Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

GANGGUAN AKIBAT PENGGUNAAN ZAT


KOKAIN

DISUSUN OLEH :
PRATIWI DIMIANTI

2008730101

SHINTA TANTRI AMANDA 2008730038


NILUH AYU
ENDA RAFIQOH
ANGGUN

Pembimbing:
dr. Prasilla Darwin, Sp. Kj

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN


JIWA
RUMAH SAKIT JIWA ISLAM KLENDER

2013
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan akibat penggunaan zat merupakan gangguan yang bervariasi luas dan
berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan
sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), tetapi semua itu diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).
Fenomena penyalahgunaan zat banyak berdampak pada penelitian otak dan psikiatri
klinis. Beberapa zat dapat memengaruhi baik keadaan mental yang dirasakan secara internal
seperti mood. Maupun akivitas yang dapat diamati secara eksternal, seperti perilaku. Zat
dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri yang tak dapat dibedakan dengan gejala gangguan
psikiatri umum tanpa kausa yang diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood) dan
oleh karena itu, gangguan psikiatri primer dan gangguan yang melibatkan penggunaan zat
mungkin berkaitan. Salah satu diantara penyalahgunaan zat yakni kokain.
Kokain adalah zat yang paling adiktif yang sering disalahgunakan
dan merupakan zat yang paling berbahaya. Kokain disebut bermacammacam dengan snow, coke, girl, dan lady juga disalah gunakan dalam
bentuk yang paling poten, freebase dan crack (crack cocaine). Kokain
merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythoxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman
belukar dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapat efek
stimulan. Alkaloid kokain pertama kali diisolasi di tahun 1860 dan pertama
kali digunakan sebagai anastetik lokal ditahun 1880. Kokain masih
digunakan sebagai anastetik lokal, khusus untuk pembedahan mata,
hidung, dan tenggorok, karena efek vasokontriktifnya juga membantu. Di
tahun1884 Sigmund Freud membuat penelitian tentang efek farmakologis
umum

kokain.

Ditahun

1880-an

dan

1890-an,

kokain

di

gembar-

gemborkan secara luas sebagai obat untuk banyak penyakit. Tetapi, di


tahun 1914, kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama

dengan morfin dan heroin, karena efek adiktif dan efek merugikannya
telah dikenali.

BAB II
PEMBAHASAN
A. GANGGUAN AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
Gangguan akibat penggunaan zat merupakan gangguan yang bervariasi luas dan
berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan
sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), tetapi semua itu diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).
Pada pedoman diagnostik, gangguan akibat penggunaan zat diberi kode F10-F19.

B. KETERGANTUNGAN ZAT
Ketergantungan zat dibagi menjadi dua konsep, ketergantungan
fisik

dan

ketergantungan

perilaku.

Ketergantungan

perilaku

telah

menekankan aktivitas mencari-cari zat (subtance-seeking behaviour) dan


bukti-bukti

pola

pengunaan

patologis.

Ketergantungan

fisik

adalah

menekankan pada efek fisik (yaitu, fisiologis) dari episode multiple


penggunaan zat.
Kriteria Diagnostik untuk ketergantungan zat berdasarkan DSM IV
adalah sebagai berikut :
Suatu pola penggunaan zat maladaptif, yang menyebabkan gangguan
atau

penderitaan

yang

bermakna

secara

klinis,

seperti

yang

dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi pada setiap saar
dalam periode 12 bulan yang sama.
1. Toleransi, seperti yang didefinisikan oleh berikut :

a. Kebutuhan untuk meningkatkan jumlah zat secara jelas untuk


mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan
b. Penurunan efek yang bermakna pada pemakaian berlanjut
dengan jumlah yang sama
2. Putus, seperti yang dimanifestasikan oleh berikut :
a. Sindom putus yang karakteristik bagi zat (lihat kriteria A dan B
dari kumpulan kriteria untuk putus dari zat spesifik)
b. Zat yang sama (atau yang berhubungan erat) digunakan
untuk menghilangkan atau menghindari gejala putus
3. Zat seringkali digunakan dalam jumlah yang lebih besar atau
selama periode yang lebih lama dari yang diinginkan
4. Terdapat keinginan terus menerus atau usaha yang gagal untuk
menghentikan atau mengendalikan penggunaan zat
5. Dihabiskan banyak waktu dalam aktivitas untuk mendapatkan zat
(misalnya, mengunjungi banyak dokter atau pergi jarak jauh),
menggunakan zat (misalnya, chain-smoking),
efeknya
6. Aktivitas

sosial,

pekerjaan,

atau

rekreasional

atau pulih dari


yang

penting

dihentikan atau dikurangi karena pengguanaan zat


7. Pemakaian zat dilanjutkan walaupun mengetahui memiliki fisik dan
psikologis yang menetap atau rekuren yang kemungkinan telah
disebabkan atau di eksaserbasi oleh zat (misalnya, baru saja
menggunakan kokain walaupun menyadari adanya depresi akibat
kokain, atau terus minum walaupun mengetahui bahwa ulkus
memburuk oleh konsumsi alkohol)
Sebutkan jika :
Dengan ketergantungan fisiologis : tanda-tanda toleransi atau putus
(yaitu, terdapat butir 1 maupun 2).
Tanpa ketergantungan fisiologis : tidak ada tanda-tanda toleransi atau
putus (yaitu, tidak terdapat butir 1 maupun 2)
Penentu perjalanan :
Remisi penuh awal
Remisi parsial awal
Remisi penuh bertahan
Remisi parsial bertahan

Pada terapi agonis


Dalam lingkungan terkendali

Kriteria diagnostik untuk intoksikasi zat

berdasarkan DSM IV

adalah sebagai berikut


A. Perkembangan sindrom spesifik zat yang reversibel karena ingesti
(atau pemaparan) suatu zat yang belum lama terjadi.
Catatan : zat yang berbeda dapat menimbulkan sindrom yang mirip
atau identik
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna
secara klinis yang disebabkan oleh efek zat pada sistem saraf pusat
(misalnya, kenakalan, labilitas mood, gangguan kognitif, gangguan
pertimbangan,

gangguan

fungsi

sosial

atau

pekerjaan)

dan

berkembangan selama atau segera setelah penggunaan zat


C. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi medis umum dan tidak lebih
baik diterangkan oleh gangguan mental lain
Kriteria diagnostik untuk putus zat berdasarkan DSM IV adalah
sebagai berikut
A. Perkembangan suatu sindrom spesifik zat karena penghentian (atau
penurunan) pemakaian zat yang telah digunakan lama dan berat
B. Sindrom spesifik zat menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lainnya
C. Gejala tidak disebabkan oleh kondisi umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleg gangguan mental lain

BAB III
GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN KOKAIN
Kokain adalah zat yang paling adiktif yang sering di salah gunakan
dan merupakan zat yang paling berbahaya. Kokain masih digunakan
sebagai anestetik lokal, khususunya untuk pembedahan mata, hidung dan
tenggorok, karena efek vasokonstriktifnya juga membantu. Kokain adalah
sejenis stimulansia yang saat ini belum begitu populer di Indonesia. Namun bertambahnya
sitaan kokain secara ilegal dan meningkatnya kasus- kasus pengguna kokain akhir-akhir ini,
bukan tidak mungkin epidemi kokain akan merajai pasaran peredaran NAPZA dalam masamasa mendatang.
EPIDEMIOLOGI
Menurut DSM-v-TR sekitar 10 persen populasi AS pernah mencoba kokain, dengan 2
persen melaporkan penggunaan dalam setahun terakhir, 0,8 persen melaporkan penggunaan
dalam se- bulan terakhir, dan angka seumur hidup penyalahgunaan atau ke- tergantungan
kokain sekitar 2 persen. Penggunaan kokain paling tinggi diantar orang berusia 18 sampai 25
tahun (1,3 persen) dan usia 26 sampai 34 (1,2 persen).Namun, penggunaan kokain saat ini
mengalami penurunan, terutamakarena peningkatan kesadaran tentang risiko k sera
kampanye publik yang komprehensif tentang kokain dan efeknya.Namun. efek sosial
penurunan peng gunaan kokain telah sedikit dihambat oleh kerapnya penggunaan crack
dalam setahun terakhir suatu bentuk kokain yang sangat poen Penggunaa crac
palingseringpadaorn berusa l8 sampai 25, yang terutama tertarik dengan harga jalanan dosis
tunggal 50 sampai mg yang murah. Pria dua kali lebih kin menjadi penyalahguna kokain

