Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS KANKER PARU


DI RUANG JAMRUD RSUD MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN

OLEH
VERONA MAHARATHI
113063J116050

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2016

I.

KONSEP TEORI
a. Pengertian
Kanker paru (Cancer of the Lung) adalah kanker yang muncul dari sebuah sel
epitel tunggal yang bertransformasi di dalam jalan napas trakeobronkial. Karsinogen
(asap rokok, gas radon, agens okupasional dan lingkungan lain) merusak sel,
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan abnormal menjadi tumor ganas
(Brunner & Suddarth, 2013).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2011).
Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi bisa
juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-paru(Suryo,
2010 : 27).
b. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Menurut Muttaqin (2011) penyebab kanker
paru antara lain:
1) Rokok
Penyebab kanker paru-paru yang pertama adalah rokok, kanker paru-paru
berhubungan erat dengan rokok. Sekitar 90% kanker paru-paru terjadi sebagai
akibat dari konsumsi tembakau. Resiko terjadinya kanker paru-paru meningkat
seiring jumlah rokok yang anda hisap dari waktu ke waktu. Dokter menyebut
resiko ini dalam "pack-years of smoking history" (berapa bungkus rokok yang
anda hisap per hari dikalikan dengan berapa tahun anda merokok).
Pipa cangklong atau cerutu juga dapat menyebabkan kanker paru-paru
walaupun resikonya tidak setinggi rokok. Seseorang yang menghisap 1 bungkus
rokok per hari memiliki resiko kanker paru-paru 25 kali lebih besar dibandingkan
dengan mereka yang tidak merokok. Sedangkan mereka yang menghisap pipa
cangklong atau cerutu hanya memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok.

Rokok tembakau mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, beberapa di


antaranya telah terbukti bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). 2
karsinogen utama dalam rokok tembakau adalah zat kimia yang dikenal sebagai
nitrosamin dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). Resiko terjadinya
kanker paru-paru menurun setiap tahun setelah berhenti merokok karena sel-sel
normal berkembang dan menggantikan sel-sel paru-paru yang rusak akibat rokok.
Resiko terjadinya kanker paru-paru bagi mereka yang dulunya merokok baru akan
mulai mendekati resiko terjadinya kanker paru-paru pada mereka yang tidak
pernah merokok sama sekali, setelah sekitar 15 tahun berhenti merokok.
2). Perokok pasif
Penyebab kanker paru-paru yang yang kedua adalah perokok pasif, yaitu
seseorang yang tidak merokok namun menghirup asap rokok tembakau dari
perokok yang berada dalam lingkungan yang sama, juga mengalami peningkatan
faktor resiko terjadinya kanker paru-paru. Penelitian menunjukkan perokok pasif
memiliki peningkatan resiko kanker paru-paru sebesar 24% jika dibandingkan
dengan mereka yang hidup di lingkungan bebas rokok.
3) Asbestos
Serat asbestos adalah serat silikat yang dapat bertahan seumur hidup dalam
jaringan paru-paru. Lingkungan kerja adalah tempat yang umum untuk terpapar
serat asbestos, karena asbes dipergunakan secara luas di masa lalu sebagai bahan
isolator panas dan penyekat suara. Saat ini, penggunaan asbes dibatasi bahkan
dilarang di beberapa negara, seperti di Amerika Serikat. Kanker paru-paru dan
mesothelioma (kanker pada pleura (lapisan pembungkus paru-paru) atau
peritonium (lapisan rongga perut) dihubungkan dengan serat asbestos. Merokok
meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru pada pekerja yang
terpapar serat asbestos secara drastis. Pekerja yang terpapar serat asbestos dan
tidak merokok memiliki resiko kanker paru-paru 5 kali lipat. Sedangkan jika ia
merokok resikonya menjadi 50 90 kali lebih besar.
4)

Gas radon
Gas radon adalah gas alam yang inert (non reaktif), berasal dari uranium
yang meluruh dan memancarkan radiasi ionisasi. Gas radon dikenal sebagai
penyebab kanker paru-paru, dengan perkiraan sekitar 12% kematian (15.000
22.000 orang per tahun) akibat kanker paru-paru disebabkan olehnya. Gas radon

dapat keluar dari dalam tanah dan memasuki rumah melalui fondasi, lantai,
dinding, langit-langit, saluran air maupun celah lainnya. Gas radon tidak dapat
terlihat dan tidak berbau, namun dapat dideteksi dengan tes sederhana.
5).

