BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan 70% wilayahnya adalah
lautan yang memiliki potensi pemanfaatan hasil laut cukup tinggi di bidang
perikanan dan kelautan salah satu contohnya adalah rumput laut.( Salam, 2014).
Tingginya produksi rumput laut tak lepas dari kandungan polisakarida yang cukup
tinggi.
karagenan, dan agar yang berfungsi sebagai serat yang mampu menurunkan kadar
lipid dan kolesterol, selain itu juga dapat mengenyangkan, dan memperlancar
proses metabolisme tubuh. Komponen tersebut mampu mengatur asupan gula
dalam tubuh sehingga dapat digunakan sebagai alternatif penderita diabetes
(Suparmi, 2009). Kandungan lain dalam rumput laut meliputi, protein, sedikit
lemak, vitamin, dan abu (natrium, kalium, fosfor, besi dan yodium) yang juga
diperlukan tubuh (Anggadiredja, 2008).
Rumput laut merupakan bahan baku yang digunakan untuk berbagai jenis
produk olahan bernilai ekonomi tinggi, selain digunakan sebagai pewarna
makanan dan tekstil, rumput laut dapat juga digunakan sebagai bahan baku
produk pangan seperti agar agar, karaginan, dan alginate. Potensi rumput laut
(E.cottoni) untuk menjadi salah satu komoditas ekspor cukup tinggi dalam kurun
waktu 4 tahun terakhir perkembangan volume ekspor meningkat dengan rata
rata 32% per tahun, yaitu 2.672.800 ton pada tahun 2010 menjadi 10,2 juta ton
pada tahun 2014, dengan nilai ekspor mencapai $ 226.230.000. Perkembangan
volume dan nilai ekspor rumput laut yang cukup tinggi mencerminkan adanya
peluang besar di pasar internasional (DKP RI, 2006).
Kandungan gizi cukup tinggi pada rumput laut meliputi, karbohidrat,
protein, sedikit lemak, vitamin, dan abu (natrium, kalium, fosfor, besi dan
yodium) (Anggadiredja, et al., 2008), selain itu kandungan serat (diatery fiber)
pada rumput laut bersifat mengenyangkan dan memperlancar proses metabolisme
tubuh, sehingga sangat baik dikonsumsi. Rumput laut yang banyak dimanfaatkan
adalah Carrageenophytes sebagai penghasil karaginan seperti E.cottoni atau
Kappaphycus alvarezii, Euchema spinosum, dan Gracilaria sp. E.cottoni memiliki
kadar karaginan 61,5% - 67,5% (Laode, 1999), dan merupakan penghasil kappa
karaginan (Anggadiredja, 2004). Rumput laut jenis E.cottoni berwarna hijau
hingga kuning kemerahan, dan sering dimanfaatkan dalam industri kosmetik
maupun makanan (Wiratnaja, 2011).
