Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ACARA V
ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Disusun Oleh :
Nama
: Dayanti Haryono
NIM
: H1916005
Kelas
:A
Kelompok
:3
ACARA V
ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara V Zat Warna Tanaman dan Hewan
adalah :
1. Untuk melihat
pengaruh
perlakuan
dengan
cara
pemasakan,
penambahan asam, dan penambahan alkali terhadap warna buahbuahan dan sayuran.
2. Untuk melihat perubahan-perubahan pada daging lepas potong serta
pengaruh zat pengawet dan pemanasan terhadap zat warna daging.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Alat dan Bahan
Beker atau sering disebut sebagai gelas beker adalah sebuah
wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan cairan. Gelas beker biasanya berbentuk silinder dengan
dasar yang bidang dan tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 1 ml
sampai beberapa liter. Rak tabung reaksi adalah rak yang digunakan
untuk menyimpan tabung-tabung reaksi agar tersusun rapi. Tabung
reaksi adalah tabung yang digunkan untuk tempat mereaksikan zat-zat
kimia, terutama zat cair (Novel, 2012).
Neraca analitik yang digunakan dalam laboratorium pengantar
merupakan instrument yang akurat yang mempunyai kemampuan
mendeteksi bobot pada kisaran 100 g sampai dengan 0,0001 g ( 0,1
mg) Ini merupakan ketidaktentuan dari hanya 1 bagian per sejuta.
Sampai tahun 1950-an kebanyakan beraca ini adalah dua piring, yang
juga dirujuk sebagai neraca lengan sama. Kemudian munculah neraca
piring tunggal atau lengan taksama (kadang-kadang juga sering disebut
neraca beban konstan), yang merupakan pengganti dari neraca dua
piring. Sekarang neraca elektironik (juga disebut dengan neraca tenaga
elektronik), secara langsung menggantikan neraca mekanik, atau
neraca piring tunggal. Listrik digunakan untuk membangkitkan tenaga
magnetic yang menyeimbangkan beban-beban yang ditempatkan di
dalam piring neraca. Listrik yang diperlukan untuk membangkitkan
ini
skala
Fahrenheit,
suhu. Skala
sesuai
nama
floroglusin,
fosfor,
fitpsterol,
flavonol,
flavonoid,
daging
hewan
hasil
peternakan
tradisonal
yang
mengandung lemak tak jenuh ganda lima kali lebih tinggi per gramnya, dan mengandung sekitar 4% asam lemak omega-3. Daging hewan
hasil peternakan tradisional juga mengandung 10 kali lebih banyak
asam linoleat terkonjugasi (CLA) dibandingkan dengan daging hewan
hasil peternakan modern. CLA merupakan senyawa anti kanker dan
dapat menurunkan resiko penyakit jantung (Subroto, 2008).
Asam asetat atau lebih dikenal dengan nama asam cuka adalah
golongan asam katboksilat yang sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Asam asetat murni dikenal dengan nama asam asetat
glasial yang memiliki titik leleh 16,6oC. Dalam kehidupan sehari-hari,
asam cuka digunakan sebagai pemberi rasa asam pada makanan.
Didalam indutri makanan, asam cuka digunakan untuk menurunkan
PH. Asam cuka berfungsi sebagai pengawet yang di dalam industri,
asam asetat bisa digunakan pada pembuata serat selulosa asetat,
plastic, zat warna, obat-obatan, dan lain-lain (Sutresna, 2007).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang
larut dalam air (aqueous antioxidant). Senyawa ini, menurut Zakaria, et
al (1996), merupakan bagian dari sistem petahanan tubuh terhadap
senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel. Dalam keadaan murni,
vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan
rumus molekul C6H6O6. Vitamin C juga mudah teroksidasi secara
monosakarida,
tetapi
mengandung
gugus
enadional
(Winarsi, 2007).
