Anda di halaman 1dari 136

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.

Profil Umum Ekoregion Kalimantan

Ekoregion merupakan wilayah geografi yang memiliki kesamaan ciri


ilkim, tanah, flora dan fauna asli serta pola interaksi manusia dengan alam
yang menggambarkan integritas sistem alam lingkungan hidup. Sesuai
dengan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa
penetapan wilayah ekoregion dilaksanakan dengan mepertimbangkan
kesamaan: a) Karakteristik bentang alam; b) Daerah Aliran Sungai;
c) Iklim; d) Ekonomi; f) Ekonomi; g) Kelembagaan masyarakat; dan h)
Hasil inventarisasi lingkungan hidup. Mengingat keanekaragaman yang
terdapat dalam Kepulauan Indonesia cukup tinggi, maka dalam
penetapan Ekoregion Nasional tersebut perlu digunakan pendekatan
yang bersifat tetap/statis, mewakili komponen fisik umum, mudah
diaplikasikan dalam bentuk peta, memiliki kelas-kelas turunan yang
lebih detail, hirarki yang jelas dalam unit pemetaan, ketersediaan
data, dan terukur . Mengingat komponen-komponen yang diperlukan
dalam pendekatan tersebut secara umum telah terwakili dalam Peta
Sistem Lahan, maka ekoregion Kalimantan mengacu pada penetapan
Ekoregion Nasional menggunakan operasionalisasi pemetaan dengan
pendekatan Sistem Lahan (Land System).
Ekoregion di Kalimantan yang posisi geografisnya terlindung dari zona
subduksi lempeng benua lebih didominasi oleh ekoregion dataran
denudasional, dataran fluvial, dataran gambut, dan dataran marin.
Ekoregion perbukitan dan pegunungan vulkanik yang ada merupakan
vulkanik tua, yang terkonsentrasi di bagian tengaj. Iklimnya yang
termasuk tropika basah dengan curah hujan cukup tinggi dan air
sungainya yang mengalir sepanjang tahun membuat ketersediaan airnya
cukup melimpah. Kondisi iklim yang demikian mengakibatkan proses
pelapukan batuan di Pulau Kalimantan berlangsung sangat intensif,
sehingga terbentuk ekoregion dataran denudasional dengan jenis tanah
podsolik dan spodosol yang miskin hara tanaman. Selain itu, ekoregion
dataran fluvial dan dataran gambutnya yang bervegetasi monsoon rawa
air tawar atau air gambut pamah tidak terlalu subur karena bahan
induknya berpasir kuarsa. Mesipun demikian, ekoregion Kalimantan
banyak mengandung deposit batubara, seperti ekoregion dataran
36

struktural yang ada di Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur. Ekoregion


yang kaya dengan deposit batubara tersebut dalam kondisi terancam
karena kebakaran dan subsiden gambut, serta penggundulan hutan.
Maraknya penambangan batubara dan penggundulan hutan yang terjadi
saat ini mengancam keanekaragaman hayati yang ada dan dikhawatirkan
dapat menimbulkan bencana penggurunan. Di ekoregion Pulau
Kalimantan, tingkat keanekaragaman hayati tinggi hanya berada di
kawasan hutan konservasi, seperti taman Nasional Kutai yang masih
berhutan lebat.

3.2.

Profil Ekoregion dan Liputan Lahan Ekoregion Kalimantan

3.2.1. Profil Ekoregion Kalimantan


Ekoregion Pulau Kalimantan didominasi oleh ekoregion Pegunungan
struktural kompleks Maratus seluas 14.808.866,41 hektar (27,7%) dan
ekoregion terendah kedua setelah danau adalah ekoregion pegunungan
intrusif batu beku tua seluas 379.328,12 hektar (0,7%). Ekoregion
pegunungan struktural kompleks Meratus merupakan satuan ekoregion
pegunungan struktural lipatan. Satuan ekoregion ini merupakan jalur
punggungan atau igir yang dicirikan oleh morfologi bergunung dengan
lereng sangat terjal. Material penyusun satuan ini adalah kelompok batuan
ultramafik dan batuan malihan. Ekoregion ini memiliki kedalaman air
tanah dalam berupa air tawar. Sungai yang terdapat pada ekoregion ini
adalah sungai parenial dengan pola aliran rectangular. Tanah dominan
adalah tanah Latosol dengan solum tanah dalam (lebih dari 100 cm).
Ekoregion pegunungan struktural kompleks Maratus paling banyak berada
di provinsi Kalimantan Utara yaitu sebesar 4.576.654,22 hektar (8,57%
dari total luas Pulau Kalimantan). Sedangkan ekoregion pegunungan
struktural kompleks Maratus paling sedikit berada di provinsi Kalimantan
Selatan, yaitu hanya seluas 606.178,66 hektar (1,14% dari total luas
Pulau Kalimantan).
Ekoregion dominan kedua, adalah ekoregion perbukitan struktural
kompleks Maratus. Perbukitan struktural kompleks Meratus memiliki jenis
geologi berupa batuan ultramafik dan malihan dan memiliki banyak
potensi tambang batubara. Satuan ekoregion perbukitan
struktural
yang ada di Pulau Kalimantan lebih didominasi oleh perbukitan lipatan
(folded hill) yang terpatahkan pada beberapa tempat. Satuan ekoregion
yang membentuk
punggungan atau igir di bagian tengah pulau,
sebagai bagian tengah dari rangkaian
Perbukitan Pegunungan Lipatan
Meratus. Satuan ini dicirikan oleh morfologi perbukitan
(lereng agak
37

curam hingga curam dengan kemiringan 15-30% atau 30-40%), dengan


material penyusun didominasi oleh kelompok batuan ultramafik dan
batuan malihan,
yang pada beberapa tempat diterobos oleh bukit-bukit
intrusif berbatuan vulkanik gabro, diorit,dan diabas. Ekoregion ini memiliki
total luas sebesar 14.503.617,19 hektar (27,2%). Provinsi Kalimantan
Timur merupakan provinsi yang memiliki ekoregion perbukitan struktural
kompleks Maratus terluas, yaitu sebesar 7.032.094,37 hektar.
Ekoregion dataran fluvial Kalimantan menduduki posisi ketiga
dengan total luasan ekoregion ini adalah 9.572.902,00 hektar (17,9%).
Provinsi yang memiliki luasan ekoregion dataran fluvial Kalimantan terluas
adalah provinsi Kalimantan Tengah yaitu seluas 4.834.458,95 hektar
(9,05%). Satuan ekoregion dataran fluvial (fluvial plain) merupakan
satuan yang terbentuk akibat proses pengendapan material-material
alluvium (kerikil, pasir, lempung dan lanau) oleh aliran sungai antara lain:
Sungai Kapuas, Barito, dan Mahakam beserta anak-anak sungainya.
Satuan ekoregion ini dicirikan oleh relief datar dengan kemiringan lereng
0-3%, material berupa endapan aluvium, berstruktur horisontal dengan
perlapisan yang teratur (endapan material kasar di bagian bawah, yang
semakin ke atas semakin halus).
Ekoregion dataran gambut kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam
merupakan ekoregion dengan dominasi ke empat, yaitu seluas
4.461.145,93 hektar (8,4%). Provinsi Kalimantan Tengah merupakan
provinsi dengan luasan ekoregion dataran gambut kompleks KahayanKapuas-Mahakam yang paling besar yaitu seluas 2.634.197,71 hektar.
Ekoregion ini merupakan endapan aluvium berupa bahan organik hasil
dekomposisi. Jenis tanahnya didominasi tanah gambut (Haplofibrist).
Substratum umumnya pasir kuarsa.
Ekoregion dominasi ke lima adalah ekoregion Dataran Struktural
Kompleks Meratus seluas 3.872.998,64 yang menempati 7,3% dari total
luasan Pulau Kalimantan. Satuan dataran struktural dicirikan oleh
morfologi permukaan berupa dataran, tetapi jika dilakukan pengamatan
profil secara vertikal menunjukkan struktur lipatan pada sistem perlapisan
batuannya. Satuan ini sebenarnya merupakan dataran kaki dari perbukitan
lipatan yang terbentuk di bagian tengah Pulau Kalimantan secara
keseluruhan, dengan material penyusun sangat variatif, bergantung pada
formasi batuan penyusunnya. Satuan dataran struktural ini berkembang
akibat tererosinya lerengkaki dan/atau perbukitan hingga pegunungan
lipatan secara kuat, yang menyebabkan bagian permukaannya terkikis
habis, sehingga membentuk seperti hamparan dataran yang luas. Satuan
ini menempati wilayah sangat luas, dengan topografinya berupa dataran
(lereng 0-3%), dataran berombak (lereng 3-8%), hingga bergelombang
(lereng 8-15%).
38

Ekoregion lain, menempati proporsi dari 0 hingga 5% dari total


keseluruhan luas wilayah Pulau Kalimantan. Meskipun tidak berada dalam
proporsi yang mendominasi, setiap ekoregion memberikan karakteristik
bagi pembentukan jasa ekosistem di Pulau Kalimantan.
Kondisi Ekoregion Kalimantan secara spasial ditunjukkan lebih jelasnya
pada Gambar 3.1. tentang Peta Ekoregion Pulau Kalimantan. Sedangkan
distribusi luasan dan persentase proporsinya disajikan pada Tabel 3.1.

39

Gambar 3.1. Profil Ekoregion Pulau Kalimantan

40

Tabel 3.1 Profil Ekoregion Kalimantan

Sumber : Analisis Studio 2015

41

3.2.2.

Profil Liputan Lahan

Profil liputan lahan di Pulau Kalimantan yang paling besar berupa


hutan lahan tinggi dengan luasan 16.830.286,00 (31,52%). Dari luasan
tersebut 5.211.033,89 hektarnya berada di provinsi Kalimantan Timur
yang merupakan provinsi dengan tutupan lahan hutan lahan tinggi yang
terluas. Sedangkan provinsi Kalimantan Selatan adalah provinsi dengan
tutupan hutan lahan tinggi yang paling rendah, yaitu hanya seluas
407.922,93 hektar. Dominasi tutupan lahan kedua di Pulau Kalimantan
adalah semak dan belukar yang memiliki luasan tutupan lahan sebesar
9.935.317,91 (18,61%). Hampir separuh dari luasan tutupan lahan semak
belukar tersebut berada di provinsi Kalimantan tengah, yaitu seluas
4.307.523,95 hektar.
Profil liputan lahan paling kecil di Pulau Kalimantan adalah
bangunan non permukiman, yaitu hanya sebesar 1.588,45 hektar. Dari
luasan tersebut, yang paling banyak berada di provinsi Kalimantan Selatan
sebesar 568,23 hektar dan terkecil di provinsi Kalimantan Barat sebesar
121,58 hektar. Profil liputan lahan terkecil selanjutnya adalah rawa pesisir
dengan luas total tutupan lahan sebesar 7.858,21 hektar (0,01%). Untuk
profil tutupan hutan, yang terdiri dari hutan lahan rendah, hutan lahan
tinggi, hutan mangrove, hutan rawa dan hutan tanaman terbesar berada
di provinsi Kalimantan Tengah, yaitu seluas 8.042.801,71 hektar, dan
terrendah berada di provinsi Kalimantan Selatan yaitu seluas 893.622,48
hektar. Untuk profil tutupan lahan permukiman dan campuran memiliki
total luas 287.020,96 hektar (0,54%) dengan luasan terbesar berada di
provinsi Kalimantan Barat yaitu seluas 97.018,31 hektar. Sedangkan untuk
profil tutupan lahan permukiman dan campuran terendah berada di
provinsi Kalimantan Utara, yaitu sebesar 26.303,38 hektar.
Secara umum liputan lahan di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada
Gambar 3.2. dan luasan serta distribusi proporsinya disajikan pada Tabel
3.2. berikut

42

Gambar 3.2. Profil Liputan Lahan Pulau Kalimantan

43

Tabel 3.2. Profil Liputan Lahan Pulau Kalimantan

Sumber : Analisis Studio 2015


44

3.3.

Daya Dukung Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bermaksud


melakukan identifikasi Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Indonesiya yang diukur dengan pendekatan jasa ekosistem (ecosystem
services) sebagaimana yang dilakukan dalam Millenium Ecosystem
Assessment United Nation. Asumsinya, semakin tinggi jasa ekosistem
semakin tinggi kemampuan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Jasa ekosistem pada habitat bumi ditentukan oleh keberadaan faktor
endogen dan dinamika faktor eksogen yang dicerminkan dengan dua
komponen yaitu kondisi ekoregion dan penutup lahan (land cover / land
use) sebagai penaksir atau proxy. Oleh karena itu diperlukan proses
transformasi data dari ekoregion dan penutup lahan menjadi nilai jasa
ekosistem.
Menurut sistem klasifikasi jasa ekosistem dari Millenium Ecosystem
Assessment (2005), jasa ekosistem dikelompokkan menjadi empat fungsi
layanan, yaitu jasa penyediaan (provisioning), jasa pendukung
(supporting) dan jasa kultural (cultural) serta jasa pengaturan
(regulating).

3.3.1. Profil

Daya

Dukung

Lingkungan

Jasa

Ekosistem

Penyediaan
Jasa ekosistem penyediaan, terdiri dari 5 komponen yang akan dijabarkan.
5 komponen tersebut yaitu : jasa ekosistem pangan, jasa ekosistem air
bersih, jasa ekosistem serat, jasa ekosistem energi dan jasa ekosistem
sumberdaya genetik. Ke lima jasa ekosistem tersebut akan dijabarkan
menurut provinsi dan menurut ekoregion sebagai unit analisisnya.

3.3.1.1 Jasa Ekosistem Penyediaan


3.3.1.1.1. Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan bahan pangan yaitu
segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati (tanaman dan hewan) dan
air (ikan), baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Jenis-jenis
pangan di Indonesia sangat bervariasi diantaranya seperti beras, jagung,
ketela, gandum, sagu, segala macam buah, ikan, daging, telur dan
sebagainya. Penyediaan pangan oleh ekosistem dapat berasal dari hasil
45

pertanian dan perkebunan, hasil pangan peternakan, hasil laut dan


termasuk pangan dari hutan.
Sektor pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia sehingga ketersediaan bahan pangan menjadi aspek penting.
Ekosistem memberikan manfaat penyediaan bahan pangan yaitu segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati (tanaman dan hewan) dan air
(ikan), baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.
Berdasarkan kondisi ekoregion Pulau Kalimantan, distribusi luas dan
peran jasa ekosistem penyediaan pangan menurut ekoregion disajikan
pada Tabel 3.3. berikut
Tabel 3.3. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Menurut Ekoregion
Sangat Rendah Rendah
EKOREGION

0,00

0,00

Ha
3.947.177,40

1.310.840,75

2,45

2.886.615,69

Dataran Pantai Kalimantan

586.025,40

1,10

589.405,57

1,1

84.048,45

0,16

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

378.990,80

0,71

103.729,19

0,19

3.390.278,66

6,35

600.672,70

1,12

186.959,62

0,35

2.842,97

0,01

6.976,87

0,01

366.287,95

0,69

6.063,30

0,01

14.285.810,73

26,75

486.419,67

0,91

36.636,01

0,07

2.146.773,70

4,02

597.498,43

1,12

19.625,56

0,04

870.546,12

1,63

110.548,11

0,21

1,33

0,00

10.325.864,81

19,34

3.272.531,93

6,13

905.220,46

1,70

7.512,79

0,01

0,00

0,00

30.520.014,67

57,15

10.334.130,82

19,35

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus

Ha

DANAU
Grand Total

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

12.547.173,57

Ha

7,39

5.625.724,60

10,53

5,41

263.689,49

0,49

23,5

Sumber : Analisis Studio 2015

Lahan berpotensi tinggi sangat tinggi paling besar proporsinya


berada di ekoregion Dataran Fluvial Kalimantan (10,53%) seluas
5.625.724,60 hektar dan Dataran Struktural Kompleks Meratus (6,35%)
seluas 3.390.278,66 hektar. Dataran fluvial Kalimantan merupakan satuan
yang terbentuk akibat proses pengendapan material aluvium oleh aliran
sungai. Sungai-sungai yang berperan penting dalam proses
pembentukannya adalah Sungai Kapuas, Barito dan Mahakam beserta
anak-anak sungainya. Tanah yang berkembang pada daerah dataran
fluvial ini adalah tanah dominan aluvial (Fluvaquents, Epiaquepts) dan
Gambut (Luvihemist) yang relatif subur dengan muka air tanah yang
46

dangkal dan pola sungai meandering. Hal ini menyebabkan lahan pada
ekoregion ini banyak dimanfaatkan sebagai sawah dan perkebunan.
Secara umum persentase distribusi luasan jasa ekosistem penyediaan
pangan menurut ekoregion dapat diilustrasikan dengan grafik yang
disajikan pada Gambar 3.3. berikut

DANAU

0.01

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

19.34

Perbukitan Karst Kalimantan

1.63

Perbukitan Denudasional Kalimantan

4.02

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

26.75

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

0.01

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.12

Dataran Struktural Kompleks Meratus

0.71

Dataran Pantai Kalimantan

1.10

Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.45

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00
0

10

20

30

Gambar 3.3. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Menurut Ekoregion

NIlai sangat menonjol ditunjukkan pada jenis ekoregion


pegunungan dan perbukitan struktural kompleks Meratus untuk klasifikasi
sangat rendah rendah, yang masing-masing nilai persentasenya adalah
26,75% dan 19,34%. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa pada kondisi
ekoregion tersebut kurang berpotensi atau berpotensi rendah untuk
dikembangkan sebagai jasa penyediaan pangan.
Distribusi peran jasa ekosistem penyediaan pangan dapat pula
dilihat berdasarkan wilayah administrasi, dalam hal ini pada lingkup
provinsi. Tabulasi distribusi luas dan peran jasa ekosistem penyediaan
pangan yang dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut.

47

Tabel 3.4. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Menurut
Provinsi
Sangat RendahRendah
PROVINSI
Ha
%
KALIMANTAN BARAT
5.426.067,05
10,16
KALIMANTAN SELATAN
1.422.180,08
2,66
KALIMANTAN TENGAH
7.788.688,08
14,59
KALIMANTAN TIMUR
10.051.707,94
18,82
KALIMANTAN UTARA
5.831.371,53
10,92
Grand Total
30.520.014,67 57,15
Sumber : Analisis Studio 2015

Sedang
Ha
%
4.526.751,50
8,48
851.216,20
1,59
4.561.455,36
8,54
1.796.504,98
3,36
811.245,53
1,52
12.547.173,57 23,50

Tinggi - Sangat Tinggi


Ha
%
4.732.711,40
8,86
1.418.694,24
2,66
2.972.460,24
5,57
951.179,63
1,78
259.085,31
0,49
10.334.130,82 19,35

Dari Tabel 3.4. tersebut terlihat bahwa provinsi yang memiliki


luasan penyedia pangan tinggi terluas adalah provinsi Kalimantan Barat,
yaitu sebesar 4.732.711,4 hektar (8,86%) diikuti oleh provinsi Kalimantan
Tengah sebesar 2.972.460,24 hektar (5.57%). Hal ini karena tutupan
lahan terbesar di Kalimantan Barat adalah kebun dan tanaman campuran
seluas 3.533.968,34 hektar diikuti dengan hutan baik lahan tinggi maupun
lahan rendah serta lahan perkebunan. Sedangkan untuk Kalimantan
Tengah luasan hutan lahan tinggi merupakan luasan tutupan lahan
terbesar, yaitu sebesar 3.223.163,54 hektar diikuti oleh hutan lahan
rendah seluas 2.561.107,68 hektar. Provinsi Kalimantan Barat didominasi
oleh ekoregion pegunungan dan dataran struktural kompleks Meratus,
dimana pada kedua ekoregion tersebut banyak digunakan sebagai kebun
dan kebun campuran.
Jenis tanah dominan pada pegunungan strutural kompleks Meratus
adalah tanah Latosol dengan kedalaman solum >100cm sehingga
didominasi oleh penggunaan lahan hutan. Sedangkan jenis tanah dominan
pada dataran struktural kompleks Meratus adalah Podsolik merah
kekuningan (Hapludults) dan Spodosol (Haplorthods). Tanah pada
ekoregion ini umumnya memiliki solum sedang hingga tebal sehingga
cocok digunakan sebagai lahan perkebunan. Provinsi yang memiliki
ekoregion dataran fluvial terluas adalah provinsi Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Barat. Hal ini juga merupakan alasan mengapa kedua provinsi
ini memiliki jasa penyediaan pangan terbesar.
Secara umum distribusi luasan jasa ekosistem penyediaan pangan
menurut provinsi dapat diilustrasikan melalui grafik yang disajikan pada
Gambar 3.4. berikut

48

0.49

KALIMANTAN UTARA
1.78

KALIMANTAN TIMUR
Tinggi - Sangat Tinggi

5.57

KALIMANTAN TENGAH

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.66

KALIMANTAN SELATAN
8.86

KALIMANTAN BARAT

0.00

10.00

20.00

Gambar 3.4. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Menurut Provinsi

Dataran fluvial Kalimantan merupakan satuan yang terbentuk


akibat proses pengendapan material aluvium oleh aliran sungai. Sungaisungai yang berperan penting dalam proses pembentukannya adalah
Sungai Kapuas, Barito dan Mahakam beserta anak-anak sungainya. Tanah
yang berkembang pada daerah dataran fluvial ini adalah tanah dominan
aluvial (Fluvaquents, Epiaquepts) dan Gambut (Luvihemist) yang relatif
subur dengan muka air tanah yang dangkal dan pola sungai meandering.
Hal ini menyebabkan lahan pada ekoregion ini banyak dimanfaatkan
sebagai sawah dan perkebunan. Provinsi Kalimantan Barat memiliki peran
dan fungsi jasa ekosistem pangan paling tinggi dibandingkan dengan
wilayah lainnya. Hal ini memiliki makna bahwa Provinsi Kalimantan Barat
secara umum memiliki kemampuan yang relatif lebih tinggi untuk
mendukung kegiatan pertanian (dalam arti luas) apabila dibandingkan
dengan provinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Sedangkan untuk peran
penyediaan pangan terendah yang paling besar berada pada Provinsi
Kalimantan Timur seluas 10.051.707,94 hektar (18,82%).
Apabila dilihat proporsinya secara keseluruhan, klasifikasi jasa
ekosistem penyediaan pangan di Pulau Kalimantan baik menurut
ekoregion maupun menurut provinsi, Lahan yang berpotensi tinggi
sangat tinggi untuk penyedia bahan pangan di Pulau Kalimantan hanya
19.35% dari total luas lahan di Pulau Kalimantan, yaitu seluas
10.334.130,82 hektar. Luas lahan berpotensi sedang adalah
15.144.928,71 hektar atau 23,5%. Sedangkan lebih dari separuh dari luas
49

Pulau Kalimantan adalah lahan berpotensi sangat rendah rendah seluas


30.520.014,67 hektar yaitu sebesar 57,15% dari luas wilayah. Persentase
luasan jasa ekosistem penyediaan pangan di Pulau Kalimantan dapat
diilustrasikan pada grafik seperti tersaji dalam Gambar 3.5. berikut

Persentase Jasa Ekosistem


Penyediaan Pangan
19.35

23.50

57.15

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.5. Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan di Pulau Kalimantan

Sedangkan untuk memahami lebih jelas distribusi spasial jasa ekosistem


penyediaan pangan di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada gambar 3.6.
berikut tentang Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan
Pangan Pulau Kalimantan.

50

Gambar 3.6. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan Pulau
Kalimantan

51

3.3.1.1.2. Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih


Ekosistem memberikan manfaat penyediaan air bersih yaitu
ketersediaan air bersih baik yang berasal dari air permukaan maupun air
tanah (termasuk kapasitas penyimpanannya), bahkan air hujan yang
dapat dipergunakan untuk kepentingan domestik, pertanian, industri
maupun jasa. Penyediaan jasa air bersih sangat dipengaruhi oleh kondisi
curah hujan dan lapisan tanah atau batuan yang dapat menyimpan air
(akuifer). Air bersih merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat
sehingga mempunyai peran penting dalam kehidupan. Ekosistem
memberikan manfaat penyediaan air bersih yaitu ketersediaan air bersih
baik yang berasal dari air permukaan maupun air tanah (termasuk
kapasitas penyimpanannya), bahkan air hujan yang dapat dipergunakan
untuk kepentingan domestik, pertanian, industri maupun jasa.
Menurut ekoregion, distribusi dan luasan jasa ekosistem
penyediaan air bersih di Pulau Kalimantan disajikan pada Tabel 3.5.
berikut
Tabel 3.5. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

0,00

0,00

468.058,92

0,88

9.104.843,08

17,05

1.840.919,23

3,45

2.614.055,88

4,90

6.170,83

0,01

738.379,97

1,38

521.099,45

0,98

0,00

0,00

112.768,84

0,21

1.313.657,81

2,46

2.446.571,99

4,58

64.479,79

0,12

189.214,32

0,35

536.781,19

1,01

13.005,94

0,02

366.322,18

0,69

0,00

0,00

533.911,60

1,00

433.982,09

0,81

13.840.972,73

25,92

1.204.273,54

2,26

538.769,07

1,01

1.020.855,08

1,91

410.743,70

0,77

354.800,92

0,66

215.550,95

0,40

5.133.165,98

9,61

2.921.599,05

5,47

6.448.852,16

12,08

7.512,79

0,01

0,00

0,00

10.059.161,38
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

18,84

33.620.597,99

62,96

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan
- Kapuas - Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks
Meratus
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

9.721.559,70

18,20

Lahan berpotensi tinggi sangat tinggi paling besar luasnya


mencapai 13.840.972,73 hektar (25,92%) pada jenis ekoregion
Pegunungan Kompleks Meratus. Jenis Ekoregion lain yang mempunyai
52

potensi tinggi untuk penyediaan air adalah dataran fluvial seluas


9.104.843,08 hektar (17,05%) dan perbukitan Struktural Kompleks
Meratus seluas 6.448.852,16 hektar (12,08%). Tekstur tanah di dataran
fluvial adalah berpasir. Tekstur pasir mempunyai jarak antar pori yang
besar sehingga mampu menyimpan dan mengeluarkan air relatif banyak.
Secara umum distribusi luasan jasa ekosistem penyediaan air bersih
menurut ekoregion dapat diilustrasikan pada gambar 3.7. berikut

DANAU

0.00
12.08

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

0.40

Perbukitan Karst Kalimantan

1.91

Perbukitan Denudasional Kalimantan

25.92

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

Sangat Rendah- Rendah

4.58

Dataran Struktural Kompleks Meratus

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Sedang

1.01

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.00

0.00
0.01
17.05

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.7. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Menurut Ekoregion

Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga


ketersediaannya menjadi penting. Ketersediaan recharge area di suatu
daerah akan menjaga stabilitas pasokan air. Sebagian besar luasan Pulau
Kalimantan memiliki peran penyedia air bersih tinggi dan sangat tinggi
dengan luasan 33.620.597,99 hektar (62,96%). Kawasan hutan yang
terletak di perbukitan dan pegunungan merupakan recharge area.
Perbukitan atau pegunungan memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Air
hujan akan masuk ke dalam tanah baik langsung maupun tidak langsung,
misal melalui tumbuhan. Kualitas air tanah di pegunungan dan perbukitan
lebih baik karena banyaknya vegetasi sehingga tidak tercampur dengan
sedimen.
Peran penyediaan air bersih rendah terbanyak berada di provinsi
Kalimantan Timur sebesar 3.444.148,46 hektar (6,45%) pada tutupan
53

lahan semak dan belukar. Rendahnya kerapatan vegetasi membuat


sebagian air hujan langsung berinteraksi dengan tanah. Hal tersebut
menyebabkan sebagian menjadi run off dan lainnya masuk ke dalam
tanah. Kondisi ini akan mengurangi pasokan air dan kualitasnya kurang
baik karena tercampur oleh sedimen.
Apabila dilihat distribusi menurut provinsi di Pulau Kalimantan, ratarata memiliki dominasi klasifikasi penyediaan air bersih tingkat sedang.
Distribusi menurut provinsi dapat dilihat pada tabel 3.6. berikut
Tabel 3.6. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Sangat RendahRendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

1.968.335,57

3,69

3.855.795,85

7,22

8.861.398,53

16,59

KALIMANTAN SELATAN

1.047.493,08

1,96

1.061.446,96

1,99

1.583.150,48

2,96

KALIMANTAN TENGAH

2.863.341,90

5,36

2.420.392,14

4,53

10.038.869,64

18,80

KALIMANTAN TIMUR

3.444.148,46

6,45

1.708.913,57

3,20

7.646.330,51

14,32

KALIMANTAN UTARA

735.842,37

1,38

675.011,17

1,26

5.490.848,83

10,28

10.059.161,38

18,84

9.721.559,70

18,20

33.620.597,99

62,96

Grand Total

Sumber : Analisis Studio 2015

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki persentase paling tinggi dalam


penyediaan air bersih apabila dibandingkan dengan wilayah lain, yaitu
sebesar 18,80% atau seluas 10.038.869,64 hektar. Sedangkan yang
memiliki persentase luasan paling sedikit dalam jasa ekosistem
penyediaan air bersih klasifikasi tinggi adalah Provinsi Kalimantan Selatan,
yaitu sebesar 2,96% atau seluas 1.583.150,48 hektar. Secara umum
dapat dikatakan bahwa di Pulau Kalimantan pada semua wilayah
administrasi, didominasi oleh kelas tinggi sangat tinggi dalam hal
penyediaan air bersih. distribusi luasan jasa ekosistem penyediaan air
bersih menurut provinsi dapat diilustrasikan pada grafik yang disajikan
pada Gambar 3.8.
Apabila dilihat proporsinya secara keseluruhan, klasifikasi jasa
ekosistem penyediaan air bersih di Pulau Kalimantan baik menurut
ekoregion maupun menurut provinsi, dapat diilustrasikan melalui grafik
seperti disajikan pada Gambar 3.9. dimana proporsi kelas tinggi dan
sangat tinggi sangat mendominasi (62,96%), sedangkan kelas sedang
meliliki proporsi hampir sama dengan kelas rendah dan sangat rendah
yaitu masing-masing adalah 18,20% dan 18,84%

54

10.28

KALIMANTAN UTARA

14.32

KALIMANTAN TIMUR

18.80

KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.96

KALIMANTAN SELATAN

16.59

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00 15.00 20.00

Gambar 3.8. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Penyediaan Air Bersih
18.84

18.20

62.96

Sangat Rendah- Rendah


Sedang

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.9. Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan air Bersih di Pulau


Kalimantan

Untuk memahami lebih jelas distribusi spasial jasa ekosistem penyediaan


air bersih di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada gambar 3.10 berikut
tentang Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Air
bersih Pulau Kalimantan.

55

Gambar 3.10. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih

56

3.3.1.1.3. Jasa Ekosistem Penyediaan Serat


Serat (fiber) adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan
komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Ekosistem
menyediakan serat alami yang meliputi serat yang diproduksi oleh
tumbuh-tumbuhan, hewan, dan proses geologis. Serat jenis ini bersifat
dapat mengalami pelapukan. Serat alami dapat digolongkan ke dalam (1)
serat tumbuhan /serat pangan, (2) serat kayu, (3) serat hewan, dan (3)
serat mineral seperti logam dan carbon. Serat alami hasil hutan, hasil laut,
hasil pertanian & perkebunan menjadi material dasar dalam proses
produksi dan industri serta bio-chemical.
Distribusi luas dan peran jasa ekosistem penyediaan serat di Pulau
Kalimantan menurut ekoregion dijabarkan pada Tabel 3.7. berikut dan
ilustrasi persentasenya berupa grafik disajikan pada Gambar 3.11.
Tabel 3.7. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Menurut
Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

6.181.562,22

11,58

1.350.722,18

2,53

2.040.617,60

3,82

4.439.110,39

8,31

22.035,54

0,04

0,00

0,00

242.121,15

0,45

434.804,26

0,81

582.554,01

1,09

2.448.191,09

4,58

716.757,04

1,34

708.050,51

1,33

254.282,38

0,48

536.192,91

1,00

0,00

0,00

7.073,08

0,01

5.967,10

0,01

366.287,95

0,69

497.873,06

0,93

458.557,40

0,86

13.852.435,95

25,94

1.726.679,19

3,23

1.037.218,50

1,94

0,00

0,00

388.140,77

0,73

592.954,79

1,11

0,00

0,00

3.609.066,41

6,76

2.949.181,11

5,52

7.945.369,68

14,88

7.512,79

0,01

0,00

0,00

Grand Total
19.801.612,54
Sumber : Analisis Studio 2015

37,08

25.495.315,69

47,74

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

8.104.390,84

15,18

Ekoregion yang mempunyai potensi tinggi untuk penyedia serat


adalah pegunungan struktural Kompleks Meratus (25,94%) dan
perbukitan struktural Kompleks Meratus (14,88%). Penggunaan lahan
hutan di perbukitan struktural merupakan sumber untuk serat kayu atau
tumbuhan. Hutan juga menjadi habitat untuk berbagai hewan sehingga
mempunyai potensi untuk sumber serat hewan.

57

DANAU

0.00
14.88

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

0.00
0.00
25,94

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Sedang

0.00

Sangat Rendah- Rendah

1.33

Dataran Struktural Kompleks Meratus

1.09

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi - Sangat Tinggi

0.69

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

0.00

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

3.82
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.11. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Serat
Menurut Ekoregion

Penyedia serat terbesar menurut provinsi adalah Provinsi


Kalimantan Timur, yaitu sebesar 7.645.736,46 hektar (14,32%). Hutan
menjadi penghasil serat kayu karena banyak tumbuhan yang berdimater
lebar. Luas hutan lahan tinggi di provinsi Kalimantan Timur ini paling luas,
yaitu seluas 5.211.033,89 hektar diikuti oleh Kalimantan Utara. Selain dari
hutan, serat tumbuhan juga dapat diperoleh dari areal perkebunan dan
tanaman campuran, rawa serta dari tanaman semusim baik lahan kering
maupun lahan basah. Luasan daerah penyedia serat rendah terluas
dimiliki oleh provinsi Kalimantan Tengah yaitu seluas 7.206.374,3 hektar
(13,49%). Hal ini karena sebagian besar dari daerah tersebut berupa
rawa, semak dan belukar. Rawa, yang didominasi oleh gambut, meskipun
dapat melapukan sisa organisme sehingga menjadi serat alami namun
variasi serat yang dihasilkan tidak sebanyak apabila dibandingkan dengan
kawasan hutan. Alasan tersebut yang menyebabkan potensi persawahan
dan rawa lebih rendah dibandingkan hutan.
Lebih jelasnya mengenai distribusi luas dan peran jasa ekosistem
penyediaan serat menurut provinsi dapat dilihat melalui Tabel 3.8. dan
ilustrasi persentasenya yang disajikan dalam grafik disajikan pada Gambar
3.12.

58

Tabel 3.8. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Serat Menurut
Provinsi
Sangat RendahRendah
PROVINSI

Ha

KALIMANTAN BARAT

6.290.388,33

KALIMANTAN SELATAN

1.938.841,89

KALIMANTAN TENGAH

7.206.374,30

KALIMANTAN TIMUR

3.551.251,85

KALIMANTAN UTARA
Grand Total

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

11,78

Ha

2.950.064,86

5,52

5.445.076,77

10,20

3,63

833.624,53

1,56

919.624,10

1,72

13,49

2.408.615,18

4,51

5.707.614,19

10,69

6,65

1.602.404,23

3,00

7.645.736,46

14,32

814.756,16

1,53

309.682,04

0,58

5.777.264,17

10,82

19.801.612,54

37,08

8.104.390,84

15,18

25.495.315,69

47,74

Sumber : Analisis Studio 2015

10.82

KALIMANTAN UTARA

1.53
14.32

KALIMANTAN TIMUR

6.65
Tinggi - Sangat Tinggi

10.69

KALIMANTAN TENGAH

13.49

Sangat Rendah- Rendah

1.72

KALIMANTAN SELATAN

Sedang

3.63
10.20

KALIMANTAN BARAT

11.78
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.12. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Serat
Menurut Provinsi

Secara umum dapat dikatakan lahan yang berpotensi tinggi untuk


penyedia fiber di Pulau Kalimantan ini cukup mendominasi, yakni hampir
separuh dari total luas lahan di Pulau Kalimantan yaitu seluas
25.495.315,69 hektar (47,74%). Pada potensi penyedia serat kelas
sedang teridentifikasi seluas 8.104.390,84 hektar (15,18%) dan potensi
rendah sebesar 19.801.612,54 hektar (37,08%). Gambaran umum
mengenai distribusi kelas jasa ekosistem penyediaan serat disajikan pada
grafik, pada gambar 3.13. berikut

59

Persentase Jasa Ekosistem


Penyediaan Serat
37.08
47.74
Sangat Rendah- Rendah
Sedang
15.18

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.13. Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan Serat di Pulau Kalimantan

Untuk memahami lebih jelas distribusi spasial jasa ekosistem penyediaan


serat di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada Gambar 3.14. tentang Peta
Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Serat di Pulau
Kalimantan.

3.3.1.1.4. Jasa Ekosistem Penyediaan Energi


Ekosistem memberikan manfaat penyediaan energi, baik yang
berasal dari fosil seperti minyak bami dan batubara serta sumber energi
alternatif dari alam seperti tenaga air mikro hidro, tenaga matahari dan
tenaga angin serta panas bumi. Selain itu ekosistem juga menyediaan
energi yang berasal dari bio massa minyak tanaman seperti minyak sawit,
minyak buah biji jarak. Hutan dan berbagai macam tanaman kayu-kayuan
juga memberikan sumbangan terhadap sumber energi.
Jenis Ekoregion yang mempunyai persentase tertinggi untuk
penyediaan energi adalah Pegunungan Struktural Kompleks Maratus
(25,97%), diikuti dengan dataran fluvial (9,54%) dan dataran struktural
Kompleks Meratus (2,72%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.
yang menyajikan distribusi luas dan peran jasa ekosistem penyediaan
energi menurut ekoregion.

60

Gambar 3.14. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Serat

61

Tabel 3.9. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

468.058,92

0,88

4.010.994,90

7,51

5.093.848,18

9,54

2.074.360,92

3,88

2.386.785,02

4,47

0,00

0,00

Dataran Pantai Kalimantan

738.379,97

1,38

521.099,45

0,98

0,00

0,00

Dataran Struktural Kompleks Meratus

778.964,12

1,46

1.642.000,15

3,07

1.452.034,38

2,72

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

254.282,38

0,48

536.192,91

1,00

0,00

0,00

379.328,12

0,71

0,00

0,00

510.311,99

0,96

432.599,68

0,81

13.865.954,74

25,97

1.296.703,13

2,43

569.077,39

1,07

898.117,18

1,68

418.393,97

0,78

562.701,60

1,05

0,00

0,00

8.199.654,69

15,35

6.303.962,50

11,80

0,00

0,00

7.512,79

0,01

0,00

0,00

Grand Total
15.125.951,00
Sumber : Analisis Studio 2015

28,33

21.309.954,47

39,91

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU

16.965.413.60

31,77

Ilustrasi distribusi persentase dari jasa ekosistem penyediaan energi


menurut ekoregion disajikan pada grafik dalam Gambar 3.15. berikut

DANAU
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
Perbukitan Karst Kalimantan

0.00
0.00
0.00
1.68

Perbukitan Denudasional Kalimantan

25.97

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Denudasional Kalimantan

0.00

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Sedang

2.72

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.00

Sangat RendahRendah

0.00

0.00

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

9.54

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.15. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Serat
Menurut Ekoregion

62

Penggunaan lahan pegunungan didominasi oleh hutan. Hutan


merupakan penyedia energi terutama dari hasil hutan seperti kayu atau
ranting. Pada daerah pegunungan struktural kompleks Meratus ini
didominasi material penyusun kelompok batuan ultramafik dan batuhan
malihan. Ekoregion ini juga kaya akan sumberdaya mineral batubara yang
merupakan salah satu sumber energi yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia. Dataran fluvial yang relatif datar sehingga intensitas dan luasan
penyinaran matahari relatif tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan pembangkit listrik tenaga surya. Pemanfaatan energi yang
terbarukan/alami harus ditingkatkan agar ketergantungan terhadap energi
fosil dapat berkurang. Potensi tinggi penyediaan energi ini umumnya
berada di daerah hutan lahan tinggi. Hal ini disebabkan karena kayu dan
ranting dari kawasan hutan dapat menjadi sumber energi bagi kegiatan
domestik masyarakat. Pada daerah pegunungan struktural kompleks
Meratus ini didominasi material penyusun kelompok batuan ultramafik dan
batuhan malihan. Ekoregion ini juga kaya akan sumberdaya mineral
batubara yang merupakan salah satu sumber energi yang banyak
dimanfaatkan oleh manusia.
Apabila melihat dari distribusi per provinsi, Provinsi Kalimantan
Barat adalah provinsi yang memiliki luasan penyedia energi terbesar pada
kelas tinggi dan sangat tinggi yaitu seluas 5.943.439,03 hektar (11,13%).
Sedangkan provinsi Kalimantan Selatan adalah provinsi dengan peran
penyedia energi yang memiliki luasan paling sedikit pada klasifikasi tinggi
dan sangat tinggi yaitu hanya sebesar 1.320.433,30 hektar (2,47%).
Secara lebih rinci distribusi per provinsi untuk jasa ekosistem penyediaan
energi dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Menurut Provinsi
Sangat RendahRendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

KALIMANTAN BARAT

3.853.301,94

7,22

KALIMANTAN SELATAN

1.780.567,83

3,33

KALIMANTAN TENGAH

3.718.444,62

6,96

KALIMANTAN TIMUR

4.651.366,18

8,71

KALIMANTAN UTARA

1.122.270,43

Grand Total
15.125.951,00
Sumber : Analisis Studio 2015

Ha
4.888.788,98

Ha

9,15

5.943.439,03

591.089,39

1,11

1.320.433,30

2,47

5.828.437,83

10,91

5.775.721,22

10,82

4.478.884,75

8,39

3.669.141,62

6,87

2,10

1.178.212,65

2,21

4.601.219,30

8,62

28,33

16.965.413,60

31,77

21.309.954,47

39,91

Provinsi yang memiliki persentase penyedia energi kelas rendah


dan sangat rendah terluas adalah Provinsi Kalimantan Timur yaitu
sebanyak 8,71% atau seluas 4.651.366,18 hektar. Hal ini dipengaruhi oleh
63

11,13

ekoregion perbukitan struktural kompleks Meratus. Sebenarnya tipe


ekoregion ini merupakan tipe yang memiliki potensi mineral batubara yang
besar, namun demikian telah banyak yang rusak akibat penambangan
sehingga telah merusak sistem penyediaan energi yang ada. Provinsi
Kalimantan Barat memiliki potensi penyedia energi kelas tinggi dan sangat
tinggi hampir seimbang dengan kelas sedang yaitu sebesar 10,82% dan
10,91%. Ilustrasi persentase distribusi luas dan peran jasa ekosistem
penyediaan energi yang dirinci menurut wilayah administrasi provinsi
disajikan pada Gambar 3.16. berikut

2.21

KALIMANTAN UTARA

8.62

6.87
8.39

KALIMANTAN TIMUR

Tinggi - Sangat Tinggi

10.82
10.91

KALIMANTAN TENGAH

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.47
1.11

KALIMANTAN SELATAN

9.15

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

11.13

15.00

Tabel 3.16. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Energi
Menurut Provinsi

Pulau Kalimantan secara keseluruhan memiliki potensi tinggi dalam


penyedia energi, persentase luas lahan potensi tinggi mencapai 39,91%
atau seluas 21.309.954,47 hektar. Persentase lahan berpotensi sedang
juga cukup banyak yaitu sebesar 31,77% atau seluas 16.965.413,60
hektar sedangkan potensi rendah mencapai 28,33% atau seluas
15.125.951 hektar. Ilustrasi dari proporsi pembagian klasifikasi jasa
ekosistem penyediaan energi di Pulau Kalimantan secara keseluruhan
disajikan melalui grafik pada Gambar 3.17. sedangkan untuk memahami
lebih jelas distribusi keruangan atau secara spasial jasa ekosistem
penyediaan Energi di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada Gambar 3.18.
berikut tentang Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan
energi di Pulau Kalimantan.

64

Persentase Jasa Ekosistem


Penyediaan Energi
28.33

39.91

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
31.77

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.17. Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan Energi di Pulau Kalimantan

3.3.1.1.5. Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya Genetik


Ekosistem menyediakan beragam sumber daya genetik yang
melimpah dan bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia. Sumberdaya genetik berhubungan erat dengan keanekaragaman
hayati baik flora maupun fauna, dimana keanekaragaman hayati yang
tinggi akan diikuti dengan sumber daya genetik yang melimpah.
Ketersediaan dan distribusi sumberdaya genetik ditentukan oleh tipe
ekosistem yaitu ekoregion bentangalam dan penutup lahan khususnya
areal bervegetasi. Potensi penyediaan sumberdaya genetik dimanfaatkan
sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin
beragam dan kompleks.
Melihat distribusi menururut ekoregion, jasa ekosistem penyediaan
sumberdaya genetik tinggi dan sangat tinggi cukup merata di hampir
selua jenis ekoregion yang ada di Pulau Kalimantan. Peran jasa ekosistem
penyediaan sumberdaya genetik Menurut ekoregion di Pulau Kalimantan
disajikan rinci pada Tabel 3.11. mengenai distribusi luasan dan peran jasa
ekosistem penyediaan sumberdaya genetik

65

Gambar 3.18. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Energi

66

Tabel 3.11. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya
Genetik Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

454.985,22

0,85

4.121.908,82

7,72

4.996.007,97

9,36

1.930.453,58

3,61

149.805,91

0,28

2.380.886,43

4,46

793.053,30

1,49

12.324,39

0,02

454.101,72

0,85

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

1.478.999,30

2,77

1.709.270,10

3,20

684.729,25

1,28

253.694,10

0,48

588,28

0,00

536.192,91

1,00

13.102,14

0,02

366.225,98

0,69

473.190,12

0,89

493.769,44

0,92

13.841.906,86

25,92

Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.748.984,91

3,28

21,54

0,00

1.014.891,24

1,90

410.942,69

0,77

91,46

0,00

570.061,42

1,07

5.220.325,82

9,78

2.788.233,76

5,22

6.495.057,62

12,16

7.512,79

0,01

0,00

0,00

12.785.243,99

23,94

31.340.061,40

58,69

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan
- Kapuas - Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU
Grand Total

Sumber : Analisis Studio 2015

Ha

9.276.013,68

17,37

Ha

Keanekeragaman hayati dipengaruhi juga oleh kondisi lingkungan,


semakin alami lingkungan maka keanekaragaman hayati semakin tinggi.
Kawasan hutan merupakan ekosistem yang mendukung pelestarian
keanekaragaman hayati.
Pada tabel 3.11. dapat dilihat ekoregion Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus mempunyai kemampuan tertinggi untuk penyedia
genetik yaitu seluas 13.841.906,96 hektar atau memiliki proporsi sebesar
25,92% dari luasan total wilayah Pulau Kalimantan. Perbukitan struktural
yang didominasi oleh penggunaan lahan hutan merupakan habitat bagi
beberapa flora fauna. Hutan yang masih alami dan jauh dari kegiatan
manusia, cocok untuk perkembangbiakan fauna dan flora. Penyedia
tertinggi selanjutnya adalah ekoregion perbukitan struktural kompleks
Maratus yang menjadi penyedia sumberdaya genetik sebesar
6.495.057,62 hektar atau 12,16 % dari luas total. Dataran fluvial juga
memiliki nilai tinggi setelah pegunungan dan perbukitan Kompleks
Meratus, yaitu seluas4.996.007,97 atau memiliki proporsi sebesar 9,36%
dari luasan Pulau Kalimantan. Ilustrasi persentase distribusi luas dan
perannya disajikan pada grafik dalam Gambar 3.19.
Melihat
pembagian
atau
rincian
menurut
wilayah
administrasinya,yang ditunjukkan pada Tabel 3.12. hampir seluruh
provinsi memeliki dominasi pada kelas tinggi dan sangat tinggi kecuali
untuk Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki kelas sangat rendah dan
rendah hampir sama dengan kelas tinggi dan sangat tinggi.
67

DANAU

0.00
12.16

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.07
1.90
25.92

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.69

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.00

Dataran Struktural Kompleks Meratus

1.28

Dataran Pantai Kalimantan

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

0.85

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

4.46
9.36

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.19. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya
Genetik Menurut Ekoregion
Tabel 3.12. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya
Genetik Menurut Provinsi
Sangat RendahRendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

3.631.883,79

6,80

3.720.125,36

6,97

7.333.520,80

13,73

KALIMANTAN SELATAN

1.580.543,07

2,96

962.902,25

1,80

1.148.645,20

2,15

KALIMANTAN TENGAH

3.288.462,33

6,16

2.814.863,18

5,27

9.219.278,17

17,26

KALIMANTAN TIMUR

3.520.998,93

6,59

1.546.466,19

2,90

7.731.927,42

14,48

KALIMANTAN UTARA

763.355,87

1,43

231.656,70

0,43

5.906.689,80

11,06

Grand Total
12.785.243,99
Sumber : Analisis Studio 2015

23,94

9.276.013,68

17,37

31.340.061,40

58,69

Provinsi yang memiliki luasan daerah sebagai penyedia sumberdaya


genetik tinggi terbesar adalah provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar
17,26% atau seluas 9.219.278,17 hektar. Hal ini disebabkan karena total
luasan hutan di provinsi Kalimantan Tengah adalah yang paling luas yaitu
sebesar 8.042.801,71 hektar, yang terdiri dari hutan lahan tinggi, hutan
lahan rendah, hutan mangrove, hutan rawa/gambut dan hutan tanaman.
Flora dan fauna di Kalimantan banyak yang merupakan jenis dengan
endemisitas yang cukup tinggi, seperti Orang Utan Kalimantan ( Pongo
pygmaeus) dan Bekantan (Nasalis larvatus). Kespesifikan flora dan fauna
68

tersebut memiliki kecenderungan terkait dengan adanya pembatas berupa


sungai besar seperti Sungai Barito, Sungai Mahakam dan Kapuas.
Provinsi Kalimantan Timur menempati peringkat kedua setelah
Provinsi Kalimantan Tengah dan disusul oleh Provinsi Kalimantan Barat
dalam hal proporsi luasan penyediaan sumberdaya genetik tinggi dan
sangat tinggi. Masing-masing persentasenya adalah 14,48% dan 13,73%.
Sedangkan untuk luasannya adalah 7.731.927,42 hektar untuk Provinsi
Kalimantan Timur dan 7.333.520,8 hektar untuk Provinsi Kalimantan
Barat. Seperti telah dijabarkan sebelumnya, bahwa Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki kelas rendah dan sangat rendah yang hampir sama
nilainya dengan kelas tinggi dan sangat tinggi yaitu 1.580.543,07 hektar
atau memiliki proporsi sebesar2,96% untuk kelas rendah dan sangat
rendah, dan luasan sebesar 1.148.645,20 atau memiliki proporsi sebesar
2,15% untuk kelas tinggi dan sangat tinggi. Ilustrasi persentase distribusi
luasannya disajikan pada Gambar 3.20. berikut

11.06
KALIMANTAN UTARA
14.48
KALIMANTAN TIMUR
17.26
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.15
KALIMANTAN SELATAN
13.73
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.20. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya
Genetik Menurut Provinsi

Apabila dilihat secara keseluruhan, kondisi secara umum jasa


ekosistem penyediaan sumberdaya genetik di Pulau Kalimantan didominasi
oleh klasifikasi tinggi. Hanya pada Provinsi Kalimantan Tengah saja yang
memiliki klasifikasi rendah dan sangat rendah sedikit lebih menonjol
dibandingkan dengan klasifikasi tinggi dan sangat tinggi. Berdasarkan
hasil analisis, kondisi lahan di Pulau Kalimantan yang memiliki potensi
69

tinggi untuk penyedia sumbergenetik teridentifikasi seluas 31.340061,40


hektar atau ememiliki proporsi sebesar 58,69%, untuk potensi sedang
memiliki proporsi sebesar 30,17% atau seluas 9.276.013,68 hektar dan
potensi rendah dan sangat rendah sebesar 12.785.243,99 hektar atau
memiliki proporsi sebesar 23,94%. Ilustrasi dari proporsi pembagian
klasifiasi jasa ekosistem penyediaan sumberdaya genetik di Pulau
Kalimantan disajikan melalui grafik pada Gambar 3.21. Untuk memahami
lebih jelas distribusi spasial jasa ekosistem penyediaan sumberdaya
genetik di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada Gambar 3.22. tentang
Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan sumberdaya
genetik di Pulau Kalimantan.

