Tujuan KTSP Menurut Mulyasa (2010:22) Secara umum tujuan di terapkannya ktsp adalah
untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada lembambaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secarapartisifatif dalam pengembangan kurikulum. Secara khusus
tujuan di terapkannya KTSP adalah untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemnadirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
melaluipengambilan keputusan bersama.
3. Meningkatkan kompetisi yang sehat antara satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai. KTSP perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikan terutama berkaitan
dengan tujuh hal sebagai berikaut:
1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sendiri
sehingga ia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya
2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya
3. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah
4. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transpransi dan demograsi yang sehat serta lebih efisien.
5. Sekolah lebih bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
6. Sekolah bisa melakukan persaingan sehat dengan sekolah-sekolah yang lain
7. Sekolah dapatdengan cepat merespon aspirasi masyarakat.
A. Landasan Pengembangan KTSP
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Dalam undang-undang sisdiknas
tersebut dikemukakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan yang
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Standar nasional pendidikan digunakan
sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan
dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi,
penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
adalah peraturan tentang standar nasional pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik
Indonesia (NKRI). Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
3. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22
tahun 2006 mengatur tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang
selanjutnya disebut standar isi, mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi
lulusan minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata pelajaran
tertentu bagi kebutuhan siswa. KTSP menitikberatkan pada mata pelajaran tertentu yang
dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh sekolah yang berada dalam
kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada mata pelajaran bahasa Inggris atau mata
pelajaran di bidang kepariwisataan lainnya.
d. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan kurang lebih
20 persen. Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa berkurang karena KTSP lebih
sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi perkembangan siswa. Alasan diadakannya
pengurangan jam pelajaran ini karena menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di
sekolah-sekolah selama ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan
sangat formal. Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Hal ini dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu
bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.
e. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
2. Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)
a. Kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan
pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP terbentur pada masih minimnya kualitas guru.
Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif
untuk menjabarkan panduan KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang
terlanjur mengekang kreatifitas guru.
b. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari
pelaksanaan KTSP. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan salah satu
syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di lapangan menunjukan
masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga, laboratorium serta fasilitas
penunjang lainnya.
c. Masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik
konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan. Masih rendahnya
kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai KTSP dapat disebabkan
karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana secara menyeluruh.