2. Tinjauan Teori
Warna sayuran merupakan karakteristik sensori yang penting
dan dapat dijadikan indaktor kualitas sayuran.Pada tumbuhan, pigmen
utama
adalah
karotenoid,
fotosintesis.Karotenoid
yang
memiliki
ditemukan
kaitan
dengan
pada
jaringan
vitamin.Sebuah
sistem
hormonal.
Klorofil
juga
merangsang
Flavonoid
Senyawa
sangat
rfrltof
flavonoid
untuk
dapat
digunakan
mencegah
sebagai
penyakit
antosianidin
juga
mempengaruhi
warna
antisianidin
(Raharjo, 2013).
Antosianin adalah pigmen yang sifatnya polar dan akan larut
dengan baik dalam pelarut-pelarut polar. Oleh sebab itu dalam
penelitian ini dilakukan ekstraksi antosianin dengan pelarut campuran
air, ethanol dan asam asetat dengan perbandingan tertentu. Selanjutnya
hasil zat warna antosianin yang diperoleh dari perlakuan terbaik diuji
stabilitasnya terhadap pengaruh pH, kadar gula, kadar garam, suhu
pemanasan, waktu pemanasan dan pada pembuatan agar-agar dan jelly
karagenan (Winarti, 2008).
Berdasarkan penelitian Correns, gen pembentuk antosianin
dominan terhadap gen tanpa antosianin. Pigmen antosiani berwarna
merah jika berada dalam sitoplasma sel yang bersifat asam. Jika
sitoplasma bersifat basa, pigmen berwarna ungu. Sifat asam basa pada
sitoplasma ini dipengaruhi oleh gen lain. Gen penyebab sitoplasma
basa ini bersifat dominan (Firmansyah, 2007).
Antosianin terkenal sebagai elisit oksidatif, anti pembengkakan
dan pencegah kanker.Karakteristik komponen antosianin digolongkan
menjadi flavylium dasar dan substituent yang beragam.Macam
protonate dan diprotonate, hidrate dan bentuk isomer tergantung pada
pH lingkungan. Pada pH rendah < 2, antosianin berwarna oranye
hingga ungu, pH 4,5 menjadi tidak berwarna. pH 7 atau lebih menjadi
berwarna biru (Park et al, 2011).
diinjeksikan
sedang
sisanya
diaplikasikan
secara
pada
oksigenasi
mioglobin
akan
mengakibatkan
terbentuknya
3. Cara Kerja
Pengisian
dengan
a. Pengaruh Beberapa
Perlakuan
terhadap Zat Warna Buah/Sayuran
50 ml air
ledeng
dengan
pemanasan
terbuka
50 ml air
ledeng
dengan
pemanasan
tertutup
(beker 1)
(beker 2)
0,5 g
NaHCO3 +
50 ml air
ledeng
50 ml FeCl3
50 ppm
50 ml MgCl2
50 ppm
(beker 4)
(beker 5)
(beker 3)
2,5 ml asam
cuka 99% +
air ledeng 45
ml
(beker 6)
Daging
gr
Pengamatan warnanya
Dengan Curring
Daging 5
gr
Larutan
Curing I
Larutan
Curing II
(tabung
1)
(tabung
2)
Larutan
Curing
III
Larutan
Curing
IV
(tabung
3)
(tabung
4)
Perlakuan
Warna Larutan
Larutan :
Bening
pH
7.9
Bahan : orange
Larutan :
Bening
7.2
Bahan: orange
Larutan: Bening
Bahan:
orange
8.05
Wortel + MgCl2 50
ppm 25 ml
Wortel + 5 ml asam
cuka 99% + 50 ml
air ledeng
Bahan:
orange
Bahan:
orange pucat
5.26
5.97
Bahan:
orange pucat
Larutan :
Bening
Larutan :
Bening
6.62
Bahan:
Bahan:
orange
6.13
Larutan:
keruh
Larutan: Bening
3.13
Bahan: orange
8.43
Larutan:
Bening
kekuningan
Larutan: Bening
Wortel + FeCl3 50
ppm 25 ml
Sesudah Pemanasan
Warna
pH
Larutan
Larutan :
Bening
7.54
Bahan :
orange
Larutan :
Bening
7.12
Bahan:
orange
Larutan:
Keruh
3.14
Bahan:
orange pucat
MgCl2 pH awalnya 6,62 menjadi 6,13. Asam cuka dengan air ledeng pH
awalnya 3,13 menjadi 3,14.
Pada pemanasan terbuka dan tertutup setalah pemanasan tidak
terjadi perbedaan setalah pemanasan warna larutan dan bahan sama-sama
berwarna bening dan orange. Seharunya terjadi perbedaan anatar
pemanasan terbuka dan tertutup, karena oksidsi karetonoid. Seharsnya
pemansan terbuka warna bahannya lebih pucat dan air bening karena
karetonoid yang berada didalam cairan menguap bersama uap air,
sedangkan warna pemanasan tertutup lebih cerah. Penyimpangan yang
terjadi akibat pada saat pemanasan almunium foil yang ada pada gelas
beker terbuka.
Perlakuakan air ledeng dengan NaHCO3 warna larutan dan bahan
menjadi keruh dan orange pucat. FeCl warna larutan dan bahan menjadi
bening kekuningan dan orange pucat. Pada perlakuan MgCl2 tidak terjadi
perubahaan warna pada warna larutan dan bahan. Asam cuka dengan air
ledeng terjadi perubahaan warna menjadi larutan keruh dan bahan
orange. .Larutan asam menyebabkan pigmen warnanya susut karena
karotenoidnya telah banyak yang teroksidasi oleh katalis asam. Menurut
Winarno (2004), warna wortel yang berubah dari oranye menjadi oranye
muda disebabkan karena karoten banyak mengandung ikatan rangkap dan
akan berubah dari trans menjadi cis atau terputus dengan cara pemanasan
dan perlakuan asam sehingga warna bahan akan pudar dan warna larutan
akan menjadi bening kekuningan.
Perlakuan
13
Sebelum Pemanasan
Warna larutan
pH
Larutan :
7.98
Bening
Sesudah Pemanasan
Warna larutan
pH
Larutan :
7.13
Bening
Bahan : Hijau
13
13
13
13
13
Kacang panjang +
MgCl2 50 ppm 25 ml
Larutan :
Bening
Bahan : Hijau
Larutan :
Bening
7.89
6.89
Bahan: Hijau
kecoklatan
Larutan:
Bening
Bahan: Hijau
Larutan:
Bening
8.26
Bahan:
Hijau
Larutan:
Bening
8.17
Bahan:
Hijau
Larutan:
Bening
4.72
Bahan:
Hijau
Larutan :
Bening
7.34
Bahan:
Hijau
Larutan:
Bening
Bahan: Hijau
8.61
Bahan:
Hijau pudar
Larutan :
Bening
2.93
Bahan:
Hijau
kecoklatan
Larutan:
Bening
9.81
2.92
Bahan: Coklat
porpHyrin yang tersusun atas empat cincin pyroole. Setiap cicin pyrrole
tersusun atas empat atom karbon dan satu atom nitrogen. Nitrogen dari
keempat cicin pyrrole berikatan dengan satu atom magnesium yang
terletak di bagian tengah molekul. Klorofil mudah terdegradasi karena
suhu tinggi, kondisi asam, dan enzim. Klorofil b menunjukkan stabilitas
yang lebih tinggi dibandingkan klorofil a. Proses degradasi dari klorofil
melalui dua jalur. Jalur pertama diawali dengan lepasnya atom magnesium
membentuk feofitin, dilanjutkan dengan lepasnya fitol (C20H39OH)
membentuk pyropHeopHorbid. Jalur kedua dimulai dengan lepasnya fitol
membentuk klorofilid, dilanjutkan dengan lepasnya atom magnesium
membentuk pyrofeoforbid (Rauf, 2015).
