Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT CT SCAN

Oleh :
Satria Dharma Setiawan 1518012117

Perseptor :
dr. Diah Ambarwati Sp.Rad, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
NOVEMBER 2015

PENDAHULUAN
Melaporkan seorang pasien wanita usia

69 tahun datang ke RSAY dengan keluhan

penurunan kesadaran sejak pagi sebelum masuk rumah sakit. Presentase kasus ini akan
menjelaskan tentang pemeriksaan radiologi pada Stroke Hemoragik.
LAPORAN KASUS
Penderita adalah seorang wanita usia 69 tahun, telah menikah dan mempunyai keluarga.
Penderita datang ke Rumah Sakit Ahamad Yani pada tanggal 15 November 2015 dengan
keluhan Penurunan Kesadaran sejak pagi sebelum masuk Ruma Sakit, Riwayat penyakit
Hipertensi (+), Diabetes Militus (+).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Tampak sakit Berat
Kesadaran : Somenolen
Tanda vital : TD 210/110 mmhg, Nadi :84x/mnt, RR: 26x/mnt, T: 36oC
Kepala : normochepal, penyebaran rambut normal, rambut tipis dan tidak mudah rontok.
Wajah simetris, tidak anemis, tidak ada ikterik, tidak ada pernafasan cuping hidung. Pupil
diameter 3 mm bulat anisokhor.
Leher: tekanan vena jugular Normal, kelenjar getah bening tidak teraba
Dada: bentuk dan gerak simetris, Jantung : ictus cordis teraba di Intercostalis 5 kiri, linea
midclavicularis sinistra, tidak ada kuat angkat, tidak ada thrill, batas jantung kanan linea
sternalis dextra, kiri linea midclavicularis kiri, atas intercostalis 3.
Pulmo: simetris, sonor-redup, ekspansi (+), vocal fremitus (+)
Abdomen: datar lembut, limpa tidak teraba, ruang traube kosong, nyeri ketok costo vertebrae
(-)
Ekstremitas : edema -/-, reflek kanan (-) kiri (-)

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Leukosit

: 16.34

Eritrosit

:4.20

Hemoglobin

: 12.2

Hematokrit

: 35,7

Trombosit

: 2,44

MCHC

: 34,2

MCH

: 29,0

MCV

: 89,5

Radiologi
Hasil CT Scan:
-

Tampak soft tissue extracranial baik


Batas white matter dan grey matter menegas
Tampak lesi hiperdens dengan perifocal oedem (+) di thalamus sinistri, masuk
keventrikel lateralis terutama sinistra, ventrikel III dan IV , mendorong lineamediana

kedextra sejaiuh I.K. 1,2cm


Systema ventrikel lateralis tertulis dan quartus melabar. Cysterna ambient menyempit
Tak tampak lelsi hipo/iso/ hiperdens di cerebellum
Sinus paranasale dan air cellulae mastoidea normodens
Sisterna tulang baik

Kesan:

Intracerbral hemorrhage di thalamus sinistra, intraventrikuler hemorrhage diventrikel


lateral bilateral terutama sisnistra ventrikel III, dan IV, menyebabkan herniasi subfalxine
kedextra I,K 1,2 cm

Diagnosa :
Stroke Hemoragik
Penatalaksaan

Infus Nacl 0,9 %


Citicolin 3x 50 gram
Kalnek 3x 50 gram
Ceftriakson 2x1 gram
Sahobion 1x1
Insulin
Ranitidin 2x4

PEMBAHASAN DAN DISKUSI


A. STROKE

Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan sebagai gangguan
fungsional otak yang terjadi mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global, berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian,
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Termasuk disini adalah perdarahan
sub araknoid (PSA), perdarahan intra serebral (PIS) dan infark serebral. Yang tidak
termasuk dalam definisi stroke menurut WHO adalah adalah gangguan peredaran
darah otak sepintas (TIA), tumor atau stroke sekunder yang disebabkan oleh trauma.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh perdarahan intrakranial non
traumatik. Pada strok hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
merusaknya.
Intracerebral hemorrhage (perdarahan intraserebral)
Perdarahan intraserebral sering terjadi di area vaskularis dalam pada lapisan hemisfer
serebral. Perdarahan yang terjadi kebanyakan pada pembuluh darah berkaliber kecil
dan terdapat lapisan dalam (deep arteries). Perdarahan intraserebral sangat sering
terjadi ketika tekanan darah tinggi kronis (hipertensi) melemahkan arteri kecil,
menyebabkannya menjadi pecah. Korelasi hipertensi sebagai kausatif perdarahan ini
dikuatkan dengan pembesaran vertikel jantung sebelah kiri pada kebanyakan pasien.
Hipertensi yang menahun memberikan resiko terjadinya stroke hemoragik akibat
pecahnya pembuluh darah otak diakibatkan karena adanya proses degeneratif pada
dinding pembuluh darah.
Subarachnoid hemorrhage (perdarahan subarakhnoid)
Perdarahan subarakhnoid biasanya dihasilkan dari luka kepala. Meskipun begitu,
perdarahan mengakibatkan luka kepala yang menyebabkan gejala yang berbeda dan
tidak dipertimbangankan sebagai stroke. Perdarahan subarakhnoid dipertimbangkan
sebagai sebuah stroke hanya ketika hal itu terjadi secara spontan, yaitu ketika
perdarahan tidak diakibatkan dari kekuatan luar, seperti kecelakaan atau jatuh.
a. Patofisiologi
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang

terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi
otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub
kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan
perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK
yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala
hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak
lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali
terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena
interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat
berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak
punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi
gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2
melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah
otak.

b. Faktor Risiko
1. Umur
: umur merupakan faktro risiko yang paling kuat untuk stroke
sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65, 70% terjadi pada mereka yang 65
tahun ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun diatas 55
tahun
2. Hipertensi : risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini
berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur dan untuk risiko perdarahan,
atherothrombotik dan stroke lakunar. Risiko stroke pada tingkat hipertensi sistolik
kurang dengan meningkatknya umur sehingga ia mampu menjadi kurang kuat
meskipun masih penting dan bisa diobati, faktor risiko ini pada orang tua.
3. Seks
: infark otakdan stroke terjadi sekitar 30% lebih sering pada laki laki
berbanding perempuan, perbedaan seks bahkan lebih tinggi seblelum usia 65 tahun.
4. Riwayat keluarga: terdapat lima kali lipat peningkatan prevalensi stroke antara
kembar monzigot dibandingkan dengna pasangan kembar laki laki dizigot yang
menunjukan kecenderungan genetik untuk stroke
5. Diabetes Militus : setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan diabetes
meningkatkan risiko stroke trombemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat
dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu
untuk mendpat iskemik.
6. Penyakit jantung: Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki
lebih dari dua kali lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi
jantungnya normal.
7. Merokok : beberapa laporan termasuk metaanalisis angka studi menunjukkan
bahwa merokok jelas menyebabkan peningkatan risiko stroke untuk segala usia
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan neurologis pada pasien stroke harus dilakukan dengan cepat karena
adanya periode kritis. Pola pernafasan pasien harus diawasi untuk menilai adanya
hambatan

nafas atau kegagalan pernafasan, harus dinilai juga kesadaran pasien

(biasa dengan GCS). Pemeriksaan neurologis lain berupa fungsi visual, fungsi faring
dan lingual, fungsi motorik, fungsi sensoris, fungsi serebellum, ataksia.
Gejala klinis stroke secara umum berupa kelumpuhan wajah atau anggota gerak
(hemiparesis) mendadak, gangguan sensibilitas, perubahan status mental, afasia.
Disartria, gangguan penglihatan, vertigo, nyeri kepala,mual,dan muntah. Tanda dan
gejala stroke berdasarkan lokasi kelainan adalah (a) Arteri serebri media : kelemahan
kontralateral, perubahan sensorik kontralateral, homonimus hemianopsia, aphasia
(MCA kiri), dysarthria (MCA kanan), kesulitan membaca, menulis,berhitung,
disorientasi partial (MCA kanan); (b) Sistem Vertebral-Basilar: vertigo, ataxia,
kelemahan kontralateral, diplopia, dysphagia.

d. Pencitraan
1. CT SCAN
Computer Tomography (CT) Scanner merupakan alat diagnostik dengan teknik
radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara melintang berdasarkan
penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada layar monitor tv hitam
putih.Tujuan utama penggunaan ct scan adalah mendeteksi perdarahan intra cranial,
lesi yang memenuhi rongga otak (space occupying lesions/ SOL), edema serebral dan
adanya perubahan struktur otak. Selain itu Ct scan juga dapat digunakan dalam
mengidentikasi infark , hidrosefalus dan atrofi otak. Bagian basilar dan posterior tidak
begitu baik diperlihatkan oleh Ct Scan. Ct Scan mulai dipergunakan sejak tahun 1970
dalam alat bantu dalam proses diagnosa dan pengobatan pada pasien neurologis.
Gambaran Ct Scan adalah hasil rekonstruksi komputer terhadap gambar X-Ray.
Gambaran dari berbagai lapisan secara multiple dilakukan dengan cara mengukur
densitas dari substansi yang dilalui oleh sinar X.

Gambaran Alat CT
Scan

a.

Cara kerja CT scan

CT scan memiliki prinsip kerja yang sama dengan sinar-X yang lain. Sinar-X akan
menyerap berbeda terhadap bagian tubuh yang berbeda pula. Tulang menyerap lebih
banyak sinar-X, sehingga tulang akan menunjukkan warna putih pada bayangan yang
ditampilkan. Air (dalam ventrikel cerebral, cairan dalam ruang tengah otak) menyerap
sedikit dan menunjukkan warna hitam. Otak agak padat dan menunjukkan warna abuabu. Pada stroke hemoragik akan menunjukkan warna lebih putih dibandingkan
dengan otak normal sedangkan pada iskemik
b.
Tujuan Pemeriksaan CT scan
CT scan merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan untuk mengevaluasi stroke,
terutama pada fase akut di ruang UGD. CT scan dapat menunjukkan ; jaringan lunak,
tulang, otak dan pembuluh darah. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan area otak yang
abnormal, dan dapat menentukan penyebab stroke , apakah karena insufisiensi aliran
darah (stroke iskemik), rupture pembuluh darah (hemoragik) atau penyebab lainnya.
CT scan juga dapat memperlihatkan ukuran dan lokasi otak yang abnormal akibat
tumor, kelainan pembuluh drah, pembekuan drah, dan masalah lainnya.
c.
Macam- macam Irisan / potongan pemeriksaan CT scan
Gambaran dari potongan CT scan kepala memperlihatkan dengan kjleas kielainan gais
penting yang diketahui adalah
Orbitomeatal line ( OM line)
Anthropological base line ( geman plane)
Reid base line ( infaobito meatal line)
Supraorbitomeatal line ( SM line)
d.

Gambaran CT scan pada kelainan kelainan intrakranial


Densitas dari lesi dibagi atas ( pada windaow level normal).
High density ( hipedens). Bila densitas lesi lebih tingggi dari pada

jaringan nomal sekitarnya


Isodensity ( isodens). Bila desitas lesi sama dengan jaringan sekitarnya
Low density ( hipodens). Memperhatikan gambaran CT Scan dengan
nilai absorbsi yang rendah sperti pada infark

Hemoragik Intracerebral
Hemoragik intraserebral terjadi akibat pecahnya mikroaneurimas arteri arteri kecil.
Pada CT Scan tampak area hiperdens homogen. Bila pemeriksaan CT Scan dilakukan
lebih dan 2 minggu sejak onset serangan, maka tampak gambaran enhancement

berbentuk cincin didaerah perifer hematome yang bisa menetap sampai 1 bulan pada
stadium kronis, makan area hematom akan jadi hipodens berbatas tegas karena
hematomnya telah diserap

Hemoragik subarachnoid
Terlihat daerah bebatas tegas dengan densitas yang meningkat dari subarachnoid
space externa. Terutama pada basal, interhemisphere dan citerna insula. Tanda tanda
ini akan teertutup lagi meskipun suatu peningkatan volume cerebri menekan
subarachnoid space. Dilain pihak perndarahan subarachnoid isodense di daerah
cisterna ambient dapat menyerupai susuatu cisterna yang tertekan yang disebabkan
oleh hernisasi transtentorial. Pada orang dewasa suatu klasisikasi pada flax dapat
mirip darah dalam fissura interhemispherem sedang pada anak < dari 16 tahun, suatu
kompresi di daerah interhemisphere dipandang sebagai suatu tanda khas perdarahan
subrachnoid. Gambaran CT scan pada perdahan sub arachnoit dapat seperti
perdarahan aneurismatic, merupakan masalah tersendiri apabila riwayat trauma yang
mendahui tidak diketahui.

Setelah dilakukan pemeriksaan radiologis kepada pasien dengan CT scan views, maka
didapatkan hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Hasil CT Scan:
-

Tampak soft tissue extracranial baik


Batas white matter dan grey matter menegas
Tampak lesi hiperdens dengan perifocal oedem (+) di thalamus sinistri, masuk
keventrikel lateralis terutama sinistra, ventrikel III dab IV , mendorong lineamediana

kedextra sejaiuh I.K. 1,2cm


Systema ventrikel lateralis tertulis dan quartus melabar. Cysterna ambient menyempit
Tak tampak lelsi hipo/iso/ hiperdens di cerebellum
Sinus paranasale dan air cellulae mastoidea normodens
Sisterna tulang baik

Kesan:
Intracerbral hemorrhage di thalamus sinistra, intraventrikuler hemorrhage diventrikel
lateral bilateral terutama sisnistra ventrikel III, dan IV, menyebabkan herniasi
subfalxine kedextra I,K 1,2 cm

B. Penatalaksanaan
1.

Konservatif

Amankan jalan napas dan pernapasan.

Keseimbangan cairan
2.

Operasi

Drainase hematoma drainase stereotaktik atau evakuasi operasi

Drainase ventrikular atau shunt

Evakuasi perdarahan malformasi arterivenous atau tumor

Memperbaiki aneurisma.

Kesimpulan:
Pasien wanita 69 Tahun dengan memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes Militus
dengan keluhan klinis berupa penurunan kesadaran. Penurunan Kesadaran sejak pagi
hari sebelum masuk RS. Ahmad Yani. Pada pemeriksaan fisik pasien tidak ditemukan
kelainan. Pemeriksaaandarah lengkapmenunjukkan hasil yang normal dan
dihubungkan dengan gambaran CT Scan, Maka pasien didiagnosa mengalami Stroke
Hemoragik

DAFTAR PUSTAKA
Putz R, Pabst R. 2006. Sobotta: Atlas of Human Anatomy. Volume 1: Head, Neck, Upper
Limb. Edisi 22. Elsevier GmbH, Munich.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
FKUI Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
Dina, Mariana. 2014. Awal Stroke Hemoragi [Referat]. Yogyakarta:UGM
Ekayuda, Iwan. 2011.Radiologi Diagnostik.Jakarta:FKUI.

Anda mungkin juga menyukai