Kecenderungan genetik
Penyebab kanker paru-paru kelima adalan kecenderungan genetik.
Walaupun mayoritas kanker paru-paru dihubungkan dengan rokok tembakau,
fakta bahwa tidak semua perokok akhirnya terserang kanker paru-paru
menunjukkan faktor lainnya seperti faktor genetik mungkin berperan dalam
menyebabkan kanker paru-paru.

6).

Riwayat kanker paru-paru sebelumnya


Orang yang selamat dari kanker paru-paru, memiliki resiko yang lebih besar
untuk terserang kanker paru-paru kembali. Orang yang selamat dari Non-Small
Cell Lung Cancer (NSCLC) memiliki resiko tambahan 1-2% per tahun untuk
terserang kanker paru-paru kembali, sedangkan orang yang selamat dari Small
Cell Lung Cancer (SCLC) resikonya mendekati 6% per tahun.

7).

Polusi Udara
Polusi udara dari kendaraan bermotor, industri, dan pembangkit tenaga
listrik dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker paru-paru. Lebih dari
1% kematian akibat kanker paru-paru diperkirakan sebagai akibat dari polusi
udara. Para ahli yakin bahwa terpapar udara yang berpolusi tinggi
berkepanjangan dapat memberi resiko yang sama dengan perokok pasif.

Faktor Risiko Kanker Paru antara lain (Muttaqin, 2011) :


a)

Laki-laki

b)

Usia lebih dari 40 tahun

c)

Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)

d)

Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif)

e)

Radon dan asbes

f)

Lingkungan industri tertentu

g)

Zat kimia, seperti arsenik

h)

Beberapa zat kimia organik

i)

Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan

j)

Polusi udara

k)

Kekurangan vitamin A dan C

c.

Tanda dan Gejala


Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai keluhan
napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera memeriksakan diri ke
dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit
pada umumnya. Berikut gejala kanker paru (Tim CancerHelps, 2010) :
1) Terjadi sesak napas.
2) Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).
3) Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.
4) Batuk berdarah.
5) Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.
6) Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.
7) Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.
8) Bengkak di bagian leher dan wajah.

d. Epidemiologi
Di seluruh dunia, kanker paru merupakan kanker paling umum dari segi insiden
dan mortalitas. Pada 2008, terdapat 1,61 juta kasus baru, dan 1,38 juta kematian akibat
kanker paru. Tingkat tertinggi ada di Eropa dan Amerika Utara. Segmen populasi yang
paling mungkin menderita kanker paru adalah orang berusia di atas 50 tahun yang
mempunyai riwayat merokok. Berlawanan dengan tingkat mortalitas pria, yang mulai
menurun lebih dari 20 tahun yang lalu, tingkat mortalitas kanker paru wanita telah
meningkat dalam dekade terakhir, dan baru saja mulai stabil. Di AS, risiko seumur hidup
untuk terkena kanker paru adalah 8% pada pria dan 6% pada wanita (Wikipedia, 2016).
e.

Patofisiologi Kanker Paru


Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke strukturstruktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak dan tulang rangka (Brunner & Suddarth, 2013).