Berdasarkan Tabel 5.2 sebelum pemanasan warna laruta dan bahan
yaitu bening dan hijau. Sedangkan untu pH berbeda-beda. Setalah
pemanasan warna larutan dan bahan ada yang berubah da nada yang tidak
berubah. Perlakuan air ledeng dengan pemanasan terbuka warna larutan
dan bahan tetap bening dab hijau, pH awalnya 7, 98 menjadi 7,13. Air
ledeng dengan pemanasan tertutup warna larutan dan bahan berubah
menjadi keruh dan hijau kecoklat, dan pH awalnya 7,98 berubah menjadi
6, 89. Perubahaan warna tersebut diakibatkan oleh rusaknya krofil pada
pemanasan. Air ledeng dengan NaHCO3 warnanya larutan dan bahan
menjadi hinau bening dan hijau, pHnya 8,26 menjadi 8,17. Perlakuan
FeCl3 menjadi keruh kuning dan hijau pudar, pHnya 4,72 menjadi 5, 61.
Perlakuakn MgCl2 warna laruran dan bahan menjadi bening dan hijau
kecoklatan, pHnya 7,34 menjadi 5,81. Asanm cuka dengan air ledeng
warnanya berubah menjadi keruh dan coklat, pHnya menjadi 2,93 menjadi
2,92. Perubahaan warna tersebut diakibatkan oleh krofil terdenaturasi oleh
pemanasan, asam. Sehingga sudah sesuai teori menurut Muctahadi (2011)
klorofil dalam sayuran dan buah-buahan mudah mengalami degradasi oleh
pengaruh panas, asam, alkali atau enzim.
Tabel 5.3. Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna
Bawang Merah
Kel
Perlakuan
Bawang Merah + air
ledeng 50 ml (P.
Sebelum Pemanasan
Warna larutan
pH
Larutan :
Bening
7.51
terbuka)
Bahan : ungu
Larutan :
Bawang Merah + air 50
Bening
ml (P. tertutup)
Bahan: ungu
Larutan:
Bawang Merah + 0,5 gr
Bening
NaHCO3 + air ledeng 50
Bahan:
ml
Ungu
Larutan:
Bening
Bawang Merah + 25 ml kekuningan
FeCl3 50 ppm
Bahan:
Ungu
Larutan :
Bawang Merah + 25 ml Putih bening
MgCl2 50 ppm
Bahan:
Ungu
Larutan:
Bening
Bahan: merah
7.47
Sesudah Pemanasan
Warna larutan
pH
Larutan :
Hijau keruh
7.17
Bahan : putih
Larutan :
Hijau keruh
6.99
Bahan: putih
Larutan: Hijau
8.19
Bahan:
Hijau
8.50
Larutan:
Jingga
5.2
5.60
Bahan:
Putih
Larutan :
Putih keruh
6.15
5.68
Bahan:
Putih
Larutan:
Merah muda
3.17
3.14
Bahan: Merah
muda
gulanya. Antosianin dengan metil atau fenil pada atom karbon nomor 4
memiliki stabilitas yang baik, bahkan stabilitasnya lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan pewarna merah sintetis (Moeksin & Stevanus,
2009).
Warna-warna merah, biru dan ungu yang terdapat pada buahbuahan, daun atau bunga suatu tanaman sebagian besar disebabkan oleh
adanya antosianin, suatu pigmen yang bersifat larut air. Warna yang
disebabkan oleh adanya antosianin dipengaruhi oleh: konsentrasi, pH dari
media atau adanya pigmen lain. Konsentrasi antosianin yang rendah
menyebabkan warna tidak merah melainkan ungu.Apabila konsentrasinya
sangat tinggi maka warnanya menjadi ungu tua atau mungkin
hitam.Pengaruh pH media sangat besar, pada pH rendah antosianin
berwarna merah, pH netral berwarna biru dan pH tinggi berwarna putih
(Muchtadi, 2011).