dibandingkan wanita, as serta kelompok sosioekonomi sama-sama terkena. dan semua ras
serta kelompok sosioekonomi sama sama terkena.

NEUROFARMAKOLOGI
Aksi farmakodinamik utama kokain yang berkaitan dengan efek. nya terhadap
perilaku adalah blokade kompetitif reuptake dopa.min oleh transporter dopamin. Blokade ini
meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaps dan menyebabkan peningkatan aktivasi
reseptor tipe (D) maupun tipe 2 (D). Efek kokain terhadap aktivitas yang diperantarai reseptor
D3, D4 dan D5 belum terlalu jelas dipahami, namun setidaknya satu studi melibatkan reseptor
preklinis D3.
Meski efek perilaku terutama disebabkan blokade reuptake dopamin, kokain juga
menghambat reuptake katekolamin lain,norepinefrin serta serotonin utama Efek perilaku
yang berkaitan dengan aktivitas ini semakin men- dapat perhatian dalam literatur ilmiah Efek
kokain terhadap aliran darah serebri dan konsumsi glukosa serebri juga telah d teliti. Hasil
dari sebagian besar studi secara umum menunjukkan bahwa kokain dikaitkan dengan
penurunan aliran darah serem dan mungkin disertai munculnya area penurunan konsums
glukosa yang bebercak
Efek farmakodinamika utama dari kokain yang berhubungan dengan
efek perilakunya adalah hambatan kompetitif re-uptake dopamin oleh
reseptor dopamin. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi dopamin
di celah sinapstik dan meningkatkan aktivasi reseptor dopamin tipe 1 (D1)
dan dopamin tipe 2 (D2).

Efek perilaku tersebut paling segera dan

berlangsung untuk waktu yang relatif singkat (30-60 menit), jadi


diperlukan

mengulang

pemberian

untuk

mempertahankan

efek

intoksikasi. Walaupun efek perilaku berlangsung singkat, metabolit kokain


mungkin ditemukan di dalam darah dan urine selama 10 hari.
Kokain mempunyai kualitas adiktif yang kuat. Ketergantungan
psikologis pada kokain yang dapat timbul setelah pemakaian tunggal
karena potensinya sebagai pendorong positif (positive reinforce) pada
perilaku. Pada pemberian berulang, toleransi dan sensitivitas terhadap
berbagai efek kokain dapat terjadi, walaupun perkembangan toleransi

atau sensitivitas tampaknya karena berbagai faktor dan tidak mudah


diperkirakan.
Metode penggunaan
Bentuk kokain diperjualbelikan di Indonesia dalam bentuk bubuk puth yang harga 1
gram sekitar sejuta dua ratus ribu rupiah (lebih mahal dari heroin).
Ada 3 cara penggunaan cocain untuk memasukkannya kedalam tubuh, yaitu :
-

Bubuk kokain (dalam bentuk garam kokain hidrokhlorid langsung di-inhasi


melalui lubang hidung (sering disebut dengan isilah snorting) dan ke- mudian

diabsorbsi kedalam pembuluh darah melalui mukosa lubang hidung


Free base cocain, adalah garam kokain yang dikonversikan dengan larutan yang
mudah menguap. Setelah di panaskan, di-inhalasi melalui bibir uap (seperti

merokok, dengan cepat dia- sorbsi melalui membran alveoli paru


Garam kokain yang disuntikkan melalui intravenous.

Metode penggunaan kokain yang paling sering adalah dengn


menggunakan inhalasi bubuk yang halus ke dalam hidung (menghirup)
atau tooting. Metode lainnya adalah penyuntikan subkutan atau intravena
dan mengisap seperti rokok. Penyuntikan intravena dan menghisap
seperti rokok adalah cara yang paling berbahaya.
Akibat penyalahgunaan kokain
Efek merugikan yang umum berhubungan dengan pemakaian
kokain adalah kongesti hidung, peradangan, pembengkakakn, perdarahan
dan ulserasi berat pada mukosa hidung. Pemakaian jangka panjang dapat
menyebabkan perforasi septum hidung, kerusakan membran bronial dan
paru-paru. Pemakaian intravena dapat menyebabkan infeksi, emboli dan
HIV/AIDS. Komplikasi neurologis yang dapat terjadi adalah perkembangan
distonia akut, tics dan nyeri kepala mirip migrain. Bisa juga terjadi efek
serebrovaskular, epileptik dan jantung. Efek serebrovaskular yang paling
sering adalah infark serebral non hemoragik. Efek lainnya bisa terjadi
kejang, infark miokardium, aritmia dan depresi pernafasan yang bisa
berujung pada kematian.

1. Problem fsik
a. Dengan penggunaan sorting dapat terjadi komplikasi plekterus menerus
sinusius epistaksis luka-luka pada rongga hidung, perforasi septum nasi
b. Dengan suntikan dapat menyebabkan infeksi lokal pada kulit sampai sistemik
(virus, bakteri, parasit atau jamur), abses daerah kulit endokardits bakteri
hepa- its b dan c), hiv/aids
c. Inhalasi melalui merokok

dapat

menyebabkan

radang

tenggorokan,

melanoptysis atau sputum berbercak-bercak darah, bronkhitis kronis sampai


pneumonia
d. Cocain bay (retardasi pertumbuhan intra-uterine, bayi lahir lebih kecill sampai
prematur yang diikut kelainan mental gangguan tidur, kesukaran makan)

2. Problem psikiatri
a. Toleransi dan ketergantungan sifat toleransi tubuh terhadap kokain sangat
cepat, kendati penggun idak menyadari dosis yang dgunakan kan meningkat
akibatnya ia idak mampu mengendalkan diri dan untuk mencukupi
kebutuhannya ia kian mening. Ia tdak mampu diri, dan untuk mengendalikan
mencukupi kebutuhannya ia mengkonsumsi kokain dengan mencampurnya
dengan zat aditif lain (peedback)untl mendapat- kan efek yang diinginkan
b. Gejala fisik putus zat kurang dikenal. Namun secara mental sangat merugikan,
berupa agitasi depresi, fatigue, high craving, cemas, marah meledak-ledak,
gangguan tidur mimpi aneh makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otototot pegal hingga lethargy.
3. Problem sosial
a. Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai perceraian pertengkaran
dalam rumah tangga
b. Problem finansial: toleransi karena penggunaan kokain me- nyebabkan
besarnya biaya pe terbatasnya nyediaan kokain, penghasian menyebabkan hutang yang menumpuk.
c. Problem pekejaan: kehilangan pekerjaan karena rusaknya produk- uvitas
angka absen yang men- ngkat kehilangan memorial benae atau annak
d. Problem legal ditahan, dihukum hingga dipidana
4. Sebab-sebab kematian
a. Umumnya karena overdose (lebih dari 1,2 sampai 1,5 gram bubuk kokain asli)
b. Penyebab kematian karena ke lumpuhan alat pernafasan, arit mia kordis,
kejang berulang kali, mati lemas karena merasa sep- eri dicekik. Reaksi alergi,

stroke (karena naiknya tekanan darah secara mendadak), kehamilan


perdarahan antepartum, aborsi)
c. Pada bayi dapat terjadi sudden in- fant death syndrome.
Gangguan yang mungkin terjadi akibat penggunaan kokain adalah
ketergantungan kokain, penyalahgunaan kokain, intoksikasi kokain, putus
kokain, delirium intoksikasi kokain, gangguan psikotik dengan waham,
gangguan

psikotik

kecemasan,

dengan

disfungsi

halusinasi,

seksual,

gangguan

gangguan

tidur

mood,

gangguan

dan

gangguan

berhubungan koakin yang tidak ditentukan.


INTOKSIKASI KOKAIN
Kokain digunakan karena secara karakteristik kokain menyebabkan
elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasaan perbaikan pada tugas
mental dan fisik. Gejala intoksikasi adalah agitasi, iritabilitas, gangguan
pertimbangan,

perilaku

seksual

yang

impulsif

dan

kemungkinan

berbahaya, agresif, dan peningkatan aktivitas psikomotor menyeluruh,


dan kemungkinan gejala mania. Gejala fisik utama yang mnyertai adalah
takikardia, jipertensi dan midriasis.
Kriteria diagnosis intoksikasi kokain berdasarkan DSM IV adalah
sebagai berikut :
A. Pemakaian kokain yang belum lama
B. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna
secara klinis (misalnya, euforia atau penumpulan afektif, perubahan
sosiabilitas,

kewaspadaan

berlebihan,

kepekaan

interpersonal,

kecemasan, ketegangan, atau kemarahan, perilaku stereotipik,


gangguan

pertimbangan

pekerjaan)

yang

atau

berkembang

gangguan
selama,

fungsi

atau

sosial

segera

atau

setelah,

pemakaian kokain
C. Dua (atau lebih) tanda berikut yang berkembang selama, atau
segera setelah, pemakaian kokain
1. Takikardia atau bradikardia
2. Dilatasi pupil

3. Peninggian atau penurunan tekana darah


4. Berkeringat atau menggigil
5. Mual atau muntah
6. Tanda-tanda penurunan berat badan
7. Agitasi atau retardasi psikomotor
8. Kelemahan otot, depresi pernafasan, nyeri dada atau aritmia
jantung
9. Konfusi, kejang, diskinesia, distonia atau koma
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak dapat lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain
Sebutkan jika :
Dengan gangguan persepsi
PUTUS KOKAIN
Setelah menghentikan pemakaian kokain atau setelah intoksikasi
akut, suatu depresi pasca intoksikasi (crash) ditandai oleh disforia,
anhedonia,

kecemasan,

iritabilitas,

kelelahan,

hipersomnolensi,

dan

kadang-kadang agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang,


gejala putus kokain tersebut akan menghilang dalam 18 jam. Pada
pemakaian berat, seperti yang terlihat pada ketergantungan kokain,
gejala putus kokain dapat berlangsung sampai 1 minggu, biasanya
mencapai puncak pada 2-4 hari. Gejala putus kokain juga dapat disertai
dengan gagasan bunuh diri.
Kriteria diagnosis putus kokain berdasarkan DSM IV adalah sebagai
berikut :
A. Penghentian (atau penurunan) pemakaian kokain yang telah lama dan
berat
B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, yang
berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A
1. Kelelahan
2. Mimpi yang gamblang dan tidak menyenangkan
3. Insomnia atau hipersomnia
4. Peningkatan nafsu makan

5. Retardasi atau agistasi psikomotor


C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinis atau gangguan dalam fungsi sosial pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum dan tidak dapat lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain

PENANGANAN DAN REHABILITASI


Sebagian besarpengguna kokain tidak datang untuk terapi secara sukarela.
Pengalaman mereka dengan zat terlalu positifdan efek negatif dianggap terlalu minimal untuk
mengharuskan mereka mencari terapi. Mereka tidak mencari terpi sering meng yang alami
gangguan terkait polizat, lebih sedikit konsekuensi negatif yang dikaitkan dengan
penggunaan kokain, lebih sedikit ke wajiban terkait pekerjaan atau keluarga, serta
peningkatan kontak dengan sistem hukum dan aktivitas ilegal
Rintangan utama yang harus diatasi dalam penanganan gang guan terkait kokain
adalah ketagihan intens pengguna terhadap zat tersebut.Meski studi pada hewan
menunjukkan bahwa kokain merupakan penginduksi poten untuk melakukan swa-pemberian
studi inijuga menunjukkan bahwa hewan membatasi penggunaan kokain bila penguat negatif
secara eksperimental dikaitkan de ngan asupan kokain. Pada manusia penguat negatifdapat
meng ambil bentuk masalah terkait keluarga atau pekerjaan di yang sebabkan penggunaan
kokain oleh karena itu, klinisi sebaiknya trategi sosial,psikologis dan mungkin biologis dalam
program mencapai abstinensi kokain pada pasien mungkin memerlukan rawat inap komplet
atau parsial untuk menjauhkan pasien dari situasi sosial tempat merekabiasamendapatkan
atau menggunakan kokain.
Tes urin yang sering dan tak terjadwal hampir selalu di perlukan untuk memantau
abstinensi berkelanjutan pasien, ter- utama pada minggu-minggu dan bulan-bulan a
penanganan Terapi pencegahan relaps adalah terapi yang bergantun pada te k kognitif dan
perilaku sebagai tambahan rawat inap dan teapi rawatjalan untuk mencapai tujuan abstinensi
Intervensi psikologis biasanya mencakup modalitas indi- vidual, kelompok, dan keluarga
Pada terapi individual, terapis sebaiknya berfokus pada dinamika yang mengarah ke kokain,
efek kokain yang dianggap positif, penggunaan dan cara lain untuk mencapai efek i Terapi

kelompok dan kelompok dukungan seperti arcotics Anonymous, sering memfokuskan pada
diskusi orang-orang lain yang dianggap mencapai efek ini. Terapi kelompok dan kelompok
dukungan, seperi Narcotics Anonymous, sering memfokuskan pada diskusi dengan oangorang lain yang menggunakan kokain sera berbagi engalaman masa lalu dan metode
penyelesaian masalah yang efektif.
Terapi keluarga seringkali merupakan komponen esensial strategi penanganan Isu
yang lazim didiskusikan dalam terapi keluarga adalah cara perilaku pasien di masa lalu yang
telah melukai keluarga dan respons anggota keluarga terhadap perilaku ini Namun terapi
keluarga sebaiknya juga memfokuskan pada asa depan serta perubahan aktivitas keluarga
yang dapat mem- bantu pasien menjauhi zat dan mengalihkan energi ke arah lain Pendekatan
ini dapat digunakan dengan basis rawatjalan

Ajuvan Farmakologis
Saat ini, tidak ada penanganan farmakologis yang menyebabkan penurunan
penggunaan kokain yang sebanding dengan penurunan tampak ketika pengguna heroin
diterapi penggunaan opioid yang di dengan metadon, levometadil asetat (ORLAAM)
(biasanya L-a-asetilmetado LAAM), atau buprenorfin (Buprenex sebut Namun, berbagai
farmakologis yang sebagian besar di- agen setujui untuk penggunaan lain, telah dan sedang
diuji secara klinis untuk penanganan ketergantungan dan relaps kokain Pengguna kokain
yang diduga memiliki gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas atau gangguan mood
yang telah ada se- belumnya masing-masing diterapi dengan (Ritalin) metilfenidat litium
(Eskaith) obat tersebut hanya sedikit atau tidak ber dan manfaat pada pasientanpa gangguan
tesebut, dan klinisi sebaiknya tetap berpegang teguh pada kriteria diagnosis maksimal
sebelum negatif menggunakan salah satu diantaranya dalam penanganan keter ke kokain
Pada pasien dengan gangguan pemusatan per gantungan hatianhiperaktivitas, bentu
metilfendat lepas-lambat mungkin lebih kecil kecenderungannya untuk memicu ketagihan
kokain, tapi dampak farmakoterapi tersebut pada penggunaan kokain masih harus dibuktikan
Banyak farmakologis telah pemikir- gen diteliti dengan dasar an bahwa penggunaan
kokain kronik mengubah fungsi sistem neuroransmiter multipel,tentama transmiter
dopaminergik dan serotonergik yang mengatur tonus hedonis serta bahwa kokain mengindusi
suatu keadaan de siensi relatif dopaminergik negik teus berkembang sulit ditunjukkan bahwa

agen yang secar teoretis mampu memodifkasi fungsi dopamin dapat meng ubah jalannya terpi
Agen berikut termasuk di tidak terbukti mengurangi antara yang penggunaan kokain,
prekursor n miter rodell lisurd Dopergin] pergolid Permak), oba di- antiparkinson
yangjugadapat sera (amantadin Symmetre) memengaruhi sistem dopaminergik obat
antidepresan trisiklik seperti despramin dan imipramin (Tofani)juga telah diteliti.
Meski beberapa studi sangat bergantung swa-laporan penggunaan tersamar-ganda
yang dan zat menghasilkan bebe hasil positif studi lain tidak menemu- kan bahwa hal tesebut
secar signifkan bermanfaat dalam meng- abstinensi mencegah relaps.Namun, bila digunakan
induksi atau awal teapi obat tersebut mungkin memberikan beberpa pada manfaat nsien bagi
pasienyang tidak mengalami ketergantungan yang parah Yang juga diteliti tapi tidak terbukti
efektif dalam studi dengan kontrol adalah antidepresan lain, seperti bupropion (Wellbutrin),
inhibitor oksidase monoamin (selegilin [Eldeprl) inhibitor selektif uptake serotonin (ch,
fuoxetine Prozac mazindol [Sanorex, pemolin Cyler), antipsikotik (cth.,fuper tiksol Depixo),
litium, beberapa inhibitor kanal kalsium yang berbeda dan antikonvulsan (ch, karbamazepin
regretol dan asam valproat [Depakene) Satu studi menemukan bahwa 300 mg fenitoin
(Dilantin) dalam sehari dapat mengurangi pengguna an kokain studi ini masih perlu replikasi
lebih lanjut.
Beberapa agen yang sedang dikembangkan belum dico pada studi manusia. Ini
mencakup akan secara memblok atau menstimulasi subtipe reseptor dopamin (cth agonis D.
selekti) dan obat yang dapat secara selektif memblok akses kokain terhadap transpor dopamin
namun masih memung kinkan pengangkutnya mengeluarkan kokain dari sinaps. Pen dekatan
lain ditujukan pada pencegahan kokain untuk mencapai otak menggunakan antibodi untuk
mengikat kokain di dengan alian darah disebut vaksin kokain. Antibodi pengikat (yang
kokain tesebut dapat mengurangi efek penguatan kokain pada model hewan. Yang juga
sedang diteliti adalah antibodi katalitik yang mengakselerasi hidrolisis kokain dan
butirilkolinesterase pseudokolieserse), tampaknya menghidrolisis kokain yang secara selektif
dan biasanya terdapat dalam tubuh.

Detoksifikasi
Sindrom putus kokain berbeda dari opioid, alkohol, atau agen hipnotik-sedatif karena
tidak ada gangguan isiologis yang meng- haruskan keadaan putus obat untuk dirawat inap

atau mondok. Oleh karena itu, biasanya mungkin untuk terlibat dalam percobaan terapeutik
keadaan putus zat rawat jalan sebelum menentukan apakah diperlukan situasi yang lebih
intensifatu terkontrol bagi pasienyang tidak mampu berhenti tanpa bantuan dalam membatasi
ases mereka terhadap kokain.Pasien yang putuskokain biasanya mengalami kelelahan,
disforia, tidur terganggu, dan sedikit ke- tagihan beberapa mungkin mengalami depresi Tidak
ada agen armakologis yang dapat diandalkan untuk mengurangi intensitas keadaan putus zat,
tapi pemulihan dalam satu sampai dua minggu biasanya bukan sesuatu yang luar
biasa.Namun, mungkin perlu waktu lebih lama kegiatan tidur, mood,dan fungsi kognitif agar
dapat pulih sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai