BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 JUDUL PROGRAM
Analisis pengaruh laju inflasi, nilai tukar, suku bunga sbi, ekspor, dan
money supply terhadap return saham pada perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2011-2015.
1.2 LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi yang di tandai oleh kemajuan teknologi informasi
yang begitu pesat sehingga tidak adanya hambatan-hambatan perdagangan antar
negara, lalu lintas keuangan internasional, dan keluar masuknya arus modal dan
investasi, maka tidak terlalu berlebihan bila dikatakan bahwa perkembangan
ekonomi suatu negara secara sederhana dapat dinilai dari seberapa jauh
kesuksesan dan perkembangan pasar modalnya. Dengan pertumbuhan ekonomi
yang semakin pesat, banyak perusahaan melakukan berbagai cara untuk
memenuhi kebutuhan modalnya dalam rangka mengembangkan usahanya, salah
satu caranya adalah dengan menambah jumlah kepemilikan saham melalui
penerbitan saham baru. Menurut Fidhayantiin dan Dewi (2012) salah satu faktor
yang membuat para investor menanamkan modalnya saat berinvestasi adalah
return yang tinggi, dengan return yang tinggi maka investor berharap akan
mendapatkan imbalan yang tinggi atas investasi yang dilakukan . Semakin tinggi
return yang di dapat investor maka akan semakin tinggi pula harga sahamnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan semakin dipercaya sehingga nilai
perusahaan semakin tinggi pula.
Dalam upaya menumbuhkan perekonomian, setiap negara senantiasa
berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Pada tahun
2007, total investasi di Indonesia mencapai Rp 983,9 trilyun. Angka ini hampir
tujuh belas kali lipat dibandingkan investasi pada tahun 1990 yang sebesar Rp
58,9 trilyun. Investasi tersebut dilakukan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat/swasta.Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil.
Dari total investasi pada tahun 2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 trilyun) yang
merupakan investasi pemerintah, sedangkan sebagian besar lainnya (87,25 persen
atau Rp 858,5 trilyun) merupakan investasi masyarakat. Selain itu, jika dilihat
selama periode 1990 2007, perkembangan investasi pemerintah juga relatif lebih
lambat dibandingkan investasi masyarakat. Total investasi masyarakat pada tahun
2007 hampir dua puluh dua kali lipat dibandingkan investasi masyarakat pada
tahun 1990, sedangkan investasi pemerintah tahun 2007 hanya sekitar enam kali
lipat dibandingkan keadaan tahun 1990. Pemerintah menargetkan 10,7 juta
lapangan kerja baru, serta menurunkan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 8-10%
pada akhir tahun 2014. Target itu bisa tercapai asalkan setiap tahunnya
perekonomian meningkat 30% lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya. Untuk
mendorongnya, pemerintah harus fokus pada tiga hal, yaitu ekspor, investasi
pemerintah dan publik, serta konsumsi. Di samping itu, investasi yang
pertumbuhan 27% yang dicatat di kuartal 1 tahun 2014 dan 2011. Perlambatan
pertumbuhan keuntungan BCA disebabkan karena perlambatan aktivitas-aktivitas
bisnis di negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara (mengakibatkan minat
domestik yang lemah terhadap pinjaman bank. Sektor industri mempunyai
peranan penting dalam perekonomian Indonesia Secara umum sektor ini
memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Produk
(PDB) nasional dan penerimaan devisa. Produk industri selalu memiliki term of
trade yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan
produk lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk
yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat yang tinggi kepada
pemakainya.Sektor industri baraaang konsumsi misalnya merupakan sektor
industri yang memiliki jumlah emiten paling sedikit dibandingkan sektor industri
lainya. Penambahan setiap tahunya pun sedikit, ini menandakan bahwa adanya
kesulitan perusahaan pendatang untuk masuk kedalam industri sebagai pesaing
baru pada sektor industri barang konsumsi. Indofood Sukses Makmur, salah satu
perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi, perusahaan
makanan olahan terbesar di Indonesia dan produsen mie instan global yang
unggul, mencatat penurunan keuntungan sebesar 37% (y/y) di kuartal 1 tahun
2015 karena melemahnya daya beli masyarakat dan nilai tukar rupiah. Terlebih
lagi, data-data lain menandakan bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia
terus melambat pada awal 2015. Contohnya, penjualan semen (-3%), penjualan
mobil (-14%) dan penjualan motor (-19%) semuanya jatuh di kuartal 1
dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun lalu. Penjualan semen, mobil,
dan motor adalah angka-angka penting untuk menyediakan informasi mengenai
kepercayaan konsumen, daya beli masyarakat dan pembangunan infrastruktur
(dan properti). Karena kekuatiran-kekuatiran para investor mengenai penurunan
perekonomian Indonesia lebih lanjut di kuartal 1 tahun 2015, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) jatuh 6,4% selama seminggu terakhir dan menjadikan
Indonesia sebagai pasar negara berkembang dengan performa terburuk di Asia
selama tahun 2015. Diduga bahwa banyak investor telah menjual saham-saham
Indonesia dan menginvestasikan keuntungan di saham-saham Republik Rakyat
Tionghoa (RRT), Korea dan Taiwan (pasar-pasar saham di India dan Filipina juga
dibebani perubahan keadaan yang sama). Karena pada umumnya tujuan para
investor menanamkan modalnya adalah untuk memperoleh penghasilan atas
investasinya. Untuk saham, bentuk penghasilannya terdapat pada kenaikan harga
saham dan pembagian dividen. Harga yang diperdagangkan di pasar saham
berubah setiap hari dan ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran (Saleem
dkk, 2011). Menurut Kurihara (2006) beberapa faktor di balik penurunan atau
peningkatan permintaan dan penawaran saham bisa terjadi karena perilaku pasar,
fundamental perusahaandan faktor eksternal. Padahal Dalam tulisan Sugianto
(Tribune news, Juli 13, 2012) menyebutkan Indonesia memasuk lima besar
emerging market tahun 2012 - 2017 berdasarkan Global Intelligence Alliance
(GIA), negara-negara tersebut antara lain; Brasil, India, China, Rusia, dan
Indonesia. Negara emerging market merupakan negara berkembang yang menuju
pertumbuhan ditandai dengan industrialisasi yang cepat dan kebutuhan investasi
modal yang sangat besar, sehingga mampu menarik para investor. Namun karena
banyak faktor salah satunya faktor makro ekonomik yang mempengaruhi return
saham sehingga membuat para investor berfikir ulang. Maka dari itu karya tulis
ini akan membahas faktor makro ekonomik yang mempengaruhi tingkat saham.
Faktor-faktor dalam makroekonomi memberikan pengaruh sangat besar
terhadap fluktuasi tingkat return saham-saham perusahaan yang tercermin pada
pergerakan harga saham di pasar modal. Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
atau variabel makroekonomi terhadap tingkat return indeks saham-saham di BEI
secara akurat, uji empiris dilakukan pada variabel-variabel tersebut. Penelitian ini
menggunakan lima variabel makroekonomi, laju inflasi,nilai tukar,suku bunga
SBI,ekspor,dan money supply.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang mengkaji pengaruh makroenomik terhadap return
saham, sehingga penelitian ini diberi judul Analisis Pengaruh Laju Inflasi,Nilai
Tukar, Suku Bunga SBI,Ekspor, dan Money SupplyTerhadap Return Saham pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa
EfekIndonesia Periode 2011-2015.
1.3 PERUMUSAN MASALAH
1. Apakahlaju inflasi berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia
periode 2011-2015?
2. Apakah nilai tukar berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek
indonesiaperiode 2011-2015?
3. Apakah suku bunga SBI berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek
indonesiaperiode 2011-2015?
4. Apakah ekspor berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesiaperiode
2011-2015?
5. Apakahmoney supply berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek
indonesiaperiode 2011-2015?
1.4 TUJUAN
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh laju inflasi berpengaruh terhadap return
saham pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
bursa efek indonesia periode 2011-2015.
2. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar berpengaruh terhadap return
pengaruh simultan antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return
saham. Adapun rumusan hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = b3 = 0, artinya diduga tidak terdapat pengaruh simultan yang
signifikan antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Ha: b1 b2 b3 0, artinya diduga terdapat pengaruh simultan yang signifikan
antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Kriteria pengujian dengan uji F adalah dengan membandingkan tingkat
signifikansi dari nilai F ( = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika tingkat signifikansi uji F < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinyaterdapat pengaruh simultan yang signifikan antara nilai tukar uang,
suku bunga,dan inflasi terhadap return saham.
2. Jika tingkat signifikansi uji F > 0,05 tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara nilai tukar
uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham. Untuk menghitung nilai
F digunakan software statistik SPSS.
b. Pengujian Pengaruh Parsial dengan Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh parsial antara nilai
tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham. Adapun rumusan
hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:
H0: b1 = b2 = b3 = 0, artinya diduga tidak terdapat pengaruh parsial yang
signifikan antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Ha: b1 b2 b3 0, artinya diduga terdapat pengaruh parsial yang signifikan
antara nilai tukar uang, suku bunga, dan inflasi terhadap return saham.Kriteria
pengujian dengan uji t adalah dengan membandingkan tingkatsignifikansi dari
nilai t ( = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika tingkat signifikansi uji t < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinyaterdapat pengaruh parsial yang signifikan antara nilai tukar uang, suku
bunga, dan inflasi terhadap return saham.
Biaya (Rp)
Peralatan penunjang
Rp. 500.000,-
Rp. 4.450.000,-
Perjalanan
Rp. 4.500.000,-
Lain-lain
Rp. 1.000.000,-
TOTAL
Rp. 10.450.000,-
Kegiatan
1.
Persiapan
Observasi
dan
penggalian potensi
dan data-data
Perancangan sistem
Implementasi
siostem
Pembuatan
draft
laporan
2.
3.
4
4.
5.
Presentasi di depan
viewer internal
6.
Penyusunan laporan
akhir
7.
Pengiriman laporan
8.
Diseminasi hasil
BulanKe3
4
10
11
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
pertama. Yogyakarta : Kanisius
Wycliffe Nduga Ouma,Dr. Peter Muriu.2014.The Impact Of Macroeconomic
Variables On Stock Market Returns In Kenya. Vol. 3, No.11: July 2014[0131] (ISSN: 2225-2436)
Zaheer Alam, Kashif Rashid.2014. Time Series Analysis of the Relationship
between Macroeconomic Factors and the Stock Market Returns in Pakistan.
9(36) 6261 6380