Fisiologi Pascapanen Telur Ayam
Fisiologi Pascapanen Telur Ayam
Kelompok : 2
Rombongan : 1
Anggota Kelompok :
Mega Suliaswati
(A1M013018)
Siva Febidamara
(A1M013020)
Lia Indah F.
(A1M013022)
Dewi Rizqiyati
(A1M013024)
Farah Hana F
(A1M013026)
Muhammad Hadi
(A1M013028)
Reni Nur A
(A1M013030)
Khusnul Khotimah
(A1M013032)
Erni Astutiningsih
(A1M013038)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi
karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta
memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai
gizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah
telur dikonsumsi. Akan tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur juga
mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak .Oleh sebab itu perlu dilakukan
suatu tindakan atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca
produksi telur . Tindakan ini penting agar produksi telur yang dicapai dengan
segala usaha ini dapat sampai ke konsumen dengan kualitas yang masih tetap
baik.
Penurunan kualitas telur antara lain disebabkan masuknya mikrobamikroba perusak ke dalam isi telur melalui pori-pori kerabang telur, menguapnya
air dan gas karena pengaruh suhu lingkungan. Ruang penyimpan yang mlembab
akan menyebabkan kerabang berjamur. Daya simpan telur sangat pendek. Jika
dilakukan penyimpanan dalam suhu ruangan lebih dari dua minggu telur akan
mengalami kerusakan yang ditandai dengan kocaknya isi telur, bila pecah isinya
tidak menggumpal lagi dan putih telurnya menjadi lebih encer. Hal ini disebabkan
masuknya mikroba ke dalam telur melalui pori-pori kulit telur.
Kuning telur merupakan bagian telur terpenting, karena didalamnya
terdapat bahan makanan untuk perkembangan embrio . Telur yang segar kuning
telumya terletak ditengah-tengah, bentuknya hula dan warnanya kuning sampai
jingga Beberapa pendapat mengatakan bahwa makanan berpengamh langsung
terhadap warm kumng telur (mengandung pigmen kuning). Kuning telur memiliki
komposisi gizi yang lebih lengkap dibandingkan puith telur, yang terdiri dari air,
protein, lemak karbohidrat, vitamin dan mineral (Sarwono, 2001).
Putih telur terdiri 40% berupa bahan pada yang terdiri dan empat lapisan
yaitu : lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam clan
lapisan "Chalaziferous". Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat
ditandai dengan tingginya putih telur kental Hal ini menunjukkan bawa telur
kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian
ini lebih mudah cepat rusak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fisiologi telur ayam ?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada telur selama penyimpanan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui fisiologi telur ayam.
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada telur selama penyimpanan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Telur Ayam
a. Kulit Telur
Kulit telur merupakan lapisan terluar dari telur. Kulit telur berfungsi
untuk melindungi semua bagian telur dari kerusakan. Menurut Paula Figoni
(2008), kulit telur memiliki berat sekitar 11% dari jumlah total berat telur.
Meskipun terlihat keras dan menutupi seluruh isi telur, kulit telur memiliki pori
(porous). Hal ini yang menyebabkan bau telur, uap basah (moisture), dan gas
(terutama karbon dioksida) dapat keluar menembus kulit telur. Warnanya
terdiri atas cokelat maupun putih, ini berdasarkan dari perkembangbiakan
ayam. Ayam dengan bulu putih dan cuping merah menghasilkan telur dengan
kulit putih. Sedangkan, ayam dengan bulu berwarna merah dan cuping merah
akan menghasilkan telur dengan kulit kecokelatan.
Pembentukan kulit telur memerlukan waktu yang sangat lama pada uterus
di oviduct. Kandungan kalsium selama 4 jam pertama berkisar 2,2% yang
meningkat menjadi 5,6% setiap jam selama 16 jam berikutnya. Ayam betina
menggunakan pakan ternak dan rangka kalsium yang tersedia untuk
pembentukan kulit terluar telur. Sekitar 47%, rangka kalsium dialihkan untuk
pembentukan kulit terluar telur (Panda, 1995). Untuk ayam petelur, kandungan
kalsium harus lebih tinggi selama ternak itu masih memproduksi telur. Hal ini
karena dibutuhkan untuk pembentukan kulit terluarnya (Darmono, 1995).
Bila dilihat dengan mikroskop, maka kulit telur terdiri dari 4 lapisan,
yaitu:
1. Lapisan Kutikula
Lapisan kutikula merupakan protein transparan yang melapisi
permukaan kulit telur. Lapisan ini melapisi pori-pori pada kulit telur,
tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga keluarnya uap air dan gas
CO2.
2. Lapisan Busa
Lapisan ini merupakan bagian terbesar dari lapisan kulit telur.
Lapisan busa terdiri dari protein dan lapisan kapur (kalsium karbonat,
kalsium fosfat, magnesium karbonat, dan magnesium fosfat).
3. Lapisan Mamilary
Lapisan ini merupakan lapisan ketiga dari kulit telur. Terdiri dari
lapisan yang berbentuk kerucut dengan penampang bulat atau lonjong.
Lapisan mamilary sangat tipis dan terdiri dari anyaman protein dan
mineral.
4. Lapisan membran
Merupakan bagian lapisan kulit telur yang terdalam. Terdiri dari
dua lapisan selaput yang menyelubungi seluruh isi telur. Memiliki
ketebalan sekitar 65 mikron (Nasution, 1997).
Komposisi kimia kulit telur, yaitu :
a. Protein : 1,71%.
b. Lemak : 0,36%.
c. Air : 0,93%
d. Serat kasar 16,21%.
e. Abu 71,34% (Nasution, 1997).
Berdasarkan hasil penelitian, serbuk kulit telur ayam mengandung
kalsium sebesar 401 7,2 gram atau sekitar 39% kalsium, yang berbentuk
kalsium karbonat. Terdapat pula strontium sebesar 372 161g, dan zat zat
beracun (Pb, Al, Cd, dan Hg) yang terdapat dalam jumlah kecil. Selain itu, ada
juga V, B, Fe, Zn, P, Mg, N, F, Se, Cu, dan Cr (Schaafsma, 2000).
b. Putih Telur
Menurut Paula Figoni (2008),
albumen
telur.
Putih
telur
terdiri sepenuhnya
oleh
protein &
air.
Dibandingkan dengan telur kuning, telur putih memiliki rasa (flavor) &
warna yang sangat rendah. Putih
yang tinggi dalam komposisi telur mencapai 60% dari total berat telur.
Putih telur bersifat lebih alkalis dengan pH sekitar 7,6. Komponen utama dari
putih telur adalah protein, sedangkan lemak terdapat dalam jumlah kecil.
Protein putih telur utama terdiri dari ovalbumin, conalbumin, ovomucoid,
lizozime, dan globulin. Senyawa antimikroba yang terdapat pada telur
adalah lizozime, conalbumin, dan ovoinhibitor yang berfungsi untuk membantu
memperlambat proses kerusakan telur.
Albumen atau putih telur menyusun kira-kira 60% dari berat telur total.
Albumen terdiri dari 4 fraksi yaitu, lapisan chalaziferous (lapisan kental
dalam), lapisan encer dalam (inner thin layer), lapisan kental luar (firm gel-like
layer), dan lapisan encer luar (outher thin layer).
1. Lapisan Chalaziferous
Lapisan putih telur tebal daerah ujung-ujung telur mengalami
differensiasi membentuk benang-benang mucin. Benang-benang mucin ini
akan berputar membelit seperti tali yang menuju ke arah ujung telur dan
disebut chalaza. Chalaza ini sangat penting untuk menjaga kedudukan
kuning telur dan embrionya selama pengeraman.
Lapisan ini menyusun 3% albumen. Lapisan ini sangat kental tetapi
sangat tipis, mengelilingi yolk dengan rapat pada sisi yang berlawanan
dengan yolk, lanjutan dari selaput ini bercabang ke arah kedua ujung telur
sebagai chalaza. Chalaza tampak seperti pintalan tali yang berwarna
keputihan. Chalaza membantu menstabilkan yolk pada posisi sentris dan
menghambat naiknya atau menempelnya yolk ke cangkang bila telur berada
dalam keadaan istirahat.
bergerak ke funnel. Dalam funnel ini telur dibuahi atau tidak terus bergerak ke
magnum. Dalam funnel inui telur tinggal selama + 15 menit. Telur ini bergerak
karena adanya gerak peristaltik dinding oviduct. Pada magnum ini disekresikan
albumen yang kaya akan mucin sebanyak 50-60% dari putih telur seluruhny.
Kuning telur tinggal dalam magnum ini selama 2 jam 45 menit
16%,
dan
lipoprotein
12%,
sedangkan
protein
plasma
Penurunan berat telur, yang disebabkan oleh penguapan air dan sebagian
kecil oleh keluarnya CO2, NH3, N2 dan kadang-kadang H2S.
Bertambahnya diameter kantung udara. Kantung udara terbentuk diantara
membran kulit luar dan membran kulit dalam. Dengan demikian selama
proses penyimpanan volume ruang udara akan meningkat.
Pergeseran: Pada telur segar posisi kuning telur ditengah, makin lama
penyimpanan posisi kuning telur akan bergeser ke pinggir, bahkan semakin
lama telur disimpan kuning telur akan pecah yang disebabkan pecahnya
membran vitelin karena penurunan elastisitasnya dan penurunan
4.
5.
dalam air, hal ini disebabkan karena meningkatnya ukuran kantung udara.
Perubahan bau, aroma dan rasa. Peningkatan jumlah putih telur, karena
pergeseran air dari albumin ke kuning telur.
Selama dalam penyimpanan telur akan mengalami perubahan isi
jamur dan penyebaran air yang tidak merata pada kulit telur. Pe-rubahan yang
umum antara lain penguapan air dan CO2, pembesaran ruang udara, penurunan berat telur, penurunan berat jenis, pemecahan protein dalam telur,
terjadi perubahan dan pergerakan posisi kuning telur, pengendoran selaput
pengikat kuning telur, kenaikan pH putih telur, dan pe-nurunan kekentalan
putih dan kuning telur . (Kusnadi, 2007).
Menurut B.Sarwono; Bambang A.Murdjito dan Ani Daryanto (1985)
selama penyimpanan telr akan mengalami perubahan isi terus menerus
sehingga kualitas telur akan menurun. Kecepatan penurunan ini dipengaruhi
oleh kualitas awal, kondisi penyimpanan, suhu lingkungan, dan kelembaban.
Proses yang terjadi dalam telur selama penyimpanan adalah sebagai berikut :
1. Terjadinya penguapan gas asam arang
2. Kantong udara semakin membesar
3. Berat telur semakin berkurang
4. Berat jenis akan menurun
5. Terjadi pemecahan protein dalam telur
6. Selaput pengikat kuning telur menjadi kendor
7. Terjadi pergerakan kuning telur
8. PH semakin meningkat
9. Nilai kekentalan putih telur akan menurun
Bobot telur akan berkurang apabila lama disimpan, hal ini disebabkan
oleh adanya penguapan air yang berasal dari putih telur dan juga adanya
penguapan CO2, amonia, dan N2 dari dalam telur (Indratiningsih dan Setiyono,
1983). Penguapan selama penyimpanan akan menyebabkan ruang udara
semakin membesar dibanding dengan telur baru yang memiliki ruang udara
kecil. Selama penyimpanan, terjadi penguapan CO2 dari putih telur yang
mengakibatkan putih telur semakin encer dan melalui proses osmosis cairan
putih elur masuk ke dalam kuning telur sehingga kuning telur juga menjadi
encer (Romanoff & Romanoff, 1963)
Surya (2008) menyatakan bahwa air yang tertarik dari putih telur
menyebabkan kuning telur berubah. Bobot kuning telur bertambah, karena air
berpindah dari putih telur ke kuning telur. Kuning telur yang sebelumnya
cembung menjadi agak datar, karena berat jenis air yang lebih besar membuat
kuning telur telur kehilangan daya cembung. Indeks kekuningan pada telur
berkurang, karena penetralan warna karena bercampurnya air dengan kuning
telur tersebut.
Selain
adanya
perubahan
pada
putih
telur,
penguapan
yang
2.
3.
Simpan telur di dalam rak dan balik setiap 2 hari sekali. Ini untuk menjaga
kualitas telur tetap baik dan kuning telur tetap di tengah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Fisiologi pada telur ayam meliputi bagian-bagian dari telur ayam, yaitu
kulit telur, putih telur, dan kuning telur.
2. Perubahan yang terjadi selama proses penyimpanan telur adalah
a. Terjadinya penguapan gas asam arang;
b. Kantong udara semakin membesar;
c. Berat telur semakin berkurang;
d. Berat jenis akan menurun;
e. Terjadi pemecahan protein dalam telur;
f. Selaput pengikat kuning telur menjadi kendor;
DAFTAR PUSTAKA
Amelia
Gandamana.
2011.
Pengamatan
pada
Penyimpanan
Telur.
Belitz, H.D. dan W. Grosch, 1999. Food Chemistry. 2nd Ed, Springer, Berlin.
Darmono. (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Cetakan I.
Universitas Indonesia Press: Jakarta. Hal. 48-49, 76, 89.
Eskin, N.A. Michael and Fereidoon Shahidi. 2013. Biochemistry of Foods.
Elsevier. London.
Figoni, Paula (2008). How Baking Works: Exploring the Fundamentals of Baking
Science.John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-0-471-74723-9. Page 251.
Hadiwiyoto, S. 1993. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur .
Liberty,Yogyakarta.
Hardini SYPK. 2000. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Telur Konsumsi
dan Telur Biologis Terhadap Kualitas Interior Telur Ayam Kampung.
Abstrak Universitas Terbuka. Fakultas MIPA.
Indratiningsih dan Setiyono, 1983. Pengaruh Warna Kerabang dan Kemasan
Pastik serta Penyimpanan Terhadap Kualitas Isi Telur Konsumsi.
Fak.Peternakan Univ.Gajah Mada
Kurtini,
T.,
K.
Nova.,
dan
D.
Septinova.
2011.
Produksi
Ternak
dan
Irawati.
1990.
Pengetahuan
Bahan
Pangan
untuk