Anda di halaman 1dari 14

A. Subclavia dan A.

Carotis Communis

Kelompok C1
Beng Welem Alerbitu 102012087
Lili Juliani Hia 102012413
Siska Natalia 102013221
Andyno Sanjaya 102013313
Sari Budi Safitry 102014001
Elsa Noviranty 102014091
Leonardo Paraso 102014110
Mariska Nada Debora 102014139
Joanny Angganitha Telehala - 102014216

Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Tlp. 021- 56942061 Fax . 021-5631731

Abstract
The heart is a cardiovascular system that serves the process of transporting a variety of
substances to and from cells of our body through a blood vessel that serves as a channel and also
need blood as a medium of transport, apabilah one part of the disorder, the process of distribution of
various substances from the heart to all body or vice versa can not take place optimally. Blood vessels
as conduits substance that arteries and veins is divided into three parts, namely the large blood
vessels, medium and small.
Key words: heart, arteries, and veins.
Abstrak
Jantung merupakan sistem kardiovaskular yang berfungsi melakukan proses pengangkutan
berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh kita melalui pembuluh darah yang berfungsi sebagai
saluran dan juga membutuhkan darah sebagai media transport, apabilah salah satu bagian tersebut
mengalami gangguan maka proses penyaluran berbagai substansi dari jantung ke seluruh tubuh atau
sebaliknya tidak dapat berlangsung dengan optimal. Pembuluh darah sebagai penyalur substansi yaitu
arteri dan vena dibagi atas tiga bagian yaitu pembuluh darah besar, sedang dan kecil.
Kata kunci : jantung, arteri, dan vena.

Pendahuluan
Begitu banyak masalah kesehatan yang timbul yang diakibatkan karena terganggunya organ
penting dalam tubuh yaitu jantung. Mengapa jantung bisa menjadi salah satu penyebabnya? Apakah
yang menyusun dan terdapat dalam jantung sehingga dapat membuat seseorang yang jantungnya
bermasalah akan berbahaya terhadap kehidupan orang tersebut.
Jantung merupakan organ muskular yang sangat penting. Tanpa adanya jantung, maka manusia
tidak dapat hidup. Jantung merupakan sistem kardiovaskular yang berfungsi melakukan proses
pengangkutan berbagai substansi dari dan ke sel-sel tubuh kita melalui pembuluh darah yang
berfungsi sebagai saluran dan juga membutuhkan darah sebagai media transport, apabilah salah satu
bagian tersebut mengalami gangguan maka proses penyaluran berbagai substansi dari jantung ke
seluruh tubuh atau sebaliknya tidak dapat berlangsung dengan optimal. Begitu pentingnya sistem
kardiovaskular bagi kelangsungan hidup kita, sehingga kita pun harus mengetahui struktur dan
mekanisme apa yang dikerjakan atau terdapat di dalamnya.

Pembahasan
Arteri Subclavia
Arteri subclavia kanan merupakan cabang dari trunkus brachiocepalica sedangkan yang kiri
cabang dari arcus aorta. Melengkung dan menyilang atas costa I dan menjadi arteri axilaris. Letaknya
berdekatan dengan apex paru dan di belakang musculus scalenus anterior pada pangkal leher. 3
Cabang-cabang :
1. Arteri vertebralis : berjalan ke atas dan memasuki foramen tranversarium vertebra cervicalis
ke 6. Berjalan melalui foramina pada vertebra cervicalis lain dan sampai ke permukaan atas
tulang atlas. Di sini arteri berbelok kea rah medial dalam suatu alur sempit dan kemudian
memasuki rongga tengkorak melalui foramen magnum. Arteri ini bergabung dengan
pasangannya membentuk arteri basilaris. Arteri ini mempercabangkan arteri spinalis anterior
dan posterior yang turun untuk memperdarahi cerebellum dan medula. Arteri basilaris
berjalan ke depan pada permukaan bawah medula dan pons dan mempercabangkan arteri
cerebeli anterior inferior, yang menuju ke telinga dalam (arteri auditorius interna) dan batang
otak serta berakhir pada saat arteri ini bercabang menjadi arteri cerebeli superior dan cerebeli
posterior. Arteri cerebeli posterior akan beranastomosis dengan arteri communicans posterior.3
2. Trunkus costocervicalis : arteri kecil yang berjalan ke arah posterior untuk memperdarahi
otot-otot punggung. Arteri ini juga bercabang menjadi arteri thoracica superior. 3
3. Trunkus thyrocervicalis : bercabang menjadi arteri cervicalis superficialis dan arteri
suprascapularis dan kemudian berjalan ke medial sebagai arteri thyroidea inferior yang
menyilang arteri vertebralis sampai ke tengah batas posterior tyroid. Nerves laryngeus
recurrens bisa melewati depan atau belakang kedua cabangnya. 3
4. Arteri scapularis dorsalis : arteri ini turun sepanjang margo medialis scapula tetapi bisa juga
keluar bersama dengan arteri cervicalis superficialis. 3

Arteri Carotis Communis


Keluar dari arteri brachiocephalica di sebelah kanan dan arcus aorta di sebelah kiri. Keduanya
melewati leher dalam selubung carotis, bersama vena jugularis interna dan nerves vagus. Setinggi
batas atas cartilago tiroid, arteri ini terbagi menjadi dua yaitu arteriae carotis interna dan carotis
externa.3

Arteri Carotis Externa

Naik di leher sedikit di depan arteri carotis interna dan terbagi menjadi dua cabang terminal,
arteri maxilaris dan arteri temporalis superficialis, dalam glandula parotis. 3
Cabang-cabang :
1. Arteri thyroidea superior : berjalan ke bawah sisi faring sebelum berjalan ke depan kutub atas
glandula tyroid dimana arteri ini terbagi menjadi dua cabang. Cabang atas menyusuri batas
atas glandula ke arah isthmus dan yang bawah melewati bagian bawah batas posterior dan
beranastomosis dengan arteri thyroidea inferior. 3
2. Arteri lingualis : keluar setinggi ujung tanduk major hyoid dan melingkar ke atas sedikit
sebelum berjalan ke depan di sebelah profunda hyoglosus dan memasuki serta memasok
darah ke lidah. Lingkaran arteri ini yang atas disilang oleh nerves hipoglosus. 3
3. Arteri facialis : berjalan ke depan, di sebelah dalam mandibula, dimana arteri ini tertanam di
bagian belakang glandula submandibularis. Kemudian arteri ini melingkar di sekeliling batas
bawah mandibula dan sampai ke wajah. Di sini arteri facialis menempuh jalan berliku-liku di
sisi mulut dan sisi lateral hidung sampai ke angulus medialis mata di mana terjadi
anastomosis dengan cabang-cabang arteri oftalmica. Arteri ini memiliki cabang tonsilaris di
leher, cabang labialis superior dan inferior dan cabang nasalis. Terjadi berbagai percabangan
antara arteri facialis di sepanjang garis tengah dan dengan arteri lain di wajah. 3
4. Arteri occipitalis : berjalan ke arah belakang, di sebelah medial proccesus mastoideus dan
memperdarahi kulit kepala bagian belakang. 3
5. Arteri temporalis superficialis : muncul dari glandula parotis dan berjalan di depan telinga di
mana denyutnya bisa diraba. Arteri ini memasok darah ke kulit kepala bagian samping dan
dahi. 3
6. Arteri maxillaris : muncul dari glandula parotis dan berjalan di sebelah dalam dari colum
mandibula.

