SKD 1 - GEH - Kolitis Ulseratif
SKD 1 - GEH - Kolitis Ulseratif
PENDAHULUAN
Berdasarkan statistik di Amerika Serikat, sekitar 1 juta orang
menderita kolitis ulserativa. Angka kejadian pertahunnya adalah 10,4-12 kasus per
100.000 orang. Tingkat prevalensi adalah 35-100 kasus per 100.000 orang.
Kejadian kolitis ulseratif 3 kali lebih banyak dari penyakit Crohn (Basson, 2012).
Colitis lebih banyak terjadi pada ras kulit putih daripada ras di Afrika
Amerika atau Hispanik. Kejadian kolitis ulserativa dilaporkan terjadi 2-4 kali
lebih tinggi pada ras Yahudi Ashkenazi. Namun, studi populasi di Amerika Utara
tidak sepenuhnya setuju dengan pernyataan ini (Basson, 2012).
Kolitis ulseratif umumnya terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Penderita kolitis ulseratif terjadi puncaknya pada usia 15-25 tahun dan yang
terendah pada usia 55-65 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada orang dari segala
usia namun jarang terjadi pada orang di bawah usia 10 tahun . Dua dari 100.000
anak-anak menderita kolitis, namun 20-25% dari semua kasus kolitis ulseratifa
terjadi pada orang berusia 20 tahun atau lebih muda (Basson, 2012).
BAB II
ISI
A. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan penyakit inflamasi
kambuhan yang terutama menyerang usus besar. Lesinya bersifat kontinu
dan menyerang mukosa superfisial, yang menyebabkan kongesti vaskular,
dilatasi kapiler, edema, hemoragi, dan ulserasi. Hal ini menimbulkan
hipertrofi muscular dan deposisi jaringan fibrosa dan lemak, yang
memberi tampilan usus pipa timah akibat penyempitan usus itu
sendiri.Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus karena penyebab
yang tidak diketahui, biasanya mengenai lapisan mukosa kolon, dapat
ringan, kronis, atau akut (Asih, 1998).
B. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratif, tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya
berperanan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial yang jelas antara
kolitis ulseratif, penyakit crohn, dan spondilitis ankilosa.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif,
namun tidak ada yang terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi
sistem imun tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus
berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Penderita kolitis ulseratif
memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal ini merupakan
penyebab atau akibat efek ini; kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh distress
emosional atau sensitifitas terhadap makanan , tetapi faktor-faktor ini mungkin
dapat memicu timbulnya gejala pada beberapa orang (Price, 2005).
C. Gejala Klinis
Kolitis ulseratif memiliki gejala awal seperti diare, perdarahan dari
rectum, nyeri abdonmen, demam, malaise, anoreksia, berat badan turun,
dan anemia. Anak-anak pada mulanya tampak dengan gejala yang tidak
jelas seperti pertumbuhan terganggu, anoreksia, demam, dan nyeri sendi
dengan atau tanpa gejala gastrointestinal (Priyanto, 2009).
D. Patogenesis
sel monomuklear
melengkapi komplemen.Kolitis
propria.Sitokin
respon.Defek
produksi
yang
sitokin
ini
lain(IL-10)menurunkan
menghasilkan
inflamasi
imun
yang
soluble
yang
meningkatkan
permeabilitas
dan
IL-10 turun
E. Patofisiologi
Inflamasi kronis pada kolon
biak
dan
COLIK ULSERATIF
mengeluarkan
toksin
sehingga
motilitas
Keterangan :
1. Panah biru menggambarkan abses kripte
2. Panah hijau menggambarkan sebukan padat sel radang di lapisan
muskularis mukosa
3. Panah merah muda menggambarkan kelnjar yang melebar
Proses peradanganterbataspadapermukaanmukosa,
lebihsuperfisialdibandingkandengan Crohns disease
Sebagiankelenjarmelebarberisimusindansel-selradang. Pada gambar diatas
nampak sebukan padat sel radang pada muskularis mukosa, ada juga
kelenjar yang mengalami pelebaran, dan warna keputihan bening berupa
cripts absess.
Keterangan :
1. panah biru menggambarkan eksudat pada permukaan mukosa
2. panah kuning menggambarkann sebukan sel radang pada mukosa
J. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada kolitis ulseratif adalah dilatasi toksik,
yang lebih sering terjadi pada serangan pertama, perdarahan berat, dan
selanjutnya, kanker kolon merupakan resiko terbesar aetelah 30 tahun sebesar
20% penderita (Davey, 2006).
Komplikai yang sering terjadi pasca operasi adalah pouchitis yang ditandai
dengan frekuensi defekasi yang meningkat, urgensi, kram, dan malaise. Hal
tersebut berhubungan dengan adanya stasis dalam puoch. Gejala berespon
baik terhadap metronidazol (McQuaid, 2005).
1. Kanker Kolon
Colorectal Cancer atau dikenal sebagai Ca. Colon atau Kanker
Usus Besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada kolon,
rektum, dan appendix (usus buntu). Di negara maju, kanker ini menduduki
peringkat ke tiga yang paling sering terjadi, dan menjadi penyebab
kematian yang utama di dunia barat. Untuk menemukannya diperlukan
suatu tindakan yang disebut sebagai kolonoskopi,.Beberapa faktor
resikonya usia, adanya polip pada kolon, riwayat kanker, faktor keturunan,
penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati, dan kebiasaan
merokok. Kolitis Ulseratif termasuk dalam salah satu faktor resikonya dan
untuk terapinya adalah melalui pembedahan diikuti kemoterapi (Sylvia,
2005).
2. Fistula Rektovaginalis
Didefinisikan sebagai saluran yang dibatasi jaringan epitel
menghubungkan rektum dengan vaginal. Fistula ini sangat jarang terjadi.
Perlukaan usus yang meliputi proktitis dan ulserasi yang menyebabkan
komplikasi akut maupun kronik. Daerah yang mengalami perlukaan dapat
menimbulkan terjadinya fistula karena jaringan mengalami penurunan
kemampuan regenerasi dan tidak dapat memperbaiki dirinya sendiri
(Sylvia. 2005).
K. Prognosis
Setelah serangan pertama, 5% meninggal dalam waktu <1 tahun, 10%
mengalami penyakit aktif berkelanjutan, 75% penyakit aktif intermitten, dan
10% mengalami remisi yang berlangsung lama sekitar >15 tahun (Davey,
2006).
KESIMPULAN
1. Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan penyakit inflamasi
kambuhan yang terutama menyerang usus besar (Asih, 1998).
2. Etiologi kolitis ulseratif, tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperanan
dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial yang jelas antara kolitis
ulseratif, penyakit crohn, dan spondilitis ankilosa (Price, 2005).
3. Kolitis ulseratif memiliki gejala awal seperti diare, perdarahan dari rectum,
nyeri abdonmen, demam, malaise, anoreksia, berat badan turun, dan
anemia (Priyanto, 2009).
4. Penegakkan diagnosis kolitis ulseratif adalah dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti : Biopsi
Rektum, Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi, foto polos abdomen,
kultur tinja, barium enema, USG, CT scan dan MRI (Glickman, 2000).
5. Ada dua tujuan dari terapi dari kolitis ulserative yaitu menghentikan
serangan akut dan simptomatik dan mencegah serangan kambuhan
(McQuaid, 2005).
6. Komplikasi dari kolitis ulseratif adalah dilatasi toksik dan kanker kolon
(Davey, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
Basson,
MD.
2012.
Collitis
Ulcerative.
Available
at
http://emedicine.medscape.com
Betz, C. L., Linda A. S. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Ed.5. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC