Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

EVALUASI DAN TEKNIK PENCA. HASIL BEL. MATEMATIKA


Pengembangan Tes Uraian

Dosen Pengampu :
Indah Widiati, S. Pd., M. Pd

Disusun Oleh :
Fany Novita Sari (146411130)
Nindita Pradnya Sakanti (146410995)
Rahmadhani (146411288)
Rahayu (146411074)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Islam Riau
2016/2017

BAB II
PEMBAHASAN
Pengembangan Tes Bentuk Uraian
A. Pengertian Tes Uraian
Tes Uraian adalah tes yang jawabannya diberikan dalam bentuk
menuliskan pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan yang
diukur dengan tes uraian merupakan pengetahuan kognitif tingkat tinggi. Tes ini
menurut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun, dan memudahkan
gagasan gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata katanya
sendiri. (Ali Hamzah, 2014 : 141)
B. Jenis jenis tes uraian
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi:
a) Uraian bebas (free essay)
Contoh bentuk pertanyaan bentuk uraian bebas adalah:
Coba saudara jelaskan sebab sebab terjadinya pertumbuhan penduduk
yang cepat
Apa yang saudara ketahui tentang NKKBS?
Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kualitas hidup
manusia
Apabila kita kaji bentuk pertanyaan diatas, tampak bahwa dalam ketiga
contoh pertanyaan tersebut tidak ada satu pun rambu jawaban yang diberikan
sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Di lain pihak guru pun bebas
menilai jawaban siswa, mana jawaban yang dianggapnya benar, yang kurang
benar atau kurang lengkap, dan yang salah sama kali.
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat
digunakan apabila bertujuan untuk:
1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga
dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka
ragam sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti.
3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari
berbagai segi atau dimensinya.
b) Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah uraian terbatas. Dalam bentuk ini
pertanyaan telah diarahkan kepada hal hal tertentu atau ada pembatasan tertentu.

Pembatasan bisa dari segi : (a) ruang lingkup, (b) sudut pandang menjawab, (c)
indicator indikatornya.
Perhatikan contoh pertanyaan uraian terbatas berikut ini:
Coba saudara jelaskan tiga factor penyebab pertumbuhan penduduk!
Apa makna NKKBS ditinjau dari aspek jumlah anak dalam suatu
keluarga?
Bagaimana hubungan pertumbuhan penduduk dengan kualitas hidup
manusia dalam hal ekonomi, pendidikan, dan kesehatan?
Dalam pertanyaan diatas, jawaban seolah olah diarahkan keaspek
tertentu. Misalnya dalam contoh pertanyaan pertama kepada siswa hanya diminta
tiga faktor penyebab, jadi ada batasan ruang lingkupnya. Dengan adanya
pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang
diharapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. kriteria
kebenaran jawaban bisa lebih mudah ditentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal
uraian terbatas lebih terarah dan lebih tepat digunakan dari pada bentuk uraian
bebas.
c) Uraian berstruktur
Disamping kedua bentuk uraian diatas ada pula bentuk tes uraian yang
disebut soal soal berstruktur. Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara
soal soal objektif dan soal soal essay. Soal berstruktur merupakan serangkai
soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal
berstruktur berisi unsur unsur (a) pengantar soal, (b) seperangkat data, dan (c)
serangkai subsoal.
Keuntungan soal bentuk berstrukur antara lain iyalah
a. Satu soal bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan
b. Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu
sehingga lebih jelas dan terarah,
c. Soal soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat
kesulitannya.
Contoh soal :
-seorang laki-laki meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan berupa harta
perniagaan senilai Rp. 150.000.000. harta tersebut belum dizakati dan belum
dikeluarkan untuk keperluan pengurusan jenazahnya sebesar Rp. 250.000.00. dan
memenuhi wasiatnya sebanyak 1.700.000.00. ahli waris terdiri dari istri, bapak, 2

anak perempuan, 1 anak laki-laki, kakek, 1 saudara laki-laki seibu, seorang


saudara perempuan sebapak. Dari data tersebut:
a. Tentukan jumlah harta waris yang harus dibagikan?
b. Berapa jumlah zakatyang harus dikeluarkan?
c. Siapa saja ahli waris yang terhalang oleh hijab hirman?
Kelemahan yang mungkin terjadi pada (a) bidang yang diujikan menjadi
terbatas dan (b) kurang praktis sebab satu permasalahan harus dirumuskan dalam
pemaparan yang lengkap disertai data yang memadai. (Nana Sudjana, 2009: 39)
C. Ketetapan penggunaan tes uraian
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasi
belajar, tepat dipergunakan apabila pembuatan soal (guru, dosen, panitia ujian,
dan lain lain), disamping inggin menggungkap daya ingat dan pemahaman teste
terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk
mengungkap kemampuan teste dalam memahami berbagai macam konsep. (Anas
Sudijono, 2012 : 101).
D. Menyusun soal bentuk uraian
Agar diperoleh soal-soal bentuk uraian yang dikatakan memadai sebagai alat
penilaian hasil belajar, hendaknya diperhatikan hal-hal berikut :
a. Dari segi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya,
misalnya pemahaman konsep, aplikasi suatu konsep, analisis suatu permasalahan
dan aspek kognitif lainnya. Dengan kejelasan apa yang akan diungkapkan maka
soal ataupertanyaan yang dibuat hendaknya mengungkapkan kemampuan sisa
dalam abilitas tsb.
Setelah abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang
ditanyakan. Dalam memilih materi sesuai dengan kurikulumnya atau silabusnya,
pilihlah materi yang esensial sehingga tidak semua materi perlu ditanyakan.
Materi esensial adalah materi yang menjadi inti persoalan dan menjadi dasar
untuk penguasaan materi lainnya. Dengan perkataan lain, bila konsep esensial
dikuasai, maka secara keseluruhan siswa akan mengetahui aspek-aspek yang
berkenaan dengan konsep tsb. Aturlah penyajian atau pertanyaan secara berurutan
mulai dari yang mudah menuju kepada yang lebih sulit, atau dari yang sederhana
menuju kepada yang lebih komplek. Gunakan bentuk uraian terbatas atau yang
berstruktur.
b. Dari segi bahasa

Gunakan bahasa yang baik dan benar, sehigga mudah diketahui makna
yang terkandung dalam rumusan pertanyaan.
c. Dari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan trhadap materi yang sama
sekalipun untuk abilitas yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang
diajukan lebih komperhensif dari pada segi lingkup materinya.
d. Dari segi jawaban
Setiap pertanyaan yang hendak diajukan sebaiknya telah ditentukan
jawaban yang diharapkan, minimal pokok-pokok nya. Tentukan besarnya skor
maksimal unuk setiap soal yang dijawab benar dan skor minimal bila jawaban
dianggap salah atau kurang memadai. Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan
yang jawabannya belum pasti atau guru sendiri tidak tau jawabannya, atau
mengharapkan kebenaran jawaban tsb diperoleh dari siswa.
Mengingat sifat tes uraian lebih mengutamakan kekuatan(power tests),
bukan kecepatan (speed tests), maka dalam pelaksanaan tes ini hendaknya
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Berilah waktu yang cukup kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal tsb.
Dengan demikian siswa dapat mengungkapkan jawabannya tanpa terburuburu.
2. Berikan kemungkinan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang
mudah terlebih dahulu tanpa harus mengikuti urutan nomor soal.
3. Awasi pengerjaan soal oleh para siswa sehingga mereka bekerja sendiri
tanpa bekerja sama dengan sisa lain.
4. Dalam hal tertentu, jika dipandang perlu, berikan soal-soal uraian yang
memperbolehkan siswa membuka buku dan catatan pelajarannya .
5. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal, ada baiknya guru
menjelaskan jawaban setiap soal sehingga para siswa mengetahuinya
sebagai bahan dan untuk memperkaya pemahaman mereka mengenai
bahan atau materi pelajaran.
E. Pemeriksaan scoring, dan penilaian tes uraian
Ada dua cara pemeriksaan jawaban soal uraian:
1. Diperiksa seorang demi seorang untuk semua soal, kemudian diberi
skor.

2. Diperiksa nomor demi nomor unuk semua siswa. Artinya diperiksa


terlebih

dahulu nomor satu untuk semua siswa, kemudian diberi

skor dan setelah selesai baru nomor dua dst.


Cara kedua memang memakan waktu yang lama, tetapi akan lebih objektif
sebab jawaban setiap nomor untuk setiap siswa dapat diketahui dan dibandingkan.
Skoring bisa digunakan dalam berbagai bentuk, misalnya skala 1-4 atau
1-10, atau bahkan bisa pula skala 1-100. Namun yang paling umum digunakan
adalah 1-4 atau 1-10. Dengan demikian, guru tidak member angka 0 terhadap
jawaban yang salah. Gunakan system bobot dalam memberikan nilai terhadap
jawaban siswa untuk setiap nomor. Bobot nilai bisa menggunakan bobot 1-10.
Sistem penilaian yang digunakan untuk soal-soal uraian pada dasarnya
sama dengan soal bentuk lain yakni dapat menggunakan penilaian acuan norma
dan atau penilaian acuan patokan. Pada tahap permulaan, dengan maksud
mendorong motivasi siswa terhadap penggunaan tes uraian dan membiasakan
mereka dengan soal bentuk uraian, ada baiknya digunakan penilaian acuan norma,
yakni membandingkan posisi siswa dengan prestasi kelompoknya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kelebihan atau keunggulan tes uraian ini
antara lain:
a. Dapat mengukur prose mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat
tinggi.
b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.
c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni
berfikir logis, analitis, dan sistematis.
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving).
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga
tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat
proses berfikir siswa
Kelemahan atau kekurangan yang terdapat dalam tes ini adalah:
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat
menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes
objektif yang dapat menanyakan banyak hal yang melalui sejumlah
pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya. Guru bia saja bertanya

tentang hal-hal yang menarik baginya, dan jawabannya juga


berdasarkan apa yang dikehendakinya.
c. Tes ini biasanya kurang reliable mengungkap aspek yang terbatas,
pemeriksaannya butuh waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas
yang jumlah siswanya relative besar. (Erman Suherman, 2002 : 36)
F. pengembangan tes bentuk uraian
Menurut sejarah, yang ada lebih dahulu adalah bentuk uraian. Mengingat
bentuk uraian ini banyak kelemahannya, maka para pakar pendidikan,
kurikulum dan psikologi berusaha untuk menyusun tes dalam bentuk yang
lain, yaitu tes objektif. Sebagaimana dikemukakan oleh Wrightstone ( 1996 )
bahwa in recent years examination, once the mainstay of the classroom
teachers approach to measurement of achievement has been replaced to
considerable extent dy the short answer.tapi bentuk uraian dapat digunakan
untuk mengukur kegiatan kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk
objektif.

Karena

menuntut

peserta

didik

untuk

menguraikan,

mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata katanya sendiri


dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Bentuk uraian sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya
sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Dilihat dari luas sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian dibagi menjadi dua:
1. Uraian terbatas (restricted responds item )
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas peserta didik harus
mengemukakan hal hal tertentu sebagai batas batasnya. Walaupun
kalimat jawaban beraneka ragam, tetap harus ada pokok penting yang
terdapat dalam system matika jawabannya sesuai dengan batas batas
yang telah ditentukan dan telah dikehendaki dalam soalnya.
2. Uraian bebas (extendt respond item)
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan
cara sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat
sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
mempunyai cara dan sistematika yang berbeda beda. Namun, guru
tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban
peserta didik nanti. ( Zainal Arifin, 2009 : 125 )

DAFTAR PUSTAKA
Ali Hamzah,(2014).pengantar evaluasi pendidikan.PT rajagrafindo persada :
Jakarta
Anas Sudijono,(2012).evaluasi pembelajaran matematika. PT rajagrafindo
persada : Jakarta
Nana Sudjana,(2009) penilaian hasil proses belajar mengajar. PT Remaja
Rosdakarya : Bandung
Zainal Arifin, (2013)evaluasi pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung
Selfyanie,contoh soal tes tulis. https://selfyanie.wordpress.com. Diakses pada
tanggal 30 agustus 2011

Anda mungkin juga menyukai