Anda di halaman 1dari 11

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

Setelah Belanda mundur dan meninggalkan Indonesia, ada beberapa hal yang terjadi:

Belanda menyingkir ke Australia.


Belanda membentuk dua buah organisasi Sekutu, yaitu AFNEI dan NICA yang memiliki
tugas utama:
Menerima penyerahan dari pasukan Jepang

Membebaskan para tawanan perang dan interniran


Melucuti dan mengumpulkan tentara Jepang untuk dipulangkan
Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai

Menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang di depan pengadilan serikat


AFNEI dan NICA datang ke Indonesia dengan tujuan untuk menguasai Indonesia kembali,
namun pada dasarnya nasionalisme di Indonesia telah muncul sehingga sulit untuk
dilakukan.

Penguasaan wilayah Indonesia bagian barat dilakukan oleh AFNEI (Allied Forces
of the Nederland East Indies) atau Sekutu di bawah pimpinan Laksamana Lord
Louis Mountbatten yang berkedudukan di Singapura.
Pasukan AFNEI terdiri dari tiga divisi, yaitu:
Divisi India ke-23, pimpinan Mayjen Hawthorn, bertugas di Jakarta dan Jawa Barat.
Divisi India ke- 5, pimpinan Mayjen EC. Mansergh, bertugas di Jawa Timur.
Divisi India ke-26, pimpinan Mayjen HM. Chambers, bertugas di Sumatera.
Karena AFNEI tidak sanggup mengontrol wilayah Indonesia yang begitu luas, maka
tentara Australia (Komando Pasifik Barat Daya) diminta menguasai wilayah timur
Indonesia di bawah pimpinan Letjen Albert Thomas Balmey yang diboncengi oleh NICA
(Netherlands Indies Civil Administration) di bawah pimpinan Letjen Van Mook.
Gerakan yang dilakukan Sekutu dan NICA di Indonesia:

16 September 1945, pasukan sekutu mendarat di Tanjung Priok.


30 September 1945, pasukan India (Gurkha) mendarat di Jakarta.
10 Oktober 1945, mendarat di Medan dan Padang.

20 Oktober 1945, mendarat di Semarang.


25 Oktober 1945, mendarat di Surabaya dan Palembang.

PERJUANGAN FISIK
Pertempuran 5 Hari Semarang (15-20 Oktober 1945), pertempuran ini dilatarbelakangi
oleh terbunuhnya dr. Karyadi yang sedang memeriksa air sungai yang diracuni oleh
pasukan Sekutu dan kaburnya seorang tawanan Jepang.
Pertempuran Surabaya (10 November 1945), pertempuran diprakarsai oleh
kedatangan NICA dan AFNEI ke Surabaya yang bertujuan untuk melucuti tentara
Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu yang dipimpin oleh Bridjen A.W.S.
Mallaby, yang kemudian ditawan dan dibunuh pasukan Indonesia karena
memperintahkan rakyat Indonesia khususnya Jawa Timur untuk menyerah yang
disebar melalui pamflet-pamflet.
Pertempuran Ambarawa (20 November-15 Desember 1945), pertempuran yang terjadi
antara pasukan TKR yang dipimpin Kolonel Jenderal Sudirman dengan Sekutu-Inggris
dan NICA.
Pertempuran Medan Area (Oktober 1945-April 1946), pertempuran yang terjadi di
Medan, Sumatera Utara yang didatangi dan dikuasai Sekutu-Inggris dan NICA yang
dipimpin oleh Brigjen T.E.D. Kelly sejak 9 Oktober 1945.

Bandung Lautan Api (23-24 Maret 1946), sejak tanggal 17 Agustus 1945, NICA dan
AFNEI menduduki Bandung bagian Utara dan meminta rakyat Bandung untuk
mengosongkan kota sejauh 11 km dari Bandung bagian Selatan. Pada akhirnya kota
Bandung Utara ditinggalkan dan dibakar agar tidak dapat digunakan oleh Sekutu.

Pertempuran Margarana (20 November 1946), diprakarsai oleh datangnya tentara


Belanda ke Bali pada 2-3 Maret 1946 yang memporakporandakan pasukan yang
dipimpin Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Pada tanggal 18 November, pasukannya
menyerang markas Belanda di kota Tabanan, dan kemudian pada 20 November,
Belanda melawan balik pasukannya di desa Margarana dan terjadilah Perang Puputan
yang menggugurkan seluruh pasukan I Gusti Ngurah Rai.

PERJUANGAN DIPLOMASI
Perundingan Linggarjati

Perundingan Linggarjati dilaksanakan di Kuningan, Cirebon pada 10-15 November 1946.


Dari pihak Indonesia diutus Sutan Sjahrir, dan dari pihak Belanda diutus Van Pool dan
Schremerhord, dan dari pihak penengah (Inggris) diutus Lord Killearn.
Isi perundingan Linggarjati:
Belanda hanya mengakui Jawa, Madura dan Sumatera sebagai wilayah Indonesia.
Belanda mengakui Indonesia sebagai serikat dengan nama RIS.
Dibentuknya Uni Indo-Belanda yang diketuai oleh Ratu Belanda.
Namun, Belanda melakukan pelanggaran perjanjian ini dengan menyerang wilayah
Indonesia melalui Agresi Militer Belanda I karena perbedaan penafsiran, sehingga
Belanda menyerang daerah pertahanan Indonesia.
Untuk menyelesaikan konflik, PBB membentuk Komisi Konsuler yang terdiri atas Amerika
Serikat, Inggris, Prancis, Belgia, Cina, dan Australia, dan Komisi Tiga Negara (KTN) yang
terdiri atas Australia (pilihan Indonesia) dengan wakil Richard Kirby, Belgia (pilihan
Belanda) dengan wakil Paul Van Zeeland, dan Amerika Serikat (pilihan keduanya) dengan
wakil Dr. Frank Graham.

Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di geladak kapal U.S.S. Renville milik AS
pada 8 Desember 1947 17 Januari 1948.
Dari pihak Indonesia diutus Amir Syarifudin, dan dari pihak Belanda diutus R.
Abdulkadir Wijoyoatmojo, dan dari pihak penengah adalah KTN.
Isi perundingan Renville:
Persetujuan gencatan senjata antara Belanda dengan Indonesia.
Menyelesaikan pertikaian secara damai melalui bantuan KTN.
Kedaulatan Indonesia sementara ada pada pihak Belanda, dan selanjutnya
akan diserah pada Negara Indonesia Serikat, dimana:
o Di antara wilayah RI dan pendudukan Belanda dibuat garis batas daerah
(demarkasi) yang disebut garis Van Mook.
o TNI ditarik dari kantong-kantong gerilya ke wilayah RI.

Namun, Belanda melakukan pelanggaran perjanjian ini dengan menyerang kota


Yogyakarta melalui Agresi Militer Belanda II serta melakukan penangkapan
terhadap presiden, wakil presiden, panglima tertinggi dan menteri pertahanan.

Namun, sebelum ditawan Soekarno sempat mengirimkan radiogram kepada


Menteri Kemakmuran, Syafruddin Prawinegara untuk membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 19 Desember 1948.
PBB kemudian membentuk UNCI (United Nations Commission for Indonesia)
dengan pimpinan Merle Cohran untuk menyelesaikan masalah rumit yang dialami
Indonesia-Belanda.

Melalui politiknya, Belanda membuat negara-negara boneka di Indonesia melalui


pembentukan negara-negara bagian dalam wilayah Republik Indonesia. Tujuannya
adalah agar dapat mengepung kedudukan pemerintahan RI atau mempersempit
wilayah kekuasaan RI.
Negara

Waktu Berdiri

Wilayah

Wali Negara

Negara Indonesia
Timur

Desember 1946

Negara Sumatera
Timur

16 Februari 1947 Medan dan sekitarnya

Dr. Mansur

Negara Sumatera
Selatan

30 Agustus 1948

Palembang dan sekitarnya

Abdul Malik

Negara Jawa
Timur

26 November
1948

Jawa Timur dan sekitarnya

R.T. Kusumonegoro

Negara Pasundan

26 Februari 1948 Jawa Barat, Priangan dan


sekitarnya

R.A.A.
Wiranatakusumah

Negara Madura

16 Januari 1948

Madura dan sekitarnya

Cakraningrat

Daerah-daerah
otonom

1946-1949

Kalimantan, Jawa Tengah,


Bangka, Belitung, Riau, dll.

Sultan Hamid II

Sebelah timur selat Makassar Cokorda Gde Raka


dan selat Bali
Sukawati

Perundingan Roem-Royen

Perundingan Roem-Royen adalah perundingan yang dibuat setelah Serangan


Umum 1 Maret 1949 I Yogyakarta. Perundingan ini dibuat dengan tujuan untuk
mencapai Konferensi Meja Bundar untuk penghentian perang.
Dari pihak Indonesia diutus M. Roem, dari pihak Belanda diutus Van Royen, dan dari pihak
penengah adalah UNCI.
Isi perundingan Roem-Royen:
Pengembalian pemerintahanan Republik Indonesia ke Yogyakarta dilaksanakan tanggal
24 Juni 1949.
Perintah penghentian perang gerilya.

Konferensi Meja Bundar akan dilaksanakan di Den Haag.


Konferensi Meja Bundar (KMB)
Isi KMB:

Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai RIS.


Hutang-hutang Hindia Belanda sejak 1942 dipikul RIS.
RIS mengembalikan hak milik Belanda dan memberi hak konsesi and izin baru untuk
perusahaan Belanda.
Status Karesidenan Irian Barat dibicarakan setahun kemudian.

Konferensi Meja Bundar (KMB)


Perundingan Roem-Royen adalah perundingan yang dibuat setelah Serangan
Umum 1 Maret 1949 I Yogyakarta. Perundingan ini dibuat dengan tujuan untuk
mencapai Konferensi Meja Bundar untuk penghentian perang.
Dari pihak Indonesia diutus M. Roem, dari pihak Belanda diutus Van Royen, dan
dari pihak penengah adalah UNCI.
Isi perundingan Roem-Royen:
Pengembalian pemerintahanan Republik Indonesia ke Yogyakarta dilaksanakan
tanggal 24 Juni 1949.
Perintah penghentian perang gerilya.

KMB akan dilaksanakan di Den Haag.

Anda mungkin juga menyukai