Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

KECEMASAN (ANSIETAS)
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B.PROSES TERJADINYA MASALAH
a.Pengertian
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau
kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. (Sutardjo, 2005).
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam
kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap siatuasi yang sangat menekan
kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari
berbagai gangguan emosi. (Savitri, 2003). Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut
pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan
fisiologis dan psikologis (Kholil, 2010).
Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat mengancam
yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta
ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, yang berlangsung 15
sampai 30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosioanl yang besar juga
ketidaknyamanan fisiologis.

b. Penyebab atau Etiologi


Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah, dan tujuan hidup.
Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:
1. Teori Biologis

Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang kemungkinan besar


dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa kimia di dalam otak yang membuat
kecemasan atau ketakutan menjadi abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami
abnormalitas elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya berespons
terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain. (Sullivan & Coplan,
2000).
a. Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat pertama
individu yang mengalami peningkatan ansietas memiliki kemungkinan lebih tinggi
mengalami ansietas dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu kemungkinan sindrom
kromosom 13 yang dapat terlibat dalam hubungan genetika yang mungkin pada
gangguan panik, seperti sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid,
prolaps katup mitral.
b. Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino yang
diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. GABA, suatu neurotransmiter inhibitor,
berfungsi sebagai agens antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinaps
saraf, terutama sinaps di sistem limbik dan lokus seruleus, tempat neurotransmitter
norepinefrin diproduksi, yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi
ansietas dan noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa masalah
pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan ansietas.
2. Teori Psikologis:
a. Teori Perilaku

Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman individu. Pola-pola perilaku
tertentu mengajarkan seseorang bertindak dengan cara berbeda. Misalnya, jika sejak kecil
seringkali diterapkan perilaku main sendiri atau jarang bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa
terbawa hingga dewasa yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan dengan
orang lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan
kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya
b. Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)
Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Teori psikodinamik berpendapat bahwa
beberapa ketakutan berakar dari trauma atau kekerasan di masa kecil seperti pernah diejek atau
dipermalukan. Ketakutan ini bisa dilupakan tapi dapat muncul kembali di kemudian hari.
c. Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah
terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3. Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang
atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi
sosial yang terintegrasi seseorang.
Etiologi Panik:
a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat muncul ketika girus
parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin. Gejala serangan panik, misalnya peningkatan
frekuensi jantung yang terlihat pada peningkatan kadar noreepinefrin yang dilepaskan. Obatobatan seperti yohimbin menyekat reseptor pengikat norepinefrin sehingga ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam sadar. Informasi ini
menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari empat sumber: ansietas superego, rasa
bersalah yang dirasakan oleh individu yang secara sosial dan personal memiliku impuls yang
tidak tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi ini diketahui, ansietas separasi,
tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas id atau destruksi individu. Tujuan
psikoanalitis adalah menghadapi konflik untuk mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya
kemudian melakukan intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi: (TirtoJiwo, 2012)
1)

Penyakit jantung

2)

Diabetes

3)

Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)

4)

Asma

5)

Penyalahgunaan obat

6)

Penarikan diri (withdrawal) alkohol

7)

Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)

8)

Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang menyebabkan badan dalam

posisi siaga hadapi atau lari


9)

Otot atau kejang atau kram.

10)

Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki sebab yang jelas

Hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan meliputi: (TirtoJiwo,
2012)
a.Menjadi perempuan. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk didiagnosis dengan
gangguan kecemasan.
b. Trauma ketika anak anak. Anak-anak yang mengalami pelecehan atau trauma atau
menyaksikan peristiwa traumatis beresiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan di
beberapa titik dalam hidup.
c. Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau penyakit serius seperti kanker dapat
menyebabkan kekhawatiran yang signifikan tentang masa depan, perawatan Anda dan mungkin
keuangan Anda.
d. Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang lebih kecil dalam situasi
kehidupan yang penuh stres dapat memicu kecemasan yang berlebihan misalnya, kekhawatiran
yang sedang berlangsung tentang keuangan atau kematian anggota keluarga.
e. Kepribadian. Orang dengan beberapa tipe kepribadian lebih rentan terhadap gangguan
kecemasan dari orang lain. Selain itu, beberapa gangguan kepribadian, seperti gangguan
kepribadian borderline, mungkin berhubungan dengan gangguan kecemasan.
f. Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan dapat
diwariskan dalam keluarga.
g. Penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan narkotik atau alkohol dapat menyebabkan atau
memperburuk kecemasan.
c. Tanda dan Gejala
Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut atau bertahap. Awitan dapat
timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena peritiwa akut yang menimbulkn stress atau

bahkan stressor kronis seperti masalah kesehatan, pekerjaan, nutrisi, medikasi atau keluarga.
Gangguan ansietas ditandai dengan tingkat ansietas yang tinggi, yang terlihat pada perilaku yang
tidak lazim, misalnya khawatir, panik, pikiran dan tindakan obsesif-kompulsif atau takut
terhadap objek atau peristiwa yang tidak sesuai dengan realitas situasi.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan psikologis
(Sheila,2008)
1.

Respon fisiologis

a.

Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat, konstruksi

pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun
b.

Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-engah

c.

Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual dan diare

d.

Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing

e.

Traktus urinarius : sering berkemih

f.

Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan

2.

Respon perilaku

Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan fisik, reaksi terkejut,
gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal
dan melarikan diri dari masalah.

3.

Respon kognitif

Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah dalam memberikan
penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu mengambil

keputusan, menurunnya lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol,
takut pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
4.

Respon afektif

Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang,
ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.
d.

Akibat atau Dampak

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul
mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan
bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat
mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan
penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004)
Menurut Yustinus (2006) membagi beberapa dampak kecemasan ke dalam beberapa simtom,
yaitu:
a.

Simtom suasana hati

Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana
yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami
kecemasan tidak dapat tidur, sehingga dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b.

Simtom kognitif

Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal
yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif,
dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

c.

Simtom motor

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor
menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget
terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan
kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja
yang dirasanya mengancam.

C.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1.

Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,1998)

a.

Koping individu tidak efektif

b.

Anxietas

c.

Isolasi sosial : menarik diri

d.

Tidak efektifnya koping keluarga

e.

Harga diri rendah : Gangguan konsep diri

f.

Perilaku kekerasan

g.

Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

2.

Data yang perlu dikaji :


Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau

mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.


a.

Kaji faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan seperti:
1)

Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami

individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2)

Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik

antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan
pada individu.
3)

Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara

realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.


4)

Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang

berdampak terhadap ego.


5)

Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap

integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.


6)

Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan

mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme
koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7)

Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu

dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.


8)

Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang

mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino


butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan
b.

Kaji stressor presipitasi


Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan

timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian:


1)

Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

a)

Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu

tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil).


b)

Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan

lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.


2)

Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a)

Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat

kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri
b)

Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status

pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya


c.

Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis

dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan
melawan kecemasan.
1)

Respon fisiologis: Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis)

2)

Respon psikologologis: Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun

personal.
3)

Respon kognitif: Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir

maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah
lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung.
4)

Respon afektif : Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga

berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan


d.

Kaji penilaian terhadap stressor

1)

Kognitif (kerusakan perhatian, kurang konsentrasi, pelupa, kesalahan dalam menilai,

preokupasi, bloking, penurunan lapangan pandang, berkurangnya kreativitas, produktivitas


menurun, bingung, sangat waspadai, berkurangnya objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut
bayangan visual, takut akan terluka atau kematian, kesadaran diri meningkat, mimpi buruk).
2)

Afektif (mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous, takut, alarm, frustasi,

teror, gugup, gelisah, merasa bersalah, pemalu, frustasi).


3)

Fisiologik

a)

Kardiovaskular (palpitasi, jantung berdebar, td meningkat, rasa mau pingsan, pingsan, TD

menurun, denyut nadi menurun).

b)

Pernafasan (nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan

pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah).


c)

Neuromuskular (refleks meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia,

tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang).


d)

Gastrointestinal (kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada

abdomen, mual, rasa terbakar di perut, diare, perut melilit).


e)

Traktus urinarius (tidak dapat menahan kencing, sering berkemih).

f)

Reproduksi (tidak datang bulan/amenore, darah haid berlebihan, darah haid amat sedikit,

masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi
dingin, ejakulasi dini).
g)

Integumen (wajah kemerahan, berkeringat setempat/telapak tangan, gatal, rasa panas dan

dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh).


4)

Behavioral (gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi,

cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan
diri dari masalah, menghindar, hiperventilasi).
5)

Respon sosial (kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas sosial menurun,

kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan).

e.

Kaji sumber dan mekanisme koping

1)

Sumber koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil

sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping
diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya
yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi
strategi koping yang efektif (Suliswati, 2005).

2)

Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama

yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami
kecemasan ia mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga,
mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak
energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a)

Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Merupakan pemecahan

masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang ada secara
realistis, yaitu:
-

Perilaku menyerang (agresif)

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.


-

Perilaku menarik diri

Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara psikologis.
-

Perilaku kompromi.

Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan
personal untuk mencapai tujuan.
b)

Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Mekanisme pertahanan Ego

membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan
dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme
pertahanan Ego adalah:
-

Kompensasi

Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.

Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme


pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
-

Pemindahan (Displacemen)

Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau
kurang mengancam terhadap dirinya.
-

Disosiasi

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
-

Identifikasi (Identification)

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan
pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
-

Intelektualisasi (Intelektualization)

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya.
-

Introjeksi (Intrijection)

Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar
(pembentukan superego).
-

Fiksasi

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah laku atau
pikiran) sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
-

Proyeksi.

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama keinginan.
Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
-

Rasionalisasi

Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah


rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
-

Reaksi formasi

Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginan-

keinginan,perasaan yang sebenarnya.


-

Regressi

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila keinginan
terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dan sebagainya.
-

Represi

Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang menyakitkan atau
bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme
ego yang lainnya.
-

Acting Out

Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.


-

Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan
yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
-

Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan
analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran
seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
-

Undoing

Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau


komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

D.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan pada kecemasan:


1.

Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman pada lingkungan

2.

Panik berhubungan dengan penolakan keluarga

E.

RENCANA TINDAKAN

Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan mampu
mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.

Tujuan Khusus:
a.

Klien mampu mengenal ansietas.

b.

Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.

c.

Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

d.

Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.

e.

Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi

ansietas.
f.

Klien mampu membina hubungan saling percaya.

g.

Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.

h.

Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

i.

Klien terlindung dari bahaya.

TINDAKAN KEPERAWATAN:
a.

Bina hubungan saling percaya

1)

Pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.

2)

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya meliputi:

i)

Mengucapkan salam terapeutik

ii)

Berjabat tangan

iii)

Menjelaskan tujuan interaksi

iv)

Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien atau klien.

b.

Bantu pasien mengenal ansietas

1)

Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

2)

Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.

3)

Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.

4)

Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.

c.

Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri.

1)

Pengalihan situasi

2)

Latihan relaksasi:

i)

Tarik nafas dalam

ii)

Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.

3)

Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).

d.

Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
a.

Membina hubungan saling percaya.

b.

Membantu pasien mengenal ansietas.

c.

Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.

d.

Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2
a.

Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.

b.

Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.

c.

Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3
a.

Mengevaluasi latihan teknik tarik nafas dalam

b.

Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi progresif: mengerutkan dan mengendurkan

otot.
c.

Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4
a.

Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan mengendurkan otot.

b.

Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.

c.

Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

Teknik relaksasi progresif:


a.

Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.

b.

Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.

c.

Otot punggung

d.

Otot perut

e.

Otot tangan

f.

Otot kaki.

Teknik relaksasi lima jari:


a.

Membayangkan, distraksi.

b.

Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang saat merasa sehat,

menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalkan membayangkan ketika baru saja selesai
mengikuti pertandingan bulu tangkis dan bapak menjadi pemenangnya.
c.

Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang saat pertama

kali jatuh cinta, saat pertama kali bertemu dengan istri dan kenangan indah yang lain.
d.

Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika saat pertama

menerima pujian yang paling berkesan.


e.

Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan berada di satu tempat yang

paling disukai, misalnya pantai, bayangkan berjalan di sekeliling pantai, kembangkan imajinasi.
Rencana Keperawatan berdasarkan tingkat ansietas:
1. Ansietas Ringan
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Ansietas ringan adalah ansietas normal dimana motivasi individu pada keseharian dalam batas
kemampuan untuk melakukan dan memecahkan masalah meningkat.
b)

Gelisah.

c)

Insomnia ringan.

d)

Perubahan nafsu makan ringan.

e)

Peka.

f)

Pengulangan pertanyaan.

g)

Perilaku mencari perhatian.

h)

Peningkatan kewaspadaan.

i)

Peningkatan persepsi pemecahan masalah.

j)

Mudah marah. a)

b)

Perhatikan tanda peningkatan ansietas.

Gerakan tidak tenang.

a)

Tidak nyaman.

c)

Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif.

d)

Gunakan obat bila perlu.

e)

Dorong pemecahan masalah.

f)

Berikan informasi akurat dan fuktual.

g)

Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.

h)

Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.

i)

Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.

j)

Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi.

2. Ansietas Sedang
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi pengetahuan baru dengan penyempitan
lapangan persepsi sehngga individu kehilangan pegangan tetapi dapat mengikuti pengarahan
orang lain.

a)

Perkembangan dari ansietas ringan.

b)

Perhatian terpilih dari lingkungan.

c)

Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu.

d)

Suara bergetar.

e)

Ketidaknyamanan jumlah waktu yang digunakan.

f)

Takipnea.

g)

Takikardia.

h)

Perubahan dalam nada suara.

i)

Gemetaran.

j)

Peningkatan ketegangan otot.

k)
kaki.

Menggigit kuku, memukul-mukulkan jari, menggoyangkan kaki dan mengetukkan jari


a)

Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan dengan pasien.

b)

Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.

c)

Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.

d)

Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.

e)

Dengarkan pasien.

f)

Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.

g)

Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.

h)

Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

i)

Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya.

3. Ansietas Berat
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat menurun. Individu cenderung memikirkan
hal yang sangat kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir realistis
dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan pada daerah lain.

a)

Perasaan terancam.

b)

Ketegangan otot yang berlebihan.

c)

Diaforesis.

d)

Perubahan pernapasan.

e)

Napas panjang.

f)

Hiperventilasi.

g)

Dispnea.

h)

Pusing.

i)

Perubahan gastrointestinalis.

j)

Mual muntah.

k)

Rasa terbakar pada ulu hati.

l)

Sendawa.

m) Anoreksia.
n)

Diare atau konstipasi.

o)

Perubahan kardivaskuler.

p)

Takikardia.

q)

Palpitasi.

r)

Rasa tidak nyaman pada prekokardia.

s)

Berkurangnya jarak persepsi secara berat.

t)

Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.

u)

Rasa terbakar.

v)

Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan.

w) Aktivitas yang tidak berguna.


x)

Bermusuhan.

a)

Isolasi pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.

b)

Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan.

c)

Berikan obat-obatan pasien melakukan hal untuk dirinya sendiri.

d)

Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.

e)

Jangan mennyentuh pasien tanpa permisi.

f)

Yakinkan pasien bahwa dia aman.

g)

Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya.

4. Panik
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Adalah tingkat dimana individu berada pada bahaya terhadap diri sendiri dan orang lain serta
dapat menjadi diam atau menyerang dengan cara kacau.

a)

Hiperaktif / imobilitasi berat.

b)

Rasa terisolasi yang ekstrim.

c)

Kehilangan desintegrasi kepribadian.

d)

Sangat goncang dan otot-otot tegang.

e)

Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang lengkap.

f)

Distori persepsi dan penilaian yang tidak realistis terhadap lingkungan dan ancaman.

g)

Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri.

h)

Menyerang.

b)

Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan.

c)

Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang rendah.

d)

Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau

a)

Tetap bersama pasien ; minta bantuan.

orang lain.
e)

Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan nyaman.

f)

Lanjut dengan perawatan ansietas berat.

Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat sangat berat


Tujuan Khusus

Intervensi

Rasional

Klien dapat terlindung dari bahaya. - Dukung dan terima mekanisme pertahan diri klien
-

Kenalkan klien pada kriteria kesediahan yang berhubungan dengan mekanisme kopingnya saat
ini
- Berikan umpan balik kepada klien tentang perilaku, stressor dan sumber koping.
- Hindari perhatian pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
- Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional
- Batasi perilaku maladaptif klien dengan cara yang mendukung

Ansietas berat dan panik

dapat dikurangi dengan mengijinkan klien untuk menentukan besarnya stress yang dapat
ditangani.

Jika klien tidak mampu menghilangkan ansietas, ketegangan dapat mencapai

Klien akan mengalami situasi yang lebih sedikit menimbulkan ansietas

- Bersikap tenang

terhadap klien
- Kurangi stimulus lingkungan
- Batasi interaksi klien dengan klien lain untuk meminimalkan aspek menularnya ansietas
- Identifikasi dan modifikasi situasi yang dapat menimbulkan ansietas bagi klien
- Berikan tindakan fisik seperti mandi air hangat dan massage

Perilaku dapat dimodifikasi

dengan mengubah lingkungan dan interkasi klien dengan lingkungan


Klien dapat terlibat dalam aktivitas yang dijadwalkan sehari-hari

- Ikutlah terlibat dengan

aktivitas klien untuk memberikan dukungan pada penguatan perilaku produktif secara sosial
- Berikan beberapa jenis latihan fisik
- Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
- Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya Dengan mendorong aktivitas ke luar
rumah, perawat membatasi waktu klien yang tersedia untuk mekanisme koping destruktif sambil
meningkatkan partisipasi dan meninkmati aspek kehidupan lainnya
Klien akan mengalami penyembuhan dan gejala-gejala ansietas berat

- Berikan medikasi

yang dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman klien


- Amati efek samping medikasi dan lakukan penyuluhan kesehatan yang relevan Efek
hubungan yang terapeutik dapat ditingkatkan jika kendali kimiawi terhadap gejala kemungkinan
klien untuk mengarahkan perhatian pada konflik yang mendasari

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat berat


Tujuan Khusus

Intervensi

Rasional

Klien akan mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang ansietasnya


mengindentifikasi dan menggambarkan perasaan yang mendasari kecemasan

- Bantu klien

Kaitkan perilaku klien dengan perasaan tersebut


- Validasikan semua perubahan dan asumsi kepada klien
- Gunakan pertanyaan terbuka untuk beralih dari topic yang tidak mengancam ke isu-isu konflik
- Variasikan besarnya ansietas untuk meningkatkan motivasi klien
- Gunakan konfrontasi supportif dengan bijaksana Untuk mengadopsi respon koping yang baru,
klien pertama kali harus menyadari perasaan dan mengatasi penyakangkalan dan resistens yang
disadari atau tidak disadri
Klien akan mengidentifikasi penyebab ansietas

- Bantu klien manggambarkan situasi dan

interaksi yang mendahului ansietas


Tinjau penilaian klien terhadap stressor, nilai-nilai yang terancam dan cara konflik berkembang
- Hubungkan pengalaman klien dengan pengalaman yang relevan pada masa lalu Setelah
perasaan ansietas dikenali, klien harus mengerti perkembangannya termasuk stressor pencetus,
penilaian stressor dan sumber yang tersedia
Klien akan menguraikan respons koping adaptif dan maladaptif

- Kaji bagaimana klien

menurunkan ansietasnya dimasa lalu dan tindakan yang dilakukan untuk menurunkakannya
-

Tunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respons koping saat ini
- Dorong klien menggunakan koping adaptif yang efektif dimasa lalu
- Fokuskan klien pada tanggung jawab untuk berubah

- Bantu klien untuk mengevaluasi nilai, sifat dan arti stressor pada saat yang tepat
- Bantu klien secara aktif mengkaitkan hubungan sebab akibat

Respons koping adaptif dapat

dipelajri melalui analisa mekanisme koping yang digunakan dimasa lalu, penilaian ulang
stressor, menggunakan sumber koping yang tersedia dan menerima tanggung jawab untuk
berubah.
Klien akan mengimplementasi kan dua respons adaptif untuk mengatasi ansietas - Bantu klien
mengidentifikasi cara untuk membangun kembali pikiran, memodifikasi perilaku, menggunakan
su,mber dan menguji respons koping yang baru
- Dorong klien melakukan aktivitas fisik untuk menyalurkan energi
- Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping dan dukungan sosial
- Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan percaya diri Individu dapat mengatasi stress
dengan mengatur distress emosional yang menyertainya melalui teknik penatalaksanaan stres

TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA


Tujuan tindakan untuk keluarga:
a.

Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.

b.

Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.

c.

Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.

d.

Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas.

e.

Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.

Tindakan keperawatan keluarga yang dapat dilakukan adalah:


a.

Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

b.

Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.

c.

Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.

d.

Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengakarkan teknik

relaksasi:
i)

Mengalihkan situasi

ii)

Latihan relaksasi

iii)

Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).

e.

Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan bagaimana merujuk

pasien.
f.

Terapi Aktivitas Kelompok.

Rencana Keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan:


1.

Cemas Berat atau Panik

Tujuan yang diharapkan:


a.

Klien terlindung dari bahaya.

b.

Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan barunya.

c.

Kien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan.

d.

Klien dapat mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala.

Rencana Tindakan Keparawatan:


a.

Lindungi klien dari bahaya:

1)

Bina hubungan terapeutik: terima terlebih dahulu kehendaknya dan beri

dukungan

klien dari pada melawan Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping
Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
2)

Beri umpan balik tentang: perilaku stress, penilaian stresor dan sumber koping perkuat

ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan emosi. Kemudian mulailah membuat
batasan perilaku mal-adaptif klien dengan cara mendukung.
b.

Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan:

1)

Lakukan cara yang tenang kepada klien

2)

Kurangi stimulasi lingkungan

3)

Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan menularnya cemas pada

orang lain.
4)

Identifikasi dan modifikasi situasi yang mempengaruhi kecemasan.

5)

Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik, seperti; mandi hangat, massage.

c.

Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan

1)

Dukung klien untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan ruangan,

merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara sosial.


2)

Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksas

3)

Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan.

4)

Libatkan keluarga atau sistem pendukung lainnya yang memungkinkan.

5)

Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejal-gejala cemas berat.

6)

Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.

7)

Amati efek samping obat.

2.

Cemas tingkat sedang

a.

Tujuan Umum

1)

Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas.

2)

Klien dapat mengenali penyebab cemas.

3)

Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif.

4)

Klien dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas.

Rencana Tindakan Keperawatan

1.

Identifikasi perasaan cemas.

a.

Bina hubungan saling percaya.

b.

Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

c.

Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan.

d.

Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari asumsi yang ada.

e.

Gunakan pertanyaan terbuka, kaitkan perilaku klien dengan perasaan klien.

f.

Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu)

2.

Kenali penyebab kecemasan klien

a.

Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului cemas.

b.

Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai yang terancam; timbulnya konflik.

c.

Hubungkan pengalaman klien sekarang dengan masa lalu

3.

Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif

a.

Gali bagaimana klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang

dilakukan.
b.

Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif.

c.

Dorong klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif.

d.

Beri tanggung jawab klien.

e.

Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor.

f.

Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat kita tidak

berhubungan.
4.

Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas

a.

Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali: pikiran positif; perilaku

adaptif, penggunaan sumber-sumer koping, dan menguji respon koping yang baru.

b.

Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan energi.

c.

Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan sosial.

d.

Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian diri, relevansi diri serta

mengurangi stress.
Manajemen Ansietas secara umum:
1.

Obat

Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan. Ini termasuk:
a.

Antidepresan. Obat-obat ini mempengaruhi aktivitas kimia otak (neurotransmitter)

diperkirakan memainkan peran dalam gangguan kecemasan. Contoh antidepresan digunakan


untuk mengobati gangguan kecemasan termasuk fluoxetine (Prozac), paroxetine (Paxil),
escitalopram (Lexapro), sertraline (Zoloft), venlafaxine (Effexor) dan imipramine (Tofranil).
b.

Buspirone. Ini obat anti-kecemasan dapat digunakan secara berkelanjutan. Seperti

kebanyakan dengan antidepresan , biasanya memakan waktu sampai beberapa minggu untuk
menjadi sepenuhnya efektif. Sebuah efek samping yang umum dari buspirone adalah perasaan
kepala ringan tak lama setelah meminumnya. Efek samping yang kurang umum termasuk sakit
kepala, mual, gugup dan insomnia.
c.

Benzodiazepin. Dalam keadaan terbatas dokter mungkin meresepkan salah satu obat

penenang untuk menghilangkan gejala kecemasan. Contohnya termasuk clonazepam (Klonopin),


lorazepam (Ativan), diazepam (Valium), chlordiazepoxide (Librium) dan alprazolam (Xanax).
Benzodiazepin biasanya digunakan hanya untuk menghilangkan kecemasan akut secara jangka
pendek. Karena mereka dapat membentuk kecanduan (adiktif), obat ini bukan pilihan yang baik
jika Anda punya masalah dengan penyalahgunaan alkohol atau obat (membuat Anda lebih rentan
terhadap kecanduan). Mereka dapat menyebabkan efek samping yang mencakup kantuk,
koordinasi berkurang, dan masalah dengan keseimbangan dan memori.

2.

Psikoterapi (TirtoJiwo,2012).

a.

Psikoterapi merupakan terapi bicara dan konseling psikologis. Psikoterapi menggarap

tekanan hidup dan kekhawatiran yang mendasari dan membuat perubahan perilaku. Psikoterapi
ini dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk mengatasi kegelisahan.
b.

Terapi perilaku kognitif adalah salah satu yang paling umum dari jenis psikoterapi untuk

gangguan kecemasan. Terapi perilaku kognitif berfokus pada pengajaran keterampilan khusus
untuk mengidentifikasi pikiran dan perilaku negatif dan menggantinya dengan yang positif
.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Carpenito, L.J., 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa : Yasmin

Asih. Editor Monica Aster, Jakarta : EGC.

2.

Carpenito, L.J.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC.

3.

Cutler, Howard C. 2004. Seni Hidup Bahagia. Alih Bahasa: Alex Tri Kantjono Widodo.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama


4.

David AT. 2004. Buku Saku Psikiatri.Ed.6. Jakarta:EGC.

5.

Herdman, T Heather. 2012. NANDA International, diagnosis Keperawatan definisi dan

klasifikasi. 2012-2014. Jakarta: EGC


6.

Keliat, Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,

Jakarta : EGC
7.

Mallapiang.2003.Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC.

8.

Potter Patricia A, Anne Griffin, P. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep

Klinis, Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Yasmin Asih dkk. Editor edisi bahasa Indonesi: Dewi
Yulianti.
9.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih, 2000. Jakarta : EGC.

10.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.

Edisi Pertama, Jakarta : CV, Sagung Seto.


11.

Ramaiah, Savitri. 2003. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:

Pustaka Populer Obor


12.

Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press

13.

Struart, G.W., Sundeen, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta: EGC

14.

Stuart & Sundeen.2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa: Achir Yani S

Hamid. Editor: Yasmin Asih. Cetakan 1. Jakarta: EGC.


15.

Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

16.

Townsend, M. C., 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3.

Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica Ester, Jakarta : EGC.


17.

Tirtojiwo. 2012. Anxiey (Kecemasan). http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/ kuliah-

anxiety.pdf diakses pada 25 Agustus 2014 pukul 18.57 WIB.

18.

Videbeck, S.J., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

19.

Wiramihardja, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika Aditama

20.

Yustinus, Semium. 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai