Di
Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara. J. Akad. Kim. 1(4): 181-186.
Jarup, Lars. 2003. Hazards of Heavy Metal Contamination. British Medical Bulletin. Vol 68. Hal:
167-182
Kamran Sardar, Shafaqat Ali, et al, 2013, Heavy Metals Contamination and what are the Impacts
on Living Organisms, Greener Journal of Environmental Management and Public Safety
Vol 2 No. 4 Hal: 172-179.
Manahan, SE. 1977. Enviromental Chemistry. Second Edition. Boston: Williard Press.
Morsy AA, Salama HHA, Kamel HA dan Mansour MMF. 2012. Effect of heavy metals on
plasma membrane lipids and antioxidant enzymes of Zygophyllum species. Eurasia J
Biosci Vol 6: 1-10.
Mukono, H. J. 2010. Toksikologi Lingkungan. Airlangga University Press. Surabaya.
Nasution, S dan Siska M. 2011. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb ) Pada Sedimen Dan Siput
Strombus Canarium Di Perairan Pantai Pulau Bintan. Jurnal Ilmu Lingkungan. PPS
Universitas Riau. Vol 5 No 2 Hal 82-93.
Payung, Febrianti Lolo., Ruslan dan Agus B.B. 2013. Studi Kandungan dan Distrbusi Spasial
Logam Berat Timbal (Pb) pada sedimen dan Kerang (Anadara sp) di Wilayah Pesisir
Kota
Makasar.
diambil
pada
12
Juni
2015
dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5590/
Saenab, S., Nurhaedah dan Cut Muthiadin, 2014, Studi Kandungan Logam Berat Timbal Pada
Langkitang (Faunus Ater) Di Perairan Desa Maroneng Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, Jurnal Bionature, Vol15, No. 1, Hal:. 29-34
Siagian, Lestina T.I. 2014. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb Terhadap Biota Laut dan
Konsumennya Di Kelurahan Bagan Deli Belawan, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik
Universitas HKBP Nommensen, Medan.
Supriyanto, Samin dan Zainul Kamal. 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu dan Cd
pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA). Makalah