Berakhir

dengan

memasuki

fossa

pterygopalatina

melalui

fisurra

pterygomaxillaris. Cabang-cabang utamanya memasuki otot-otot lokal diantaranya adalah


arteri temporalis profunda yang menuju musculus temporalis dan :
-

Arteri alveolaris inferior : memasuki canalis mandibula untuk memasok darah ke gigi.
Arteri meningea media : berjalan ke atas dan melewati foramen spinosum. Di dalam
tengkorak arteri ini berjalan di sebelah lateral kemudian naik di os temporal squamosa
dalam suatu alur yang dalam, bersama dengan venanya. Cabang anterior lewat ke atas dan
cabang posterior ke belakang. Arteri ini memasok darah ke duramater dan tulang-tulang
cranium. Setelah terjadi trauma kepala, bisa terjadi pasokan darah yang menjadi pasokan
darah subdural, dengan gejala yang bisa tertunda sampai beberapa waktu setelah terjadi
cedera.

Cabang-cabang yang menyertai cabang nerves maxillaris di fossa pterygopalatina. 3

Gambar 1. Cabang Arteri Carotis Externa


Sumber: Google

Arteri Carotis Interna


Arteri carotis interna berasal dari percabangan arteri carotis communis. Pada arteri ini terjadi
pembesaran membentuk sinus carotis, suatu bagian yang sedikit melebar dan mengandung
baroreseptor yang dipersarafi oleh nerves glossopharyngeus pada dindingnya. Pada arteri ini juga
terdapat corpus carotis, suatu kemoreseptor yang dipersarafi oleh saraf yangsama dengan sinus
carotis. Arteri ini tidak memiliki cabang pada leher. Arteri ini memasuki rongga tengkorak melalui
canalis carotis di os temporal petrosa, disertai plexux sympaticus. Dalam tengkorak arteri ini berjalan
ke depan dalam sinus carotis kemudian berbalik menuju ke belakang di belakang processus klinoideus
anterior kemudian bercabang menjadi 3 cabang terminal. 3
Cabang-cabang :
1. Arteri ofthalmica : memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior dan nerves
nasonasiliaris. Memiliki cabang arteri centralis retina yang penting yang masuk ke nerves
opticus dan memasok darah ke retina. Ini adalah arteri yang paling ujung sehingga bila terjadi
penyumbatan dapat terjadi kebutaan. 3
2. Arteri cerebri anterior : melengkung mengelilingi corpus genu callosum dan memasok darah
ke permukaan anterior dan medial hemisfer cerebri. 3
3. Arteri cerebri media : melintasi sulcus lateralis di permukaan lateral hemisfer dan
memperdarahi

hemisfer

cerebri

(area

motorik

dan

sensorik

utama).

Ateri

ini

mempercabangkan arteri striata yang memperdarahi struktur dalam termasuk kapsula interna.
3

4. Arteri communicans posterior : arteri kecil yang berjalan ke belakang dan menyatu dengan
arteri cerebri posterior (cabang terminal arteri vertebra). 3

Mikroskopis Pembuluh Darah


Sistem vascular darah terdiri atas lingkaran pembuluh yang aliran darahnya dipertahankan oleh
jantung yang memompa terus-menerus. System arteri membentuk jalinan yang menuju kapiler yang
merupakan tempat utama pertukaran gas dan metabolit antara jaringan dan darah. System vena
mengembalikan darah dari kapiler ke jantung. Sebaliknya, system vascular limfe semata-mata adalah
system drainase pasif untuk mengembalikan cairan ekstravaskuler yang berlebihan, yaitu limfe,
kedalam sistem vascular darah. System vascular limfe tidak mempunyai mekanisme pompa intrinsik.
Keseluruhan system sirkulasi memiliki struktur dasar umum:

Satu lapis terdiri atas selapis sel epitel sangat gepeng yang disebut endotel,
ditunjang oleh membrane basal jaringan kolagen halu; mereka membentuk tunika intima.

Satu lapis muscular intermeiat, tunika media.

Satu lapis jaringan penyokong luar disebut tunika adventisia.

Jaringan dinding pembuluh besar tidak dapat disokong oleh difusi nutrient dari lumennya dan
karenanya dipasok oleh arteri kecil yang disebut vaso vasorum yang berasal dari pembuluh utama itu
sendiri atau dari arteri berdekatan. Vasa vasorum membentuk jalinan kapiler di dalam tunika
adventisia yang dapat meluas sampai ke dalam tunika media.
Pada arteri besar, tunika intima terdiri dari atas selapis sel endotel gepeng ditunjang oleh selapis
jaringan kolagen dengan banyak elastin berupa serat dan lembaran tidak utuh. Jaringan penyokong
subendotel menganung sebaran fibroblast dan sel lain dengan cirri struktur ultra mirip sel otot polos,
dikenal sebagai sel miointimal. Tunika media sangat tebal dan sangat elastis. Dengan perbesaran kuat,
tampak terdiri atas lembaran-lembaran elastin tidak utuh yang kosentris dipisahkan oleh jaringan
kolagen dan relative sedikit serat otot polos. Tunika adventisia berkolagen mengandung vaso vasorum
kecil, yang juga menembus sampai belahan luar tunika media.
Arteri sedang mempunyai struktur dasar yang sama dengan arteri elastis, namun jaringan elastisnya
hanya berupa lembaran elastis bertingkap, lamina elastika interna, memisahkan tunika intima dari
tunika media, dan lamina elastika eksterna yang kurang berbatas tegas pada perbatasan tunika
adventisia dan media. Tunika media terdiri atas selapis tebal otot polos yang tersusun melingkar,

terpulas kuning dalam mikrograf. Tunika adventisia lebar terutama terdiri atas kolagen dengan banyak
elastin, terpulas hitam dalam mikrograf.
Arteriol dapat didefinisikan sebagai pembuluh system arteri dengan diameter lumen kurang dari 0,3
mm, meskipun membedakan arteri muscular kecil dengan arteriol besar agak dipaksakan. Tunika
intima sangat tipis dan terdiri atas lapisan endotel, sedikit jaringan penyokong kolagen dan lamina
elastika interna tipis. Tunika media hampir seluruhnya terdiri atas sel otot polos dalam 6 lapis
kosentris. Tunika adventisia mungkin setebal tunika media dan menyatu dengan jaringan kolagen
sekitar. Tidak ada lamina elastika eksterna.
Pada arterio kelcil, tunika media masing-masing terdiri atas 2 lapis sel otot polos. Yang tampak dari
tunika intima adalah inti dari sel endotel gepeng. Adventisia secara berangsur menyatu dengan
jaringan penyokong sekitar. Jaringan penyokong berekatan dengan sejumlah akson simpatis
pengandung vesikel dan sebuah sel penyokong schwann. Lapis aventisia berangsur menyatu dengan
jaringan kolagen longgar di sekitarnya.
Kapiler terdiri dari selapis sel endotel gepeng yang melapisi lumen kapiler. Lapis sitoplasma tipis itu
sulit dilihat dengan mikroskop cahaya. Inti sel endotel gepeng menonjol ke dalam lumen kapiler; pada
sediaan potongan memanjang inti ini tampak memanjang sedangkan melintang tampak berbentuk
lebih bulat. Tidak terdapat lapis muscular dan adventisia. Sel-sel gepeng yang disebut perisit memeluk
sel endotel kapiler dan dapat berfungsi kontraktil.
Pada kapiler jenis utuh, 4 sel endotel tampak melingkari lumen kapiler, membrane plasmanya saling
merapat dan diikat oleh sebaran taut kedap fasia okludens. Lembaran sitoplama kecil disebut lipatan
marginal melintasi taut antar sel pada permukaan lumen. Endotel kapiler ditunjang oleh membrane
basal tipis dan serabut kolagen berdekatan. Sebuah perisit ini ditunjang oleh membrane basalnya
seniri. Ala jaringan penyokong berdekatan tampak sebuah fibroblas dan serabut kolagen berdiameter
lebih besar yang terpotong melintang dan memanjang.
Pada kapiler berfenestra hanya memiliki tunika intima dari sel-sel endotel, dan dikelilingi lamina
basal lengkap. Fenestra itu ditutupi suatu membran atau diafragma yang lebih tipis dari membran unit:
dikatakan mereka merupakan daerah yang memungkinkan pertukaran. Tetapi, pada glomerulus ginjal,
fenestra itu tidak ditutupi membran. Kapilar berfenstra terdapat pada kebanyakan kelenjar endokrin,
vili intestinales, pleksus koroideus ventrikel otak, dan glomus carotikum.
Sinusoid adalah kapiler berdiameter lebar yang ditemukan dalam hati, limpa, limfonous, sumsum
tulang belakang dan beberapa kelenjar endokrin. Umumnya sinusoid memiliki garis bentuk tidak
teratur, yang sesuai dengan susunan sel dari jaringan tempatnya berbeda.

Venula menyertai arteriol dan variasi diameter lumen antara 10 sampai 50m. Dindingnya hanya
terdiri atas tunika intima. Lapisan endotelnya utuh, seperti lamina basalnya. Sel-sel jaringan ikat
belum berdiferensiasi, yaitu perisit, terletak di dalam lamina basal: mereka sangat bercabang-cabang
dan cabangnya meninggalkan lamina basal dan berhubungan dengan sel-sel endotel. Tidak ada tunika
media dan adventisia pada venula.
Vena yang mempunyai katup terdiri dari tonjolan tunika intima dinding vena yang berbentuk setengah
lingkaran; tonjolan ini terdiri atas jaringan fibro-elastis yang kedua belahnya dilapisi endotel. Setiap
katip biasanya terdiri atas 2 lembaran, dengan tepian bebasnya mengarahke arah aliran darah. Katup
hanya terdapat pada vena berdiameter lebih dari 2 mm, terutama yang terdapat di tungkai.
Pada vena, tunika intima terdiri atas lapisan endotel plus; dalam vena yang tidak dipenuhi darah,
endotel ini mungkin melipat-lipat. Tunika media itu tipis bila dibandingkan dengan arteri dan terdiri
atas 2 atau lebih lapis serat otot polos yang tersusun melingkar. Tunika adventisia adalah lapis paling
tebal dari dinding pembuluh dan terdiri atas serat kolagen tebal tersusun memanjang yang menyatu
dengan jaringan kolagen.
Vena besar juga memiliki ketiga tunika, tetapi tunika adventisianya adalah yang paling berkembang di
antara macam-macam pembuluh darah. Mereka dilapisi endotel utuh. Tunika medianya mungkin tidak
ada atau jumlahnya tidak banyak: susunannya sama seperti vena biasa. Tunika adventisianya tebal dan
terdiri atas otot polos longitudinal, seratpserat kolagen dan elastin.
Pada dinding ventrikel, tunika intima jantung disebut endokardium, dan sukar diamati pada
pembesaran ini. Tunika media jantung disebut miokardium fan paling tebal pada dinding ventrikel.
Miokardium terdiri atas otot jantung, yang strukturnya cock dengan kebutuhan fungsional jantung.
Tunika adventisia jantung, epikardium dikelilingi ruang potensial, rongga perikardium, yang
dibungkus oleh kantong fibrosa, yaitu perikardium. Perikardium parietal melekat secara longgar pada
struktur mediastinal sekitarnya. Lapis parietal dan viseral dari perikardium saling bergeser dengan
bebas sehingga gerak jantung secara relatif tidak terganggu.
Serat purkinje merupakan sel-sel penghantar lebih besar dari sel miokard, dan kadangkala berinti 2.
Sitoplasma pucat yang luas mengandung relatif sedikit miofibril, yang tersusun secara tidak teratur
tepat di bawah membran plasma sel. Sitoplasma kaya glikogen dan mitokondria namun berbeda
dengan sel otot jantung lain. Sel-sel purkinje dihubungkan oleh desmosom dan taut rekah, bukan oleh
diskus interkalaris seperti pada miokard biasa.
Pada katup jantung, Derivat endokardium terdapat di pangkal aorta dan arteria pulmonalis atau di
antara atrium dan ventrikel. Katup terdiri atas jaringan ikat jarang sebagai pusatnya yang diapit di
antara jaringan ikat padat permukaan atas dan bawah katup. Permukaan katup dilapisi endotel. Katup

ini sebagian besar avaskular. Katup atrioventrikularis memiliki korda tendinea sebagai tambahan,
yang melekat pada belahan ventrikel. Bangunan ini terdiri atas berkas-berkas kolagen dengan
fibroblas di antaranya.

Fungsi Pembuluh Darah dan Strukturnya


Setelah membahas arteri dan vena dari ekstremitas superior, sekarang akan dibahas jenis pembuluh
darah. Dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis pembuluh darah. Arteri dan Arteriol, yang
membawa darah keluar dari jantung, selalu membawa darah segar berisi oksigen, kecuali arteri
pulmonalis yang membawa darah kotor. Arteri merupakan jalur cepat dan reservoir tekanan, yang
disebabkan oleh diameternya yang besar dan memiliki banyak serat kolagen dan elastin. Arteriol
merupakan pembuluh tahanan utama, hal ini dikarenakan arteriol memiliki diameter yang kecil selain
itu memiliki banyak otot polos dan memiliki banyak intervasi saraf adregenik simpatis. Radius dari
arteriol dapat mengalami vasokonstriksi/vasodilatasi. 2
Bila mengalami vasokonstriksi lumennya akan mengecil, sementara bila mengalami vasodilatasi maka
lumennya akan membesar, hal ini bergantung pada kebutuhan organ dan untuk mengatur tekanan
darah. Vasokonstriksi/vasodilatasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kontrol ekstrinsik dan
lokal, perubahan aktifitas metabolik, pengaruh fisik lokal, dan otoregulasi. Kontrol ekstrinsik
diperankan oleh sistem saraf simpatis dan hormon (epinefrin, norepinefrin, angiotensin II, dan
vasopressin). Kontrol ini berperan penting dalam pengaturan tekanan darah. saraf simpatis akan
mempersarafi semua arteriol kecuali pada otak. Sementara saraf parasimpatis hanya ada di penis dan
klitoris yang berfungsi untuk ereksi. Sementara kontrol lokal mempengaruhi perubahan diameter
arteriol karena perubahan dalam organ dengan cara langsung mempengaruhi otot polos arteriol.
Kontrol lokal mempengaruhi perubahan diameter dari arteriol karena adanya perubahan di dalam
organ dengan cara langsung mempengaruhi otot polos dari arteriol. Kontrol lokal dapat dibagi
menjadi: pengaruh kimiawi lokal yang merupakan aktivitas metabolik organ, serta penglepasan
histamine. Pengaruh fisik lokal yaitu paparan lokal terhadap panas/dingin, respon terhadap shear
stress, yaitu respon miogenik.
Perubahan aktifitas metabolik berfungsi untuk mengatur aliran darah sesuai dengan aktifitas dari
organ tersebut. Ini sangat penting untuk organ otot rangka, jantung dan otak. Apabila aktifitas
metabolik meningkat maka hasil metabolik pun ikut meningkat sehingga pembuluh darah akan
mengalami vasodilatasi. Sementara bila aktifitas metabolik menurun maka hasil metabolisme pun ikut
menurun sehingga pembuluh darah mengalami vasokonstriksi. Pengaruh fisik lokal bila panas
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi yaitu meningkatkan aliran darah ke area tertentu, bila

dingin maka akan mengalami vasokosntriksi. Bila shear stress (gesekan pada pembuluh) meningkat
maka endotel akan memproduksi NO sehingga akan terjadi vasodilatasi. Respon miogenik juga
mempengaruhi terhadap regangan. Bila regangan meningkat maka akan terjadi vasokonstriksi
sementara bila regangan menurun maka akan terjadi vasodilatasi. Respon miogenik dan perubahan
aktivitas metabolik penting untuk hyperemia reaktif dan otoregulasi. Otoregulasi merupakan
kemampuan organ untuk mengatur aliran darahnya sendiri walaupun terjadi perubahan pada tekanan
arteri rata-rata. Mekanisme dari otoregulasi ini diperankan oleh respon miogenik dan perubahan
komposisi kimiawi lokal. Kemampuan otoregulasi yang paling baik terdapat di otak, kemudian di
ginjal dan yang paling buruk di otot.
Kemudian terdapat venula dan vena yang membawa darah kotor ke jantung, kecuali vena pulmonalis
yang membawa darah bersih. Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat kecil dan di sanalah
arteriol berakhir dan venula mulai, sementara kapiler membentuk jalinan pembuluh darah dan
bercabang-cabang di dalam sebagian besar jaringan tubuh. Beberapa arteri tertentu, misalnya yang
membawa darah ke otak dan beberapa pembuluh darah pada paru-paru, hati dan limpa, tidak berakhir
dalam kapiler biasa. Menurut strukturnya, pembuluh darah dapat dibagi menjadi 3 jenis pembuluh
darah, yaitu:
a

Kapiler
Merupakan selapis sel endotel
Terdapat 2 jenis:
- kapiler fenestra
- kapiler kontinu
Fungsi: pertukaran bahan secara difusi melalui ruang antar sel.

Arteri
1 Arteriol
Tunika intima
- selapis endotel.
- jaringan sub-endotel tipis, kadang tidak ada.
- sabut elastis belum berupa membrana elastika.
Tunika media
- 2-5 lapis otot polos.
2

Arteri kecil
Tunika intima
- selapis endotel.
- jaringan sub-endotel tidak jelas.
- membrana elastika interna jelas.
Tunika media
- 6-40 lapis otot polos.
Tunika adventitia
- membrana elastika eksterna belum tampak.
- terdiri atas jaringan ikat kendor yang mengandung sabut-sabut elastis yang
teranyam kendor.

Arteri sedang
Tunika intima
- selapis endotel.
- membrana elastika interna jelas.
Tunika media
- lapisan otot polos sangat tebal arteri muscular.
Tunika adventitia
- jaringan ikat kendor.
- membrana elastika eksterna +.

2
3

Arteri besar
Tunika intima
- Endotel: Terdiri atas epitel selapis pipih.
- Subendotel: Terdiri atas jaringan fibro elastis
- Anyaman sabut elastis (+): Bila lapisannya tebal.
- Merupakan bentukan berkelok-kelok seperti cacing yang terdiri atas kumpulan.
- sabut-sabut elastis.
Tunika media
- otot polos 40-60 lapis berselang-seling dengan fenestrated membran.
Tunika adventitia
- vasa & nervi vasorum +.
Vena

Dinding tipis tekanan 1/10 arteri.

Jaringan elastis konstan karena aliran darah vena konstan.

Katup +.

Mudah direnggangkan sehingga dapat berfungsi sebagai reservoir.

Dinding vena tampak kendor.

Tunika media tidak berkembang.

Tunika adventitia lebih tebal & dominan.

Venule
* Tunika intima
- Selapis endotel.
* Tunika media
- Tipis, 1-3 lapis otot polos.
* Tunika adventitia
- Relatif tebal.
Vena kecil & vena sedang
Tergantung arteri pasangan.
Vena besar
* Tunika intima
- Selapis endotel.

- Jaringan subendotel agak tebal, kadang sabut otot polos membujur.


* Tunika media
- Tipis, kadang .
* Tunika adventitia
- Paling tebal, otot polos membujur.
- Membrana elastika eksterna.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aliran Balik Vena


Aliran balik vena (venosus return) mengacu kepada volume darah yang masuk kedalam tiap-tiap
atrium permenit dari vena. Adapun hal yang perlu diingat adalah besarnya laju aliran yang melalui
suatu pembuluh berbanding lurus dengan gradien tekanan dan berbanding terbalik dengan resistensi
pembuluh.
Tekanan rata-rata darah saat memasuki sistem vena hanya sekitar 17mmHg, tetapi karena
tekanan atrium mendekati 0 mmHg, maka masih terdapat gaya dorong untuk mengalirkan darah
melalui sistem vena.
Apabila terdapat keadaan patologis yang mengakibatkan tekanan atrium meningkat, maka
gradien tekanan dari vena ke atrium akan menurun dan mengakibatkan aliran balik vena menurun dan
terdapatnya bendungan darah di sistem vena. Ada beberapa hal yang mempengaruhi aliran balik vena,
yaitu:
1. Pengaruh Simpatis terhadap Aliran Balik Vena
Otot polos vena banyak disarafi serat saraf simpatis. Stimulasi saraf simpatis akan
menimbulkan vasokontriksi vena dan meningkatkan tekanan vena dan kemudian akan
meningkatkan gradien tekanan yang akan mendorong lebih banyak darah dari vena ke atrium.
Selain itu, vasokontriksi dari vena akan meningkatkan aliran balik vena dengan mengurangi
kapasitas vena.

2. Pengaruh Otot Rangka terhadap Aliran Balik Vena


Vena besar yang terdapat pada ekstremitas terletak di antara otot-otot rangka. Otot rangka
yang berontraksi akan menekan vena. Penekanan vena eksternal ini akan menurunkan kapasitas
vena dan meningkatkan tekanan vena, sehingga cairan vena akan terperas ke jantung. Efek
pemompaan ini yang dikenal dengan pompa otot rangka.

3. Pengaruh Katup Vena terhadap Aliran Balik Vena


Pada vena-vena besar terdapat katup-katup satu arah yang terdapat dalam jarak 2 cm sampai 4
cm. Katup-katup ini memungkinkan darah bergerak ke depan ke arah jantung dan mencegah darah
kembali ke jaringan. Katup vena ini juga melawan efek gravitasi dengan membantu mengecilkan
aliran balik darah.

4. Pengaruh Pernapasan terhadap Aliran Balik Vena


Akibat aktivitas pernapasan, tekanan di dalam rongga dada akan menjadi rata-rata 5 mmHg
dibawah tekanan atmosfer. Aliran darah balik vena dari ekstremitas akan mengalami perubahan.
Perubahan tekanan ini akan memeras darah dari vena-vena bagian bawah menuju ke vena dada
dan meningkatkan aliran balik vena. Hal ini dikenal dengan sebagai pompa respirasi.

5. Pengaruh Penyedotan Jantung terhadap Aliran Balik Vena


Selama kontraksi ventrikel, katup AV tertarik ke bawah mengakibatkan atrium semakin
mengembang dan menurunkan tekanannya sehingga gradien tekanan vena ke atrium akan
meningkat dan aliran balik vena juga meningkat.
Ekspansi cepat rongga ventrikel selama relaksasi ventrikel akan menciptakan tekanan negatif
yang akan meningkatkan gradien tekanan vena ke atrium ke ventrikel dan meningkatkan aliran
balik vena.
Semua peningkatan aliran balik vena ini akan meningkatkan volume diastolik akhir jantung
dan meningkatkan volume kuncup jantung dan pada akhirnya akan meningkatkan curah jantung.

Kesimpulan
Pria tersebut mengalami kerusakan di daerah articulation sternoclavicula dan cartilage thyroidea
sehingga mengalami perdarahan dan mengganggu sistem peredaran darah.

Daftar Pustaka
1. Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia. 2008.

2. Arif M. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Salemba Medika. 2008.
3. Omar F, David M. At a Glance Anatomi. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2005
4. Ronny, Setiawan, Sari Fatimah. Fisiologi Kardiovaskular. Jakarta : EGC. 2010
5. Gordon W.P. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC. 2008

Anda mungkin juga menyukai