Persentase Jasa Ekosistem


Penyediaan Sumberdaya Genetik
23.94

Sangat Rendah- Rendah


58.69

17.37

Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.21. Persentase Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya Genetik di


Pulau Kalimantan

70

Gambar 3.22. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan Sumberdaya Genetik

71

3.3.1.2. Index Jasa Ekosistem Penyediaan


Nilai index berfungsi untuk membandingkan secara relatif nilai jasa
ekosistem antar ekoregion dan antar wilayah administrasi. Menurut
ekoregion (Tabel 3.13.) dapat dilihat Perbukitan struktural kompleks
Meratus mempunyai rata-rata indeks tertinggi yaitu sebesar 0,54.
Ssedangkan rata-rata indeks terendah di ekoregion danau sebesar 0.00.
Total indeks tertinggi jasa penyedia di Pulau Kalimantan adalah fungsi
penyediaan serat. Hal ini dipengaruhi oleh dua indeks tertinggi di Pulau
Kalimantan yaitu perbukitan struktural kompleks Meratus dan pegunungan
struktural kompleks Meratus yang memiliki fungsi penyedia serat yang
sangat besar.
Pegunungan struktural kompleks Meratus memiliki indeks tertinggi
di fungsi penyedia air bersih, energi, serat dan genetik. Pegunungan
struktural kompleks Meratus masih berupa kawasan hutan dan merupakan
habitat alami bagi spesies endemik Kalimantan. Hutan merupakan
kawasan recharge area sehingga mempunyai potensi tinggi untuk
penyedia air bersih. Hutan menyediakan kayu untuk dijadikan energi yang
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ekosistem hutan yang masih alami
membuat kelestarian flora dan fauna terjaga sehingga berpotensi tinggi
untuk fungsi penyedia sumber daya genetik. Sisa kegiatan organisme
seperti ranting, kayu atau bangkai hewan menjadi sumber penyedia serat
alami.
Tabel 3.13. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan
Menurut Ekoregion
No
1
2

Ekoregion

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas Mahakam
3
Dataran Pantai Kalimantan
4
Dataran Struktural
Kompleks Meratus
5
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
6
Pegunungan Intrusif Batuan
Beku Tua Kalimantan
7
Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus
8
Perbukitan Denudasional
Kalimantan
9
Perbukitan Karst Kalimantan
10 Perbukitan Struktural
Kompleks Meratus
11 DANAU
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan


Air
Sumberdaya RataPangan
Serat
Energi
Bersih
Genetik
rata
0,18
0,16
0,22
0,18
0,19
0,19
0,08
0,02

0,11
0,02

0,13
0,03

0,10
0,02

0,14
0,03

0,11
0,03

0,10

0,07

0,10

0,10

0,08

0,09

0,02

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,01

0,02

0,02

0,01

0,02

0,01

0,23

0,67

0,64

0,52

0,67

0,54

0,05
0,02

0,06
0,03

0,08
0,03

0,07
0,03

0,07
0,03

0,07
0,03

0,26
0,00
0,09

0,38
0,00
0,14

0,45
0,00
0,16

0,38
0,00
0,13

0,41
0,00
0,15

0,38
0,00
0,13

72

Ekoregion yang memiliki indeks terendah di semua fungsi penyediaan


adalah ekoregion pegunungan intrusif batuan beku tua Kalimantan.
Satuan ekoregion vulkanik di Kalimantan ini terbentuk dari batuan intrusif
yang menerobos di antara perbukitan-perbukitan lipatan ultramafik dan
malihan. Pada ekoregion ini berada pada daerah dengan kelerengan lebih
dari 40% yang membatasi akses manusia sehingga untuk fungsi
penyediaan baik untuk pangan, air bersih, serat, sumberdaya genetik
maupun energi sangat rendah. Ilustrasi Indek Daya Dukung Lingkungan
Jasa Ekosistem Penyediaan Menurut Ekoregion disajikan pada Gambar
3.23. berikut

DANAU

INDEX JASA
PENYEDIAAN
SUMBERDAYA
GENETIK

Perbukitan Struktural Kompleks


Meratus

Perbukitan Karst Kalimantan

INDEX JASA
PENYEDIAAN
SERAT

Perbukitan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus

INDEX JASA
PENYEDIAAN
ENERGI

Pegunungan Intrusif Batuan


Beku Tua Kalimantan
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks
Meratus

INDEX JASA
PENYEDIAAN
AIR BERSIH

Dataran Pantai Kalimantan

Dataran Gambut Kompleks


Kahayan - Kapuas - Mahakam

INDEX JASA
PENYEDIAAN
PANGAN

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

Gambar 3.23. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan


Menurut Ekoregion

Nilai index apabila dilihat distribusinya menurut administrasi wilayah


provinsi, seperti disajikan pada Tabel 3.14. Indek rata-rata tertinggi
73

dimiliki oleh provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 0,40 dan indek
rata-rata terendah dimiliki oleh provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar
0,08. Provinsi Kalimantan Tengah memiliki indek daya dukung lingkungan
tertinggi untuk semua penyediaan kecuali untuk penyediaan pangan.
Indek penyediaan pangan tertinggi dimiliki oleh provinsi Kalimantan Barat.
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki luas tutupan lahan berupa hutan
paling luas dibandingkan ke empat provinsi yang lain. Hal ini
mempengaruhi tingginya indek penyediaan air bersih, serat, energi dan
sumberdaya genetik. Sedangkan Kalimantan Tengah memiliki total
tutupan lahan potensial penghasil pangan terbesar dari keempat provinsi
lain, seperti tanaman semusim lahan basah dan kering, perkebunan,
kebun dan tanaman campuran, sungai, kolam air asin/payau dan hutan.
Tabel 3.14. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan
Menurut Provinsi
No
1
2
3
4
5

Provinsi

Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan


Air
Sumberdaya
RataPangan
Serat
Energi
Bersih
Genetik
rata
0,32
0,38
0,45
0,40
0,41
0,39
0,10
0,07
0,09
0,08
0,08
0,08
0,24
0,42
0,48
0,40
0,46
0,40
0,20
0,40
0,43
0,35
0,42
0,36
0,11
0,29
0,28
0,22
0,29
0,24
0,19
0,31
0,35
0,29
0,33
0,29

Provinsi Kalimantan Selatan memiliki indek penyediaan yang


terendah di seluruh indek penyediaan baik pangan, air bersih, serat,
energi maupun sumberdaya genetik. Hal ini disebabkan karena tutupan
lahan tertinggi di Kalimantan Selatan adalah semak dan belukar. Provinsi
Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan luas daerah paling kecil di
antara ke empat provinsi lainnya yaitu hanya 6,9% dari total keseluruhan
luas Pulau Kalimantan, sehingga mempengaruhi perolehan indek
penyediaan provinsi Kalimantan Selatan yang paling rendah. Seluas 28%
dari total luasan provinsi Kalimantan Selatan merupakan ekoregion
perbukitan struktural kompleks Meratus. Perbukitan struktural kompleks
Meratus memiliki jenis geologi berupa batuan ultramafik dan malihan dan
memiliki banyak potensi tambang batubara. Proses penambangan
batubara yang tidak berwawasan lingkungan inilah yang menyebabkan
degradasi pada morfologi lahan di perbukitan struktural kompleks
Meratus.
Ilustrasi Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem
Penyediaan Menurut Provinsi disajikan pada Gambar 3.24. berikut

74

KALIMANTAN UTARA

INDEX JASA
PENYEDIAAN
SUMBERDAYA
GENETIK

KALIMANTAN TIMUR

INDEX JASA
PENYEDIAAN
SERAT

INDEX JASA
PENYEDIAAN
ENERGI

KALIMANTAN TENGAH

INDEX JASA
PENYEDIAAN AIR
BERSIH

KALIMANTAN SELATAN

INDEX JASA
PENYEDIAAN
PANGAN

KALIMANTAN BARAT

0.00

0.20

0.40

0.60

Gambar 3.24. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Penyediaan


Menurut Provinsi

3.3.2. Profil Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya


Jasa ekosistem budaya, terdiri dari 3 komponen yang akan dijabarkan. 3
komponen tersebut yaitu : jasa ekosistem tempat tinggal dan ruang
hidup, jasa ekosistem rekreasi dan ekoturisme dan jasa ekosistem Estetika
Alam. Ke tiga jasa ekosistem tersebut akan dijabarkan menurut provinsi
dan menurut ekoregion sebagai unit analisisnya.
3.3.2.1. Jasa Ekosistem Budaya
3.3.2.1.1. Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang
Hidup
Ekosistem memberikan manfaat positif bagi manusia khususnya
ruang untuk tinggal dan hidup sejahtera. Ruang hidup ini didukung oleh
75

kemampuan dan kesesuaian lahan yang tinggi sehingga memberikan


dukungan kehidupan baik secara sosial, ekonomi maupun budaya. Jasa
ekosistem sebagai tempat tinggal dan ruang hidup secara sosial sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan geografis serta peluang
pengembangan wilayah yang lebih besar.
Jenis ekoregion yang memberikan jasa ekosistem budaya tempat
tinggal dan ruang tinggi adalah jenis ekoregion dataran fluvial Kalimantan
(17,93%) perbukitan struktural Kompleks Meratus (12,08%) dan
ekoregion dataran struktural kompleks Meratus (6,53%). Masing-masing
memiliki luasan sebesar 9.572.902,00 hektar, 6.450.712,30 hektar dan
3.487.950,43 hektar. Secara rinci distribusi luas dan peran jasa ekosistem
budaya tempat tinggal dan ruang hidup menurut ekoregion di Pulau
Kalimantan dapat dilihat pada Tabel 3.15
Tabel 3.15. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

0,00

0,00

0,00

0,00

9.572.902,00

17,93

1.441.344,96

2,70

2.973.325,51

5,57

46.475,46

0,09

Dataran Pantai Kalimantan

1.115.344,25

2,09

144.135,17

0,27

0,00

0,00

0,00

0,00

385.048,21

0,72

3.487.950,43

6,53

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

224.170,47

0,42

566.304,83

1,06

0,00

0,00

379.325,77

0,71

2,35

0,00

0,00

0,00

474.946,90

0,89

14.324.960,42

26,83

8.959,10

0,02

Perbukitan Denudasional Kalimantan

737.957,64

1,38

2.014.636,16

3,77

11.303,90

0,02

Dataran Struktural Kompleks Meratus

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total

242.591,78

0,45

174.359,70

0,33

564.144,09

1,06

3.300.262,40

6,18

4.752.642,49

8,90

6.450.712,30

12,08

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

7.923.456,95

14,84

25.335.414.84

47,44

20.142.447,28

37,72

Sumber : Analisis Studio 2015

Dataran fluvial memiliki kondisi geografis yang datar dan


ketersediaan air bersih relatif banyak sehingga cocok untuk
pengembangan permukiman. Pembangunan infrastruktur dan sarana
prasarana pada ekoregion dataran baik fluvial maupun struktural relatif
lebih mudah dan berbiaya rendah karena kondisi geografis yang datar.
Sedangkan ekoregion yang memiliki jasa ekosistem budaya tempat tinggal
dan ruang rendah adalah ekoregion pegunungan intrusif batuan beku tua
Kalimantan. Kelerengan yang terjal, air tanah yang dalam, serta rawan
bencana merupakan faktor penghalang perkembangan permukiman.
76

Pembangunan infrasutruktur dan sarana prasarana pendukung


permukiman di pegunungan membutuhkan biaya mahal karena kondisi
geografisnya. Perbukitan karst juga kurang cocok untuk permukiman
karena ketersediaan air permukiman yang relati sedikit walaupun air
bawah tanah relatif melimpah. Ketersediaan air bersih merupakan faktor
penting dalam pengembangan permukiman. Lahan di perbukitan karst
yang kurang subur juga menjadi faktor lain.
Ilustrasi mengenai persentase distribusi luas dan peran jasa
ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup, disajikan pada grafik
Gambar 3.25. berikut

DANAU

0.00
8.90

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan

0.33
3.77

Perbukitan Denudasional Kalimantan

26.83

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan

0.00

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.06

Dataran Struktural Kompleks Meratus

0.72

Dataran Pantai Kalimantan

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

0.27

Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam


Dataran Fluvial Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

5.57

0.00

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.25. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup Menurut Ekoregion

Melihat pembagiannya berdasarkan wilayah administrasi, luasan


penyedia jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup, paling
tinggi berada di provinsi Kalimantan Tengah yaitu seluas 6.658.901,72
hektar atau memiliki proporsi sebesar 12,47% dan disusul oleh Provinsi
Kalimantan Barat seluas 6.242.703,17 hektar dengan proporsi luasan
sebesar 11,69%.
Kalimantan Tengah memiliki jenis ekoregion dataran fluvial yang
paling luas di antara ke empat provinsi lain dan Kalimantan Barat memiliki
luasan dataran fluvial terbesar kedua setelah Kalimantan Tengah.
77

Sehingga dapat dipahami apabila kedua provinsi tersebut memiliki lebih


banyak daerah dengan penyedia jasa ekosistem budaya tempat tinggal
dan ruang tinggi. Dataran fluvial memiliki kondisi geografis yang datar dan
ketersediaan air bersih relatif banyak sehingga cocok untuk
pengembangan permukiman. Pembangunan infrastruktur dan sarana
prasarana pada ekoregion dataran baik fluvial maupun struktural relatif
lebih mudah dan berbiaya rendah karena kondisi geografis yang datar.
Meskipun demikian apabila dilihat dari fungsi tutupan lahan di provinsi
Kalimantan Tengah, justru bukan merupakan daerah dengan luasan lahan
permukiman yang terluas. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat
potensi yang besar bagi penyediaan permukiman berkualitas di provinsi
Kalimantan Tengah yang dapat dikembangkan. Jasa ekosistem budaya
tempat tinggal dan ruang hidup yang dibagi atau dirinci menurut provinsi,
disajikan pada tabel 3.16. sedangkan ilustrasi persentasenya disajikan
pada Gambar 3.26.
Tabel 3.16. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI
Ha
%
KALIMANTAN BARAT
1.159.564,31
2,17
KALIMANTAN SELATAN
639.401,37
1,20
KALIMANTAN TENGAH
2.447.983,54
4,58
KALIMANTAN TIMUR
2.730.595,71
5,11
KALIMANTAN UTARA
945.912,02
1,77
Grand Total
7.923.456,95
14,84
Sumber : Analisis Studio 2015

Sedang
Ha
7.283.262,47
1.479.884,63
6.215.718,41
5.445.512,43
4.911.036,90
25.335.414,84

%
13,64
2,77
11,64
10,20
9,20
47,44

Tinggi
Sangat Tinggi
Ha
6.242.703,17
1.572.804,52
6.658.901,72
4.623.284,41
1.044.753,46
20.142.447,28

9.20

KALIMANTAN UTARA

10.20

KALIMANTAN TIMUR

Tinggi - Sangat Tinggi


11.64

KALIMANTAN TENGAH

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.77

KALIMANTAN SELATAN

13.64

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.26. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal
dan Ruang Hidup Menurut Provinsi
78

%
11,69
2,95
12,47
8,66
1,96
37,72

Kalimantan Utara memiliki luasan penyedia jasa ekosistem budaya


tempat tinggal dan ruang tinggi yang paling sedikit, hal ini karena luas
dataran di Kalimantan Utara adalah yang paling sedikit di antara ke empat
provinsi lainnya. Ekoregion yang mendominasi provinsi Kalimantan Utara
adalah pegunungan dan perbukitan struktural kompleks Meratus. Daerah
perbukitan dan pegunungan memang memiliki suasana dan lingkungan
yang lebih asri, namun kondisi medan yang terjal mengakibatkan
pembangunan sarana dan prasarana hidup akan membutuhkan biaya
yang lebih besar dibandingkan di medan yang datar. Untuk penyedia jasa
ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang sedang di Pulau Kalimantan
terdistribusi cukup merata, dengan luasan terbesar berada di provinsi
Kalimantan Barat.
Persentase secara keseluruhan untuk Jasa ekosistem budaya
tempat tinggal dan ruang hidup, didominasi oleh klasifikasi sedang, yaitu
seluas 25.335.414,84 hektar (47,44%). Sebagai gambaran disajikan
ilustrasi grafik persentase jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan
ruang hidup pada gambar 3.27. berikut

Persentase Jasa Ekosistem


Budaya Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
14.84
37.72
Sangat Rendah- Rendah
Sedang
47.44

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.27. Persentase Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan Ruang
Hidup di Pulau Kalimantan

Untuk memahami lebih jelas distribusi spasial jasa ekosistem budaya


tempat tinggal dan ruang hidup di Pulau Kalimantan, akan disajikan pada
gambar 3.28. tentang Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem
budaya tempat tinggal dan ruang hidup Pulau Kalimantan.

79

Gambar 3.28. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Tempat Tinggal dan
Ruang Hidup

80

3.3.2.1.2.

Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan Ekoturisme

Ekosistem menyediakan fitur lansekap, keunikan alam, atau nilai


tertentu yang menjadi daya tarik wisata. Berbagai macam bentuk bentang
alam dan keunikan flora dan fauna serta keanekaragaman hayati yang
terdapat dalam ekosistem memberi ciri dan keindahan bagi
para
wisatawan. Dari sisi ekonomi, akan diperoleh banyak keuntungan bahkan
menjadi sumber devisa negara yang besar. Variasi bentangalam
berpengaruh besar terhadap nilai jasa budaya rekreasi dan ecotourism.
Jenis ekoregion di Pulau Kalimantan yang memiliki potensi jasa
ekosistem rekreasi dan ecotourism tinggi adalah ekoregion pegunungan,
perbukitan, dataran pantai dan dataran struktural. Daerah pegunungan
biasanya memiliki tutupan lahan dominan berupa hutan, sehingga
memberikan pemandangan yang indah dan memiliki udara serta suasana
yang menyegarkan. Daerah pegunungan struktural dan intrusif dapat
dikembangkan sebagai daerah wisata pegunungan seperti untuk
pengembangan wisata outbond, ecotourism kebun, camping ground
maupun wisata edukasi. Daerah perbukitan karst mempunyai potensi
untuk pengembangan jasa rekreasi minat khusus karena mempunyai
fenomena alam yang unik seperti gua, stalagmit, stalaktit dan sungai
bawah tanah. Sedangkan dataran pantai yang berbatasan dengan laut
memberikan panorama pantai yang indah dan berbagai potensi wisata laut
yang dapat dikembangkan sebagai kegiatan pariwisata, seperti diving,
snorkeling, water park.
Ekoregion yang memiliki jasa ekosistem rekreasi dan ecotourism
tinggi terluas adalah ekoregion pegunungan struktural kompleks Meratus
yaitu sebesar 13.817.223,92 hektar atau 25,87% dari total luas lahan di
Pulau Kalimantan. Sedangkan ekoregion yang memiliki jasa ekosistem
rekreasi dan ecotourism rendah terluas adalah dataran Perbukitan
Struktural Kompleks Meratus yaitu seluas 8.006.592,40 hektar (14,99%).
Jenis ekoregion ini juga memiliki nilai tinggi kedua setelah Pegunungan
Struktural Kompleks Meratus 6.442.395,71 hektar atau memiliki proporsi
sebesar 12,06%.
Jenis ekoregion dataran fluvial memiliki porsi kedua terbesar
setelah pegunungan dan perbukitan struktural, yaitu sebesar 3,77% atau
seluas 2.013.205,87 hektar. Hal ini disebabkan karena ekoregion dataran
fluvial ini merupakan daerah yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai
lahan permukiman sehingga dapat memiliki potensi wisata dan
ekoturisme. Berdasarkan ekoregion distribusi dan luas peran jasa
ekosistem rekreasi dan ekoturisme di Pulau Kalimantan disajikan pada
Tabel 3.17.

81

Tabel 3.17. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Rekreasi dan Ekoturisme
Menurut Ekoregion
Sangat Rendah
Rendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Sedang
Ha

Tinggi
Sangat Tinggi
%

Ha

5.109.019,67

9,57

2.450.676,47

4,59

2.013.205,87

3,77

2.080.259,50

3,90

2.380.614,19

4,46

272,24

0,00

0,00

0,00

656.379,25

1,23

603.100,17

1,13

3.204.991,25

6,00

27.226,83

0,05

640.780,57

1,20

254.282,38

0,48

219.287,77

0,41

316.905,14

0,59

0,00

0,00

6.976,87

0,01

372.351,25

0,70

967.893,69

1,81

23.748,81

0,04

13.817.223,92

25,87

1.752.283,67

3,28

958.607,53

1,80

53.006,49

0,10

0,00

0,00

410.835,15

0,77

570.260,41

1,07

8.006.592,40

14,99

54.629,08

0,10

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

Grand Total
21.382.835,35
Sumber : Analisis Studio 2015

40,04

7.188.981,94

13,46

24.829.501,78

46,50

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

Ilustrasi persentase distribusi luasan berdasarkan ekoregion dalam grafik


disajikan pada Gambar 3.29. berikut

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

1.07

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Denudasional Kalimantan

0.10
25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Sedang
0.59

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Sangat Rendah- Rendah

1.20

Dataran Struktural Kompleks Meratus

1.13

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi - Sangat Tinggi

0.70

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

0.00

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

3.77
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.29. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan
Ekoturisme Menurut Ekoregion

82

Tabel 3.18. Distribusi Luas Dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi Dan
Ekoturisme Menurut Provinsi
Sangat RendahRendah
PROVINSI
Ha
%
KALIMANTAN BARAT
7.299.248,61
13,67
KALIMANTAN SELATAN
2.485.136,95
4,65
KALIMANTAN TENGAH
6.102.832,05
11,43
KALIMANTAN TIMUR
4.747.751,84
8,89
KALIMANTAN UTARA
747.865,89
1,40
Grand Total
21.382.835,35 40,04
Sumber : Analisis Studio 2015

Sedang
Ha
%
2.191.102,66
4,10
420.480,60
0,79
3.456.021,13
6,47
720.544,62
1,35
400.832,95
0,75
7.188.981,94 13,46

Tinggi
Sangat Tinggi
Ha
%
5.195.178,68
9,73
786.472,98
1,47
5.763.750,49
10,79
7.331.096,09
13,73
5.753.003,53
10,77
24.829.501,78 46,50

Menurut wilayah administrasi provinsi, seperti tersaji pada Tabel


3.18. di atas penyedia jasa ekosistem rekreasi dan ekoturisme tinggi
terbesar adalah provinsi Kalimantan Timur dengan proporsi 13,73% atau
seluas 7.331.096,09 hektar. Provinsi Kalimantan Timur memiliki luasan
ekoregion perbukitan struktural kompleks Meratus yang terluas di antara
keempat provinsi lain serta memiliki luasan ekoregion pegunungan
struktural kompleks Meratus terbesar kedua setelah Kalimantan Utara.
Ekoregion pegunungan struktural kompleks Meratus memiliki potensi yang
besar sebagai daerah rekreasi dan ekoturisme karena daerah pegunungan
memiliki tutupan lahan dominan berupa hutan. Provinsi Kalimantan
Selatan merupakan provinsi yang memiliki jasa ekosistem rekreasi dan
ekoturism tinggi terendah, yaitu hanya 1,47% atau seluas 786.472,98
hektar. Hal ini karena provinsi Kalimantan Selatan merupakan provinsi
dengan tutupan lahan berupa hutan baik hutan lahan tinggi dan lahan
rendah maupun hutan lainnya yang paling rendah.
Luas penyedia jasa ekosistem rekreasi dan ekoturism di Pulau
Kalimantan didominasi oleh kelas potensi tinggi dan sangat tinggi, yang
dari proporsinya hanya berbeda sekitar 6,5% saja dengan kelas potensi
rendah dan sangat rendah. Jasa ekosistem budaya rekreasi dan ekoturism
tinggi dan sangat tinggi di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 24.829.501,78
hektar (46,50%), diikuti oleh penyedia jasa ekosistem budaya rekreasi
dan ekoturism rendah dan sangat rendah seluas 21.382.835,35 hektar
(40,04%). Kelas potensi sedang hanya memiliki sekitar 13,46% saja atau
seluas 7.188.981,94. Secara berurutan ditunjukkan Ilustrasi persentase
luasan berdasarkan provinsi dalam grafik disajikan pada Gambar 3.30.
serta Pada gambar 3.31. dapat dilihat ilustrasi pada grafik mengenai
persentase keseluruhan kelas jasa ekosistem budaya rekreasi dan
ekoturisme.

83

10.77
KALIMANTAN UTARA

1.40
13.73

KALIMANTAN TIMUR

8.89
Tinggi - Sangat Tinggi

10.79
KALIMANTAN TENGAH

Sedang

11.43

Sangat Rendah- Rendah

1.47
KALIMANTAN SELATAN

4.65
9.73

KALIMANTAN BARAT

13.67
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.30. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan
Ekoturisme Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Budaya Rekreasi dan Ekoturisme

40.04

46.50

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi
13.46

Gambar 3.31. Persentase Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan Ekoturisme di


Pulau Kalimantan

Gambaran distribusi spasial mengenai jasa ekosistem budaya


rekreasi dan ekoturisme disajikan pada gambar 3.32. tentang Peta Daya
Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang
hidup Pulau Kalimantan.

84

Gambar 3.32. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Rekreasi dan
Ekoturisme

85

3.3.2.1.3. Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam


Ekosistem bentang alam seperti laut, pegunungan, lembah, pantai
dan lain sebagainya telah memberikan nuansa keindahan alam dan nilainilai estetika yang mengagumkan dan memiliki nilai jual. Paduan bentang
alam dan bentang budaya semakin memperkuat nilai keindahan dan
estetika yang telah diberikan oleh ekosistem. Estetika keindahan alam
terbentuk dari perpaduan berbagai bentangalam yang masing-masing
memiliki keindahan dan keunikan tersendiri. Penyediaan estetika
keindahan alam ini bergantung pada kondisi saat ini apakah masih dalam
keadaan baik ataukah sudah mengalami banyak kerusakan.
Penyediaan estetika keindahan alam tinggi disediakan oleh
ekoregion dataran pantai Kalimantan dan dataran struktural Kompleks
Meratus. Pada kesua jenis ekoregion tersebut memiliki proporsi yang sama
besarnya. Nilai proporsi dalam persentasenya hanya mencapai 1,20%
saja. Nilai tersebut merupakan nilai persentase tertinggi untuk kelas
potensi tinggi dan sangat tinggi.
Dataran pantai tidak diragukan lagi menyediakan jasa estetika
yang tinggi, karena adanya pemandangan indah yang terbentuk oleh
horizon langit dan lautan serta pantai. Keindahan pemandangan pantai
juga didukung dengan keindahan alamiah suasana pantai. Perbukitan
karst juga merupakan jenis ekoregion yang teridentifikasi memiliki nilai
kelas potensi tinggi yaitu seluas 570.260,41 hektar.
Meskipun luasan jasa ekosistem penyediaan estetika keindahan
alam tinggi merupakan luasan yang paling rendah yaitu hanya seluas
2.223.575,15 hektar (4,16%), potensi jasa estetika ini harus tetap
dipertahankan. Sedangkan penyediaan estetika sedang dapat ditingkatkan
dengan memaksimalkan potensi yang ada melalui pengelolaan yang baik.
Yang menarik adalah, danau di Pulau Kalimantan memiliki jasa ekosistem
penyediaan estetika keindahan alam rendah, hal ini disebabkan karena
pengelolaannya yang masih belum baik. Sedangkan untuk daerah dataran
baik itu dataran aluvial ataupun perbukitan struktural memiliki jasa
ekosistem penyediaan estetika keindahan alam yang dominan rendah
karena dominan penggunaan lahan oleh manusia sehingga tidak banyak
menawarkan keindahan dan estetika alam.
Secara rinci distribusi luasan dan peran jasa ekosistem budaya
estetika keindahan alam menurut ekoregion disajikan pada Tabel 3.19.
sedangkan grafik persentase luasannya disajikan pada Gambar 3.33.

86

Tabel 3.19. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Budaya Estetika Keindahan
Alam Menurut Ekoregion
Sangat Rendah
Rendah

EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi
%

Ha

7.425.727,00

13,91

2.147.175,00

4,02

0,00

0,00

4.461.145,93

8,35

0,00

0,00

0,00

0,00

572.330,80

1,07

46.903,73

0,09

640.244,89

1,20

3.204.991,25

6,00

27.226,83

0,05

640.780,57

1,20

790.475,29

1,48

0,00

0,00

0,00

0,00

675,20

0,00

6.363,64

0,01

372.289,28

0,70

967.893,69

1,81

13.840.972,73

25,92

0,00

0,00

2.763.897,69

5,18

0,00

0,00

0,00

0,00

410.835,15

0,77

0,00

0,00

570.260,41

1,07

8.011.176,76

15,00

6.492.440,43

12,16

0,00

0,00

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

28.616.661,57

53,59

22.561.082,35

42,25

2.223.575,15

4,16

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total

Sedang

Sumber : Analisis Studio 2015

DANAU

0.00
12.16

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

Perbukitan Karst Kalimantan

0.00

Perbukitan Denudasional Kalimantan

0.00
25.92

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Tinggi - Sangat Tinggi

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan

0.01

Sedang

Pegunungan Denudasional Kalimantan

0.00

Sangat Rendah- Rendah

Dataran Struktural Kompleks Meratus

0.05

Dataran Pantai Kalimantan

0.09

Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam

0.00

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

4.02
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.33. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Budaya Estetika
Keindahan Alam Menurut Ekoregion

87

Melihat distribusi per wilayah administrasinya, Provinsi Kalimantan


Selatan memiliki luasan penyediaan estetika keindahan alam tinggi yang
paling sedikit, yaitu hanya seluas 233.350,84 hektar (0,44%), yang berada
pada ekoregion dataran pantai Kalimantan. Hal ini dikarenakan luas
ekoregion dataran pantai Kalimantan yang berada di provinsi Kalimantan
Selatan merupakan yang paling rendah di antara provinsi yang lain.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan penyedia estetika keindahan alam
tinggi yang paling besar karena memiliki luasan ekoregion Perbukitan
Karst terluas di antara keempat provinsi lainnya. Proporsi di Kalimantan
Timur mencapai 1,28% dengan luasan sebesar 683.522,37 hektar, yang
kemudian disusul oleh Provinsi Kalimantan Barat dengan luasan mencapai
630.964,67 hektar atau memiliki proporsi sebesar 1,18%.
Sedangkan untuk kelas potensi sangat rendah dan rendah, Provinsi
Kalimantan Tengah mendominasi dengan luasan mencapai 9.667.783,67
hektar atau memiliki proporsi sebesar 18,10%. Secara rinci distribusi
luasan dan peran jasa ekosistem budaya estetika alam menurut provinsi
disajikan pada Tabel 3.20. berikut
Tabel 3.20. Distribusi Luas Dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam
Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

KALIMANTAN BARAT

9.566.567,74

17,91

KALIMANTAN SELATAN

2.884.812,59

5,40

KALIMANTAN TENGAH

9.667.783,67

18,10

KALIMANTAN TIMUR

5.402.496,44

10,12

KALIMANTAN UTARA

1.095.001,13

Grand Total
28.616.661,57
Sumber : Analisis Studio 2015

Sedang
Ha
4.487.997,54

Tinggi
Sangat Tinggi
%

Ha

8,40

630.964,67

1,18

573.927,10

1,07

233.350,84

0,44

5.398.920,40

10,11

255.899,60

0,48

6.713.373,74

12,57

683.522,37

1,28

2,05

5.386.863,57

10,09

419.837,68

0,79

53,59

22.561.082,35

42,25

2.223.575,15

4,16

Menurut hasil analisis, dapat dikatakan bahwa jasa ekosistem


budaya estetika keindahan alam didominasi oleh kelas sangat rendah dan
rendah, yang memiliki luasan mencapai 28.616.661,57 hektar atau
memiliki proporsi lebih dari separuh Pulau Kalimantan, yaitu sebesar
53,59%. Sedangkan kelas sedang memiliki luasan sebesar 22.561.082,35
hektar atau memiliki proporsi 42,25%.
Ilustrasi persentase luasan menurut provinsi disajikan pada Gambar
3.34. sedangkan secara umum gambaran klasifikasi jasa ekosistem
budaya estetika alam di Pulau Kalimantan disajikan grafiknya pada
Gambar 3.35.

88

KALIMANTAN UTARA

2.05

KALIMANTAN TIMUR

10.12
Tinggi - Sangat Tinggi

KALIMANTAN TENGAH

18.10

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

KALIMANTAN SELATAN

5.40

KALIMANTAN BARAT

17.91
0.00

10.00

20.00

Gambar 3.34. Distribusi Luas Dan Peran Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam
Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Budaya Estetika Alam
4.16

42.25

53.59

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.35. Persentase Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam di Pulau


Kalimantan

Gambaran distribusi spasialn jasa ekosistem budaya estetika alam


disajikan melalui peta pada Gambar 3.36.

89

Gambar 3.36. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya Estetika Alam

90

3.3.2.2. Index Jasa Ekosistem Budaya


Nilai index jasa ekosistem budaya menurut ekoregion dan menurut
provinsi, apabila dilihat rata-ratanya dapat dikatakan cukup rendah,
karena nilainya dibawah 0,5 untuk skala 0 sampai dengan 1. Distribusi
nilai index berdasarkan ekoregion disajikan pada Tabel 3.21. berikut
Tabel 3. 21. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya
Menurut Ekoregion
Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya
No

Ekoregion

Tempat tinggal
& ruang hidup

(sense of place)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks
Meratus
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan
Beku Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus
Perbukitan Denudasional
Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural
Kompleks Meratus
DANAU
Rata-rata

Rekreasi dan
Ekoturism

Estetika
Keindahan
Alam

Rata-rata

0,16

0,16

0,17

0,10

0,09
0,02

0,12
0,03

0,11
0,03

0,06
0,02

0,08

0,07

0,07

0,04

0,02

0,05

0,02

0,02

0,01

0,03

0,01

0,01

0,44

1,25

0,54

0,45

0,06
0,02

0,08
0,05

0,06
0,03

0,04
0,02

0,32
0,00
0,12

0,58
0,00
0,24

0,36
0,00
0,14

0,25
0,00
0,10

Sumber : Analisis Studio 2015

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ekoregion yang memiliki


indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya rata-rata tertinggi
adalah ekoregion pegunungan struktural kompleks Meratus dan yang
terendah adalah ekoregion danau. Ekoregion pegunungan struktural
kompleks Meratus merupakan satuan ekoregion pegunungan struktural
lipatan. Satuan ekoregion ini merupakan jalur punggungan atau igir yang
dicirikan oleh morfologi bergunung dengan lereng sangat terjal. Material
penyusun satuan ini adalah kelompok batuan ultramafik dan batuan
malihan. Dengan karakteristik tersebut pegunungan struktural kompleks
Maratus memiliki jasa ekosistem budaya yang tinggi terutama untuk
estetika keindahan alam serta rekreasi dan ekoturism. Meskipun ekoregion
ini memiliki indeks untuk tempat tinggal dan ruang hidup yang tertinggi,
namun untuk mewujudkannya dibutuhkan pembangunan infrastruktur
dengan mobilisasi yang relatif lebih mahal dibandingkan di daerah
90

dataran. Sedangkan indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya


terendah berada di ekoregion danau.
Dari ketiga indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem budaya
tersebut, Pulau Kalimantan memiliki indek daya dukung lingkungan jasa
ekosistem budaya tertinggi pada rekreasi dan turisme (0,24). Hal ini
dipengaruhi adanya pegunungan struktural kompleks Meratus dan
perbukitan struktural kompleks Meratus. Ilustrasi dalam grafik disajikan
pada Gambar 3.37. berikut

DANAU

0.00

Perbukitan Struktural Kompleks


Meratus
Perbukitan Karst Kalimantan

Perbukitan Denudasional
Kalimantan

0.05
0.08

Pegunungan Struktural Kompleks


Meratus

1.00

Pegunungan Intrusif Batuan Beku


Tua Kalimantan

0.03

Pegunungan Denudasional
Kalimantan

0.05

Dataran Struktural Kompleks


Meratus
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas - Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

INDEX BUDAYA
ESTETIKA

0.58

INDEX BUDAYA
EKOTURISME

0.07
0.03
0.12

INDEX BUDAYA
RUANG HIDUP

0.16
0.50

1.00

Gambar 3.37. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya


Menurut Ekoregion

Menurut distribusi wilayah administrasinya nilai index jasa ekosistem


budaya, disajikan pada Tabel 3.22. berikut

91

Tabel 3.22. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya


Menurut Provinsi
Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya
No

Provinsi

Tempat tinggal
& ruang hidup

(sense of place)
1
2
3
4
5

Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

0,34
0,07
0,34
0,30
0,19
0,25

Rekreasi dan
Ekoturism
0,54
0,08
0,62
0,66
0,53
0,49

Estetika
Keindahan
Alam
0,36
0,07
0,39
0,35
0,23
0,28

Rata-rata
0,25
0,05
0,27
0,26
0,19
0,20

Dari tabel 3.22. tersebut di atas dapat dilihat bahwa indek daya
dukung lingkungan jasa ekosistem budaya rata-rata tertinggi berada di
provinsi Kalimantan Tengah sebesar 0,27 dan terendah di provinsi
Kalimantan Selatan sebesar 0,05. Untuk indek daya dukung lingkungan
jasa ekosistem budaya tempat tinggal dan ruang hidup tertinggi berada di
provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat yang memiliki nilai yang
sama, yaitu 0,34. Kalimantan Tengah memiliki jenis ekoregion dataran
fluvial yang paling luas di antara ke empat provinsi lain dan Kalimantan
Barat memiliki luasan dataran fluvial terbesar kedua setelah Kalimantan
Tengah. Sehingga dapat dipahami apabila kedua provinsi tersebut
memiliki lebih banyak daerah dengan penyedia jasa ekosistem budaya
tempat tinggal dan ruang tinggi. Dataran fluvial memiliki kondisi geografis
yang datar dan ketersediaan air bersih relatif banyak sehingga cocok
untuk pengembangan permukiman.
Pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana pada ekoregion
dataran baik fluvial maupun struktural relatif lebih mudah dan berbiaya
rendah karena kondisi geografis yang datar. Untuk indek daya dukung
lingkungan jasa ekosistem budaya rekreasi dan ekoturism tertinggi berada
di provinsi Kalimantan Timur (0,66). Sedangkan indek daya dukung
lingkungan jasa ekosistem budaya estetika keindahan alam tertinggi
berada di provinsi Kalimantan Tengah (0,39). Ilustrasi dalam bentuk grafik
mengenai distribusi per provinsi disajikan pada Gambar 3.38. sedangkan
gambaran distribusi spasialnya disajikan pada Gambar 3.39.

92

0.53

KALIMANTAN UTARA

INDEX BUDAYA
ESTETIKA
0.66

KALIMANTAN TIMUR

INDEX BUDAYA
EKOTURISME

0.62

KALIMANTAN TENGAH

0.08

KALIMANTAN SELATAN

INDEX BUDAYA
RUANG HIDUP

0.54

KALIMANTAN BARAT

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

Gambar 3.38. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Budaya


Menurut Provinsi

3.3.3. Profil

Daya

Dukung

Lingkungan

Jasa

Ekosistem

Pendukung
Jasa ekosistem pendukung terdiri dari 4 komponen yang akan dijabarkan.
4 komponen tersebut yaitu : jasa ekosistem pembentuk lapisan tanah dan
pemeliharaan kesuburan, jasa ekosistem siklus hara, jasa ekosistem
produksi primer dan jasa ekosistem biodiversitas. Ke empat jasa ekosistem
tersebut akan dijabarkan menurut provinsi dan menurut ekoregion sebagai
unit analisisnya.
3.3.3.1.

Jasa Ekosistem Pendukung

3.3.3.1.1.

Jasa Ekosistem Pendukung Pembentuk Lapisan Tanah


dan Pemeliharaan Kesuburan

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di
planet bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah
adalah lapisan tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan
93

hasil pelapukan atau erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur


dengan bahan organik. Tanah mengandung partikel batuan atau mineral,
bahan organik (senyawa organik dan organisme) air dan udara. Mineral
merupakan unsur utama tanah yang terbentuk dari padatan anorganik
dan mempunyai komposisi homogen. Ekosistem memberikan jasa
pendukung berupa pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan
kesuburan yang bervariasi antar lokasi. Lokasi yang memiliki jenis batuan
cepat lapuk, dengan kondisi curah hujan dan penyinaran matahari yang
tinggi akibat bentuk permukaan bumi serta didukung oleh keberadaan
organisme dalam tanah dan tumbuhan penutup tanah maka pembentukan
tanah semakin cepat.
Ekoregion dataran fluvial mempunyai potensi tinggi untuk
pendukung lapisan tanah dengan luas 8.967.759,46hektar (16,79%).
Secara genetik, material penyusun dataran fluvial umumnya berupa
aluvium dengan komposisi pasir, debu, dan lempung yang relatif
seimbang dengan sumber sangat bergantung kepada kondisi geologi
daerah hulu, yang terbentuk akibat aktivitas pengendapan aliran sungai.
Ekoregion ini terbentuk oleh proses pengendapan fluvial (aliran sungai),
yang membentuk struktur berlapis horisontal dan tersortasi baik (lapisan
dengan material kasar di bagian bawah, dan semakin ke atas semakin
halus), serta lapisan umumnya tebal. Kondisi hidrologi satuan ini dibangun
oleh material aluvium yang mampu membentuk akuifer yang potensial,
dengan dukungan morfologi yang datar, maka menyebabkan cadangan
atau ketersediaan airtanah dangkal sangat potensial, sehingga
membentuk resevoir airtanah atau cekungan hidrogeologi. Material
aluvium merupakan material yang mudah untuk mengalami pengikisan
oleh aliran sungai, sehingga pada umumnya satuan ini dicirikan oleh pola
aliran seperti cabang pohon (dendritik). Aliran sungai bersifat mengalir
sepanjang tahun (perrenial) dengan debit aliran relatif besar, karena
mendapat input dari air hujan dan aliran airtanah yang masuk ke dalam
badan atau lembah sungai (effluent). Material aluvium akan berkembang
menjadi tanah dengan tekstur geluhan, struktur remah, dan solum sangat
tebal, sehingga dengan tersedianya air yang melimpah menjadikan tanah
ini sangat subur, yang disebut tanah Alluvial. Tanah ini potensial untuk
pengembangan lahan-lahan pertanian tanaman semusim seperti padi
dengan irigasi intensif.
Distribusi luas dan peran jasa ekosistem pendukung pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan menurut ekoregion disajikan
pada Tabel 3.23.

94

Tabel 3.23. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

605.142,54

1,13

0,00

0,00

8.967.759,46

16,79

1.991.259,49

3,73

89.000,00

0,17

2.380.886,43

4,46

Dataran Pantai Kalimantan

1.259.479,42

2,36

0,00

0,00

0,00

0,00

Dataran Struktural Kompleks Meratus

415.450,04

0,78

16.721,85

0,03

3.440.826,75

6,44

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

790.475,29

1,48

0,00

0,00

0,00

0,00

13.102,14

0,02

366.225,98

0,69

0,00

0,00

991.642,50

1,86

13.817.223,92

25,87

0,00

0,00

1.752.283,67

3,28

1.011.614,02

1,89

0,00

0,00

981.095,57

1,84

0,00

0,00

0,00

0,00

8.061.221,48

15,10

6.303.962,50

11,80

138.433,21

0,26

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

16.868.664,94

31,59

21.604.748,27

40,46

14.927.905,86

27,95

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus mempunyai potensi


sedang dalam pemeliharaan kesuburan sangat mencolok, dengan luasan
13.817.223,92 hektar atau 25,87%. Penutupan lahan berupa hutan lahan
tinggi. Pembentukan tanah di hutan relatif cepat karena banyak sisa-sisa
organisme seperti ranting, daun, atau bangkai hewan. Sisa organisme
tersebut akan melapuk secara alami dan menjadi pupuk alami bagi tanah.
Hal tersebut akan memelihara kesuburan tanah karena sisa organisme
mengandung unsur hara yang relatif banyak. Ekoregion Perbukitan
Struktural Kompleks Meratus yang berpotensi rendah untuk pembentukan
lapisan tanah dan kesuburan dengan luas 8.061.221,48 hektar (15,10%)
sebagian besar adalah penggunaan lahan semak belukar. Kurangnya
bahan organik yang ada menyebabkan proses pembentukan tanah
menjadi minim dan kesuburan yang tidak terlalu baik. Ilustrasi persentase
dalam bentuk grafik untuk jasa ekosistem pendukung pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan yang dirinci menurut ekoregion
disajikan dalam gambar 3.39.

95

DANAU

0.00
11.80

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan

0.00
1.89

Perbukitan Denudasional Kalimantan

Pegunungan Struktural Kompleks


Meratus

25.87

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

0.69

Pegunungan Denudasional Kalimantan

0.00

Dataran Struktural Kompleks Meratus

0.03

Dataran Pantai Kalimantan

0.00

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

0.17

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

0.00

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.39. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan Menurut Ekoregion

Apabila dilihat distribusinya secara administrasi wilayah provinsi,


Provinsi Kalimantan Barat (11,31%) dan Kalimantan Tengah (11,63%)
memiliki potensi lahan tertinggi untuk mendukung pembentukan tanah
dan memelihara kesuburan. Sebagian lahan di provinsi tersebut
pegunungan dan dataran fluvial dengan penggunaan lahan hutan. Hutan
menyediakan kondisi alami yang mendukung pembentuk lapisan tanah
dan pemeliharaan kesuburan. Ranting pohon, sampah daun, atau bangkai
binatang menjadi pupuk alami untuk tumbuhan di hutan. Pegunungan dan
perbukitan masih banyak terdapat batuan induk sebagai tersedia bahan
untuk pelapukan batuan. Batuan induk diendapkan oleh aliran sungai di
wilayah hulu karena mempunyai bobot yang berat. Curah hujan dan
intensitas penyinaran matahari di pegunungan yang relatif tinggi menjadi
faktor pembentukan tanah. Masing-masing luasannya mencapai
6.040.363,64 hektar untuk Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan untuk
Provinsi Kalimantan Tengah mencapai 6.208.028,08 hektar.
Lahan potensi sedang sebagian besar berada di Provinsi Kalimantan
Timur, dan Kalimantan Utara. Sebagian besar lahan di provinsi ini adalah
bentuklahan pegunungan dan dataran fluvial yang didominasi oleh kebun
dan tanaman campuran. Kegiatan kebun memanfaatkan tanah terus
menerus sepanjang tahun. Pupuk alami di persawahan juga tidak
sebanyak di kawasan hutan. Hal tersebut dapat mengurangi kesuburan
96

tanah karena zat hara semakin berkurang. Batuan induk di dataran kebun
relatif sedikit sehingga tidak ada bahan untuk pelapukan tanah. Provinsi
Kalimantan Timur memiliki lahan berpotensi rendah untuk membentuk
lapisan dan memelihara kesuburan tanah. Secara lebih rinci distribusi
luasan dan peran jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan tanah
dan pemeliharaan kesuburan menurut provinsi disajikan pada tabel 3.24.
Tabel 3.24. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

4.566.434,26

8,55

4.078.732,05

7,64

6.040.363,64

11,31

KALIMANTAN SELATAN

1.830.787,87

3,43

564.259,15

1,06

1.297.043,50

2,43

KALIMANTAN TENGAH

4.234.299,23

7,93

4.880.276,37

9,14

6.208.028,08

11,63

KALIMANTAN TIMUR

5.188.404,21

9,72

6.613.553,47

12,38

997.434,87

1,87

KALIMANTAN UTARA

1.048.739,38

1,96

5.467.927,23

10,24

385.035,77

0,72

Grand Total
16.868.664,94
Sumber : Analisis Studio 2015

31,59

21.604.748,27

40,46

14.927.905,86

27,95

Persentase luasan dari hasil tabulasi pada tabel 3.24. tersebut disajikan
melalui grafik pada Gambar 3.40. berikut

10.24

KALIMANTAN UTARA

12.38

KALIMANTAN TIMUR

Tinggi - Sangat Tinggi


9.14

KALIMANTAN TENGAH

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

1.06

KALIMANTAN SELATAN

7.64

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.40. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan
lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan Menurut Provinsi

97

Secara umum dapat dikatakan, luasan lahan di Pulau kalimantan sebagai


pendukung pembentuk lapisan tanah yang berpotensi tinggi teridentifikasi
seluas 14.927.905,86 hektar atau 27,95%, sedangkan potensi sedang
mencapai 21.604.748,27 hektar atau 40,46 % dan potensi rendah hanya
16.868.664,94 hektar atau 31,59% total wilayah. Ilustrasi grafis dari
persentase luasan secara keseluruhan di Pulau Kalimantan disajikan pada
Gambar 3.41.

Persentase Jasa Ekosistem


Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah
dan Pemeliharaan Kesuburan
27.95

31.59
Sangat Rendah- Rendah
Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi
40.46

Gambar 3.41. Persentase Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan lapisan tanah


dan pemeliharaan kesuburan di Pulau Kalimantan

Distribusi secara spasial jasa ekosistem pendukung pembentukan lapisan


tanah dan pemeliharaan kesuburan di Pulau Kalimantan dapat dilihat pada
Gambar 3.42. tentang Peta Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan
Lapisan Tanah Dan Pemeliharaan Kesuburan Pulau Kalimantan.

98

Gambar 3.42. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Pembentukan Lapisan Tanah
dan Pemeliharaan Kesuburan

99

3.3.3.1.2. Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara


Siklus hara dalam suatu ekosistem merupakan proses yang
terintegrasi dari pergerakan/pemindahan energi dan hara didalam
ekosistem itu sendiri dan juga interaksinya dengan atmosfir, biosfir,
geosfir dan hidrosfir. Energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan siklus
hara ini didapatkan dari proses yang terjadi pada biosfir yaitu proses
fotosisntesis. Siklus hara adalah suatu proses suplai dan penyerapan dari
senyawa kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan metabolisme.
Hara essensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan tinggi adalah unsur bahan
anorganik alam. Kebutuhan akan bahan anorganik bagi tumbuhan tinggi
(pohon) membedakannya dengan organisme lainnya seperti manusia,
hewan dan beberapa mikroorganisme yang membutuhkan bahan
makanan organik (Mengel et al,. 1987). Menurut Binkley (1987) bahwa
proses siklus hara mencakup proses mikroklimat, kualitas kimia dari bahan
organik, status kimia dari tanah dan aktivitas binatang.
Ekosistem secara alamiah memberikan unsur-unsur hara yang
dibutuhkan oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui serapan haranya dan
kemudian diakumulasi dalam jaringan tumbuhan dan kembali lagi ke
tanah baik lansung atau tidak lansung sebagai bahan organik. Proses dari
serapan hara, akumulasi hara pada tubuh tumbuhan dan kembali ke tanah
melalui siklus yang bervarisi sesuai dengan kondisi tumbuhan, iklim dan
jenis tanahnya sendiri sehingga pada akhirnya berpengaruh terhadap
kesuburan tanah dan tingkat produksi pertanian yang tinggi. Hara
diperlukan untuk produksi bahan organik baik pada tingkat trofik produser
ataupun konsumer yang umumnya berada dalam lingkungan abiotik
dengan konsentrasi yang lebih rendah dari pada yang dibutuhkan untuk
aktivitas pertumbuhan. Meskipun begitu, organisme di dalam ekosistem
yang tua seperti hutan berisi hara dalam konsentrasi dengan jumlah yang
besar dan bernilai.
Perbedaan penggunaan lahan di suatu ekoregion mempengaruhi
potensi fungsi pendukung. Ekoregion dataran fluvial mempunyai potensi
tinggi untuk pendukung siklus hara. Luasan lahan di dataran fluvial
berpotensi
tinggi
untuk
pendukung
siklus
hara
mencapai
8.967.759,46hektar (16,79%) Lahan di dataran fluvial mengandung
kandungan mineral yang tinggi sebagai hasil pengendapan material subur.
Curah hujan dan intensitas penyinaran matahari juga tinggi di dataran ini.
Faktor-faktor tersebut melancarkan siklus hara sehingga tanah relatif
subur. Hal ini membuat dataran fluvial cocok untuk pengembangan sektor
pertanian. Pegunungan Struktural Kompleks Meratus yang berpenggunaan
lahan hutan lahan tinggi memiliki potensi tinggi yang paling besar yaitu
mencapai luasan 13.817.223,92 hektar atau 25,87% dari luasan total.
100

Secara rinci luasan jasa ekosistem pendukung siklus hara menurut


ekoregion disajikan pada Tabel 3.25. ilustrasi persentasenya disajikan
pada Gambar 3.43.
Tabel 3.25. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara
(Nutrient cycle) Menurut Ekoregion
Sangat Rendah
Rendah
Ha
%
371,28
0,00

EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
71.288,71
Dataran Pantai Kalimantan
776.067,97
Dataran Struktural Kompleks Meratus
114.085,32
Pegunungan Denudasional Kalimantan
67.911,03
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
7.135,04
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
473.675,98
Perbukitan Denudasional Kalimantan
1.228.042,63
Perbukitan Karst Kalimantan
321.466,88
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
3.419.199,95
DANAU
7.512,79
Grand Total
6.486.757,58
Sumber : Analisis Studio 2015

DANAU

Perbukitan Denudasional Kalimantan

Ha

%
1,13

0,13
1,45
0,21
0,13

1.925.719,75
483.411,45
318.086,58
722.564,26

3,61
0,91
0,60
1,35

2.464.137,47
0,00
3.440.826,75
0,00

4,61
0,00
6,44
0,00

0,01

372.193,08

0,70

0,00

0,00

0,89
2,30
0,60

517.966,52
1.475.364,71
659.628,69

0,97
2,76
1,24

13.817.223,92
60.490,35
0,00

25,87
0,11
0,00

6,40
0,01
12,15

4.642.021,52
0,00
11.721.727,83

8,69
0,00
21,95

6.442.395,71
0,00
35.192.833,67

12,06
0,00
65,90

0.00
12.06
0.00
0.11
25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Denudasional Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.00

Sedang

0.00

Sangat Rendah- Rendah


6.44

Dataran Struktural Kompleks Meratus

Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi
Sangat Tinggi
Ha
%
8.967.759,46
16,79

604.771,26

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan

Sedang

0.00

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

4.61
16.79

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.43. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung


Siklus Hara (Nutrient cycle) Menurut Ekoregion

101

Distribusi Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara menurut provinsi dapat


dilihat pada Tabel 3.26. berikut
Tabel 3.26. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus har a
(nutrient cycle) Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

1.109.296,60

2,08

3.728.597,57

6,98

9.847.635,78

18,44

608.593,66

1,14

1.233.874,74

2,31

1.849.622,13

3,46

KALIMANTAN TENGAH

1.609.292,43

3,01

3.372.028,84

6,31

10.341.282,40

19,37

KALIMANTAN TIMUR

2.557.589,91

4,79

2.704.109,92

5,06

7.537.692,72

14,12

KALIMANTAN UTARA

601.984,98

1,13

683.116,76

1,28

5.616.600,63

10,52

Grand Total
6.486.757,58
Sumber : Analisis Studio 2015

12,15

11.721.727,83

21,95

35.192.833,67

65,90

KALIMANTAN SELATAN

Provinsi Kalimantan, berdasarkan tabel 3.26. di atas dapat


dikatakan masih mampu untuk mendukung siklus hara. Lebih dari 50%
lahan mempunyai potensi tinggi untuk mendukung siklus hara. Provinsi
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat memiliki persentase lahan
berpotensi tinggi 19,37% dan 18,44%. Kawasan hutan yang ada di dua
provinsi tersebut merupakan tempat sempurna untuk siklus hara. Proses
fotosintesis di hutan berjalan dengan baik karena kondisi lingkungan yang
masih alami. Vegetasi yang rapat, intensitas penyinaran matahari dan
udara yang relatif bersih menjadi syarat untuk proses fotosintesis.
Kandungan klorofil tumbuhan di hutan yang tinggi karena proses
pertumbuhan relatif alami. Siklus hara yang berjalan dengan baik
membuat tanah di kawasan hutan relatif lebih subur. Lahan berpotensi
tinggi juga terdapat di dataran rendah yang dimanfaatkan untuk
persawahan. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi tinggi yang
paling rendah atau paling kecil untuk mendukung siklus hara, sebagian
besar wilayahnya adalah semak belukar dimana proses dekomposisi bahan
organik sebagai bahan baku siklus hara tidak banyak. Persentase luasan
menurut provinsi disajikan dalam grafik pada Gambar 3.44.
Secara umum dapat dikatakan dominasi kelas dalam jasa ekosistem
pendukung siklus hara di Kalimantan adalah kelas potensi tinggi dan
sangat tinggi. Nilai kelas ini sangat menonjol, yaitu seluas 35.192.833,67
hektar atau 65,90 %, sedangkan potensi sedang mencapai 11.721.727,83
hektar atau 21,95 % dan potensi rendah hanya 6.486.757,58 hektar atau
12,15% total wilayah. Persentase secara keseluruhan disajikan dalam
grafik pada Gambar 3.45.

102

10.52
KALIMANTAN UTARA
14.12
KALIMANTAN TIMUR
19.37
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

3.46
KALIMANTAN SELATAN
18.44
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.44. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Siklus hara
(nutrient cycle) Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Pendukung Siklus Hara
12.15
21.95
65.90

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.45. Persentase Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara di Pulau


Kalimantan

Distribusi spasial jasa ekosistem pendukung siklus hara di Pulau


Kalimantan disajikan melalui peta pada Gambar 3.46.

103

Gambar 3.46.Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Siklus Hara

104

3.3.3.1.3.

Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer

Ekosistem memberikan jasa produksi primer berupa kroduksi oksigen dan


penyediaan habitat spesies. Produksi oksigen memberikan dukungan bagi
seluruh kehidupan makhluk. Tanpa adanya oksigen maka tidak akan ada
kehidupan. Ekosistem memberikan jasa penghasil oksigen sekaligus
mengurangi kadar karbondioksida dan populasi udara di bumi.
Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap karbondioksida untuk
pembutan makanan (fotosintesis). Hasil dari fotosintesis adalah oksigen.
Inilah gas yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas dan
memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa produksi oksigen
bervariasi antar lokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan vegetasi
dan hutan.
Ekosistem dapat berfungsi sebagai penghasil oksigen dan pengikat
karbon. Keberadaan vegetasi seperti hutan yang menyerap karbondioksida
untuk pembuatan makanan melalui proses fotosintesis menghasilkan
oksigen yang diperlukan makhluk hidup di bumi untuk beraktivitas dan
memungkinkan tumbuhnya banyak habitat spesies. Jasa produksi oksigen
bervariasi antarlokasi dan berhubungan erat dengan keberadaan vegetasi
dan hutan. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Produksi
Primer Menurut Ekoregion disajikan pada Tabel 3.27. berikut

Tabel 3.27. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer
Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

0,00

0,00

468.058,92

0,88

9.104.843,08

17,05

69.600,67

0,13

1.424.110,66

2,67

2.967.434,61

5,56

Dataran Pantai Kalimantan

659.284,08

1,23

133.769,22

0,25

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus

119.169,83

0,22

687.021,11

1,29

3.066.807,70

5,74

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

42.893,66

0,08

211.388,71

0,40

536.192,91

1,00

677,55

0,00

6.395,53

0,01

372.255,05

0,70

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

14.861,09

0,03

518.265,58

0,97

14.275.739,75

26,73

Perbukitan Denudasional Kalimantan

779.200,12

1,46

973.083,56

1,82

1.011.614,02

1,89

Perbukitan Karst Kalimantan

280.154,19

0,52

130.879,96

0,25

570.061,42

1,07

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

253.555,54

0,47

4.173.571,49

7,82

10.076.490,16

18,87

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

2.226.909,52

4,17

8.726.544,74

16,34

42.447.864,82

79,49

DANAU
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

105

Ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks Meratus mempunyai


potensi tertinggi untuk pendukung produksi primer mencapai 26,73% dari
total wilayah dengan tingkat produksi primer tinggi yaitu seluas
14.275.739,75 hektar. Kawasan hutan yang mendominasi ekoregion
Pegunungan Struktural Kompleks Meratus menjadi suplai oksigen bagi
wilayah sekitar. Faktor ketersediaan oksigen membuat flora dan fauna
dapat hidup di hutan. Hutan juga berfungsi menjadi penyaring alami untuk
polusi dari berbagai aktivitas manusia. Potensi pendukung primer antara
penggunaan lahan berbeda tergantung dari kerapatan vegetasi.
Perbukitan yang berpenggunaan lahan ladang dan semak belukar juga
memiliki potensi walaupun tidak sebaik kawasan hutan. Kerapatan
vegetasi di semak belukar dan ladang relatif renggang dan luas daun
relatif sempit sehingga oksigen yang dihasilkan sedikit. Dataran Fluvial
juga memiliki potensi tinggi untuk mendukung produksi primer seluas
9.104.843,08 hektar atau 9,94% dari luas wilayah menempati posisi ketiga
tertinggi setelah perbukitan structural kompleks meratus (18,87%).
Tanaman pangan di dataran fluvial juga menjadi sumber oksigen melalui
proses fotosintesis. Dataran fluvial berpenggunaan lahan rawa dan
permukiman memiliki potensi rendah untuk mendukung prosuksi primer.
wilayah perkotaan didominasi oleh lahan terbangun sehingga sumber
untuk penghasil relatif sedikit. Masalah polusi udara akibat aktivitas
manusia juga mengurangi potensi untuk mendukung produksi primer.
Persentase luasan menurut ekoregion disajikan dalam grafik pada Gambar
3.47.

DANAU

0.00
18.87

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.07
1.89
26.73

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan

0.70

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.00

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam

Sedang

0.87
5.56
17.05

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

Sangat Rendah- Rendah

5.74

Dataran Struktural Kompleks Meratus

Tinggi - Sangat Tinggi

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.47. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung


Produksi Primer Menurut Ekoregion
106

Menurut administrasi wilayah provinsi, Distribusi Luas dan peran Jasa


Ekosistem Pendukung Produksi Primer disajikan pada Tabel 3.28. berikut
Tabel 3.28. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Produksi Primer
Menurut Provinsi
Sangat Rendah Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

497.746,49

0,93

1.979.261,76

3,71

12.208.521,71

22,86

KALIMANTAN SELATAN

271.725,64

0,51

1.043.280,71

1,95

2.377.084,17

4,45

KALIMANTAN TENGAH

742.668,97

1,39

2.341.833,43

4,39

12.238.101,27

22,92

KALIMANTAN TIMUR

473.288,70

0,89

2.846.223,18

5,33

9.479.880,67

17,75

KALIMANTAN UTARA

241.479,73

0,45

515.945,66

0,97

6.144.276,99

11,51

Grand Total
2.226.909,52
Sumber : Analisis Studio 2015

4,17

8.726.544,74

16,34

42.447.864,82

79,49

Ketersediaan oksigen dan habitat spesies tergantung terhadap


kondisi lingkungan. Kondisi alami akan menghasilkan oksigen dan menjadi
habitat spesies. Lahan di Pulau Kalimantan masih dapat mendukung untuk
produksi primer, hal ini dilihat dari luas lahan berpotensi tinggi. Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki persentase lahan tertinggi untuk mendukung
produksi primer yaitu 22,92% dari luas wilayah. Kawasan hutan lahan
rendah, hutan lahan tinggi, hutan gambut, serta hutan tanaman di Povinsi
Kalimantan Tengah dengan luasan yang besar berpotensi sangat tinggi
untuk menghasilkan oksigen. Hutan terdiri dari vegetasi yang rapat dan
memiliki tajuk yang luas sehingga mengahsilkan oksigen relatif banyak.
Hutan juga menjadi habitat bagi flora fauna karena kondisi lingkungan
yang masih terjaga dan alami. Hal ini mendukung untuk penyediaan
primer bagi kehidupan mahluk hidup termasuk manusia. Sebagian wilayah
provinsi tersebut mempunyai potensi tinggi walaupun tidak setinggi
kawasan hutan. Penggunaan lahan di wilayah tersebut adalah semak
belukar, ladang, dan perkebunan. Kerapatan vegetasi, lebar daun, dan
kondisi lingkungan lebih rendah dibandingkan dengan kawasan hutan. Hal
tersebut mempengaruhi jumlah oksigen yang dihasilkan. Lahan tersebut
juga sudah diintervensi manusia sehingga hanya spesies tertentu yang
dapat bertahan. Sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Tengah juga
memliki potensi rendah tertinggi untuk mendukung produksi primer. Luas
lahan yang berpotensi rendah mencapai 742.668,97 hektar atau 1,39%.
Rawa yang terletak di provinsi ini seperti rawa pesisir memiliki potensi
rendah untuk menghasilkan oksigen. Rawa terdiri dari semak, tanaman
kecil dan sisa tumbuhan. Tajuk daun yang tidak luas membuat oksigen
yang dihasilkan lebih sedikit. Spesies yang ada di rawa hanya fauna
tertentu sehingga kurang potensinya untuk produksi primer. Kawasan
permukiman dan bangunan juga memiliki potensi yang rendah dalam
107

produksi primer. Hal ini dikarenakan jarangnya vegetasi di permukiman


serta dominannya kegiatan manusia. Oksigen yang dihasilkan bercampur
dengan polusi udara sehingga kualitas udaranya buruk. Spesies yang
mampu hidup di wilayah permukiman hanya tertentu karena kondisi
lingkungan yang relatif tidak alami. Kelestarian hutan menjadi penting
untuk menjaga kemampuan lahan untuk memproduksi kebutuhan primer
mahluk hidup. Grafik persentase Jasa Ekosistem Pendukung Produksi
Primer menurut provinsi disajikan pada Gambar 3.48.

11.51

KALIMANTAN UTARA

17.75

KALIMANTAN TIMUR

22.92

KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

4.45

KALIMANTAN SELATAN

22.86

KALIMANTAN BARAT
0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.48. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Produksi Primer
Menurut Provinsi

Secara keseluruhan, distribusi jasa ekosistem pendukung produksi


primer di Pulau Kalimantan yang berpotensi tinggi teridentifikasi seluas
27.366.164,87 hektar atau 51,25 %, sedangkan potensi sedang mencapai
23.192.199,87 hektar atau 43,43 % dan potensi rendah hanya
2.842.954,33 hektar atau 5,32 % dari total wilayah. Grafik Persentase
Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer di Pulau Kalimantan disajikan
pada Gambar 3.49. sedangkan untuk melihat distribusi spasial dari jasa
ekosistem pendukung produksi primer di Pulau Kalimantan, dapat dilihat
pada Gambar 3.50. mengenai peta Daya Dukung Lingkungan Jasa
Ekosistem Pendukung Produksi Primer.

108

Persentase Jasa Ekosistem


Pendukung Produksi Primer
4.17
16.34
Sangat Rendah- Rendah
Sedang
79.49

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.49. Persentase Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer di Pulau


Kalimantan

3.3.3.1.4. Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas


Ekosistem telah memberikan jasa keanekaragaman hayati
(biodiversity) di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk
diantaranya, daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta komplekskompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya;
mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara spesies dan
ekosistem yang menjadi habitat perkembangbiakan flora fauna. Semakin
tinggi karakter biodiversitas maka semakin tinggi fungsi dukungan
ekosistem terhadap perikehidupan.
Seiring semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat
pula kebutuhan sumberdaya alam hayati yang berakibat pada
menurunnya sumberdaya alam hayati tersebut apabila tidak dikelola
secara lestari atau dikenal dengan degradasi sumberdaya alam dan
lingkungan. Oleh karena itu, tuntutan terhadap pengelolaan sumberdaya
alam hayati secara berkelanjutan menjadi prioritas. Mengingat, kebutuhan
akan sumberdaya alam hayati sangat tergantung pada kondisi suatu
wilayah, maka dalam pelaksanaan pengelolaannya diperlukan pemahaman
terhadap nilai kenakeragaman hayati sebagai sumberdaya alam hayati
sesuai dengan wilayahnya. Nilai keanekaragaman hayati mencakup tingkat
keragamanan dan kelimpahan, sehingga dapat menjadi acuan dalam
pengelolaan kawasan untuk mendukung konservasi keanekaragaman
hayati yang ada di dalam wilayah kelola suatu unit pengelolaan atau unit
usaha.

109

Gambar 3.50. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Produksi Primer

110

Tabel 3.29. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Menurut Ekoregion
Sangat Rendah Rendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

3.101.480,19

5,81

3.901.323,02

7,31

2.570.098,80

4,81

2.080.259,50

3,90

0,00

0,00

2.380.886,43

4,46

793.053,30

1,49

0,00

0,00

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

1.546.269,25

2,90

1.685.948,83

3,16

640.780,57

1,20

67.322,75

0,13

186.959,62

0,35

536.192,91

1,00

677,55

0,00

61,97

0,00

378.588,61

0,71

545.524,02

1,02

446.118,47

0,84

13.817.223,92

25,87

Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.752.283,67

3,28

0,00

0,00

1.011.614,02

1,89

411.034,15

0,77

0,00

0,00

570.061,42

1,07

5.880.056,28

11,01

2.181.165,20

4,08

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

Grand Total
16.185.473,45
Sumber : Analisis Studio 2015

30,31

8.401.577,12

15,73

28.814.268,50

53,96

Dataran Pantai Kalimantan

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

Biodiversitas dapat berkembang dengan baik apabila kondisi


lingkungan masih alami. Pegunungan dan perbukitan Struktural Kompleks
Meratus berpotensi paling tinggi untuk mendukung biodiversitas (25,87%
dan 12,06%). Kawasan hutan mendominasi penggunaan lahan di
ekoregion tersebut. Hutan merupakan kawasan yang masih alami dan
belum banyak diintervensi oleh kegiatan manusia. Kondisi tersebut
mendukung perkembangbiakan flora fauna sehingga dapat melestarikan
keanekaragaman hayati. Terdapat beberapa jenis vegetasi dalam
ekoregion pegunungan struktural kompleks Meratus ini seperti vegetasi
lahan kering pamah, vegetasi lahan pamah, vegetasi monsun lahan
pamah, vegetasi monsun pegunungan bawah, vegetasi pegunungan atas,
dan vegetasi pegunungan bawah yang mampu mendukung beberapa jenis
fauna endemik. Dataran fluvial juga mempunyai potensi tinggi untuk
mendukung biodiversitas (4,81%). Hal tersebut dikarenakan sebagaian
wilayahnya didominasi oleh belukar dan kebun yang kurang mendukung
untuk biodiversitas karena sebagian besar lahan sudah diintervensi
manusia. Hal ini akan mempersulit flora fauna untuk hidup secara alami
karena banyak polusi baik udara ataupun air. Kelestarian biodiversitas
penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Persentase
luasan disajikan dalam grafik pada Gambar3.51.

111

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan

Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.07
1.89
25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.71

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.00

Dataran Struktural Kompleks Meratus

1.20

Dataran Pantai Kalimantan

0.87

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam


Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

4.46
4.81
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.51. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Menurut Ekoregion
Tabel 3. 30. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

4.375.409,57

8,19

3.764.912,20

7,05

6.545.208,18

12,26

KALIMANTAN SELATAN

2.319.093,27

4,34

553.062,22

1,04

819.935,03

1,54

KALIMANTAN TENGAH

4.469.361,55

8,37

2.704.979,66

5,07

8.148.262,46

15,26

KALIMANTAN TIMUR

4.223.945,81

7,91

1.161.062,74

2,17

7.414.383,99

13,88

KALIMANTAN UTARA

797.663,25

1,49

217.560,29

0,41

5.886.478,83

11,02

Grand Total
16.185.473,45
Sumber : Analisis Studio 2015

30,31

8.401.577,12

15,73

28.814.268,50

53,96

Tabel 3.30. menyajikan Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem


Pendukung Biodiversitas Menurut Provinsi. Dari tabel di atas dapat dilihat,
Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah memiliki lahan
berpotensi tinggi lebih luas dibandingkan provinsi lain. Luas lahan
berpotensi tinggi di 2 provinsi tersebut mencapai 15.562.466,45 hektar
atau lebih dari 28% dari total luas kawasan. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa ekosistem hutan yang luas di dua provinsi tersebut. Hutan
merupakan tempat sempurna untuk melestarikan keanekaragaman hayati.
Ekosistem hutan menyediakan situasi dimana flora dan fauna dapat
bertahan seperti udara, ketersediaan air, zat hara, bahan makanan dan
sebagainya. Hal tersebut menyebabkan beragamnya jenis flora dan fauna
di hutan. Penggunaan lahan semak belukar, ladang dan persawahan
112

memiliki potensi sedang untuk mendukung biodiversitas. Kondisi


lingkungan sudah diintervensi manusia sehingga kondisi keperawanan
ekosistem berkurang. Hal tersebut membuat hanya beberapa flora dan
fauna yang mampu bertahan sehingga variasi jenisnya berkurang.
Meskipun memiliki potensi tinggi terbesar, Provinsi Kalimantan Tengah
juga memiliki potensi rendah dan sangat rendah dengan nilai tertinggi
juga dalam mendukung keanekaragaman hayati. Luasan kelaws rendah
dan sangat rendahnya mencapai 4.469.361,55 hektar atau 8,37%.
Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki
potensi rendah untuk mendukung biodiversitas dikarenakan provinsi ini
memiliki kawasan semak belukar dan perkebunan yang cukup tinggi
dimana tutupan lahan tersebut bukan merupakan habitat yang baik bagi
jenis-jenis tertentu. Tidak adanya struktur tajuk dan jenis penanaman
yang monokultur menyebabkan kurangnya ketersediaan pakan dan
penyebaran jenis penyakit tertentu menjadi lebih cepat. Jenis tanah
gambut di rawa membuat hanya spesies tertentu yang mampu bertahan
hidup. Aktivitas manusia di wilayah permukiman mempersempit alam
untuk berkembang. Hal ini mempersulit flora dan fauna hidup dan
bertahan karena banyak polusi dan pencemaran. Flora dan fauna yang
ada hanya dari kegiatan budidaya manusia bukan karena habitat alami.
Persentase menurut provinsi disajikan pada Gambar 3.52.

11.02

KALIMANTAN UTARA

13.88

KALIMANTAN TIMUR

15.26

KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

1.54

KALIMANTAN SELATAN

12.26

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.52. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pendukung


Biodiversitas Menurut Provinsi

113

Secara keseluruhan dapat dikatakan, kondisi jasa ekosistem


pendukung biodiversitas di Kalimantan berpotensi tinggi sangat dominan
yaitu seluas 28.814.268,50 hektar atau 53,96%, sedangkan potensi
sedang mencapai 8.401.577,12 hektar atau 15,73% dan potensi rendah
hanya 16.185.473,45 hektar atau 30,31% dari luas wilayah. Persentase
luasan tersebut disajikan pada grafik dalam Gambar 3.53. berikut

Persentase Jasa Ekosistem


Pendukung Biodiversitas

30.31
Sangat Rendah- Rendah
53.96

Sedang
15.73

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.53. Persentase Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas di Pulau


Kalimantan

Lebih lanjut untuk melihat distribusi spasial yang digambarkan pada peta,
disajikan pada Gambar 3.54. tentang Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa
Ekosistem Pendukung Biodiversitas.

114

Gambar 3.54. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas

115

3.3.3.2. Index Jasa Ekosistem Pendukung


Rata-rata indek daya dukung lingkungan jasa ekosistem pendukung
untuk ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks Meratus untuk jasa
ekosistem pendukung dibandingkan ekoregion lainnya, yaitu 0,6725. Ratarata indeks terendah berada di ekoregion danau yaitu 0. Hal ini
menunjukkan bahwa ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
mempunyai potensi tinggi untuk jasa ekosistem pendukung, sedangkan
ekoregion danau tidak atau kurang mendukung untuk penyediaan jasa
ekosistem pendukung.
Penggunaan lahan di Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
didominasi oleh kawasan hutan. Kawasan hutan memiliki kerapatan
vegetasi yang tinggi sehingga menghasilkan oksigen yang melimpah.
Ekosistem hutan yang relatif masih alami membuat berbagai jenis flora
dan fauna dapat berkembang biak. Hal ini akan memperkaya biodiversitas
di Pulau Kalimantan. Indeks ekoregion Penggunaan lahan di Pegunungan
Struktural Kompleks Meratus memiliki nilai indeks tertinggi di semua
aspek, meliputi daya dukung untuk pembentukan tanah dan kesuburan
mencapai indeks 0,56; siklus unsur hara (0,64); produksi primer (0,76);
dan biodiversitas (0,73).
Tabel 3.31. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
Biodiversitas Menurut Ekoregion
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Ekoregion
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural
Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan
Beku Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus
Perbukitan Denudasional
Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural
Kompleks Meratus
Danau
Rata-rata

Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung


Pembentukan
Siklus hara
tanah dan
Produksi Primer
Biodiversitas
(nutrient cycle)
kesuburan
0,22
0,21
0,21
0,22

Rata-rata
0,215

0,14

0,15

0,14

0,16

0,1475

0,03

0,03

0,03

0,04

0,0325

0,1

0,1

0,11

0,09

0,1

0,03

0,03

0,03

0,03

0,03

0,01

0,02

0,02

0,02

0,0175

0,56

0,64

0,76

0,73

0,6725

0,08

0,08

0,09

0,08

0,0825

0,03

0,03

0,04

0,04

0,035

0,42

0,43

0,49

0,47

0,4525

0
0,15

0
0,16

0
0,17

0
0,17

0
0,1625

Sumber : Analisis Studio 2015

Ilustrasi Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung


Biodiversitas Menurut Ekoregion dalam grafik disajikan pada gambar 3.55
berikut
116

DANAU

INDEX JASA
PENDUKUNG
BIODIVERSITAS

Perbukitan Struktural
Kompleks Meratus
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional
Kalimantan

INDEX JASA
PENDUKUNG
PRODUKSI PRIMER

Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus
Pegunungan Intrusif Batuan
Beku Tua Kalimantan
Pegunungan Denudasional
Kalimantan

INDEX JASA
PENDUKUNG SIKLUS
HARA

Dataran Struktural Kompleks


Meratus
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas - Mahakam

INDEX JASA
PENDUKUNG TANAH

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

Gambar 3.55. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung


Biodiversitas Menurut Ekoregion

Distribusi menurut provinsi dari index daya dukung lingkungan jasa


ekosistem pendukung, disajikan pada Tabel 3.32. berikut
Tabel 3.32. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung Menurut
Provinsi
Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung
No
1
2
3
4
5

Provinsi

Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Pembentukan tanah
dan kesuburan
0,44
0,09
0,45
0,39
0,25
0,32

Siklus hara
(nutrient cycle)
0,46
0,08
0,48
0,42
0,28
0,34

Produksi
Primer
0,5
0,09
0,52
0,48
0,33
0,38

Biodiversitas
0,47
0,08
0,53
0,46
0,32
0,37

Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rata-rata indeks tertinggi


untuk jasa ekosistem pendukung yaitu 0,4950, sedangkan Provinsi
117

Kalimantan Selatan memiliki rata-rata indeks terendah yaitu hanya 0,085.


Kondisi geografis dan perkembangan permukiman provinsi berpengaruh
terhadap daya dukung lingkungan untuk jasa eksositem pendukung.
Provinsi Kalimantan Selatan didominasi oleh permukiman dan lahan
terbangun lainnya sehingga kondisi lingkungan sudah berubah. Jumlah
vegetasi relatif sedikit dan eksosisitem sudah tidak alami membuat jasa
pendukung untuk biodiversitas dan produksi primer relatif rendah karena
oksigen yang dihasilkan sudah tercampur dengan partikel kotor dari
aktivitas manusia. Hanya flora dan fauna tertentu yang mampu bertahan
hidup dalam lingkungan permukiman. Tingkat kesuburan tanah di provinsi
ini menunjukkan nilai indeks yang paling rendah rendah karena
pencemaran tanah akibat limbah dari kegiatan manusia. Rata-rata indeks
terendah adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Ilustrasi grafik index per
provinsi dan rata-ratanya disajikan pada Gambar 3.56. berikut

INDEX JASA
PENDUKUNG
BIODIVERSITAS

KALIMANTAN
UTARA
KALIMANTAN
TIMUR

INDEX JASA
PENDUKUNG
PRODUKSI PRIMER

KALIMANTAN
TENGAH

INDEX JASA
PENDUKUNG SIKLUS
HARA

KALIMANTAN
SELATAN

INDEX JASA
PENDUKUNG TANAH

KALIMANTAN BARAT

0.00

0.20

0.40

0.60

Gambar 3.56. Indek Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pendukung


Menurut Provinsi

3.3.4. Profil

Daya

Tampung

Lingkungan

Jasa

Ekosistem

Pengaturan
Jasa ekosistem pengaturan, terdiri dari 8 komponen yang akan dijabarkan.
8 komponen tersebut yaitu : jasa ekosistem ilkim, jasa ekosistem tata
aliran air dan banjir, jasa ekosistem pencegahan dan perlindungan dari
bencana, jasa ekosistem pemurnian air, jasa ekosistem pengolahan dan
118

penguraian limbah, jasa ekosistem pemeliharaan kualitas udara, jasa


ekosistem penyerbukan alami, dan jasa ekosistem pengendalian hama dan
penyakit. Ke delapan jasa ekosistem tersebut akan dijabarkan menurut
provinsi dan menurut ekoregion sebagai unit analisisnya.
3.3.4.1. Jasa Ekosistem Pengaturan
3.3.4.1.1.

Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim

Secara
alamiah
ekosistem
mampu
memberikan jasa
ekosistem berupa jasa pengaturan iklim mikro, yang meliputi pengaturan
suhu, kelembaban dan hujan, angin, pengendalian gas rumah kaca, dan
penyerapan karbon. Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh keberadaan
faktor biotik khususnya vegetasi, serta letak dan faktor fisiografis seperti
ketinggian tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan kepadatan vegetasi
yang rapat dan letak ketinggian yang besar seperti pegunungan akan
memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih baik yang bermanfaat
langsung pada pengurangan emisi karbondiokasida dan efek rumah kaca
serta menurunkan dampak pemanasan global seperti peningkataan
permukaan laut dan perubahan iklim ekstrim dan gelombang panas.
Distribusi luasan jasa ekosistem pengaturan iklim menurut ekoregion
secara rinci disajikan pada Tabel 3.33.
Tabel 3.33. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Menurut
Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

6.732.048,96

12,61

800.235,44

1,50

2.040.617,60

3,82

1.847.946,62

3,46

232.163,26

0,43

2.381.036,05

4,46

776.067,97

1,45

16.985,33

0,03

466.426,12

0,87

3.232.218,08

6,05

640.780,57

1,20

0,00

0,00

42.893,66

0,08

25.017,37

0,05

722.564,26

1,35

6.976,87

0,01

372.351,25

0,70

472.741,85

0,89

60.384,82

0,11

14.275.739,75

26,73

1.238.079,43

2,32

514.204,25

0,96

1.011.614,02

1,89

321.466,88

0,60

89.567,27

0,17

570.061,42

1,07

5.327.616,80

9,98

2.733.604,68

5,12

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

20.005.569,91

37,46

28.282.806,18

52,96

5.112.942,98

9,57

Sumber : Analisis Studio 2015

119

Ekoregion Pegunungan dan perbukitan Struktural Kompleks


Meratus mempunyai potensi tinggi untuk pengaturan iklim (26,73% dan
12,06%). Pegunungan Struktural didominasi oleh penggunaan lahan
hutan, yang mana penghasil oksigen. Penggunaan lahan dan ketinggian
tempat menyebabkan udara di pegunungan dan perbukitan lebih sejuk
dan relatif bersih. Hutan juga menjadi penyaring alami polusi udara yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia. Dataran fluvial yang berpenggunaan
lahan sawah juga mempunyai potensi sangat tinggi untuk pengaturan
iklim. Tanaman pangan atau lahan pertanian menghasilkan juga oksigen
dari hasil proses fotosintesis sehingga membuat udara lebih sejuk.
Perbukitan dengan penggunaan lahan ladang mempunyai potensi sedang.
Rendahnya kerapatan vegetasi dan ketinggian tempat membuat
potensinya tidak sebaik kawasan hutan. Penggunaan lahan semak belukar
di berbagai ekoregion mempunyai potensi rendah untuk mengatur iklim.
Kerapatan vegetasi relatif renggang, luas tajuk pohon yang sempit dan
ketinggian tempat rendah membuat oksigen yang dihasilkan relatif sedikit.
Kelestarian hutan merupakan hal yang penting agar iklim dalam suatu
daerah dapat dikontrol sehingga tetap sejuk serta menyerap polusi udara.
Ilustrasi gafik persentase luasan jasa ekosistem pengaturan iklim menurut
ekoregion disajikan pada Gambar 3.57 berikut

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

1.07

Perbukitan Karst Kalimantan

1.89

Perbukitan Denudasional Kalimantan

26.73

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Sedang

1.35

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Dataran Struktural Kompleks Meratus

Tinggi - Sangat Tinggi

0.70

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

Sangat Rendah- Rendah

0.00

Dataran Pantai Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

0.87
4.46
3.82
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.57. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Menurut Ekoregion

120

Distribusi jasa ekosistem pengaturan iklim yang dirinci menurut


provinsi (Tabel 3.34.) menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan Tengah
mempunyai potensi tertinggi untuk pengaturan iklim, yaitu mencapai
14,64% dari luas kawasannya. Hal tersebut dikarenakan Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki luas kawasan hutan yang tertinggi diantara
provinsi lainnya. Kawasan hutan yang terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah merupakan paru-paru Pulau Kalimantan. Hutan menghasilkan
karbon dan oksigen sehingga suhu menjadi lebih sejuk. Fungsi hutan
lainnya adalah menyerap karbondioksida dan partikel kotor yang ada di
udara sehingga kualitas udara dapat terjaga. Hamparan tanaman kebun
dan tanaman semusim yang luas mampu menetralisir iklim disekitarnya
menjadi sejuk. Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman,
semakin rapat dan banyak jumlah vegetasi maka semakin banyak oksigen
yang dihasilkan. Penggunaan lahan semak belukar hanya mempunyai
potensi sedang untuk pengaturan iklim. Vegetasi di semak belukar relatif
sedikit atau didominasi sejenis rumput-rumputan. Oksigen yang dihasilkan
tidak sebanyak dibandingkan dengan tumbuhan atau tanaman. Jumlah
vegetasi yang sedikit di wilayah permukiman membuat pengaturan iklim
tidak maksimal. Udara di perkotaan sudah tercampur zat dari bahan bakar
atau kegiatan industri sehingga terasa lebih panas. Kelestarian hutan
merupakan hal yang penting untuk menjaga kemampuan ekosistem untuk
pengaturan iklim.
Tabel 3.34. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim Menurut
Provinsi
Sangat Rendah Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

6.301.282,96

11,80

2.030.307,54

3,80

6.353.939,45

11,90

KALIMANTAN SELATAN

2.324.095,23

4,35

564.123,71

1,06

803.871,59

1,51

KALIMANTAN TENGAH

6.230.083,14

11,67

1.273.391,12

2,38

7.819.129,41

14,64

KALIMANTAN TIMUR

4.270.036,81

8,00

1.106.227,24

2,07

7.423.128,50

13,90

KALIMANTAN UTARA

880.071,77

1,65

138.893,38

0,26

5.882.737,23

11,02

Grand Total
20.005.569,91
Sumber : Analisis Studio 2015

37,46

5.112.942,98

9,57

28.282.806,18

52,96

Persentase luasan menurut provinsi disajikan dalam bentuk grafik


dapat dilihat pada Gambar 3.58. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
sebagian besar lahan di Pulau Kalimantan berperan dalam pengaturan
iklim dengan dominansi peran yang tinggi. Luas lahan berpotensi tinggi
mencapai 52,96% luas pulau, yaitu seluas 28.282.806,18 hektar, potensi
sedang seluas 5.112.942,98 hektar atau 9,57 % dan potensi rendah

121

seluas 20.005.569,91 hektar atau 37,46%. Secara keseluruhan persentase


proporsinya dapat dilihat pada Gambar 3.59.

11.02
KALIMANTAN UTARA
13.90
KALIMANTAN TIMUR
14.64
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

1.51
KALIMANTAN SELATAN
11.90
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.58. Distribusi Luas dan Peran Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim
Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Iklim
37.46
Sangat Rendah- Rendah

52.96

Sedang
9.57

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.59. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim di Pulau Kalimantan

Distribusi spasial jasa ekosistem pengaturan iklim disajikan pada Gambar


3.60. mengenai peta daya dukung lingkungan jasa pengaturan iklim Pulau
Kalimantan
122

Gambar 3.60. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim

123

3.3.4.1.2. Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir


Siklus hidrologi (hydrology cycle), adalah pergerakan air dalam
hidrosfer yang meliputi proses penguapan (evaporasi), pendinginan massa
udara (kondensasi), hujan (presipitasi), dan pengaliran (flow). Siklus
hidrologi yang terjadi di atmosfer meliputi terbentuknya awan hujan,
terbentuknya hujan, dan evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi.
Sedangkan siklus hidrologi yang terjadi di biosfer dan litosfer yaitu
ekosistem air yang meliputi aliran permukaan. ekosistem air tawar, dan
ekosistem air laut. Siklus hidrologi yang normal akan berdampak pada
pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir, dan pemeliharaan ketersediaan air.
Pengaturan tata air dengan siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh
keberadaan tutupan lahan dan fisiografi suatu kawasan.
Pulau Kalimantan yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan
merupakan potensi untuk recharge area. Recharge area yang relatif luas
akan meningkatkan cadangan air bersih. Ekoregion pegunungan dan
perbukitan struktural dan dataran fluvial mempunyai potensi tinggi untuk
pengaturan tata air. Berturut turut memiliki persentase 25,87%, 12,06%
dan 5,83%. Pegunungan dan perbukitan yang penggunaan lahannya
hutan mempunyai potensi tinggi untuk menyerap air. Vegetasi di kawasan
hutan menampung air hujan dan mengalirkanya dalam tanah sehingga
menjadi cadangan air tanah. Semakin tinggi kerapatan vegetasi maka air
hujan yang dapat ditangkap semakin banyak. Perbukitan berpenggunaan
lahan ladang dan semak belukar memiliki potensi sedang. Kerapatan
vegetasi yang relatif rendah serta luas tajuk pohon sempit membuat air
hujan yang dapat ditangkap relatif sedikit. Air hujan akan menjadi run-off
dan langsung masuk ke sistem sungai. Penggunaan lahan permukiman
memiliki potensi yang rendah untuk mengatur tata air. Sebagian besar
lahan di permukiman sudah diperkeras oleh aspal, semen atau bahan lain.
Hal tersebut akan menghalangi air hujan untuk masuk ke dalam tanah
sehingga dapat mengurangi cadangan air. Air tanah akan menjadi run-off
sehingga langsung masuk ke sungai atau menjadi genangan. Kelestarian
hutan sebagai recharge area merupakan hal penting agar cadangan air
relatif stabil.
Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan
Banjir Menurut Ekoregion disajikan pada Tabel 3.35. sedangkan ilustrasi
grafik persentase luasannya disajikan pada Gambar 3.61.

124

Tabel 3.35. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan
Banjir Menurut Ekoregion
Sangat Rendah
Rendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

3.963.404,20

7,42

2.496.337,65

4,67

3.113.160,16

5,83

1.841.303,96

3,45

233.056,95

0,44

2.386.785,02

4,47

738.379,97

1,38

462.732,87

0,87

58.366,58

0,11

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

3.204.991,25

6,00

27.226,83

0,05

640.780,57

1,20

254.282,38

0,48

536.192,91

1,00

0,00

0,00

6.976,87

0,01

61,97

0,00

372.289,28

0,70

967.893,69

1,81

23.748,81

0,04

13.817.223,92

25,87

Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.752.283,67

3,28

1.011.614,02

1,89

0,00

0,00

410.835,15

0,77

199,00

0,00

570.061,42

1,07

7.958.733,02

14,90

102.488,46

0,19

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

Grand Total
21.106.596,97
Sumber : Analisis Studio 2015

39,52

27.401.062,65

51,31

Dataran Pantai Kalimantan

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

DANAU

12.06
1.07

Perbukitan Karst Kalimantan

0.00
25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Sedang

0.00

Sangat Rendah- Rendah

1.20

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.70

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan


Pegunungan Denudasional Kalimantan

9,16

0.00

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

Perbukitan Denudasional Kalimantan

4.893.659,45

0.11

Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam


Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

4.47
5.83
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.61. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran
Air dan Banjir Menurut Ekoregion

Jasa ekosistem tata aliran air dan banjir yang dirinci berdasarkan provinsi
disajikan pada Tabel 3.36. berikut
125

Tabel 3.36. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan

Banjir Menurut Provinsi


Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI
Ha
%
KALIMANTAN BARAT
7.144.033,61
13,38
KALIMANTAN SELATAN
2.171.165,59
4,07
KALIMANTAN TENGAH
5.833.327,89
10,92
KALIMANTAN TIMUR
4.998.839,93
9,36
KALIMANTAN UTARA
959.229,95
1,80
Grand Total
21.106.596,97 39,52
Sumber : Analisis Studio 2015

Sedang
Ha
1.500.220,65
668.002,63
2.186.246,93
371.872,26
167.316,98
4.893.659,45

%
2,81
1,25
4,09
0,70
0,31
9,16

Tinggi
Sangat Tinggi
Ha
%
6.041.275,70
11,31
852.922,30
1,60
7.303.028,86
13,68
7.428.680,35
13,91
5.775.155,44
10,81
27.401.062,65 51,31

Luas kawasan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Air dan Banjir yang
tinggi, persentasi tertinggi (13,91%) berada di Provinsi Kalimantan Timur
dengan luas mencapai 7.428.680,35 hektar. Hutan di perbukitan dan
pegunungan merupakan recharge area. Vegetasi yang rapat dan tajuk
yang luas membuat air hujan yang terserap semakin banyak. Air akan
ditampung oleh tumbuhan dan dialirkan ke dalam tanah. Air hujan akan
diserap langsung oleh tanah tanpa melalui tumbuhan langsung menuju
akuifer. Aliran air tanah akan menuju ke wilayah yang lebih rendah akibat
gravitasi. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan air di dataran rendah
dapat terpenuhi. Kawasan karst di Kalimantan kurang baik untuk
pengaturan tata air. Batu gamping yang ada di karst memiliki pori batuan
lebar sehingga air akan langsung masuk ke dalam tanah. Aliran
permukaan jarang ditemukan di kawasan karst walaupun menyimpan
potensi sungai bawah tanah. Provinsi Kalimantan Tengah juga memiliki
potensi yang tinggi dalam pengaturan tata air dan banjir (13,68%) karena
didominasi oleh ekoregion dataran rendah fluvial yang mempunyai
potensi tinggi untuk pengaturan tata air. Jenis tanah di fluvial adalah
alluvium yang bertekstur pasir. Tanah bertekstur pasir mudah untuk
menyerap dan mengeluarkan air sehingga ketersediaan air relatif
berlimpah.
Sebagian besar kawasan di Provinsi Kalimantan Barat memiliki
potensi rendah untuk pengaturan tata air. Luasan lahan yang berpotensi
rendah di provinsi ini sebesar 7.144.033,61 hektar atau 13,38%.
Kurangnya lahan dan vegetasi untuk wilayah resapan membuat air hujan
menjadi overland flow. Hal ini membuat pasokan air tanah akan berkurang
karena air langsung masuk ke sistem sungai. Kelestarian hutan sebagai
recharge area merupakan usaha untuk menjaga ketersediaan air tanah di
seluruh wilayah. Persentase luasan disajikan dalam bentuk grafik dapat
dilihat pada Gambar 3.62.
Secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan wilayah yang berperan
dalam pengaturan tata air dan banjir dengan potensi tinggi mencapai
126

luasan 27.401.062,65 hektar atau 51,31%, sedangkan potensi sedang


hanya mencapai 4.893.659,4 hektar atau 9,16% dan potensi rendah
21.106.596,97 hektar atau 39,52% dari luas total Pulau Kalimantan.
Grafik persentasenya disajikan pada Gambar 3.63.

10.81
KALIMANTAN UTARA
13.91
KALIMANTAN TIMUR
13.68
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

1.60
KALIMANTAN SELATAN
11.31
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

Gambar 3.62. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Tata
Air dan Banjir Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir
39.52
51.31

Sangat Rendah- Rendah


Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi
9.16

Gambar 3.63. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan Banjir di
Pulau Kalimantan

Distribusi spasial dari jasa ekosistem pengaturan tata aliran air dan banjir
disajikan pada Gambar 3.64.
127

Gambar 3.64. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan
Banjir

128

3.3.4.1.3.

Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Perlindungan dari Bencana

Pencegahan

dan

Ekosistem mengandung unsur pengaturan pada infrastruktur alam


untuk pencegahan dan perlindungan dari beberapa tipe bencana
khususnya bencana alam. Tempat-tempat yang memiliki liputan vegetasi
yang rapat dapat mencegah areanya dari bencana erosi, longsor, abrasi,
dan tsunami. Selain itu bentuklahan secara spesifik berdampak langsung
terhadap sumber bencana, sebagai contoh bencana erosi dan longsor
umumnya terjadi pada bentuk lahan struktural dan denudasional dengan
morfologi perbukitan.
Bencana merupakan kejadian alam atau buatan manusia yang
menimbulkan kerugian baik jiwa maupun finansial. Lingkungan yang
lestari dan terjaga dapat meminimalisir risiko bencana terutama bencana
akibat aktivitas manusia. Keberadan Pulau Kalimantan dengan berbagai
karakteristiknya di masing-masing provinsi juga tidak terlepas dari adanya
potensi bencana. Adanya berbagai ekosistem dalam setiap satuan
administrasi juga memiliki peran dalam Pengaturan Pencegahan dan
Perlindungan Bencana.
Hasil analisis menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan cukup rentan
terhadap bencana. Kondisi geografis yang berbukit dan bergunung
meningkatkan kerawanan bencana longsor serta banjir dibagian dataran
fluvial. Ekoregion pegunungan dan perbukitan struktural yang berpotensi
tinggi untuk mencegah bencana masing-masing mencapai 13.817.223,92
hektar (25,87%) dan 6.442.395,71 hektar (12,06%). Penggunaan lahan di
perbukitan dan pegunungan berubah dari hutan menjadi semak belukar
atau ladang. Hal ini akan meningkatkan rawan longsor karena kurangnya
vegetasi untuk mengikat material tanah. air hujan akan tertahan di lapisan
atas tanah sehingga menjadi beban dan dapat berakibat tanah longsor.
Alih fungsi lahan di bagian hulu juga dapat berdampak terhadap hilir, yaitu
dataran fluvial. Ekoregion dataran fluvial juga berpotensi tinggi untuk
mencegah bencana mencapai 4.463.882,3 hektar (8,36%). Sedimentasi
dari wilayah hulu akan mempersempit dimensi sungai sehingga dapat
menyebabkan bahaya banjir. Potensi dataran fluvial berbeda antar
penggunaan lahan. Dataran yang berpenggunaan lahan sawah memiliki
potensi sedang, sebaliknya permukiman memiliki potensi rendah.
Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana yang dirinci menurut Ekoregion disajikan pada
Tabel 3.37. sedangkan grafik persentasenya disajikan pada Gambar 3.65.
Tabel 3.37. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana Menurut Ekoregion
129

Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

454.985,22

0,85

4.654.034,45

8,72

4.463.882,33

8,36

1.311.250,37

2,46

530.053,59

0,99

2.619.841,97

4,91

Dataran Pantai Kalimantan

656.379,25

1,23

136.674,05

0,26

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus

415.450,04

0,78

1.130.819,20

2,12

2.326.729,40

4,36

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

67.322,75

0,13

186.959,62

0,35

536.192,91

1,00

677,55

0,00

6.299,32

0,01

372.351,25

0,70

534.359,87

1,00

457.282,62

0,86

13.817.223,92

25,87

1.224.743,86

2,29

527.539,81

0,99

1.011.614,02

1,89

2.986,99

0,01

277.165,24

0,52

700.943,34

1,31

5.224.910,18

9,78

2.836.311,30

5,31

6.442.395,71

12,06

0,00

0,00

10.743.139,22

20,12

32.757.600,97

61,34

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU

7.512,79

0,01

Grand Total
9.900.578,88
Sumber : Analisis Studio 2015

18,54

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.31
1.89
25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks Meratus
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

Tinggi - Sangat Tinggi

0.70

Sedang

1.00

Sangat Rendah- Rendah

4.36
0.87
4.91
8.36
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.65. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana Menurut Ekoregion

Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan


dan Perlindungan Bencana yang dirinci menurut provinsi di Pulau
Kalimantan ditampilkan pada Tabel 3.38. berikut

130

Tabel 3.38. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

2.036.390,02

3,81

3.757.334,78

7,04

8.891.805,15

%
16,65

987.452,62

1,85

1.618.344,55

3,03

1.086.293,35

2,03

KALIMANTAN TENGAH

2.862.492,17

5,36

3.240.207,31

6,07

9.219.904,20

17,27

KALIMANTAN TIMUR

3.280.266,74

6,14

1.850.863,77

3,47

7.668.262,03

14,36

KALIMANTAN UTARA

733.977,33

1,37

276.388,81

0,52

5.891.336,24

11,03

Grand Total
9.900.578,88
Sumber : Analisis Studio 2015

18,54

10.743.139,22

20,12

32.757.600,97

61,34

Berdasarkan tabel 3.38. di atas, Provinsi Kalimantan Tengah


memiliki klasifikasi kelas tinggi terbesar yaitu seluas 3.182.551,59 hektar
atau 5,96%. Sedangkan kelas tinggi terkecil proporsinya terdapat pada
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu sebesar 387.416,31 hektar atau sebesar
0,73% dari luasan Pulau Kalimantan. Grafik persentase luasan disajikan
pada Gambar 3.66.
Kawasan hutan memiliki kemampuan untuk mengurangi kerawanan
terhadap bahaya banjir dan longsor. Vegetasi di hutan mengikat tanah
sehingga tidak mudah tererosi oleh air hujan. Vegetasi juga mengurangi
jumlah air hujan yang langsung jatuh ke dalam tanah. Dua fungsi tersebut
akan mengurangi bahaya longsor di pegunungan dan perbukitan.
Sedimentasi juga akan berkurang karena tanah tidak mudah tererosi. Hal
ini akan mengurangi endapan sedimen di dataran rendah. Beberapa
wilayah pegunungan di Pulau Kalimantan mempunyai potensi rendah
untuk pengaturan bencana. Wilayah tersebut sudah dimanfaatkan untuk
semak belukar dan ladang sehingga resapan air tidak semaksimal
kawasan hutan. Kerapatan vegetasi dan luas tajuk relatif rendah
dibandingkan dengan tumbuhan di hutan. Lahan di Provinsi Kalimantan
Timur berpotensi rendah untuk mengurangi resiko bencana. Lahan
resapan air yang berkurang membuat air hujan tidak dapat masuk ke
dalam tanah atau menjadi overland flow. Hal ini akan mengakibatkan
genangan atau banjir di wilayah perkotaan. Kelestarian kawasan hutan
dapat mengurangi tingkat bahaya di suatu daerah.
Secara keseluruhan di Pulau Kalimantan untuk jasa ekosistem
pencegahan dan perlindungan dari bencana yang berpotensi tinggi sangat
mendominasi dengan luasan mencapai 32.757.600,97 hektar atau
61,34%, sedangkan potensi sedang mencapai 10.743.139,22hektar atau
10,22% dan potensi rendah 9.900.578,88 hektar atau 18,54% dari luas
total. Grafik persentasenya dapat dilihat pada Gambar 3.67.

131

11.03

KALIMANTAN UTARA
14.36
KALIMANTAN TIMUR
17.27
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.03
KALIMANTAN SELATAN
16.65
KALIMANTAN BARAT
0.00

10.00

20.00

Gambar 3.66. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan Bencana Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana
18.54

Sangat Rendah- Rendah


20.12
61.34

Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.67. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan dan


Perlindungan dari Bencana di Pulau Kalimantan

Distribusi spasial dari jasa ekosistem pengaturan dan perlindungan


dari bencana di Pulau Kalimantan secara lebih jelas disajikan pada Gambar
3.68.

132

Gambar 3.68. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pencegahan
dan Perlindungan dari Bencana

133

3.3.4.1.4. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air


Suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang
saling berintegrasi sehingga membentuk suatu kesatuan (Asdak, 1995).
Apabila salah satu komponen terganggu, maka hal ini akan mempengaruhi
komponen lain yang ada pada ekosistem tersebut. Ekosistem memiliki
kemampuan untuk membersihkan pencemar melalui proses-proses
kimia-fisik-biologi yang berlangsung secara alami dalam badan air.
Kemampuan pemurniah air secara alami (self purification) memerlukan
waktu dan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya beban pencemar dan teknik
pemulihan alam khususnya aktivitas bakteri alam dalam merombak bahan
organik, sehingga kapasitas badan air dalam mengencerkan, mengurai
dan menyerap pencemar meningkat
Ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks Meratus memiliki
potensi paling tinggi untuk mengatur pemurnian air (26,73% atau seluas
14.274.506,54 hektar). Hal tersebut dikarenakan Kawasan hutan yang
mendominasi ekoregion tersebut merupakan kawasan yang masih alami
karena belum banyak diintervensi oleh kegiatan manusia. Air permukaan
di hutan masih relatif bersih karena belum banyak pencemaran sehingga
banyak dimanfaatkan sebagai sumber air. Potensi pemurnian air
perbukitan struktural berpenggunaan lahan semak belukar dan ladang
tidak sebaik penggunaan lahan hutan. Perbukitan tersebut sudah mulai
dintervensi oleh kegiatan manusia sehingga jumlah limbah mulai banyak.
Hal ini akan mengurangi kemampuan pemurnian air suatu tubuh air.
Potensi dataran fluvial untuk permunian air berbeda antara yang
berpenggunaan lahan permukiman dan kebun tanaman semusim. Sungai
di sekitar kebun tanaman semusim kemungkinan tercemar oleh pupuk
kimia sehingga kemampuan pemurnian air berkurang. Wilayah
permukiman mempunyai beban pencemar tinggi karena jumlahnya relatif
banyak bahkan tidak jarang mengandung zat berbahaya. Hal ini akan
mempersulit air untuk memulihkan diri sehingga sungai menjadi tercemar.
Kelestarian alam dan pengendalian kegiatan manusia merupakan usaha
untuk menjaga kemampuan memurnikan diri suatu tubuh air agar tidak
mudah tercemar.
Ketersediaan air tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas tetapi juga
kualitas. Air dengan kualitas yang baik menjadi komoditas penting untuk
konsumsi manusia. Ekosistem menyediakan sistem penyaring alami untuk
menghasilkan air berkualitas baik. Menurut ekoregion, jasa ekosistem
pengaturan pemurnian air secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.39.
grafik persentasenya disajikan pada Gambar 3.69.

134

Tabel 3.39. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

5.109.019,67

9,57

1.487.805,79

2,79

2.976.076,54

5,57

2.080.259,50

3,90

28.463,91

0,05

2.352.422,52

4,41

Dataran Pantai Kalimantan

793.053,30

1,49

12.864,06

0,02

453.562,06

0,85

Dataran Struktural Kompleks Meratus

762.242,26

1,43

716.757,04

1,34

2.393.999,34

4,48

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

253.694,10

0,48

588,28

0,00

536.192,91

1,00

7.038,84

0,01

6.063,30

0,01

366.225,98

0,69

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

509.377,86

0,95

24.982,02

0,05

14.274.506,54

26,73

1.228.042,63

2,30

524.241,05

0,98

1.011.614,02

1,89

410.835,15

0,77

215.550,95

0,40

354.709,47

0,66

4.232.676,21

7,93

992.233,97

1,86

9.278.707,01

17,38

7.512,79

0,01

0,00

0,00

15.393.752,31

28,83

33.998.016,39

63,67

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

DANAU

4.009.550,37

7,51

0.00
17.38

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

0.66
1.89
26.73

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan

0.69

Pegunungan Denudasional Kalimantan

1.00

Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam


Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

Sedang
Sangat Rendah- Rendah
4.48

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.85
4.41
5.57
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.69.Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Menurut Ekoregion

Menurut provinsi, Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan


Pemurnian Air disajikan pada Tabel 3.40.

135

Tabel 3.40. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air
Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

KALIMANTAN BARAT

3.279.186,95

KALIMANTAN SELATAN

1.985.674,98

KALIMANTAN TENGAH

5.470.975,27

KALIMANTAN TIMUR

3.831.187,46

KALIMANTAN UTARA

%
6,14

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

2.058.181,29

3,85

9.348.161,72

17,51

3,72

349.904,45

0,66

1.356.511,09

2,54

10,25

1.002.748,40

1,88

8.848.880,00

16,57

7,17

548.565,42

1,03

8.419.639,66

15,77

826.727,65

1,55

50.150,80

0,09

6.024.823,92

11,28

Grand Total
15.393.752,31
Sumber : Analisis Studio 2015

28,83

4.009.550,37

7,51

33.998.016,39

63,67

Lahan berpotensi tinggi untuk pemurnian air paling besar berada di


Provinsi Kalimantan Barat dengan luasan mencapai 9.348.161,72 hektar
atau 17,51% dari total luas pulau. Selain itu, Provinsi lainnya kecuali
provinsi Kalimantan Selatan juga memiliki persentase kawasan berpotensi
tinggi yang relatif sama besar yaitu diatas 10%. Keempat provinsi tersebut
masih memiliki kawasan hutan yang masih terjaga dan alami. Ekosistem
hutan yang alami membuat beban pencemar masih rendah, hal ini
memudahkan air untuk memurnikan diri sehingga kualitas air relatif baik.
Limbah yang ada di hutan hanya sisa-sisa kehidupan organisme hutan
seperti ranting, kayu ataupun daun. Flora dan fauna di sungai akan dapat
berkembang biak karena kualitas air yang baik. Penggunaan lahan sawah,
semak belukar dan ladang mempunyai potensi sedang untuk pemurnian
air. Intervensi kegiatan manusia sudah masuk di penggunaan lahan ini.
Hal tersebut menyebabkan beban pencemar lebih berat dan jumlahnya
lebih banyak. Pupuk kimia dan sampah dari aktivitas manusia merupakan
limbah yang dihadapi oleh air. Jenis limbah dan zat kimia yang terkandung
membuat air tidak maksimal untuk memurnikan diri. Kualitas air
permukaan dimungkinkan kurang baik karena sudah tercemar limbah.
Wilayah permukiman mempunyai potensi rendah untuk permunian air.
Sampah, limbah industri, dan limbah domestik merupakan limbah yang
masuk ke sistem air. Beban pencemar limbah tersebut sangat tinggi
sehingga air tidak bisa memurnikan diri. Hal tersebut berdampak terhadap
kualitas air yang kurang baik sehingga berbahaya dikonsumsi oleh
manusia. Flora dan fauna di wilayah permukiman juga tidak dapat hidup
dengan baik karena kekurangan oksigen dan bahan organik.
Persentase luasan menurut provinsi disajikan pada Gambar 3.70.
sedangkan persentase luasan klasifikasi jasa ekosistem pengaturan
pemurnian air secara keseluruhan disajikan pada Gambar 3.71. hasil
analisis menunjukkan bahwa Pulau Kalimantan jasa ekosistem pengaturan
pemurnian air yang memiliki klasifikasi tinggi mencapai luasan
33.998.016,39 hektar atau lebih dari 63,67% dari luas Pulau Kalimantan,
136

sedangkan potensi sedang memiliki luasan 4.009.550,37 (7,51%)


sedangkan luas lahan dengan potensi rendah, mencapai 15.393.752,31
(28,83%).