Pathway Kanker Paru (Ca of the Lung)

f. Klasifikasi Kanker Paru


Menurut Tim CancerHelps (2010), kanker paru terdiri atas dua jenis yaitu, Small
Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC). Lebih dari 80%
kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma,
squamosa dan karsinoma sel besar.
1) Non-Small Cell Lung ( NSCLC)
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
a) Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum terjadi.proses ini
berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis
kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.
b) Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel sel
yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih
umum terjadi.
c) Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di sebut
undiferentiated carcinoma.
2) Small Cell Lung (SCLC)
Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.
g.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada kanker paru antara lain (Suryo, 2010) :
1.

Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)


a). Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau
nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b). Terapi Obat
Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat
golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan edema.
c).

Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker,
terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga

digunakan bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya


diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :

Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.

Etoposide dan Cisplatin

Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.

d). Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat
imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.
e). Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:

Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.

Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami


pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.

Klien kanker bronkhus dengan oat cell.

Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.


Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.

Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari.

2.

f.

Terapi Laser

g.

Torakosentesis dan Pleurodesis

Pembedahan (Surgical Management)


a.

Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,


dan karsinoma sel besar undifferentiated.

b.

Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga kriteria
berikut:
Karakteristik biologis tumor
Letak tumor dan pembagian stadium klinik
Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2012).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kanker paru (NANDA, 2013) :
1). Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea
karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2). Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava), takikardi/ disritmia dan jari tabuh
Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).
3). Integritas ego.
Gejala : Perasaan taku. Takut hasil pembedahan dan menolak kondisi yang berat/
potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang ulang.
4). Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), dan peningkatan
frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal dan tumor epidermoid)
5). Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, dan haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil), dan glukosa dalam
urine (ketidakseimbangan hormonal dan tumor epidermoid).
6). Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu/
tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma dan nyeri abdomen hilang
timbul.
7). Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum, nafas pendek, serak, paralisis pita suara dan riwayat merokok.
Tanda : Dispnea, peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi), krekels/
mengi menetap, pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi), dan hemoptisis.

8). Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada, kemerahan, dan kulit pucat (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil)
9). Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar), dan
amenorea/ impoten (ketidakseimbangan hormonal).
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan jumlah
sekret/viskositas paru.
3) Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis
c. Intervensi dan rasional
1). Gangguan pertukaran gas
Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
-

Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam


rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.

Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.

Intervensi :
a) Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau upaya
pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional

: Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan

nafas.
b)

Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan,
misalnya krekels, mengi.
Rasional

: Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area

yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan


sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi
adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan
mukus/ edema serta tumor.

c) Kaji adanmya sianosis


Rasional

: Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis.

Sianosis sentral dari organ hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga
adalah paling indikatif.
d) Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional

: Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.

e) Awasi atau gambarkan seri GDA.


Rasional

: Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar

evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.


2). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Dapat dihubungkan :
- Kehilangan fungsi silia jalan nafas
- Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
- Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
- Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
- Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a) Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional

: Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal

menunjukkan peningkatan upaya bernafas.


b) Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan adanya.
Rasional

: Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi

cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus.


c)

Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif atau tidak efektif), juga
produksi dan karakteristik sputum.

Rasional

: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi

gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental dan berdarah.
d)

Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai

kebutuhan.

Rasional

: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein

dipengaruhi.
e) Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk
efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi, hipertensi, tremor dan insomnia.
Rasional

: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan

viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret.


Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
3). Ketakutan/Anxietas.
Dapat dihubungkan :
- Krisis situasi
- Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan, takut mati.
- Faktor psikologis.
Kriteria hasil :
- Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya.
- Mengakui dan mendiskusikan takut.
- Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani.
- Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif.
Intervensi :
a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional

: Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.

b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan.


Rasional

: Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan

energi.
c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi.
Rasional

: Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri

dan merasa terkontrol.


d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi.
Rasional

: Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan

yang dapat membantu untuk individu.


e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan.
Rasional

: Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan

ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta : EGC.
Kusuma Hardhi. 2013. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA
MEDIS & NANDA, NIC-NOC. Yogjakarta : Penerbit Mediaction.
Muttaqin Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Sudoyo Aru, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI Panduan
Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit
AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai