Anda di halaman 1dari 3

MODA TRANSPORTASI KOTA YOGYAKARTA

A. TRANS JOGJA
B. SEPEDA dan BUS KOTA
Yogyakarta pernah memiliki predikat sebagai KOTA SEPEDA di masa
lalu. Di dekade 60 hingga 70-an ini, moda sepeda ini sangat populer
digunakan oleh masyarakat Yogyakarta, di samping moda tradisional
lain seperti andhong dan gerobak (angkutan barang).
Di awal tahun 1970 hingga 1980, sejarah angkutan umum dimulai
dengan munculnya COLT KAMPUS, yang dikelola oleh Dema (Dewan
Mahasiswa) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pada awal 80-an, lahirlah sebuah koperasi angkutan umum perkotaan
(KOPATA) yang dikelola dengan lebih profesional, diatur secara resmi
oleh pemerintah melalui ijin trayek, menggunakan bus berukuran
sedang dan berplat kuning. Lahirnya koperasi ini kemudian diikuti oleh
koperasi-koperasi angkutan perkotaan lainnya, seperti Aspada,
Puskopkar, dan Kobutri.
C. BECAK
Sejarah
Dalam buku The Betjak Way: Ngudoroso Inspiratif di Jalan
Becak, pengayuh becak sekaligus aktivis media sosialHarry van Yogya
menuliskan bahwa cikal-bakal becak di Yogyakarta tercatat bermula
pada sekira 1950, ketika beberapa pengusaha keturunan Tionghoa
membawa contoh becak dari Semarang. Di tahun-tahun itu, mulai
muncul bengkel-bengkel perintis seperti Siong Hong dan HBH, yang
membuat rancangan becak kayuh dengan pengemudi di belakang tak
seperti becak Sumatra yang pengemudinya duduk di samping.
1970-an becak menjajaki karir sebagai moda calon raja baru di jalanjalan Yogyakarta. Sejak desus-desusnya terdengar dari beberapa
wilayah di Semarang di masa pendudukan Jepang, bentuk becak yang
lengkap dengan tiga roda, rem bertenaga tangan, dan aneka
asesorinya mulai melekat di benak masyarakat.
1980-an, becak tidak tertandingi dan menjelma jadi primadona

masyarakat. Di jalan-jalan kota becak sangat dominan menyusul


popularitas piet onthel yang waktu itu mulai terganggu dengan
kehadiran kendaraan bermotor pribadi
Kemudian, kejayaan becak mulai redup pada awal 2000-an sejak
masuknya taksi dan sepeda motor yang dianggap lebih cepat dan
hemat
Data Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta pada tahun 2006 mencatat
ada sedikitnya 142 paguyuban yang tiap-tiapnya beranggotakan
sekitar 50 pengayuh becak. Sementara jumlah becak hingga saat ini
masih simpang siur, yakni sekitar 4.000 hingga 5.000 di seluruh Yogya
(data Institut Studi Transportasi INTRANS pada tahun 2000 mencatat
angka 20.000).
Pada tahun 2009 becak tradisional harus bersaing dengan Para tukang
becak tradisional senior harus bersaing dengan para pengayuhpengayuh muda yang memodifikasi becak mereka dengan mesinmesin Honda dan Yamaha, berebut penumpang antara penggila foto
wisata dan perindu nostalgia.
Pakar teknik Danang Parikesit, di bawah bendera Pusat Studi
Transportasi dan Logistik (PUSTRAL) Universitas Gadjah Mada bekerja
sama dengan INSTRAL pernah mewujurkan proyek yang diberi nama
Becak Modern, pada 2000. Pengamat yang juga menjabat Ketua
Masyarakat Transportasi Indoenesia ini meluncurkan proyek pilot becak
modern dengan bobot lebih ringan, desain lebih ergonomis dan
kapasitas muat yang diklaim sedikit lebih besar, model alternatif untuk
non-motorized transport. Sekaligus ditujukan untuk misi perbaikan
kualitas udara yang mulai disesaki gas buang kendaraan bermotor.
Waktu itu restu proyek Becak Modern datang langsung dari Wali Kota
Herry Zudianto dengan pendanaan yang dibantu GTZ dari Jerman juga
Toyota Foundation. Hanya saja, setelah berhasil membangun basis
produksi di Berbah, Sleman dengan kapasitas produksi sebanyak 40
unit becak antara 2004 dan 2005, upaya itu tidak berlanjut. Selain
karena kendala finansial, respon pasar ternyata tak seperti yang
direncanakan.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/afsee/sisa-kejayaanbecak-di-yogyakarta_552aa4baf17e61e92ad623e8

D. ANDONG

Anda mungkin juga menyukai