Laporan PEMICU Ca Serviks
Laporan PEMICU Ca Serviks
Ca Serviks
Kelompok 5
Disusun Oleh :
Ketua
(09000001)
: Eko firtson
Sekretaris:
(11000042)
Anggota:
: Chintya D. Tarigan
(11000017)
(11000047)
(11000043)
Darwin Samuel
(11000041)
Ester RW Tobing
(11000049)
(11000024)
(10000046)
Endang Tambunan
(11000046)
Peniel Hutabarat
(11000045)
Fakultas Kedokteran
Universitas HKBP Nommensen
1
2014
PEMICU
Ibu S, 40 tahun, Paritas 6, Abortus 0, datang ke puskesmas Dolok Sanggul karena mengeluh
keluar darah dari kemaluannya saat berhubungan intim dengan suaminya. Perdarahan sedikit
berupa bercak, riwayat perdarahan dari kemaluan sebelumnya (-), riwayat menstruasi : haid
18 november 2014. Cara bersenggama biasa, ini merupakan suami ibu S yang ke-3, menikah
pertama kali usia 17 tahun. Riwayat KB (-), DM (-), riwayat keputihan (+) 4 tahun ini dan 1
bulan ini tercium berbau busuk. Karena keputihannya, 3 tahun yang lalu ibu S melakukan pap
smear dengan hasil LSIL (Low-grade Squamous Intra- epithelial Lesion),tetapi tidak pernah
terkontrol. Dokter di puskesmas segera memeriksa tanda vital ibu, tekanan darah 110/70
mmHg., frekuensi nada 20 x. Menit dan temperature 36,8. Pemeriksaan inspekulo serviks ;
tampak lesi eksofitik, mulai berdarah bila disentuh.
Apa yang terjadi pada ibu S ?
Unfamiliar Terms
Masalah
Pasien mengeluarkan darah dari kemaluannya pada saat koitus, serta mengalami
keputihan berbau busuk.
Analisa Masalah
Terjadi perubahan struktur pada organ genitalia eksterna-interna yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan di luar masa menstruasi, dengan berbagai faktor resiko seperti berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Learning Issue.
1.
2.
3.
4.
d)
e)
f)
g)
5.
6.
7.
8.
9.
Faktor resiko
Gejala Klinis
Patogenesis
Penegakan Diagnosa
Grading Ca Serviks
Intepretasi Hasil Pemeriksaan Dini
Penatalaksanaan Ca Serviks
Edukasi dan Pencegahan
Komplikasi dan Prognosis.
Differentiating
sign/symptoms
No mass; no abnormal
bleeding; usually no
symptoms
Differentiating Test
Pelvic Infection
Nabothian cyst
HPV Infection
Endometriosis
Cervical polyp
Cervical fibroid
2. Histologi Serviks
Serviks adalah bagian inferior uterus yang struktur histologinya berbeda dari bagian
lain uterus.
kembali ke tempat awal. Area tempat bertumbuhnya kembali epitel skuamos atau tempat
antara letak taut saat lahir dan dewasa muda disebut zona transformasi.
Gesekan dengan penis sewaktu coitus
Perdarahan
4. Ca Serviks
a.
Definisi
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona transisional yang terletak
antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
b.
Etiologi
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Sekitar 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18.
c.
Epidemiologi
Faktor Resiko
Berhubungan seksual usia muda (<20 tahun)
Jumlah parietas tinggi
Riwayat kanker serviks pada keluarga
Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi dan berganti-ganti pasangan
Pemakaian kontrasepsi oral
Wanita perokok
Infeksi herpes genitalia atau infeksi chlamdya menahun
Penggunaan antiseptik vagina
e.
Gejala Klinis
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat
bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
f.
Patogenesis
g.
Penegakan Diagnosa
PemeriksaanPenunjang :
Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa kanker serviks
adalah:
1.
Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat untuk
mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen ektoserviks dan
endoserviks.
Gambar : Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim.
2.
Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat seperti
mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi
merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan
dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya
terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan
kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan
dimana biopsi harus dilakukan.
Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika
5. Grading Ca Serviks.
Stadium kanker serviks berdasarkan klasifikasi TNM dan International Federation of
Gynecologist and Obstetricians (FIGO) 2000
TNM
Tx
T0
Tis
T1
FIGO
0
KRITERIA
Tumor tidak dapat diidentifikasi
Tidak ada bukti Tumor primer.
Karsinoma
insitu,
karsinoma
intraepithelial
Karsinoma masih terbatas di serviks
(penyebaran
T1a
Ia
ke
korpus
uteri
diabaikan).
Invasi kanker ke stroma hanya dapat
dikenali secara mikroskopik, lesi
yang dapat dilihat secara langsung
walau dengan invasi yang sangat
superfisial dikelompokkan sebagai
stadium Ib. Kedalaman invasi ke
stroma tidak lebih dari 5 mm dan
lebarnya lesi tidak lebih dari 7 mm.
T1a1
Ia1
T1a2
Ia2
lebih dari 7 mm .
Invasi ke stroma dengan kedalaman
lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5
T1b
Ib
T1b1
Ib1
T1b2
Ib2
dari 4 cm .
Besar lesi secara klinis lebih dari 4
cm .
T2a
IIa
T2b
IIb
melibatkan parametrium .
Infiltrasi ke parametrium, tapi belum
T3
III
atau
adanya
dinding
perluasan
panggul.
Kasus
sampai
dengan
IIIa
kelainan
IIIb
IVa
parametrium
belum
T4
dapat
T3b
ginjal
adanya
hidronefrosis
atau
M1
IVb
rongga panggul.
Sumber : FIGO Committee on Gynecologic Oncology. 2006. Staging Classifications
and Clinical Practice Guidelines for Gynaecological Cancers.
N
NX :
N0 :
N1 :
Metastasis jauh
MX :
M0 :
M1 :
Metastasis jauh.
11
Kelas I :
Kelas II :
c.
Kelas III:
sedang.
Kelas IV:
Kelas V :
d.
e.
2. Sistem CIN.
a.CIN I merupakan dysplasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada
kurang dari sepertiga lapisan epitelium.
b.CIN II merupakan dysplasia sedang, dimana melibatkan dua pertiga epitelium.
c.CIN III merupakan dysplasia berat atau karsinomain situ yang dimana telah melibatkan
sampai ke basement membrane dari epitelium.
3. Sistem Klasifikasi Bethesda
a. Sel skuamosa
a)
b)
c)
d)
b. Sel glandular
a. Atypical Endocervical Cells
b. Atypical Endometrial Cells
c. Atypical Glandular Cells
d. Adenokarsinoma Endoservikal In situ
e. Adenokarsinoma Endoserviks.
f. Adenokarsinoma Endometrium
g. Adenokarsinoma Ekstrauterin
h. Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)
7. Penatalaksanaan Ca Serviks
1. Terapi operasi
12
IA1: dengan histerektomi total bila perlu konservasi fungsi reproduksi, dapat dengan
konisasi.
IA2 : dengan histerektomi radikal modifikasi ditambah pembersihan kelenjar limfe
kavum pelvis bilateral.
IBI IIA : dengan histerektomi radikal modifikasi atau histerektomi radikal ditambah
pembersihan kelenjar limfe kavum pelvis bilateral; pasien usia muda dapat
mempertahankan ovari.
2. Radioterapi
1) Radioterapi radikal
dapat digunakan untuk terapi karsinoma serviks uteri stadium I-IV, khususnya sesuai
untuk karsinoma serviks uteri stadium IIb-IV. Tujuannya adalah agar lesi primer
serviks uteri dan lesi sekunder yang mungkin timbul semuanya mendapat dosis
radiasi maksimal, tapi tidak melebihi dosis toleransi radiasi organ dalam abdomen dan
pelvis. Formula radioterapi baku adalah radiasi eksternal kavum pelvis ditambah
radioterapi intrakavital jarak dekat, dosis titik A 80-85Gy, titik B 50-55Gy ( Titik A
terletak 2cm diatas forniks lateral, titik potong dengan aksis tengah uterus ke lateral
2cm, titik B terletak pada satu bidang dengan titik A, 3cm di lateral A).
2) Radioterapi pasca operasi
Untuk pasien yang secara patologik terbukti terdapat metastasis di kelenjar limfe
kavum pelvis, kelenjar limfe para-aorta abdominal, jaringan parametrium, tumor
menginvasi lapisan otot dalam serviks uteri, tampak tumor residif di vagina residual.
3. Kemoterapi
Dewasa ini kemoterapi terutama digunakan untuk terapi kasus stadium sedang dan
lanjut pra-operasi atau kasus rekuren, metastasis. Untuk tumor ukuran besar, relatif
sulit diangkat secara operasi, kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meningkatkan
keberhasilan operasi; terhadap pasien radioterapi, tambahan kemoterapi yang sesuai
dapat meningkatkan sensitivitas terhadap radiasi; sedangkan bagi pasien stadium
lanjut yang tidak sesuai untuk operasi atau radioterapi, kemoterapi dapat membawa
efek paliriatif.
13
14
2. Pasca kemoteraphy
Kehilangan nafsu makan
Kerontokan rambut jangka pendek
Sariawan
Meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ( kekurangan sel darah putih)
Kelelahan
Menopause dini
Infertilitas
3. Pasca radioteraphy
Kelelahan
Diare
Perubahan warna kulit seperti terbakar
Menopause dini
Pembengkakan kaki (lymphedema)
Prognosis
Prognosis baik tergantung pada stadium, bila stadium dini angka ketahanan hidup
lebih tinggi, sedangkan prognosis buruk pada stadium IV angka ketahanan hidup <10%.
Kesimpulan
Ibu S, 40 tahun, Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik dan hasil pemerikasaan
penunjang yang dilakukan, didiagnosis mengalami kanker serviks stadium 1 .
Daftar Pustaka
Prawirihardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. BPSP
Llewellyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Ramli, Muchlis, Rainy Umbas, Sonar S. Panigoro. 2002. Deteksi Dini Kanker. Jakarta: FKUI
15