Berdasarkan Tabel 5.3 sebelum pemanasan warna larutan dan
bahan yaitu bening dan ungu, sedangkan pH-nya berbeda-beda. Air ledeng
terbuka warnanya menjadi hijau keruh dan putuh, pH-nya 7.51 menjadi
7,17. Air ledeng dengan pemanasan tertutup menajadi hijau keruh dan
putih, pH-nya 7,47 menjadi 6,99. Air ledeng dengan NaHCO3 menjadi
hijau dan hijau dan pH-nya 8,19 menjadi 8,50. FeCl 3 menjadi jingga dan
putih, sedangkan pH-nya 5,2 manjadi 5,60. MgCl2 menjadi putih keruh
dan putih, dan pH-nya 6,15 menjadi 5,68. Asam cuka dengan air ledeng
menjadi merah muda dan merah muda, pH-nya 3,17 menjadi 3,14. Saat
pemanasan antosianin konsentrasi gulanya menjadi naik sehingga kadar
asamnya menjadi turun.
Aplikasi zat warna dalam bidang makanan yaitu sebagai pewarna
alami pada makanan. Contohnya yang sering kita temui adalah nasi
kuning. Nasi kuning empunyai warna khas dengan nasi berwarna kuning
cerah. Warna kuning tersebut berasal dari kunyit. Kunyit ditambahkan
pada pemasakan nasi dengan santa dan diacuk. Pada pemanasan suhu
tinggi tersebut ekstrak dari dari kunyit akan kelur dengan sendirinya.
Keuntungan dari penggunaan zat warna alami makanan yaitu aman saat
dikonsumsi, mudah mendapatkannya, warna lebih menarik, dan terdapat
zat gizi.
Tabel 5.4. Pengaruh Beberapa Perlakuan terhadap Zat Warna Hewan
Kelompok
13
13
13
13
13
13
Perlakuan
Sebelum Pemanasan
0
5
10
15
Merah Merah Merah Merah
segar segar segar segar
Sesudah Pemanasan
5
10
Di udara
terbuka
Pemanasan
Merah Merah Merah Coklat Coklat Coklat
dengan
Coklat
segar pucat pucat pucat pucat pucat
aquades
Pemanasan
Merah Merah Coklat Coklat Coklat Coklat
dengan
Merah
pucat pucat pucat pucat pucat
muda
Curing I
Pemanasan
Merah Merah Coklat Coklat Coklat Coklat
dengan
Merah
pucat pucat pucat pucat pucat
muda
Curing II
Pemanasan
Merah Merah Coklat Coklat Coklat Coklat
dengan
Merah
pucat pucat pucat pucat pucat
muda
Curing III
Pemanasan
Merah Merah Coklat Coklat Coklat Coklat
dengan
Merah
pucat pucat pucat pucat pucat
muda
Curing IV
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan:
Larutan curing I : 0,1 g NaNO3 + 0,1 g NaNO2 + 0,005 g Vitamin C
Larutan curing II : 0,2 g NaNO3
Larutan curing III : 0,2 g NaNO2
Larutan curing IV : 0,2 g Vitamin C
Coklat tua
15
Coklat
Coklat
Coklat
Coklat
Nitrit
mampu
memberikan
flavor
yang
spesifik
terutama
Clostridium
Nitrat
mampu
memberikan
flavor
yang
spesifik
hasilnya basah. Dry curing, metode ini merupakan cara tradisional, daging
diselimuti garam dan disimpan pada suhu rendah. Garam akan memasuki
jaringan dan pada saat bersamaan,cairan akan keluar dari dalam daging.
Peresapan ke daging tidak optimal karena hanya ditaburkan. Wet and dry
banyak jika hanya menggunakan garam nitrit, oleh sebab itu biasanya
digunakan campuran garam nitrat dan garam nitrit. Garam nitrat akan
tereduksi oleh bakteri nitrat menghasilkan nitrit. Fungsi dari nitrit adalah
menstabilkan warna dari jaringan untuk mengkontribusi karakter dari
daging
curing,
R2N2.NO + HNO2
(Nitrosoamina karsinogenik)
larutan
garam,
lingkungan.
Suhu
pemanasan
akan
mempengaruhi proses curing, karena jika suhu terlalu tinggi atau rendah
maka proses curing tidak akan berhasil seperti yang diingin atau terjadi
penyimpangan. Oksigen yang ada pada daging akan mempertahankan
warna merah tapi jika dilingkungan terkontaminasi oleh bakteri maka akan
terjadi aktivitas mikroba yang dapat menyebabkan kebusukan pada
daging.
dianggap larutan curing yang sangat baik, jika konsentarasi nitrat yang
digunakan kurang dari semestinya dapat terjadi penyimpangan pada reaksi
nitrat dengan myoglobin.
Berdasarkan Tabel 5.4 pemanasan dengan aquades sebelum
pemanasan waktu 0 sampai 15 didapat warna dading secara berturut-turut
yaitu merah segar, merah pucat, merah pucat, merah pucat, merah pucat.
Setah pemanasan waktu 0 sampai 15 secara berturut-turut yaitu coklat
pucat, coklat pucat, coklat, coklat, coklat tua. Warna coklat tersebut
diakibatkan denaturasi dan terbentuk nitrosil hemokromogen sehingga
menghasilkan warna coklat stabit. Aquades pada curing berfungsi sebagai
penetral, sehingga aquades menetralkan warna pada pemanasan sehingga
mioglobin daging memudar.
Pemanasan dengan curing I sebelum pemanasan waktu 0 sampai
15 didapat hasil secara berturut-turut yaitu merah, merah pucat, merah
pucat, merah pucat. Setalah dilakukan pemanasan yaitu coklat pucat,
coklat pucat, coklat muda, coklat. Seharusnya berwarna merah karena
pemanasan dengan nitrat atau nitrit, globin akan terdenaturasi dan
menghasilkan nitrosil myoglobin yang berwarna pink dan selanjutnya
menghasilkan nitrosil hemokromagen yang berwarna pink lebih stabil.
Sehingga hasil praktikum tidak sesuai teori penyimpangan yang mungkin
dilakukan yaitu kadar nitrat, nitrit, vitamin C yang digunakan dalam
praktikuk terlalu berlebih dan terkontaminasi oleh lingkungan.
Pemanasan dengan curing II sebelum penamasan secara berturutturut yaitu merah, merah pucat, merah pucat, coklat pucat. Setah
pemanasan yaitu coklat pucat, coklat pucat, coklat muda, coklat. Warna
coklata setalah pemanasan karena penambahan NaNO3, nitrat akan
tereduksi menjadi nitrit dan NO yang mampu mereduksi Ferri menjadi
Ferro, sehingga warna daging menjadi coklat.
Pemanasan curing III sebelum pemanasan didapatkan hasil secara
berturut-turut yaitu merah, merah pucat, merah pucat, coklat pucat. Setalah
pemanasan didapat hasil coklat pucat, coklat pucat, coklat muda, coklat.
Hal ini dikarenakan nitrit bereaksi dengan alfa amino dari asam amino
dalam latutan garam natrium, nitrit menaikkan asam nitrus kemudian
menjadi nitrikoksida (Winarno, 2004).
Pemanasan curing IV sebelum pemanasan didapat hasil secara
berturut yaitu merah, merah pucat, merah pucat, coklat pucat. Sedangkan
setalah pemanasan didapat hasil secara berturut yaitu coklat pucat, coklat
pucat, coklat muda, coklat. Menurut Winarno (2004) warna merah
disebabkan karena penambahan vitamin C yang merupakan pencegah
teroksidasinya ferro menjadi ferri sehingga warnanya menjadi cerah.
Kemudian setelah dimasak akan berubah menjadi coklat gelap sebab untuk
merubah warna merah yang lebih pekat akan dihasilkank nitrosil
hemokromogen yang lebih pula, sehingga warna coklat lebih pekat dan
stabil, sehingga hasil praktikum sesuai teori.
Jika daging segar dipotong, warnanya adalah merah keunguan
dari mioglobin. Ketika berada didalam lingkungan beroksigen, maka
permukaan daging segar akan berwarna merah terang karena terjadinya
oksigenasi mioglobin menjadi oksimioglobin. Oksigen yang masuk
kedalam otot kemudian dipakai untuk reaksi biokimiawi didalam otot.
Kondisi ini menghasilkan gradien oksigen dari jenuh di permukaan sampai
nol pada beberapa cm didalam otot. Pada konsentrasi oksigen rendah (12%), atom fero (Fe+2) akan teroksidasi menjadi feri (Fe+3) dan sisi ikatan
keenam akan berikatan dengan air membentuk metmioglobin berwarna
coklat. Reaksi oksidasi fero menjadi feri bersifat reversible dan juga
terjadi pada bentuk mioglobin. Bentuk warna kimia daging segar yang
diinginkan
oleh
kebanyakan
konsumen
adalah
merah
terang
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini FD, Huri Y, dan Sigit SB. 2007. Eksilopedia Tokoh Fisika. Balai
Pustaka. Jakarta
Astawan, Made dan Andreas Leomitro. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan.
Gramedia. Jakarta
Bahar, Burhan. 2003. Panduan Praktikan Memilih Produk Daging Sapi.
Gramedia. Jakarta
Cruz-Garcia, Carlos De La., et al. 1997.The Effects of Various Culinary
Treatments on The Pigment Content of Green Beans (PHaseolus vulgaris,
L.). Food Research International, Vol. 30, No. 10, Hal:787
Farenia, Reni. Dkk. 2010. Ekspresigen Mioglobin dan Serum Kreatifosfokinase
pada Aktivitas Fisik Aerobik dan Anaerobik Sebagai Indikator Hipokisa
dan Kerusakan Jaringan Otot Tikus Wistar. Artikel JOG. Universitas
Padjajaran. Bandung
Firmansyah, Rikky, Agus Muwardi dan Umar Kiandi. 2007. Mudah dan Aktif
Belajar Biologi. Setia Purna Inves. Bandung
Handajani, Sri, Endang Setyorini, dan Danar Praseptiangga. 2010. Pengolahan
Hasil Pertanian: Teknologi Tradisional dan Terkini. UNS Press.
Surakarta
Health, Vita. 2006. Seluk Beluk Food Supplement. Gramedia. Jakarta
Iritani, Galuh. 2012. Vegetable Gardening. Indonesia Tara. Yogyakarta
Jaelani. 2007. Khasiat Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta
Kadri, Husnil. 2012. Hemoprotein dalam Tubuh Manusia. Jurnal Fakultas
Kedokteran. Unand
Komarudin, Omang. 2014. Solusi Smart Kimia. Cmedia. Jakarta
Kotecha, PM., and S.S. Kadam. 1998. Sweet Potato, in Handbook of Vegetable
Science and Technology (Salunkhe, D.K and S.S Kadam eds). Marcel
Dekker Inc. New York
Sutersna, Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Winarno. 2004. Kimia Pangan. Gramedia. Jakarta
Winarno. 2008. Kimia Pangan. Gramedia. Jakarta
Winarsih, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius.
Yogyakarta
Winarti, Sri. Dkk. 2008. Ekstraksi dan Stabilitas Warna Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
batatas L) Sebagai Pewarna Alami. Jurusan Tekni Pertanian. Fakultas
Teknologi Industri. UPN V Jawa Timur
Wirakusumah, Emma. 2005. Jus Buah dan Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta
LAMPIRAN GAMBAR