Pemanfaatan rumput laut sebagai produk makanan olahan telah banyak
dipasarkan di masyarakat, namun untuk produk minuman seperti sirup yang
cukup banyak digemari oleh masyarakat Indonesia masih terbilang kurang. Sirup
adalah suatu cairan pengganti gula yang ditambahkan ataupun tidak ditambah oleh
bahan tambahan pangan. Pembuatan sirup dengan kualitas yang baik dan standar
mutu tinggi
Rumput laut merupakan kekayaan alam yang melimpah yang dimiliki oleh
Indonesia, potensi yang cukup tinggi dari segi ekonomis nampaknya belum
dimanfaatkan secara maksimal. Pemanfaatan rumput laut sebagai makanan olahan
sudah cukup banyak, namun untuk produk minuman yang banyak digemari
masyarakat agaknya masih sangat kurang, produk olahan sirup yang sangat
digemari oleh masyarakat nampaknya masih banyak menggunakan bahan bahan
yang sudah biasa dan masyarakat sepertinya butuh olahan minuman yang unik
dan lebih segar. Cara untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan
memanfaatkan rumput laut untuk dijadikan sebagai sirup rumput laut yang
memiliki ciri khas dan cita rasa yang unik.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
satu tanaman laut yang berperan sebagai produsen primer dalam siklus rantai
makanan. Rumput laut sendiri merupakan kelompok tanaman tingkat rendah yang
bersifat fototrof tanpa akar, daun dan batang sebenarnya, namun memiliki thallus
sebagai alat vegetatif (Thallophyta). Para ahli membagi rumput laut berdasarkan
pigmentasinya, yaitu rumput laut hijau (Chlorophyceae), rumput laut coklat
(Phaephyceae), rumput laut merah (Rhodophyceae) dan rumput laut keemasan
(Crysophyceae). Rumput laut bersifat autotrof dan memiliki zat warna seperti
klorofil, karotenoid, phycobilin, sera pigmen lain yang mensintesis bahan organik
sederhana. Rumput laut komersil yang memiliki nilai ekonomis di Indonesia
dikelompokkan menjadi lima, yaitu Eucheuma, Gracilaria, Gelidium, Hypnea,
dan Sargasum. Taksonomi Eucheuma sebagai rumput laut yang sering
dimanfaatkan untuk dijadikan berbagai produk olahan sebagai berikut (Murdinah,
2011).
Umumnya rumput laut mengandung 12,95 27,50 % air, 1,60 10,00 %
protein, 32,25 63,20 % karbohidrat, 3,5 11,00 % lemak, 3,00 11,40 % serat
kasar dan 11,50 23,70 % abu, selain itu enzim, asam nukleat, asam amino,
vitamin (A, B, C, D, E dan K) dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen,
kalsium dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium dan
natrium juga terkandung dalam rumput laut (Reskika, 2011).
2.2.
permukaan licin, waktu hidup berwarna hijau hingga kuning kemerahan dan jika
kering akan berwarna kuning kecoklatan. Thalli memiliki bentuk yang bervariasi
dengan cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumput yang rimbun
dengan ciri khusus menghadap ke arah datangnya matahari, dengan kedalaman
perairan 7,65 9,72, salinitas 33 35 ppt, suhu air laut 28 30C, kecerahan 2,5
5, 25 m, pH 6,5 7, dan kecepatan arus 22 48 cm/detik (Wiraatmaja, et al.,
2011), rumput laut ini umumnya tumbuh dengan baik di daerah pantai terumbu
(reef), habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut. E.cottoni
merupakan salah satu Carragenaphyces, yaitu rumput penghasil karaginan, ada
dua jenis Eucheuma yang cukup komersial yaitu Eucheuma spinosum (Eucheuma
denticulatum), merupakan penghasil iota karaginan dan E.cottoni (Kapaphycus
alvarezzii) sebagai penghasil kappa karaginan (Anggadiredja, 2004).
2.3.
atau vegetable gum), protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, besi
dan yodium). Rumput laut juga mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12, C, dan
memiliki kandungan serat (dietary fiber) yang bersifat mengenyangkan dan
memperlacar proses metabolisme tubuh. Komposisi kimia E.cottoni dapat dilihat
pada Tabel 1.
35,57%
0,95%
22,39 ppm
0,121 ppm
2,763 ppm
0,14 (mg/100 g)
2,7 (mg/100 g)
12 (mg/100 g)
61,52%
17,09%
0,04 ppm
sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang
lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur
(calcareous),
lunak
bagaikan
tulang
rawan
(cartilagenous),
berserabut
2.4. Sirup
Sirup merupakan salah satu jenis minuman olahan yang masih diminati
masyarakat, menurut SNI 01-3544-1994 sirup adalah larutan gula pekat (sakrosa
high fructose syrup dan atau gula inversi lainnya) dengan atau tanpa
penambahan bahan tambahan makanan yang diijinkan, sehingga harus memenuhi
syarat mutu yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional.
Umumnya bahan baku yang digunakan dalam pembuat sirup berasal dari
buah buahan segar. Pengembangan pemanfaatan hasil laut yang cukup tinggi
seperti rumput laut penting sebagai untuk meningkatkan variasi produk minuman
kemasan. Perubahan warna buah oleh karena pengaruh fisika maupun biologis
dapat diatasi dengan proses pengolahan buah untuk memperpanjang masa
simpannya, selain itu kandungan serat dan polisakarida dalam rumput laut mampu
mengatur asupan gula dalam tubuh sehingga dapat digunakan sebagai alternatif
penderita diabetes, selain itu kandungan komponen karagenan, alginat dan agar
mempunyai pengaruh kuat dalam mencegah beberapa penyakit (Puspawati et al.,
2011).
2.5. Proses Pengolahan Sirup
Proses pengolahan sirup dapat dilakukan dengan dua cara, pembuatan secara
umum yaitu bahan baku yang optimal disortasi, kemudian dicuci hingga bersih
10
11
Satuan
Persyaratan
% (b/b)
Normal
Normal
Min 65
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
Maks 10
Maks 10
Maks 25
Maks 0,5
koloni/m
Maks 5 x 102
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Keadaan :
Aroma
Rasa
Gula jumlah (dihitung sebagai sakrosa)
Bahan tambahan makanan :
Pemanis Buatan
Pewarna tambahan makanan
Pengawet
Cemaran logam :
Timah (Pb)
Tembaga (Cu)
Seng (Zn)
Cemaran Arsen (As)
Cemaran Mikroba :
Angka lempeng total
16.
17.
18.
Coliform
E. coli
Salmonella
l
APM/ml
APM/ml
koloni/m
Maks 20
<3
Negatif
19.
S. aureus
l
koloni/m
20.
Vibrio cholera
l
koloni/m
Negatif
Kapang
l
koloni/m
Maks 50
Khamir
l
koloni/m
Maks 50
21.
22.
l
Sumber: Dewan Standarisasi Nasional (1994)
12
d. Pewarna Makanan
13
14
15
16
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1.
Materi
3.1.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan di CV. Suket
Segoro adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Bahan yang Digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
No. Nama Bahan
1. Rumput Laut
2. Aquadest
3. Gula
Kegunaan
Sebagai bahan baku
Untuk mencuci rumput laut
Sebagai pemanis
4.
Pewarna Makanan
5.
Asam sitrat
Penambah rasa
3.1.2. Alat
Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan
No.
1.
Nama Alat
Meja
Ketelitian
-
Fungsi
Untuk kegiatan produksi: penyortiran,
penimbangan, dan pengemasan
2.
Timbangan
0,1 gram
3.
4.
Gelas Ukur
Baskom
5.
Nampan
6.
Kompor
7.
Saringan
8.
Botol Plastik
400 ml
Kemasan produk
3.2.
Metode
17
18
dengan pengamatan secara langsung proses pembuatan sirup rumput laut di CV.
Suket Segoro sebagai tempat produksi.
2. Interview atau wawancara
Menurut Nazir (2003), proses pengambilan data atau memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
sambil bertatap muka langsung secara sepihak dan dikerjakan secara sistematis
berdasarkan tujuan yang dicapai. Wawancara dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab terkait dengan pengolahan daging rajungan kaleng baik pada
karyawan maupun staff CV. Suket Segoro.
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.
2010 dan mulai beroperasi tanggal 10 agustus 2010. UMKM ini bergerak di
bidang pengolahan produk berbahan dasar rumput laut. Disahkan oleh notaris Sari
Niti Yudo, S. H., suket segoro beranggotakan ibu ibu rumah tangga disekitar
tempat produksi yang bertujuan sebagai wadah penyalur kegiatan dan
meningkatkan kondisi keuangan sehingga ada peningkatan kesejahteraan
anggotanya
Visi dan Misi CV. Suket Segoro adalah sebagai berikut:
a. Visi : Sebagai wadah penyalur kegiatan bagi anggota dan masyarakat dan
juga pengembagan dalam pengolahan makanan dan minuman berbahan dasar
rumput laut.
b. Misi : Meningkatkan keterampilan teknis dan managerial dalam upaya
menunjang penciptaan peluang usaha baru, pegembangan usaha dan
penciptaan lapangan kerja.
Lokasi Padepokan Suket Segoro berada di Ds. Wanamukti, Kelurahan
Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Semarang, Jawa Tengah Lokasi padepokan
yaitu di dalam perumahan,yang dekat dengan rumah rumah warga untuk
membangun ekonomi sekitar. Lokasi padepokan terletak jauh dari tempat
pembuangan sampah dan terhindar dari daerah banjir.
Karyawan pada padepokan ini berjumlah 8 orang yang merupakan ibu
ibu rumah tangga di sekitar tepat produksi. Menurut Amrita et al. (2010)
menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, karyawan dapat dilatih
20
atau
linier.Struktur
organisasi
merupakan
pengelompokkan
dan
21
Manajer
Keuangan
Produksi
Marketing
22
panas yang diakibatkan oleh proses produksi, langit langit permukaan harus rata
dan berwarna terang dan khusus untuk langit langit ruangan yang menimbulkan
atau menggunakan uap sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak menyerap air
sehingga sebaiknya dilapisi dengan cat.
2. Ruang Produksi
Ruang produksi yang terdapat di CV Suket Segoro pada dasarnya sangat
sederhana karena masih berskala rumah tangga sehingga tidak terdapat sekat sekat
atau ruangan terpisah antara ruang produksi dan ruang ruang lainnya. Ruang
produksi pada CV Suket Segoro juga dilengkapi dengan ruang sanitasi untuk
mencuci peralatan produksi (nampan, toples, ember, dan sebagainya). Ruang
produksi yang baik sangat diperlukan demi kelangsukngan jalannya proses
produksi. Ruang produksi diharapkan juga mampu menjaga higienitas proses
produksi sehingga menghasilkan prosuk berkualiatas tinggi, pada CV.Suket
Segoro ruang produksi sudah baik karena selalu menjaga kebersihan lantai dan
langit langit sebelum dan sesudah menjalankan proses produksi, memiliki
ketinggian 4-5 meter sehingga suhu ruangan tetap stabil. Menurut (Troller,1993)
ruang produksi harus memiliki suhu ruangan yang konstan setiap hari, bersih, dan
bebas kontaminan dari berbagai bahan, harus dilengkasi sarana penanganan
linmbah ruangan yang digunakan harus memiliki ketinggian minimal 3 meter
dengan atap tidak terbuat dari seng karena dapat menyebabkan fluktuasi suhu
dalam ruangan.
IV.1.3. Peralatan
Peralatan produksi yang digunakan untuk proses pembuatan sirup
rumputlaut di CV Suket Segoro adalah sebagai berikut :
a. Mesin Pemasak (cooker)
23
24
c.
25
26
27
Pencucian
Penimbangan 500gr
Pemasakan I
Penirisan
Pemasakan II
Penambahan gula
Pendinginan
Pengemasan
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Sirup Rumput Laut Eucheuma cottonii
28
29
4.2.2. Pemasakan I
Semua bahan baku yang telah dicuci hingga bersih kemudian dicampurkan
dengan 1000cc air untuk dimasak selama 10 menit dengan suhu 80 C yang
dihitung selama 15 menit sejak suhu mencapai angka 80C, kemudian diikuti
dengan pengadukan agar rumput laut tersebut tidak menempel pada panci. Ciri
ciri rumput laut yang telah matang adalah air rebusan berwarna keruh, dan lebih
kental dari sebelumnya, hal ini menunjukkan bahwa telah didapatkan sari rumput
laut yang merupakan tujuan dari pemasakan I. Menurut Ersoy dan Ozeren (2009)
pemanasan (perebusan, memanggang dan menggoreng) pada makanan digunakan
untuk
meningkatkan
rasa,
menonaktifkan
mikroorganisme
patogen
dan
meningkatkan umur simpan. Suzuki et al. (1992) pemanasan air dalam proses
perebusan akan meningkatkan daya kelarutan pada suatu bahan.
4.2.3. Penirisan
Setelah dilakukan proses pemasakan dan pengadukan selama 10 menit
didapatkan hasil rebusan rumput laut yang kemudian di lakukan proses penirisan,
untuk memisahkan antara rumput laut dengan air hasil rebusan. Pada saaat proses
penirisan ini didapatkan sisa sisa hasil rabusan rumput laut yang sangat berguna
untuk menambah cita rasa dan tekstur sirup yang lebih kental
4.2.4. Pemasakan II (Penambahan Gula)
Setelah dilakukan proses penirisan antara rumput laut dan sarinya
kemudian dilakukan proses pemasakan yang ke II, yaitu penambahan
gula
sebagai pemanis. Gula sebanyak 1 kg dituangkan kedalam panci yang berisi air
sari hasil tirisan rumput laut kemudian diaduk secara perlahan terus menerus
dengan menggunakan api kecil sehingga gula dapat tercampur secara merata dan
sampai kristal gula tidak terlihat lagi. Pada proses pembuatan sirup umumnya
penambahan gula dilakukan bersamaan pada saat perebuasan bahan baku, hasilm
30
parutan buah direbus bersamaan dengan gula,essense dll lalu setelah direbus baru
dilakukan penirisan untuk memisahkan sirup dari paartikel partikel buah
kemudian langsung dikemas.
Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena
dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energi.
Secara
umum,
gula
dibedakan
menjadi
dua,
yang
pertama
yaitu
31
makanan yang berasal dari plastik banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena
plastik memiliki berbagai keunggulan seperti fleksibel, mudah dibentuk,
transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah.
Kemasan CV.Suket Segoro sudah menggunakan labeling yang sudah di
atur dalam peraturan pemerintah tentang label dan iklan pangan yang memenuhi
standart diantaranya tercantum nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih atau isi bersih, nama pihak yang memproduksi, dan tanggal kadaluwarsa.
4.2.7. Distribusi
Sirup Rumput Laut yang di produksi oleh CV. Suket Segoro
didistribusikan ke toko dan warung disekitar CV. Suket segoro dan melayani
pesanan dalam jumlah banyak, dengan dua jenis kemasan yang pertama adalah
kemasan cup berukuran 240 ml, dan kemasan botol berukuran 400 ml. Bentuk
pemasaran produk kemasan cup disebar ke sekolah sekolah maupun warung
warung terdekat, sedangkan untuk produk kemasan botol dijual sesuai pesanan
dari pelanggan. Cara penjualan dan sistem pembayaran yang diterapkan oleh CV.
Suket Segoro berupa kontrak kerja dengan pembeli, sedangkan sistem
pembayarannya dilakukan melalui transfer dan bisa secara langsung. Sirup
Rumput Laut yang dipesan akan diantar ke tempat tujuan, kemudian setelah
barang tiba segera dilakukan transfer dari pihak pembeli. Selain pendistribusian
dengan sistem kontrak kerja CV. Suket Segoro juga menerima pembelian
langsung ke pabrik. Menurut Soehardi Sigit (Sigit, 1995) menyatakan bahwa
saluran distribusi adalah perantara-perantara para pembeli dan penjual, yang
dilalui oleh perpindahan perpindahan barang fisik maupun perpindahan barang
milik sejak dari produsen ke tangan konsumen. Sedangkan definisi yang
32
dikemukakan oleh The American Marketing Assosiation yang dikutip oleh Basu
Swastha (Swastha, 1990) menyatakan bahwa saluran distribusi merupakan suatu
struktur organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas
distributor, dealer, pedagang, dan distributor perusahaan yang mengkombinasikan
antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan
bagi pasar tertentu.
4.3. Sanitasi
Sanitasi dan higiene sangat penting bagi padepoken Suket Segoro karena
sangat penting untuk menjaga kualitas hasil produksi , sanitasi diyakini oleh
seluruh karyawan di Suket Segoro dapat meningkatkan kepercayaan terhadap
hasil produk yang dihasilkan sehingga produk laku di pasaran. Proses pengolahan
ruput laut menjadi sirup rumput laut dirancang sehigienis mungkin. Sanitasi yang
buruk dalam dunia industri dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar.
Sanitasi yang baik dalam dunia industri dapat meminimalkan kontaminan yang
terjadi pada produk sirup rumput laut.
Tabel 5. Bahan Sanitizer dan konsentrasi yang digunakan pada proses pembuatan
sirup rumput laut
No
1.
Sanitizer
Surfoam
33
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan di CV Suket
Segoro tentang proses pembuatan sirup rumput laut adalah sebagai berikut:
1. Proses pembuatan sirup rumput laut yang dilakukan di CV. Suket Segoro
meliputi penerimaan bahan baku, pemasakan I yaitu merebus rumput laut
dengan air untuk mendapatkan sari rumput laut, penirisan untuk
memisahkan air saridari rumput laut, pemasakan II dengan menambahkan
sejumlah gula pasir dan mengaduk secara perlahan hingga kristal gula
menghilang, pendinginan hingga suhu normal dan penambahan bahan
tambahan seperti pewarna alami dan asam sitrat, dan pengemasan dengan
cup atau botol plastik.
2. Kualitas sirup rumput laut sangat dipengaruhi oleh santitasi dan hygiene
pada saat proses produksi mulai dari bahan baku, proses produksi, sampai
pemilihan pengemasan yang baik. Bahan baku yang menggunakan bahan
bahan alami juga dapat mempengaruhi kualitas sirup sehingga aman bagi
kesehatan. Pada produk sirup rumput laut di CV. Suket Segoro kriteria mutu
organoleptik warna merah cerah, agak harum, manis dan kental sehingga
disukai.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam Praktek Kerja Lapangan di CV.
Suket Segoro, Semarang ini antara lain adalah sebagai berikut :
35
36
DAFTAR PUSTAKA
37
dan
Lilin
Biodegradable .
Lebah
Sebagai
Bahan
Pengemas
Manganan
Diponegoro, Semarang.
Puspawati, Ni Made, Ni Gusti Ayu Made Dwi Suastuti, dan Dewa Ayu Indra
Dewi. 2011. Analisis Asam Lemak Rumput Laut Ulva Reticulata Forsskal
yang Diperoleh dari Pantai Segara Sanur. Jurnal Kimia Vol. 5 (2):109-116.
Reskika, Andi. 2011. Evaluasi Potensi Rumput Laut Coklat (Phaeophyceae) dan
Rumput Laut Hijau (Chlorophyceae) Asal Perairan Takalar Sebagai
Antibakteri Vibrio Spp.
Salam, Muhammad Risfan Badrus. 2014. Pemanfaatan Material Rumput Laut
Melalui Ekstraksi Karagenan Untuk Desain Kemasan Edibel. Jurnal
Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain. (1): 1-9.
38
39
40
41
42
a. Ruang produksi
b. Lemari Pendingin
43
44
Tanggal
NILAI
9
7
9
7
5
3
1
9
7
45
3
1
9
1
46
Panelis
I
II
III
IV
V
Kenampakan
7
9
9
7
7
Bau
9
7
9
7
9
Tekstur
7
9
7
9
9
Benda Asing
9
9
9
9
9
X
Xi
(Xi - X) 2
8
8,5
8,5
8
8,5
0,09
0,04
0,04
0,09
0,04
= 8,3
= 0,3
Selang kepercayaan :
x 1,96
8,3 1,96
x 1,96
0,22
5
S
n
8,3 1,96
0,22
5
8,10 8,49
Kesimpulan
Dari hasil uji organoleptik rumput laut CV. Suket Segoro didapat selang
kepercayaan sebesar
8,10 8,49
rumput laut tersebut layak untuk dijadikan sebagai bahan campuran sirup.