Referat Kokain Print
Referat Kokain Print
DISUSUN OLEH :
PRATIWI DIMIANTI
2008730101
Pembimbing:
dr. Prasilla Darwin, Sp. Kj
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan akibat penggunaan zat merupakan gangguan yang bervariasi luas dan
berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan
sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), tetapi semua itu diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).
Fenomena penyalahgunaan zat banyak berdampak pada penelitian otak dan psikiatri
klinis. Beberapa zat dapat memengaruhi baik keadaan mental yang dirasakan secara internal
seperti mood. Maupun akivitas yang dapat diamati secara eksternal, seperti perilaku. Zat
dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri yang tak dapat dibedakan dengan gejala gangguan
psikiatri umum tanpa kausa yang diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood) dan
oleh karena itu, gangguan psikiatri primer dan gangguan yang melibatkan penggunaan zat
mungkin berkaitan. Salah satu diantara penyalahgunaan zat yakni kokain.
Kokain adalah zat yang paling adiktif yang sering disalahgunakan
dan merupakan zat yang paling berbahaya. Kokain disebut bermacammacam dengan snow, coke, girl, dan lady juga disalah gunakan dalam
bentuk yang paling poten, freebase dan crack (crack cocaine). Kokain
merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erythoxylon
coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman
belukar dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapat efek
stimulan. Alkaloid kokain pertama kali diisolasi di tahun 1860 dan pertama
kali digunakan sebagai anastetik lokal ditahun 1880. Kokain masih
digunakan sebagai anastetik lokal, khusus untuk pembedahan mata,
hidung, dan tenggorok, karena efek vasokontriktifnya juga membantu. Di
tahun1884 Sigmund Freud membuat penelitian tentang efek farmakologis
umum
kokain.
Ditahun
1880-an
dan
1890-an,
kokain
di
gembar-
dengan morfin dan heroin, karena efek adiktif dan efek merugikannya
telah dikenali.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GANGGUAN AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
Gangguan akibat penggunaan zat merupakan gangguan yang bervariasi luas dan
berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yang merugikan
sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), tetapi semua itu diakibatkan oleh karena
penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter).
Pada pedoman diagnostik, gangguan akibat penggunaan zat diberi kode F10-F19.
B. KETERGANTUNGAN ZAT
Ketergantungan zat dibagi menjadi dua konsep, ketergantungan
fisik
dan
ketergantungan
perilaku.
Ketergantungan
perilaku
telah
pola
pengunaan
patologis.
Ketergantungan
fisik
adalah
penderitaan
yang
bermakna
secara
klinis,
seperti
yang
dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi pada setiap saar
dalam periode 12 bulan yang sama.
1. Toleransi, seperti yang didefinisikan oleh berikut :
sosial,
pekerjaan,
atau
rekreasional
penting
berdasarkan DSM IV
gangguan
fungsi
sosial
atau
pekerjaan)
dan
BAB III
GANGGUAN BERHUBUNGAN DENGAN KOKAIN
Kokain adalah zat yang paling adiktif yang sering di salah gunakan
dan merupakan zat yang paling berbahaya. Kokain masih digunakan
sebagai anestetik lokal, khususunya untuk pembedahan mata, hidung dan
tenggorok, karena efek vasokonstriktifnya juga membantu. Kokain adalah
sejenis stimulansia yang saat ini belum begitu populer di Indonesia. Namun bertambahnya
sitaan kokain secara ilegal dan meningkatnya kasus- kasus pengguna kokain akhir-akhir ini,
bukan tidak mungkin epidemi kokain akan merajai pasaran peredaran NAPZA dalam masamasa mendatang.
EPIDEMIOLOGI
Menurut DSM-v-TR sekitar 10 persen populasi AS pernah mencoba kokain, dengan 2
persen melaporkan penggunaan dalam setahun terakhir, 0,8 persen melaporkan penggunaan
dalam se- bulan terakhir, dan angka seumur hidup penyalahgunaan atau ke- tergantungan
kokain sekitar 2 persen. Penggunaan kokain paling tinggi diantar orang berusia 18 sampai 25
tahun (1,3 persen) dan usia 26 sampai 34 (1,2 persen).Namun, penggunaan kokain saat ini
mengalami penurunan, terutamakarena peningkatan kesadaran tentang risiko k sera
kampanye publik yang komprehensif tentang kokain dan efeknya.Namun. efek sosial
penurunan peng gunaan kokain telah sedikit dihambat oleh kerapnya penggunaan crack
dalam setahun terakhir suatu bentuk kokain yang sangat poen Penggunaa crac
palingseringpadaorn berusa l8 sampai 25, yang terutama tertarik dengan harga jalanan dosis
tunggal 50 sampai mg yang murah. Pria dua kali lebih kin menjadi penyalahguna kokain
dibandingkan wanita, as serta kelompok sosioekonomi sama-sama terkena. dan semua ras
serta kelompok sosioekonomi sama sama terkena.
NEUROFARMAKOLOGI
Aksi farmakodinamik utama kokain yang berkaitan dengan efek. nya terhadap
perilaku adalah blokade kompetitif reuptake dopa.min oleh transporter dopamin. Blokade ini
meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaps dan menyebabkan peningkatan aktivasi
reseptor tipe (D) maupun tipe 2 (D). Efek kokain terhadap aktivitas yang diperantarai reseptor
D3, D4 dan D5 belum terlalu jelas dipahami, namun setidaknya satu studi melibatkan reseptor
preklinis D3.
Meski efek perilaku terutama disebabkan blokade reuptake dopamin, kokain juga
menghambat reuptake katekolamin lain,norepinefrin serta serotonin utama Efek perilaku
yang berkaitan dengan aktivitas ini semakin men- dapat perhatian dalam literatur ilmiah Efek
kokain terhadap aliran darah serebri dan konsumsi glukosa serebri juga telah d teliti. Hasil
dari sebagian besar studi secara umum menunjukkan bahwa kokain dikaitkan dengan
penurunan aliran darah serem dan mungkin disertai munculnya area penurunan konsums
glukosa yang bebercak
Efek farmakodinamika utama dari kokain yang berhubungan dengan
efek perilakunya adalah hambatan kompetitif re-uptake dopamin oleh
reseptor dopamin. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi dopamin
di celah sinapstik dan meningkatkan aktivasi reseptor dopamin tipe 1 (D1)
dan dopamin tipe 2 (D2).
mengulang
pemberian
untuk
mempertahankan
efek
1. Problem fsik
a. Dengan penggunaan sorting dapat terjadi komplikasi plekterus menerus
sinusius epistaksis luka-luka pada rongga hidung, perforasi septum nasi
b. Dengan suntikan dapat menyebabkan infeksi lokal pada kulit sampai sistemik
(virus, bakteri, parasit atau jamur), abses daerah kulit endokardits bakteri
hepa- its b dan c), hiv/aids
c. Inhalasi melalui merokok
dapat
menyebabkan
radang
tenggorokan,
2. Problem psikiatri
a. Toleransi dan ketergantungan sifat toleransi tubuh terhadap kokain sangat
cepat, kendati penggun idak menyadari dosis yang dgunakan kan meningkat
akibatnya ia idak mampu mengendalkan diri dan untuk mencukupi
kebutuhannya ia kian mening. Ia tdak mampu diri, dan untuk mengendalikan
mencukupi kebutuhannya ia mengkonsumsi kokain dengan mencampurnya
dengan zat aditif lain (peedback)untl mendapat- kan efek yang diinginkan
b. Gejala fisik putus zat kurang dikenal. Namun secara mental sangat merugikan,
berupa agitasi depresi, fatigue, high craving, cemas, marah meledak-ledak,
gangguan tidur mimpi aneh makan berlebihan, mudah tersinggung, mual, otototot pegal hingga lethargy.
3. Problem sosial
a. Problem interpersonal: separasi perkawinan sampai perceraian pertengkaran
dalam rumah tangga
b. Problem finansial: toleransi karena penggunaan kokain me- nyebabkan
besarnya biaya pe terbatasnya nyediaan kokain, penghasian menyebabkan hutang yang menumpuk.
c. Problem pekejaan: kehilangan pekerjaan karena rusaknya produk- uvitas
angka absen yang men- ngkat kehilangan memorial benae atau annak
d. Problem legal ditahan, dihukum hingga dipidana
4. Sebab-sebab kematian
a. Umumnya karena overdose (lebih dari 1,2 sampai 1,5 gram bubuk kokain asli)
b. Penyebab kematian karena ke lumpuhan alat pernafasan, arit mia kordis,
kejang berulang kali, mati lemas karena merasa sep- eri dicekik. Reaksi alergi,
psikotik
kecemasan,
dengan
disfungsi
halusinasi,
seksual,
gangguan
gangguan
tidur
mood,
gangguan
dan
gangguan
perilaku
seksual
yang
impulsif
dan
kemungkinan
kewaspadaan
berlebihan,
kepekaan
interpersonal,
pertimbangan
pekerjaan)
yang
atau
berkembang
gangguan
selama,
fungsi
atau
sosial
segera
atau
setelah,
pemakaian kokain
C. Dua (atau lebih) tanda berikut yang berkembang selama, atau
segera setelah, pemakaian kokain
1. Takikardia atau bradikardia
2. Dilatasi pupil
kecemasan,
iritabilitas,
kelelahan,
hipersomnolensi,
dan
kelompok dan kelompok dukungan seperti arcotics Anonymous, sering memfokuskan pada
diskusi orang-orang lain yang dianggap mencapai efek ini. Terapi kelompok dan kelompok
dukungan, seperi Narcotics Anonymous, sering memfokuskan pada diskusi dengan oangorang lain yang menggunakan kokain sera berbagi engalaman masa lalu dan metode
penyelesaian masalah yang efektif.
Terapi keluarga seringkali merupakan komponen esensial strategi penanganan Isu
yang lazim didiskusikan dalam terapi keluarga adalah cara perilaku pasien di masa lalu yang
telah melukai keluarga dan respons anggota keluarga terhadap perilaku ini Namun terapi
keluarga sebaiknya juga memfokuskan pada asa depan serta perubahan aktivitas keluarga
yang dapat mem- bantu pasien menjauhi zat dan mengalihkan energi ke arah lain Pendekatan
ini dapat digunakan dengan basis rawatjalan
Ajuvan Farmakologis
Saat ini, tidak ada penanganan farmakologis yang menyebabkan penurunan
penggunaan kokain yang sebanding dengan penurunan tampak ketika pengguna heroin
diterapi penggunaan opioid yang di dengan metadon, levometadil asetat (ORLAAM)
(biasanya L-a-asetilmetado LAAM), atau buprenorfin (Buprenex sebut Namun, berbagai
farmakologis yang sebagian besar di- agen setujui untuk penggunaan lain, telah dan sedang
diuji secara klinis untuk penanganan ketergantungan dan relaps kokain Pengguna kokain
yang diduga memiliki gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas atau gangguan mood
yang telah ada se- belumnya masing-masing diterapi dengan (Ritalin) metilfenidat litium
(Eskaith) obat tersebut hanya sedikit atau tidak ber dan manfaat pada pasientanpa gangguan
tesebut, dan klinisi sebaiknya tetap berpegang teguh pada kriteria diagnosis maksimal
sebelum negatif menggunakan salah satu diantaranya dalam penanganan keter ke kokain
Pada pasien dengan gangguan pemusatan per gantungan hatianhiperaktivitas, bentu
metilfendat lepas-lambat mungkin lebih kecil kecenderungannya untuk memicu ketagihan
kokain, tapi dampak farmakoterapi tersebut pada penggunaan kokain masih harus dibuktikan
Banyak farmakologis telah pemikir- gen diteliti dengan dasar an bahwa penggunaan
kokain kronik mengubah fungsi sistem neuroransmiter multipel,tentama transmiter
dopaminergik dan serotonergik yang mengatur tonus hedonis serta bahwa kokain mengindusi
suatu keadaan de siensi relatif dopaminergik negik teus berkembang sulit ditunjukkan bahwa
agen yang secar teoretis mampu memodifkasi fungsi dopamin dapat meng ubah jalannya terpi
Agen berikut termasuk di tidak terbukti mengurangi antara yang penggunaan kokain,
prekursor n miter rodell lisurd Dopergin] pergolid Permak), oba di- antiparkinson
yangjugadapat sera (amantadin Symmetre) memengaruhi sistem dopaminergik obat
antidepresan trisiklik seperti despramin dan imipramin (Tofani)juga telah diteliti.
Meski beberapa studi sangat bergantung swa-laporan penggunaan tersamar-ganda
yang dan zat menghasilkan bebe hasil positif studi lain tidak menemu- kan bahwa hal tesebut
secar signifkan bermanfaat dalam meng- abstinensi mencegah relaps.Namun, bila digunakan
induksi atau awal teapi obat tersebut mungkin memberikan beberpa pada manfaat nsien bagi
pasienyang tidak mengalami ketergantungan yang parah Yang juga diteliti tapi tidak terbukti
efektif dalam studi dengan kontrol adalah antidepresan lain, seperti bupropion (Wellbutrin),
inhibitor oksidase monoamin (selegilin [Eldeprl) inhibitor selektif uptake serotonin (ch,
fuoxetine Prozac mazindol [Sanorex, pemolin Cyler), antipsikotik (cth.,fuper tiksol Depixo),
litium, beberapa inhibitor kanal kalsium yang berbeda dan antikonvulsan (ch, karbamazepin
regretol dan asam valproat [Depakene) Satu studi menemukan bahwa 300 mg fenitoin
(Dilantin) dalam sehari dapat mengurangi pengguna an kokain studi ini masih perlu replikasi
lebih lanjut.
Beberapa agen yang sedang dikembangkan belum dico pada studi manusia. Ini
mencakup akan secara memblok atau menstimulasi subtipe reseptor dopamin (cth agonis D.
selekti) dan obat yang dapat secara selektif memblok akses kokain terhadap transpor dopamin
namun masih memung kinkan pengangkutnya mengeluarkan kokain dari sinaps. Pen dekatan
lain ditujukan pada pencegahan kokain untuk mencapai otak menggunakan antibodi untuk
mengikat kokain di dengan alian darah disebut vaksin kokain. Antibodi pengikat (yang
kokain tesebut dapat mengurangi efek penguatan kokain pada model hewan. Yang juga
sedang diteliti adalah antibodi katalitik yang mengakselerasi hidrolisis kokain dan
butirilkolinesterase pseudokolieserse), tampaknya menghidrolisis kokain yang secara selektif
dan biasanya terdapat dalam tubuh.
Detoksifikasi
Sindrom putus kokain berbeda dari opioid, alkohol, atau agen hipnotik-sedatif karena
tidak ada gangguan isiologis yang meng- haruskan keadaan putus obat untuk dirawat inap
atau mondok. Oleh karena itu, biasanya mungkin untuk terlibat dalam percobaan terapeutik
keadaan putus zat rawat jalan sebelum menentukan apakah diperlukan situasi yang lebih
intensifatu terkontrol bagi pasienyang tidak mampu berhenti tanpa bantuan dalam membatasi
ases mereka terhadap kokain.Pasien yang putuskokain biasanya mengalami kelelahan,
disforia, tidur terganggu, dan sedikit ke- tagihan beberapa mungkin mengalami depresi Tidak
ada agen armakologis yang dapat diandalkan untuk mengurangi intensitas keadaan putus zat,
tapi pemulihan dalam satu sampai dua minggu biasanya bukan sesuatu yang luar
biasa.Namun, mungkin perlu waktu lebih lama kegiatan tidur, mood,dan fungsi kognitif agar
dapat pulih sepenuhnya.