Anda di halaman 1dari 3

TEORI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

Sistem Perencanaan Pembangunan


Konsep daerah dalam melaksanakan penggunaan
(pengaturan
anggaran)
yang
efisien
untuk
kabupaten/kota yang berkeadilan.

sumber daya
pembangunan

Pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan regulasi dari


waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian bagaimana suatu
Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan clean goverment
dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Keberhasilan dari suatu
pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah
yang di kelola dengan manajemen yang baik pula.
Pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 20013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas
umum dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD,
penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan
daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan
pengelolaan keuangan BLUD.
Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk
masyarakat.
Proses Pengelolaaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). Penyusunan APBD berpedoman
kepada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk
tercapainya tujuan bernegara. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 181 dan Undang-undang Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara pasal 17-18, yang menjelaskan bahwa proses
penyusunan APBD harus didasarkan pada penetapan skala prioritas dan plafon
anggaran, rencana kerja Pemerintah Daerah dan Kebijakan Umum APBD yang telah
disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dalam Bab IV Penyusunan Rancangan APBD Pasal 29 sampai
dengan pasal 42 dijelaskan bahwa proses penyusunan RAPBD berpedoman pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) dan Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA-SKPD).
APBD mempunyai fungsi :

MANAJEMEN PRASARANA PERKOTAAN

TEORI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN

Fungsi Otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar


untuk

melaksanakan

pendapatan

dan

belanja

pada

tahun

yang

bersangkutan;
Fungsi Perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan;
Fungsi Pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan

daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;


Fungsi Alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus diarahkan
untuk

menciptakan

lapangan

kerja/

mengurangi

pengangguran

dan

pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perekonomian;
Fungsi Distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah harus

memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan;


Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah daerah
menjadi

alat

untuk

memelihara

dan

mengupayakan

keseimbangan

fundamental perekonomian daerah.


Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 adalah tim yang dibentuk dengan keputusan kepala daerah
dan dipimpin oleh sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka penyusunan APBD yang
anggotanya terdiri dari pejabat perencana daerah, PPKD dan pejabat Iainnya sesuai
dengan kebutuhan.
Proses selanjutnya adalah PPKD sesuai dengan aturan perundang-undangan
menyusun rancangan peraturan daerah dan rancangan peraturan kepala daerah
untuk disampaikan ke DPRD dan selanjutnya dibahas serta disepakati bersama
yang dituangkan dalam nota kesepakatan antara kepala daerah dan pimpinan
DPRD. Setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD disetujui proses
berikutnya adalah tahapan evaluasi ke Gubernur untuk mendapat persetujuan, tata
cara evaluasi dan lainnya telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Hal yang perlu kita pahami adalah bagaimana mekanisme proses penyusunan
anggaran sesuai dengan regulasi yang ditetapkan. Kadangkala instansi di
Pemerintah Daerah untuk memahami hal-hal seperti ini masih menggunakan
kebiasaan lama sehingga aturan yang telah ditetapkan sering kali tidak
dilaksanakan. Karena proses penyusunan anggaran tetap dilakukan audit oleh BPKP
MANAJEMEN PRASARANA PERKOTAAN

TEORI PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN


maupun BPK mengenai mekanisme penganggaran. Hendaknya semua SKPD
memahami SOP tentang mekanisme penganggaran, karena apabila terjadi sesuatu
hal dikemudian hari bisa menjelaskan secara detail. Jangan aturan yang sudah ada
tidak kita laksanakan dan aturan yang tidak ada kita ada-adakan.
Konsep daerah dalam pengaturan anggaran yang efisien
pembangunan kabupaten/kota yang berkeadilan mengacu pada:

untuk

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005


Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam penjelasannya, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan
efektifitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan
(1) Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta
indikator kinerja yang ingin dicapai; (2) Penetapan prioritas kegiatan dan
penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja (Pasal 90 ayat (2))
berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, analisis
standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayanan minimal
(Pasal 93).
3. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Qanun Aceh
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi
Hasil Minyak Dan Gas Bumi Dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus (Pasal 11)
Pengalokasian Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dilakukan dengan perimbangan sebagai berikut:
a. Sebesar 60% (enam puluh persen) dialokasikan untuk program dan
kegiatan pembangunan Aceh;
b. Sebesar 40% (empat puluh persen) dialokasikan untuk program dan
kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota.
Formula penghitungan besaran alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menggunakan beberapa indikator seperti jumlah penduduk, luas
wilayah, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Kemahalan Konstruksi
(IKK) dan indikator lainnya yang relevan.

MANAJEMEN PRASARANA PERKOTAAN

Anda mungkin juga menyukai