11.28
KALIMANTAN UTARA
15.77
KALIMANTAN TIMUR
16.57
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.54
KALIMANTAN SELATAN
17.51
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.70. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian
Air Menurut Provinsi

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Pemurnian Air

28.83
Sangat Rendah- Rendah
63.67

7.51

Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.71. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air dan


di Pulau Kalimantan

Distribusi spasial jasa ekosistem pengaturan pemurnian air disajikan pada


Gambar 3.72.
137

Gambar 3.72. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pemurnian Air

138

3.3.4.1.5. Jasa
Ekosistem
Pengaturan
Penguraian Limbah

Pengolahan

dan

Jasa ekosistem meliputi kapasitas lokasi dalam menetralisir,


mengurai dan menyerap limbah dan sampah. Dalam kapasitas yang
terbatas, ekosistem memiliki kemampuan untuk menetralisir zat organik
yang ada dalam air limbah. Alam menyediakan berbagai macam mikroba
(aerob) yang mampu menguraikan zat organik yang terdapat dalam
limbah dan sampah menjadi zat anorganik yang stabil dan tidak
memberikan dampak pencemaran bagi lingkungan. Mikroba aerob yang
disediakan ekosistem dan berperan dalam proses menetralisir, mengurai
dan menyerap limbah dan sampah diantarnya bakteri, jamur, protozoa,
ganggang.
Ekosistem sendiri tidaklah bersifat statis, melainkan selalu
mengalami perubahan. Keseimbangan lingkungan dapat berubah melalui
proses alami maupun karena campur tangan manusia. Pencemaran
lingkungan adalah salah satu faktor yang dapat mengganggu
keseimbangan alam. Pencemaran lingkungan disebabkan oleh bahan
pencemar (limbah) yang berasal dari berbagai sumber. Limbah adalah
sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya. Keberadaan limbah di
lingkungan harus ditangani secara tepat karena selain berpotensi menjadi
polutan, keberadaan limbah dapat mengganggu keindahan, kenyamanan
dan kesehatan. Karena keberadaannya yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem itulah, limbah harus ditangani secara bijak
seperti dengan cara mengurangi penggunaan barang tertentu ( reduce),
pemanfaatan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle). Alam sendiri
mempunyai kemampuan untuk mengolah limbah agar tidak memberikan
dampak. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh jenis limbah/sampah dan
kondisi lingkungan. Distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan
pengolahan yang dirinci menurut ekoregion dapat dilihat pada Tabel 3.41.
Pada Tabel 3.41. tersebut menunjukkan bahwa lahan di kawasan
ini relatif masih mampu untuk pemurnian limbah atau sampah. Semakin
banyak dan kompleks jenis limbah maka alam akan kesulitan untuk
menguraikan. Dari sebelas ekoregion di Pulau Kalimantan hanya tiga
ekoregion yang memiliki potensi tinggi dalam pengaturan pengolahan dan
penguraian limbah, yaitu Pegunungan dan perbukitan Struktural Kompleks
Meratus dan Ekoregion Dataran Fluvial Kalimantan. Perbukitan dan
pegunungan didominasi oleh kawasan hutan sehingga kegiatan manusia
masih terbatas. Jenis limbah di hutan adalah bangkai, ranting atau sisa
organisme lain sehingga alam masih mampu menguraikan. Hasil

139

penguraian sampah sisa organisme dapat dimanfaatkan menjadi pupuk


kompos untuk tumbuhan di hutan.
Tabel 3.41. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan
dan Penguraian Limbah Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

0,00

0,00

468.058,92

0,88

9.104.843,08

17,05

1.841.303,96

3,45

239.227,78

0,45

2.380.614,19

4,46

Dataran Pantai Kalimantan

703.282,98

1,32

89.770,32

0,17

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus

114.085,32

0,21

1.364.913,99

2,56

2.393.999,34

4,48

Pegunungan Denudasional Kalimantan


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

67.322,75

0,13

503.864,77

0,94

219.287,77

0,41

7.038,84

0,01

6.063,30

0,01

366.225,98

0,69

534.359,87

1,00

457.282,62

0,86

13.817.223,92

25,87

1.224.743,86

2,29

527.539,81

0,99

1.011.614,02

1,89

Perbukitan Karst Kalimantan

321.174,47

0,60

652.561,28

1,22

7.359,82

0,01

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

340.715,38

0,64

7.720.506,10

14,46

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

5.161.540,23

9,67

36.209.989,94

67,81

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Denudasional Kalimantan

DANAU
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

12.029.788,90

22,53

Ekoregion perbukitan dan pegunungan yang difungsikan sebagai


ladang atau semak belukar mempunyai potensi pemurnian limbah tidak
sebaik dibandingan dengan kawasan hutan. Jenis sampah di perbukitan
tersebut relatif lebih beragam karena sudah diintervensi kegiatan manusia.
Luasan lahan dataran fluvial yang berpotensi tinggi untuk memurnikan
limbah sebesar 9.104.843,08 hektar atau 17,05%, terutama untuk
penggunaan lahan kebun tanaman semusim. Sampah di kebun tanaman
semusim didominasi oleh sisa-sisa kegiatan pertanian sehingga alam
masih mampu mengurainya. Penguraian sampah di wilayah permukiman
relatif sulit karena beragamnya jenis limbah. Jenis limbah lebih kompleks
dan
jumlahnya
banyak
sehingga
kemampuan
alam
untuk
menguraikakannya secara alami relatif rendah. Banyak sampah dari
kegiatan manusia terbuat dari bahan yang tidak mudah terurai seperti
plastik, komponen logam, sterofoam dan lainnya. Grafik persentase luasan
jasa ekositem pengaturan pengolahan dan penguraian limbah menurut
ekoregion ditunjukkan pada Gambar 3.73. berikut

140

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan

0.01
1.89

Perbukitan Denudasional Kalimantan

25.87

Pegunungan Struktural Kompleks


Meratus

Tinggi - Sangat Tinggi

0.69

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

Sedang

0.41

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Sangat Rendah- Rendah


4.48

Dataran Struktural Kompleks Meratus

0.87

Dataran Pantai Kalimantan

4.46

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

17.05

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.73. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan
dan Penguraian Limbah Menurut Ekoregion

Distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan pengolahan


yang dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada tabel 3.42. sedangkan
grafik persentasenya ditunjukkan pada Gambar 3.74.
Tabel 3.42. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan
dan Penguraian Limbah Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

1.378.184,79

2,58

3.682.907,31

6,90

9.624.437,86

18,02

499.354,93

0,94

1.600.643,98

3,00

1.592.091,61

2,98

2.122.462,03

3,97

1.965.948,87

3,68

11.234.192,78

21,04

KALIMANTAN TIMUR

779.672,62

1,46

4.243.286,40

7,95

7.776.433,52

14,56

KALIMANTAN UTARA

381.865,85

0,72

537.002,35

1,01

5.982.834,18

11,20

Grand Total
5.161.540,23
Sumber : Analisis Studio 2015

9,67

12.029.788,90

22,53

36.209.989,94

67,81

Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat mempunyai


potensi tinggi untuk pengolahan limbah dengan luasan masing-masing
sebesar 11.234.192,78 hektar (21,04%) dan 9.624.437,86 hektar
(18,02%). Jenis limbah di hutan didominasi oleh sisa kehidupan
organisme seperti kayu, ranting, daun dan bangkai hewan. Alam masih
mampu menguraikan limbah tersebut karena mudah terurai. Ketersediaan
141

organisme pengurai di hutan relatif banyak karena kondisi lingkungan


yang alami. Hasil penguraian justru menjadi pupuk kompos alami untuk
tumbuhan di hutan. Sebagian besar wilayah di Pulau Kalimantan memiliki
kelas potensi tinggi cukup besar kecuali untuk Provinsi Kalimantan
Selatan. Wilayah provinsi Kalimantan Selatan, terutama di kawasan
permukiman, mempunyai potensi tinggi paling rendah untuk pengolahan
limbah secara alami. Luasan lahan yang berpotensi rendah mencapai
1.592.091,61 hektar atau 2,98%. Jenis dan jumlah limbah di perkotaan
lebih kompleks dan sulit untuk diuraikan oleh alam. Limbah elektronik dan
barang sangat sulit diuraikan karena terbuat dari logam atau plastik.
Organisme pengurai di wilayah ini sulit ditemukan karena tidak dapat
bertahan karena lingkungan sudah diintervensi manusia. Hal ini akan
menyebabkan penumpukan sampah yang tidak dapat diuraikan secara
alami.

11.20
KALIMANTAN UTARA
14.56
KALIMANTAN TIMUR
Tinggi - Sangat Tinggi

21.04
KALIMANTAN TENGAH

Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.98
KALIMANTAN SELATAN
18.02
KALIMANTAN BARAT
0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.74. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan
dan Penguraian Limbah Menurut Provinsi

Secara keseluruhan kondisi jasa ekosistem pengaturan pnguraian


dan pengolahan limbah di Pulau Kalimantan memiliki klasifikasi tinggi dan
sangat tinggi teridentifikasi seluas 36.209.989,94 hektar atau 67,81%,
sedangkan klasifikasi sedang mencapai 12.029.788,90hektar atau 22,53%,
dan klasifikasi rendah 5.161.540,23 hektar atau 9,67% dari luas total.
Persentase keseluruhan tersebut dapat dilihat pada grafik gambar 3.75.
sedangkan distribusi spasial yang ditunjukkan melaui peta disajikan pada
Gambar 3.76
142

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Pengolahan dan Penguraian
Limbah
9.67
22.53

Sangat Rendah- Rendah


67.81

Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.75. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan


Penguraian Limbah di Pulau Kalimantan

3.3.4.1.6. Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas


Udara
Kualitas udara yang baik merupakan salahsatu manfaat yang diberikan
oleh ekosistem. Kualitas udara . sangat dipengaruhi oleh interaksi antar
berbagai polutan yang diemisikan ke udara dengan faktor -faktor
meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan ruang
permukaan bumi. Semakin tinggi intensitas pemanfaatan ruang, semakin
dinamis kualitas udara. Jasa pemeliharaan kualitas udara pada kawasan
bervegetasi dan pada daerah bertopografi tinggi umumnya lebih baik
dibanding dengan daerah non vegetasi.
Pulau Kalimantan mempunyai potensi yang baik untuk memelihara
kualitas udara. Ekoregion Pegunungan dan perbukitan Struktural
Kompleks Meratus memiliki potensi tinggi untuk memelihara kualitas udara
(26,73% dan 17,18%). Penggunaan lahan di Pegunungan Struktural
didominasi oleh hutan sehingga suplai udara bersih relatif banyak.
Tumbuhan-tumbuhan di hutan menghasilkan oksigen dari kegiatan proses
fotosintesis. Semakin rapat vegetasi dan luas lahan maka oksigen yang
dihasilkan semakin banyak. Hutan menjadi kawasan yang bertugas
menyerap CO2 yang beracun. Perbukitan dan pegunungan yang digunakan
untuk ladang dan semak belukar hanya berpotensi sedang untuk
memelihara kualitas udara.
143

Gambar 3.76. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pengolahan dan
Penguraian Limbah

144

Udara bersih merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat


bertahan hidup. Ketersediaan vegetasi menjadi penting untuk penyediaan
udara bersih karena sebagai penyaring alami. Kerapatan vegetasi yang
renggang serta luas tajuk yang sempit membuat oksigen yang dihasilkan
tidak sebanyak tumbuhan di hutan. Dataran gambut dan Dataran fluvial
juga mampu menyediakan jasa untuk mengatur kualitas udara (klasifikasi
tinggi mencapai 4,61%). Hamparan tanaman pertanian menghasilkan
udara yang bersih lewat proses fotosintesis. Dataran fluvial yang berfungsi
sebagai pemukiman berpotensi rendah untuk mengatur kualitas udara.
Kegiatan manusia justru menjadi penyebab utama pencemaran udara.
Polusi dari bahan bakar fosil dan industri membuat udara tercemar
sehingga kualitasnya menjadi rendah. Jumlah vegetasi yang sedikit
mengakibatkan tidak adanya penyerap partikel udara kotor di
permukiman. Secara rinci, menurut ekoregion jasa ekosistem pengaturan
pemeliharaan kualitas udara dapat dilihat pada Tabel 3.43.
Tabel 3.43. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
DANAU
Grand Total
Sumber : Analisis Studio 2015

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

7.109.360,60

13,31

1.498.865,83

2,81

498.142,63

711.052,58

1,33

1.522.947,98

Ha

2.463.541,40

4,61

0,93

2.464.137,47

4,61

65.015,39

0,12

483.411,45

0,91

2,85

67.269,94

0,13

2.282.780,72

4,27

67.911,03

0,13

503.276,49

0,94

219.287,77

0,41

773,75

0,00

6.299,32

0,01

372.255,05

0,70

14.861,09

0,03

518.265,58

0,97

14.275.739,75

26,73

1.752.283,67

3,28

1.011.614,02

1,89

0,00

0,00

321.466,88

0,60

89.567,27

0,17

570.061,42

1,07

4.374.465,13

8,19

953.151,67

1,78

9.176.000,39

17,18

7.512,79

0,01

0,00

0,00

17.381.501,34

32,55

32.307.215,42

60,50

3.712.602,31

6,95

Grafik persentase dari jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan kualitas


udara disajikan pada Gambar 3.77. Jasa ekosistem pengaturan
pemeliharaan kualitas udara yang dirinnci menurut provinsi dapat dilihat
pada Tabel 3.44. sedangkan grafik persentasenya dapat dilihat pada
Gambar 3.78.

145

DANAU

0.00
17.18

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

1.07

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Denudasional Kalimantan

0.00
26.73

Pegunungan Struktural Kompleks


Meratus

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.70

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua


Kalimantan

Sedang

0.41

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

Sangat Rendah- Rendah

4.27
0.91
4.61
4.61

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.77. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan


Pemeliharaan Kualitas Udara Menurut Ekoregion
Tabel 3.44. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

4.410.549,92

8,26

1.423.424,95

2,67

8.851.555,09

16,58

KALIMANTAN SELATAN

2.069.810,74

3,88

384.272,39

0,72

1.238.007,40

2,32

KALIMANTAN TENGAH

6.274.063,40

11,75

1.228.551,31

2,30

7.819.988,97

14,64

KALIMANTAN TIMUR

3.870.458,75

7,25

534.183,04

1,00

8.394.750,75

15,72

KALIMANTAN UTARA

756.618,54

1,42

142.170,63

0,27

6.002.913,21

11,24

Grand Total
17.381.501,34
Sumber : Analisis Studio 2015

32,55

3.712.602,31

6,95

32.307.215,42

60,50

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki potensi tinggi dan rendah


untuk pemurnian kualitas udara hampir sama besarnya. Luasan lahan
yang berpotensi rendah mencapai 6.274.063,40 hektar atau 11,75%.
Sedangkan yang berpotensi tinggi mencapai luasan 7.819.988,97 hektar
atau 14,64%. Jumlah vegetasi yang sedikit di permukiman membuat
penghasil oksigen dan penyerapaan karbon sangat minim. Polusi udara
yang mengandung partikel kotor dari kegiatan manusia, relatif tinggi.
Kurangnya vegetasi dan polusi udara membuat kualitas udara relatif buruk
di permukiman dibandingkan wilayah lain. Hal ini akan berdampak
terhadap kesehatan masyarakat.
146

Hutan merupakan paru-paru dunia yang berfungsi menyerap


karbon dan menghasilkan oksigen. Oksigen yang dihasilkan oleh hutan
menetralisir kualitas udara dan partikel kotor diserap oleh tumbuhan. Hal
ini menyebabkan udara di kawasan hutan relatif sejuk dan bersih.
Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur berurutan memiliki
nilai kelas potensi tinggi untuk jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan
kualitas udara. Dengan luasan mencapai 8.851.555,09 hektar untuk
Provinsi Kalimantan Barat atau memiliki proporsi sebesar 16,58%
menempatkan provinsi ini menjadi provinsi yang memiliki nilai paling besar
atau paling tinggi. Disusul oleh Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki
luasan kelas potensi tinggi dan sangat tinggi mencapai 8.394.750,75
hektar atau memiliki proporsi 15,72% dari seluruh wilayah Pulau
Kalimantan. Perkebunan di kedua Provinsi ini juga mempunyai potensi
tinggi juga untuk pemurnian kualitas udara. Hamparan tanaman pangan
menghasilkan oksigen dari hasil fotosintes. Hal ini menetralisir udara yang
panas menjadi lebih sejuk. Penggunaan lahan rawa, dan tanaman
semusim mempunyai potensi sedang untuk pemurnian udara. Kerapatan
vegetasi dan luas tajuk yang lebih sempit daripada kawasan hutan.
Oksigen yang dihasilkan tidak sebanyak dibandingkan tumbuhan di hutan,
hal ini mengurangi kemampuan untuk memurnikan udara. Kemampuan
penyaring alami tidak sebesar tumbuhan hutan yang berdaun lebar. Rawa
didominasi oleh tanah gambut, yang terdiri dari sisa tumbuhan yang tidak
lapuk dengan sempurna. Minimnya tumbuhan di rawa membuat hasil yang
dihasilkan juga minim.

11.24
KALIMANTAN UTARA
15.72
KALIMANTAN TIMUR
14.64
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

2.32
KALIMANTAN SELATAN
16.58
KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.78. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan


Pemeliharaan Kualitas Udara Menurut Provinsi
147

Secara umum kondisi Lahan di Pulau Kalimantan dalam hal


pengaturan pemeliharaan kualitas udara, yang berklasifikasi tinggi
menurut hasil analisis teridentifikasi seluas 32.307.215,42 hektar atau
60,50%, sedangkan klasifikasi sedang hanya mencapai 3.712.602,31 hektar
atau 6,95% dan klasifikasi rendah 17.381.501,34 hektar atau 32,55% dari
luas total Pulau Kalimantan. Hal tersebut membuat kelas potensi tinggi
dan sangat tinggi sangat mencolok atau dominan dibanding kelas yang
lain. Secara umum persentasenya dapat dilihat pada grafik yang disajikan
pada Gambar 3.79. berikut

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Pemeliharaan Kualitas
Udara
32.55
Sangat Rendah- Rendah
60.50

Sedang

6.95

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.79. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas


Udara di Pulau Kalimantan

Distribusi spasial atau distribusi keruangan dari jasa ekosistem pengaturan


pemeliharaan kualitas udara di Pulau Kalimantan digambarkan melalui
peta daya dukung lingkungan jasa ekosistem pengaturan pemeliharaan
kualitas udara. Peta tersebut disajikan melalui Gambar 3.80.

148

Gambar 3.80. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara

149

3.3.4.1.7. Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami


Penyerbukan alami adalah proses penyerbukan (berpindahnya
serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik) yang secara khusus terjadi
pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu
tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman yang sama. Ekosistem
menyediakan jasa pengaturan penyerbukan alami khususnya lewat
tersedianya habitat spesies yang dapat pembantu proses penyerbukan
alami. Habitat alami seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya
menyediakan media spesies pengatur penyerbukan yang lebih melimpah.
Pulau Kalimantan secara umum masih memiliki kemampuan yang
baik untuk mengatur proses penyerbukan. Penyerbukan alami
membutuhkan lingkungan yang alami pula. Ekoregion Dataran Fluvial
Kalimantan, terutama kawasan hutan, mempunyai potensi tinggi untuk
mengatur penyerbukan. Hutan merupakan tempat yang sempurna untuk
kegiatan alami seperti penyerbukan. Keseimbangan ekosistem yang masih
terjaga membuat organisme/tumbuhan dapat melakukan proses
penyerbukan. Lahan tanaman semusim di dataran fluvial mempunyai
potensi tinggi untuk melakukan penyerbukan alami. Ekosistem yang masih
alami terjadi proses timbal balik antara organisme dengan tanaman, salah
satunya penyerbukan. Lahan yang sudah diintervensi oleh manusia
mempunyai potensi sedang dan rendah untuk pengaturan penyerbukan.
Hal ini dikarenakan manusia mengganggap organisme pengatur
penyerbukan adalah pengganggu sehingga harus dimusnahkan.
Perbukitan dan pegunungan yang dimanfaatkan untuk ladang/semak
mempunyai potensi lebih rendah untuk penyerbukan daripada kawasan
hutan. Kawasan permukiman di dataran fluvial berpotensi rendah untuk
mengatur penyerbukan. Polusi udara dan jumlah vegetasi yang sedikit
jumlah organisme sedikit. Hal ini membuat proses penyerbukan alami
tidak dapat berlangsung dengan baik.
Penyerbukan merupakan bagian penting dari proses reproduksi
tumbuhan berbiji. Penyerbukan yang sukses akan diikuti segera dengan
tumbuhnya buluh serbuk yang memasuki saluran putik menuju bakal biji.
Di bakal biji terjadi peristiwa penting berikutnya yaitu pembuahan.
Penyerbukan alami dilakukan melalui bantuan spesies tertentu,
keberadaan spesies tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Kondisi
lingkungan yang alami membuat proses penyerbukan berjalan dengan
normal. Spesies pembantu penyerbukan dapat ditemukan pada lingkungan
yang masih alami.
Kelas tinggi dan sangat tinggi yang paling besar dimiliki oleh jenis
ekoregion pegunungan dan perbukitan structural kompleks meratus
dengan persentase masing-masing 26,68% dan 12,06%. Luasan masing150

masing adalah Distribusi luas dan peran menurut ekoregion disajikan


pada Tabel 3.45. grafik persentasenya pada Gambar 3.81.
Tabel 3.45. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan
Alami (pollination) Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION

Ha

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

1.352.601,50

2,53

4.406.036,92

8,25

3.814.263,58

7,14

1.997.008,46

3,74

83.251,04

0,16

2.380.886,43

4,46

Dataran Pantai Kalimantan

776.067,97

1,45

16.985,33

0,03

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

806.190,94

1,51

716.757,04

1,34

2.350.050,66

4,40

43.481,94

0,08

24.429,09

0,05

722.564,26

1,35

7.073,08

0,01

61,97

0,00

372.193,08

0,70

534.060,80

1,00

24.982,02

0,05

14.249.823,60

26,68

1.263.683,91

2,37

488.599,76

0,91

1.011.614,02

1,89

411.034,15

0,77

7.359,82

0,01

562.701,60

1,05

5.327.616,80

9,98

2.733.604,68

5,12

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

Grand Total
12.526.332,34
Sumber : Analisis Studio 2015

23,46

8.502.067,67

15,92

32.372.919,07

60,62

Perbukitan Denudasional Kalimantan


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
DANAU

12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus


Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan

1.05
1.89
26.68

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Denudasional Kalimantan

0.70

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam


Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

Sedang

1.35

Sangat Rendah- Rendah

4.40

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.87

4.46
7.14
10.00

20.00

30.00

Gambar 3.81. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan
Alami (pollination) Menurut Ekoregion

151

Distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan penyerbukan alami


menurut provinsi disajikan pada Tabel 3.46. grafik persentasenya disajikan
berurutan pada Gambar 3.82.
Tabel 3.46. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan
Alami (pollination) Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi Sangat Tinggi

Sedang

Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

2.784.321,52

5,21

2.843.461,05

5,32

9.057.747,38

16,96

KALIMANTAN SELATAN

1.842.784,69

3,45

815.133,46

1,53

1.034.172,37

1,94

KALIMANTAN TENGAH

3.412.201,00

6,39

3.012.915,32

5,64

8.897.487,35

16,66

KALIMANTAN TIMUR

3.679.231,50

6,89

1.632.046,24

3,06

7.488.114,80

14,02

KALIMANTAN UTARA

807.793,62

1,51

198.511,59

0,37

5.895.397,16

11,04

Grand Total
12.526.332,34
Sumber : Analisis Studio 2015

23,46

8.502.067,67

15,92

32.372.919,07

60,62

11.04

KALIMANTAN UTARA

14.02

KALIMANTAN TIMUR

16.66

KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang

Sangat Rendah- Rendah

1.94

KALIMANTAN SELATAN

16.96

KALIMANTAN BARAT
0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.82. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan


Penyerbukan Alami (pollination) Menurut Provinsi

Provinsi Kalimantan Barat dan Provinsi Kalimantan Tengah memiliki


lahan potensi tinggi untuk pengaturan penyerbukan alami paling besar.
Luasan lahan potensi tinggi di Provinsi Kalimantan Barat mencapai
9.057.747,38 hektar (16,96%) sedangka di Provinsi Kalimantan Tengah
mencapai 8.897.487,35 hektar (16,66%). Sebagian lahan di Provinsi
Kalimantan Timur berpotensi sangat rendah dan rendah yang paling besar
untuk penyerbukan alami. Luasan lahan yang berpotensi rendah tersebut
mencapai 3.679.231,50 hektar atau 6,89%.
152

Secara umum menurut provinsi, hanya Provinsi Kalimantan Selatan


yang memiliki kelas tinggi dan sangat tinggi dengan besaran paling kecil
atau sedikit, yaitu mencapai luas 1.034.172,37 hektar (1,94%).
Spesies pembantu penyerbukan di permukiman relatif sedikit
karena kondisi lingkungan yang tidak alami. Spesies tersebut justru
dianggap mengganggu kehidupan manusia sehingga dimusnahkan. Hal ini
menyebabkan proses penyerbukan alami akan terganggu. Persentase total
keseluruhan untuk jasa ekosistem pengaturan penyerbukan alami di Pulau
Kalimantan disajikan dalam grafik pada gambar 3.83.

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Penyerbukan Alami
23.46

Sangat Rendah- Rendah


60.62

15.92

Sedang
Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.83. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami di Pulau


Kalimantan

Hasil analisis dari gambar 3.83 menunjukkan bahwa kelas tinggi


dan sangat tinggi sangat menonjol atau paling dominan yaitu 60,62%
atau memiliki luasan sebesar 32.372.919,07 hektar, sedangkan kelas
potensi rendah memiliki persentase sebesar 15,92% dengan luasan
mencapai 8.502.067,67 hektar. Kelas potensi sedang menjadi kelas yang
paling kecil atau sedikit besarannya. Untuk kelas potensi rendah dan
sangat rendah memiliki persentase sebesar 23,46% atau memiliki luasan
mencapai 12.526.332,34 hektar. Distribusi spasial jasa ekosistem
pengaturan Penyerbukan Alami di Pulau Kalimantan disajikan melalui peta
berikut pada Gambar 3.84.

153

Gambar 3.84. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Penyerbukan Alami

154

3.3.4.1.8. Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan


Penyakit
Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau
organisme pengganggu yang disebut hama karena dianggap mengganggu
kesehatan
manusia,
ekologi,
atau
ekonomi.
Hama
dan
penyakit merupakan ancaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan
bahkan dapat
menyebabkan gagal panen. Ekosistem secara alami
menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan
habitat spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit.
Distribusi luas dan peran jasa ekosistem pengaturan pengendalian
hama dan penyakit di Pulau Kalimantan yang dirinci menurut ekoregion
disajikan pada Tabel 3.47. berikut sedangkan grafik persentasenya
disajikan pada Gambar 3.85.
Tabel 3.47. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit Menurut Ekoregion
Sangat RendahRendah
EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

0,00

0,00

605.142,54

1,13

8.967.759,46

16,79

69.600,67

0,13

1.927.407,79

3,61

2.464.137,47

4,61

Dataran Pantai Kalimantan

572.330,80

1,07

220.722,50

0,41

466.426,12

0,87

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Denudasional
Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku
Tua Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus

112.768,84

0,21

329.908,02

0,62

3.430.321,78

6,42

67.911,03

0,13

186.371,35

0,35

536.192,91

1,00

7.135,04

0,01

371.426,70

0,70

766,38

0,00

558.108,68

1,05

433.533,81

0,81

13.817.223,92

25,87

Perbukitan Denudasional Kalimantan

721.203,04

1,35

1.031.080,63

1,93

1.011.614,02

1,89

Perbukitan Karst Kalimantan


Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus

321.373,47

0,60

89.660,69

0,17

570.061,42

1,07

3.419.199,95

6,40

4.642.021,52

8,69

6.442.395,71

12,06

7.512,79

0,01

0,00

0,00

0,00

0,00

Grand Total
5.857.144,32
Sumber : Analisis Studio 2015

10,97

9.837.275,56

18,42

37.706.899,19

70,61

DANAU

Berturut-turut yang memiliki klasifikasi tinggi pada jasa ekosistem


pengaturan pengendalian hama dan penyakit adalah pegunungan
struktural kompleks meratus (25,87%), dataran fluvial kalimantan
(16,79%) dan perbukitan struktural kompleks meratus (12,06%).
Ekoregion perbukitan dan pegunungan yang masih berupa hutan
mempunyai kondisi relatif alami. Ekosistem di hutan relatif masih terjaga
sehingga siklus rantai makanan masih seimbang. Hama yang mengganggu
155

akan dimangsa oleh predator alami mereka sehingga terjadi


keseimbangan alam. benalu atau gulma yang mengganggu pada
tumbuhan akan dilawan oleh tumbuhan tersebut dengan cara tertentu.
Perlawanan terhadap hama dan penyakit secara alami bisa dilakukan
karena ekosistem masih terjaga. Potensi akan berbeda apabila
pemanfaatannya sudah menjadi ladang atau semak belukar. Kondisi
lingkungan sudah diintervensi kegiatan manusia sehingga keseimbangan
eksosistem relatif berkurang. Hal tersebut mengurangi potensi untuk
mengendalikan hama dan penyakit. ekosistem sesuai dengan
kapasitasnya.
Dataran fluvial yang dimanfaatkan untuk tanaman semusim dan
kebun campuran mempunyai potensi tinggi untuk mengendalikan hama
dan penyakit. Pertanian dengan sistem organik memungkinkan ekosistem
berjalan dengan semestinya akan tetapi tidak sedikit petani menggunakan
bahan kimia. Manusia lebih suka menggunakan bahan kimia untuk
membunuh hama akan tetapi juga membunuh organisme lainnya. Hal ini
menyebabkan rantai makanan terganggu sehingga ekosistem menjadi
tidak seimbang. Dataran fluvial yang dimanfaatkan sebagai permukiman,
berpotensi rendah untuk mengatur pengendalian hama dan penyakit.
Spesies hewan atau tumbuhan pengendali hama dianggap mengganggu
kegiatan manusia sehingga dimusnahkan. Pengendalian hama dan
penyakit secara alami merupakan cara alam untuk menyeimbangkan.

DANAU

0.00
12.06

Perbukitan Struktural Kompleks Meratus

1.07

Perbukitan Karst Kalimantan

1.89

Perbukitan Denudasional Kalimantan

25.87

Pegunungan Struktural Kompleks Meratus


Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan

Tinggi - Sangat Tinggi

0.00

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam

Sangat Rendah- Rendah


6.42

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan

Sedang

1.00

0.87
4.61
16.79

Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.85. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit Menurut Ekoregion
156

Pada tanaman perkebunan sering dijumpai berbagai jenis serangga.


Tidak semua jenis serangga tersebut berstatus hama. Beberapa jenis di
antaranya justru merupakan serangga berguna, misalnya penyerbuk dan
musuh alami (parasitoid dan predator). Organisme dalam aktivitas
hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu
keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme
tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat
antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen
hayati dalam pengendalian hama. Alam sudah menyediakan spesies
tertentu (musuh alami) untuk pengendalian hama dan penyakit. Musuh
alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi
hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan,
dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi
hama di sekitar aras keseimbangan umum. Setiap spesies serangga hama
sebagai bagian dari kompleks komunitas dapat diserang oleh serangga
lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Kondisi
lingkungan sangat mempengaruhi ketersediaan musuh alami tersebut di
suatu wilayah. Distribusi menurut provinsi untuk jasa ekosistem
pengaturan pengendalian hama dan penyakit disajikan pada Tabel 3.48.
berikut

Tabel 3.48. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit Menurut Provinsi
Sangat Rendah
Rendah
PROVINSI

Ha

Tinggi
Sangat Tinggi

Sedang
Ha

Ha

KALIMANTAN BARAT

794.686,14

1,49

3.459.535,39

6,48

10.431.308,42

19,53

KALIMANTAN SELATAN

588.401,97

1,10

1.103.372,42

2,07

2.000.316,14

3,75

KALIMANTAN TENGAH

1.374.745,51

2,57

2.529.297,91

4,74

11.418.560,26

21,38

KALIMANTAN TIMUR

2.532.088,43

4,74

2.157.597,26

4,04

8.109.706,86

15,19

KALIMANTAN UTARA

567.222,26

1,06

587.472,59

1,10

5.747.007,52

10,76

Grand Total
5.857.144,32
Sumber : Analisis Studio 2015

10,97

9.837.275,56

18,42

37.706.899,19

70,61

Provinsi Kalimantan Tengah memiliki kelas potensi tinggi dan


sangat tinggi paling besar yaitu mencapai 21,38% atau memiliki luasan
sebesar 11.418.560,26 hektar. Hutan yang terletak di Provinsi Kalimantan
Tengah merupakan ekosistem sempurna. Hama dan penyakit yang ada di
hutan dikendalikan oleh spesies tertentu. Hal ini merupakan proses alami
seperti rantai makanan sehingga terjadi keseimbangan ekosistem. Kebun
campuran dan tanaman semusim juga berpotensi tinggi untuk
mengendalikan hama dan penyakit secara alami. Hama yang sering
157

ditemukan di tanaman semusim adalah tikus. Alam menyediakan ular dan


burung hantu untuk mengurangi hama tikus. Pestisida yang digunakan
petani dapat mengganggu proses alami tersebut. Penggunaan zat kimia
dalam menanggulangi hama akan memusnahkan hama dan organisme
lain yang tidak merugikan. Hal ini akan mengurangi keseimbangan dalam
ekosistem sawah (tanaman semusim). Masyarakat juga memburu ular dan
burung hantu untuk motif ekonomi, dampaknya hama tikus semakin
banyak. Tutupan lahan permukiman dan bangunan non permukiman
memiliki potensi rendah untuk mengendalikan hama dan penyakit.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki potensi yang tinggi yang paling
rendah luasannya dalam pengendalian hama dan penyakit. Luasan lahan
yang berpotensi tinggi di Kalimantan Timur hanya 2.000.316,14 hektar
atau 3,75 %. Kondisi lingkungan yang sudah tidak alami membuat jumlah
spesies pengendali hama relatif sedikit. Hal ini akan mengurangi
kemampuan lahan untuk mengendalikan secara alami.
Dapat dikatakan secara umum di Pulau Kalimantan untuk masingmasing provinsi memiliki dominasi nilai pada kelas tinggi dan sangat
tinggi. Grafik persentase dari distribusi luas dan peran jasa ekosistem
pengaturan pengendalian hama dan penyakit menurut provinsi disajikan
dalam Gambar 3.86.

10.76
KALIMANTAN UTARA
15.19
KALIMANTAN TIMUR
21.38
KALIMANTAN TENGAH

Tinggi - Sangat Tinggi


Sedang
Sangat Rendah- Rendah

3.75
KALIMANTAN SELATAN
19.53
KALIMANTAN BARAT
0.00

10.00

20.00

30.00

Gambar 3.86. Distribusi Luas dan peran Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit Menurut Provinsi

Secara umum Pulau Kalimantan memiliki klasifikasi dominan pada kelas


tinggi dan sangat tinggi dalam hal jasa ekosistem pengaturan
158

pengendalian hama dan penyakit. Luasan lahan berpotensi tinggi dan


sangat tinggi mencapai 37.706.899,19 hektar atau 70,61%. Nilai tersebut
sangat menonjol atau dominan apabila dibandingkan dengan dominasi
kelas tinggi pada jasa ekosistem yang lain. Sedangkan untuk kelas potensi
sedang memiliki luasan mencapai 9.837.275,56 hektar atau 18,42% dari
luas total Pulau Kalimantan. Kelas potensi sangat rendah dan rendah
teridentifikasi seluas 5.857.144,32 hektar atau 10,97%. Grafik yang
menunjukkan proporsi persentase luasan jasa ekosistem pengaturan
pengendalian hama dan penyakit disajikan pada Gambar 3.87 berikut,

Persentase Jasa Ekosistem


Pengaturan Pengendalian Hama dan
Penyakit
10.97
18.42
Sangat Rendah- Rendah
Sedang
70.61

Tinggi - Sangat Tinggi

Gambar 3.87. Persentase Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian Hama dan


Penyakit di Pulau Kalimantan

Distribusi spasial dari jasa ekosistem pengaturan pengendalian hama dan


penyakit ditunjukkan melalui peta yang disajikan pada Gambar 3.88.

159

Gambar 3.88. Peta Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan Pengendalian
Hama dan Penyakit

160

3.3.4.2. Index Jasa Ekosistem Pengaturan


Fungsi pengaturan didukung oleh kondisi lingkungan yang masih
alami. Semakin alami kondisi lingkungan maka akan semakin besar pula
potensi pengaturan. Dari sebelas ekoregion di Pulau Kalimantan,
ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks Meratus memiliki rata-rata
indeks tertinggi yaitu sebesar 0,6675 dan diurutan kedua adalah
ekoregion Perbukitan Struktural Komplek Meratus dengan rata-rata indeks
sebesar 0,4325dan rata-rata indeks pengaturan terendah yaitu ekoregion
danau dengan nilai indeks 0.
Pegunungan dan Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
didominasi oleh pemanfaatan kawasan hutan. Kondisi lingkungan yang
masih alami mempunyai potensi untuk fungsi pengaturan. Vegetasi yang
relatif rapat berpotensi untuk pengaturan iklim, kualitas udara,
pencegahan bencana dan tata air dan banjir. Variasi spesies flora fauna di
kawasan hutan mendukung untuk pengaturan penyerbukan alami dan
pengendalian hama penyakit. Minimnya kegiatan manusia di kawasan
hutan membuat beban pencemar relatif rendah. Hal ini memudahkan alam
untuk mengatur pemurnian air dan penguraian limbah. Perbukitan dan
pegunungan lainnya mempunyai potensi fungsi pengaturan akan tetapi
lebih rendah dibandingkan pegunungan struktural. Perbedaan jenis dan
kerapatan vegetasi serta intervensi manusia membuat potensi fungsi
pengaturan alam lebih rendah.
Indeks fungsi pengaturan tertinggi di Pulau Kalimantan adalah
fungsi pengaturan iklim, yaitu sebesar 0,71 yang terletk di ekoregion
Pegunungan Struktural Kompleks Meratus. Hal tersebut dikarenakan
ekoregion tersebut didominasi oleh kawasan hutan yang mana secara
alamiah, ekosistem hutan mampu memberikan jasa ekosistem berupa jasa
pengaturan iklim mikro, yang meliputi pengaturan suhu, kelembaban dan
hujan, angin, pengendalian gas rumah kaca, dan penyerapan karbon.
Fungsi pengaturan iklim dipengaruhi oleh keberadaan faktor biotik
khususnya vegetasi, serta letak dan faktor fisiografis seperti ketinggian
tempat dan bentuk lahan. Kawasan dengan kepadatan vegetasi yang
rapat dan letak ketinggian yang besar seperti pegunungan akan memiliki
sistem pengaturan iklim yang lebih baik yang bermanfaat langsung pada
pengurangan emisi karbondiokasida dan efek rumah kaca serta
menurunkan dampak pemanasan global seperti peningkataan permukaan
laut dan perubahan iklim ekstrim dan gelombang panas.
Tabulasi index jasa ekosistem pengaturan yang dirinci menurut
ekoregion disajikan pada Tabel 3.49. berikut, ilustrasi grafiknya disajikan
pada Gambar 3.89.
161

Tabel 3.49. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan


Menurut Ekoregion
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Ekoregion
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks Meratus
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Struktural Kompleks
Meratus
Danau
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem


Pengaturan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
0,20 0,18 0,18 0,19 0,20 0,21 0,21 0,21
0,14
0,03
0,10
0,03

0,14
0,03
0,08
0,03

0,15
0,03
0,08
0,03

0,16
0,03
0,08
0,03

0,14
0,03
0,09
0,03

0,15
0,03
0,11
0,03

0,15
0,03
0,11
0,04

0,17
0,03
0,09
0,03

0,02

0,02

0,02

0,01

0,01

0,02

0,02

0,02

0,71
0,08
0,03

0,65
0,07
0,03

0,67
0,07
0,03

0,55
0,07
0,03

0,57
0,07
0,03

0,69
0,09
0,04

0,78
0,09
0,04

0,72
0,08
0,03

0,45
0,00
0,16

0,40
0,00
0,15

0,41
0,00
0,15

0,37
0,00
0,14

0,40
0,00
0,14

0,48
0,00
0,17

0,50
0,00
0,18

0,45
0,00
0,17

Keterangan : (1) Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim, (2) Pengaturan Tata Air dan Banjir,
(3) Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana, (4) Pengaturan Pemurnian Air,
(5) Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah, (6) Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara, (7) Pengaturan Penyerbukan Alami (pollination), dan (8) Pengaturan
Pengendalian Hama dan Penyakit

INDEX JASA
PENGATURAN HAMA
PENYAKIT
INDEX JASA
PENGATURAN
PENYERBUKAN
INDEX JASA
PENGATURAN
KUALITAS UDARA
INDEX JASA
PENGATURAN
LIMBAH
INDEX JASA
PENGATURAN
PEMURNIAN
INDEX JASA
PENGATURAN
BENCANA
INDEX JASA
PENGATURAN TATA
AIR
INDEX JASA
PENGATURAN IKLIM

DANAU

Perbukitan Struktural Kompleks


Meratus
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Dataran Struktural Kompleks Meratus
Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

162

Ratarata
0,1975
0,15
0,03
0,0925
0,03125
0,0175
0,6675
0,0775
0,0325
0,4325
0
0,1575

Gambar 3.89. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan


Menurut Ekoregion

Melihat distribusi per provinsi di Kalimantan, Rata-rata indeks


tertinggi fungsi pengaturan di Pulau Kalimantan adalah Provinsi
Kalimantan Barat, sebesar 0,45375 dan provinsi dengan nilai indeks
terendah (0,07875) adalah Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini
menunjukkan bahwa Provinsi Kalimantan Barat memiliki potensi tinggi
untuk fungsi pengaturan.
Konfigurasi geografis di Provinsi Kalimantan Barat didominasi oleh
pegunungan dan perbukitan menyebabkan penggunaan lahan di Provinsi
ini sebagian adalah kawasan hutan. Pegunungan dan perbukitan dengan
pemanfaatan hutan merupakan ekosistem yang masih alami. Intervensi
manusia masih terbatas sehingga jumlah limbah masih sedikit. Hal ini
memudahkan alam untuk mengatur pemurnian air dan pengolahan limbah
secara alami. Fungsi pengaturan kualitas udara dan penyerbukan alami di
Provinsi Kalimantan Barat relatif tinggi karena sebagian besar penutup
lahan adalah vegetasi. Vegetasi merupakan penghasil oksigen sekaligus
penyaring partikel kotor di udara. Spesies flora fauna di Provinsi
Kalimantan Barat lebih beragam karena kondisi ekosistem yang
mendukung. Faktor tersebut dapat melancarkan kegiatan pengaturan
penyerbukan dan pengendalian hama secara alami.
Provinsi Kalimantan Selatan memiliki nilai rata-rata indeks fungsi
pengaturan terendah karena luasan penggunaan lahan utuk hutan
maupun pegunungan sangat rendah dan memiliki luasan permukiman
yang tertinggi dari smeua provinsi. Sebagian besar lahannya digunakan
untuk bangunan yang befungsi sebagai permukiman, bangunan
komersial, dan pemerintahan. Jumlah vegetasi relatif jarang sehingga
fungsi sebagai pengatur iklim dan penyerbukan alami. Keberadaan
vegetasi di provinsi ini justru diperlukan untuk menetralisir polusi dari
kendaraan dan kegiatan industri. Potensi alam untuk memurnikan air dan
mengolah limbah secara alami, relatif rendah. Hal ini dikarenakan limbah
di Provinsi Kalimantan dengan kawasan permukiman yang luas sangat
kompleks dan terbuat dari bahan yang sulit terurai seperti logam dan
plastik. Proses penyerbukan dan pengendalian hama secara alami akan
terganggu karena ketersediaan spesies yang terbatas. Hanya beberapa
spesies tertentu yang dapat bertahan hidup di lingkungan permukiman.
Provinsi Kalimantan Selatan juga berpotensi rendah untuk mencegah
bencana secara alami. Luas lahan terbuka yang sempit membuat air tidak
terserap ke dalam tanah dan menjadi over-land flow. Semakin banyak
overland flow maka potensi terjadinya banjir semakin tinggi. Penggunaan
lahan, konfigurasi geografi dan bentuk lahan di suatu daerah

163

mempengaruhi tingkat pengaturan alami. Semakin dominan kondisi


lingkungan alami di suatu daerah maka fungsi pengaturan akan tinggi.
Tabulasi index jasa ekosistem pengaturan yang dirinci menurut
provinsi atau wilayah administrasi di Pulau Kalimantan disajikan pada
Tabel 3.50. berikut, ilustrasi grafiknya disajikan pada Gambar 3.90.
Tabel 3.50. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan
Menurut Provinsi
Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa
Pengaturan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Kalimantan Barat
0,47 0,41
0,43
0,41 0,41 0,50
2
Kalimantan Selatan
0,08 0,07
0,07
0,07 0,08 0,09
3
Kalimantan Tengah
0,49 0,45
0,46
0,44 0,45 0,51
4
Kalimantan Timur
0,44 0,40
0,41
0,36 0,38 0,45
5
Kalimantan Utara
0,31 0,28
0,29
0,25 0,25 0,30
Rata-rata
0,36 0,32
0,33
0,31 0,31 0,37
Sumber : Analisis Studio 2015
No

Ekosistem

Provinsi

(7)
0,52
0,09
0,54
0,49
0,34
0,39

(8)
0,48
0,08
0,52
0,45
0,31
0,37

Rata-rata
0,45375
0,07875
0,4825
0,4225
0,29125
0,345

Keterangan : (1) Jasa Ekosistem Pengaturan Iklim, (2) Pengaturan Tata Air dan Banjir,
(3) Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan Bencana, (4) Pengaturan Pemurnian Air,
(5) Pengaturan Pengolahan dan Penguraian Limbah, (6) Pengaturan Pemeliharaan
Kualitas Udara, (7) Pengaturan Penyerbukan Alami (pollination), dan (8) Pengaturan
Pengendalian Hama dan Penyakit

KALIMANTAN UTARA

KALIMANTAN TIMUR

KALIMANTAN TENGAH

KALIMANTAN SELATAN

KALIMANTAN BARAT

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

INDEX JASA
PENGATURAN HAMA
PENYAKIT
INDEX JASA
PENGATURAN
PENYERBUKAN
INDEX JASA
PENGATURAN
KUALITAS UDARA
INDEX JASA
PENGATURAN
LIMBAH
INDEX JASA
PENGATURAN
PEMURNIAN
INDEX JASA
PENGATURAN
BENCANA
INDEX JASA
PENGATURAN TATA
AIR
INDEX JASA
PENGATURAN IKLIM

Gambar 3.90. Indek Daya Tampung Lingkungan Jasa Ekosistem Pengaturan


Menurut Provinsi

164

3.3.5.

Indek Komposit Indek Daya Dukung dan Daya Tampung


Lingkungan Berbasis Jasa Ekosistem

Indek Komposit Jasa Ekosistem adalah nilai gabungan dari indek jenisjenis jasa ekosistem yang diperoleh dengan cara melakukan perhitungan
rata-rata. Apabila dirinci menurut ekoregion, nillai index komposit
ditunjukkan seperti pada Tabel 3.51. berikut
Tabel 3.51. Indek Komposit Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa
Ekosistem Menurut Ekoregion
Indek rata-rata
No
1
2

Ekoregion

Dataran Fluvial Kalimantan


Dataran Gambut Kompleks
Kahayan - Kapuas Mahakam
3
Dataran Pantai Kalimantan
4
Dataran Struktural
Kompleks Meratus
5
Pegunungan Denudasional
Kalimantan
6
Pegunungan Intrusif
Batuan Beku Tua
Kalimantan
7
Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus
8
Perbukitan Denudasional
Kalimantan
9
Perbukitan Karst
Kalimantan
10 Perbukitan Struktural
Kompleks Meratus
11 Danau
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Jasa
Penyediaan

Jasa
Budaya

Jasa
Pendukung

Jasa
Pengaturan

Ratarata

0,19

0,1

0,22

0,20

0,18

0,11

0,06

0,15

0,15

0,12

0,03

0,02

0,03

0,03

0,03

0,09

0,04

0,10

0,09

0,08

0,03

0,02

0,03

0,03

0,03

0,01

0,01

0,02

0,02

0,01

0,54

0,45

0,67

0,67

0,58

0,07

0,04

0,08

0,08

0,07

0,03

0,02

0,04

0,03

0,03

0,38

0,25

0,45

0,43

0,38

0
0,13

0
0,1

0,00
0,16

0,00
0,16

0,00
0,14

Rata-rata indek komposit daya dukung dan daya tampung


lingkungan jasa ekosistem untuk ekoregion Pegunungan Struktural
Kompleks Meratus memiliki nilai tertinggi dibandingkan ekoregion lainnya,
yaitu 0,58. Rata-rata indeks terendah berada di ekoregion danau yaitu 0.
Hal ini menunjukkan bahwa ekoregion Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus mempunyai potensi daya dukung dan daya tampung lingkungan
jasa ekosistem yang tinggi, sedangkan ekoregion danau tidak atau
kurang.
Penggunaan lahan di Pegunungan Struktural Kompleks Meratus
didominasi oleh kawasan hutan. Kawasan hutan memiliki kerapatan
vegetasi yang tinggi sehingga menghasilkan oksigen yang melimpah.
Ekosistem hutan yang relatif masih alami membuat berbagai jenis flora
dan fauna dapat berkembang biak. Hal ini akan memperkaya biodiversitas
165

di Pulau Kalimantan. Indeks ekoregion Penggunaan lahan di Pegunungan


Struktural Kompleks Meratus memiliki nilai indeks tertinggi di semua
aspek, meliputi Jasa Penyediaan mencapai indeks 0,54, Jasa Budaya
(0,45), jasa pendukung (0,67), dan jasa pengaturan (0,67).
Nilai index komposit Apabila dilihat dari wilayah administrasinya, dapat
dilihat pada Tabel 3.52 berikut
Tabel 3.52. Indek Komposit Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa
Ekosistem Menurut Provinsi
Indek rata-rata
No
1
2
3
4
5

Provinsi

Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Rata-rata
Sumber : Analisis Studio 2015

Jasa
Penyediaan
0,39
0,08
0,4
0,36
0,24
0,29

Jasa
Budaya
0,25
0,05
0,27
0,26
0,19
0,2

Jasa
Pendukung
0,47
0,09
0,50
0,44
0,30
0,36

Jasa
Pengaturan
0,45
0,08
0,48
0,42
0,29
0,35

Ratarata
0,39
0,07
0,41
0,37
0,25
0,30

Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rata-rata indeks tertinggi


untuk potensi Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa
Ekosistem dengan nilai 0,41; sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki rata-rata indeks terendah yaitu hanya 0,07. Kondisi geografis dan
perkembangan permukiman provinsi berpengaruh terhadap daya dukung
lingkungan dan daya tampung lingkungan. Provinsi Kalimantan Selatan
memiliki nilai rata-rata indeks terendah karena luasan penggunaan lahan
untuk hutan maupun pegunungan sangat rendah dan memiliki luasan
permukiman yang tertinggi dari smeua provinsi. Sebagian besar lahannya
digunakan untuk bangunan yang befungsi sebagai permukiman, bangunan
komersial, dan pemerintahan. Jumlah vegetasi relatif jarang sehingga
fungsi sebagai pengatur iklim dan penyerbukan alami. Keberadaan
vegetasi di provinsi ini justru diperlukan untuk menetralisir polusi dari
kendaraan dan kegiatan industri. Potensi alam untuk memurnikan air dan
mengolah limbah secara alami, relatif rendah. Hal ini dikarenakan limbah
di Provinsi Kalimantan dengan kawasan permukiman yang luas sangat
kompleks dan terbuat dari bahan yang sulit terurai seperti logam dan
plastik. Proses penyerbukan dan pengendalian hama secara alami akan
terganggu karena ketersediaan spesies yang terbatas. Hanya beberapa
spesies tertentu yang dapat bertahan hidup di lingkungan permukiman.
Provinsi Kalimantan Selatan juga berpotensi rendah untuk mencegah
bencana secara alami. Luas lahan terbuka yang sempit membuat air tidak
terserap ke dalam tanah dan menjadi over-land flow. Semakin banyak
166

overland flow maka potensi terjadinya banjir semakin tinggi. Penggunaan


lahan, konfigurasi geografi dan bentuk lahan di suatu daerah
mempengaruhi tingkat pengaturan alami. Semakin dominan kondisi
lingkungan alami di suatu daerah maka fungsi pengaturan akan tinggi.
3.3.6.

Profil Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Jasa


Ekosistem Penting

Jasa ekosistem penting dapat digunakan untuk mengetahui potensi


daya dukung dan daya tampung pada suatu wilayah. Nilai ekosistem
penting dapat diketahui melalui rata-rata koefisien daya dukung atau daya
tampungnya. Tingkat kepentingan daya dukung dan daya tamping pada
jasa ekosistem diperoleh melalui rata-rata seluruh jasa ekosistem yang
dikategorikan sebagai daya dukung dan daya tampung.
Kategori Penting I atau Prioritas I dapat diartikan bahwa wilayah
tersebut memiliki potensi daya dukung dan daya tampung wilayah yang
sangat besar atau tinggi untuk jasa penyediaan, budaya, pendukung dan
pengaturan. Selain itu, pada wilayah dengan kategori ini mendapat
prioritas pertama dalam pemanfaatan dan pengembangan kewilayahan
dalam sektor-sektor yang berkaitan dengan jasa penyediaan, budaya,
pendukung dan pengaturan. Sebaliknya untuk kategori penting III atau
Prioritas III memiliki potensi yang rendah untuk jasa penyediaan, budaya,
pendukung dan pengaturan. Distribusi daya dukung dan daya tampung
jasa ekosistem penting menurut ekoregion di Pulau Kalimantan disajikan
pada Tabel 3.53. sedangkan grafik persentasenya disajikan pada gambar
3.91.
Tabel 3.53. Distribusi Luasan Jasa Ekosistem Penting Menurut Ekoregion
Prioritas I
(PENTING I)
Ha
%
4.326.798,72
8,10

EKOREGION
Dataran Fluvial Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan Kapuas - Mahakam
2.380.886,43
Dataran Pantai Kalimantan
466.426,12
Dataran Struktural Kompleks Meratus
640.780,57
Pegunungan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua
Kalimantan
366.225,98
Pegunungan Struktural Kompleks
Meratus
13.817.223,92
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Perbukitan Karst Kalimantan
570.061,42
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
6.442.395,71
DANAU
Grand Total
29.010.798,87
Sumber : Analisis Studio 2015

Prioritas II
(PENTING II)
Ha
%
4.791.118,06
8,97

Prioritas III
(PENTING III)
Ha
%
454.985,22
0,85

4,46
0,87
1,20

587.292,25
136.674,05
2.816.768,04
723.152,54

1,10
0,26
5,27
1,35

1.492.967,25
656.379,25
415.450,04
67.322,75

2,80
1,23
0,78
0,13

0,69

6.125,27

0,01

6.976,87

0,01

25,87
1,07
12,06

518.900,65
1.535.855,07
89.859,68
3.736.801,07

0,97
2,88
0,17
7,00

54,33

14.942.546,67

27,98

472.741,85
1.228.042,63
321.174,47
4.324.420,41
7.512,79
9.447.973,53

0,89
2,30
0,60
8,10
0,01
17,69

167

DANAU
Perbukitan Struktural Kompleks Meratus
Perbukitan Karst Kalimantan
Perbukitan Denudasional Kalimantan
Pegunungan Struktural Kompleks Meratus

Tinggi

Pegunungan Intrusif Batuan Beku Tua Kalimantan

Sedang

Pegunungan Denudasional Kalimantan

Rendah

Dataran Struktural Kompleks Meratus


Dataran Pantai Kalimantan
Dataran Gambut Kompleks Kahayan - Kapuas Mahakam
Dataran Fluvial Kalimantan

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

Gambar 3.91. Distribusi Persentase Jasa Ekosistem Penting Menurut Ekoregion

Jenis ekoregion pegunungan dan perbukitan struktural Komplek Meratus


memiliki porsi paling besar dalam prioritas I, yaitu 25,87% atau seluas
13.817.223,92 Ha dan 12,06% atau seluas 6.442.395,71 Ha. Hal tersebut
berarti bahwa pegunungan dan perbukitan struktural memiliki potensi
paling besar (Prioritas I) dalam pemanfaatan sektor-sektor yang berkaitan
dengan jasa penyediaan, budaya, pendukung dan pengaturan.
Distribusi jasa ekosistem penting yang dirinci per provinsi disajikan
pada Tabel 3.54. dan grafik persentasenya disajikan pada Gambar 3.92.
Tabel 3.54. Distribusi Luasan Jasa Ekosistem Penting Menurut Provinsi
Prioritas I
(PENTING I)
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Ha

Prioritas II
(PENTING II)
%

Ha

Prioritas III
(PENTING III)
%

Ha

6.595.517,32

12,35

6.439.758,30

12,06

1.650.254,33

3,09

924.887,86

1,73

1.715.939,62

3,21

1.051.263,04

1,97

KALIMANTAN TENGAH

8.031.274,47

15,04

4.410.436,22

8,26

2.880.892,99

5,39

KALIMANTAN TIMUR

7.568.854,49

14,17

2.064.881,76

3,87

3.165.656,29

5,93

KALIMANTAN UTARA

5.890.264,72

11,03

311.530,78

0,58

699.906,88

1,31

Grand Total
29.010.798,87
Sumber : Analisis Studio 2015

54,33

14.942.546,67

27,98

9.447.973,53

17,69

KALIMANTAN SELATAN

Menurut hasil analisis, yang disajikan pada Tabel 3.54. dan Gambar 3.92.
menunjukkan bahwa hampir semua provinsi di Pulau Kalimantan
didominasi Prioritas I (Penting I), kecuali pada Provinsi Kalimantan Selatan
168

yang memiliki nilai paling besar pada klasifikasi Prioritas II (Penting II).
Secara keseluruhan Prioritas I (Penting I) di Pulau Kalimantan memiliki
porsi sebesar 54,33% atau seluas 29.010.798,87 hektar. Sedangkan
prioritas II (Penting II) memiliki porsi sebesar 27,98% atau seluas
14.942.546,67 hektar. Dan prioritas III (Penting III) memiliki porsi paling
kecil yaitu sebesar 17,69% atau mencapai luasan 9.447.973,53 hektar.

11.03

KALIMANTAN UTARA

14.17

KALIMANTAN TIMUR

15.04

KALIMANTAN TENGAH

Tinggi
Sedang
Rendah

1.73

KALIMANTAN SELATAN

12.35

KALIMANTAN BARAT

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Gambar 3.92. Distribusi Luasan Jasa Ekosistem Penting Menurut Provinsi

Persentase luasan prioritas ekosistem penting di Pulau Kalimantan dapat


dilihat pada grafik di Gambar 3.93. sedangkan untuk melihat distribusi
spasialnya di Pulau Kalimantan disajikan pada peta yang tersaji pada
Gambar 3.94.

Persentase Prioritas Ekosistem Penting


Pulau Kalimantan
17.69

27.98

Prioritas I
(PENTING I)
54.33

Prioritas II
(PENTING II)
Prioritas III
(PENTING III)

Gambar 3.93. Persentase Jasa Ekosistem Penting di Pulau Kalimantan


169

Gambar 3.94. Peta Prioritas Ekosistem Penting Pulau Kalimantan

170

Anda mungkin juga menyukai