Anda di halaman 1dari 11

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi

Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik


Tujuan Instruksional Umum (TIU) (C2):
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan fase
kerja suatu tokson hingga menimbulkan efek toksik serta foktorfaktor yang berpengaruh.

KERJA DAN EFEK


TOKSIK

Tujuan Instruksional Khusus (TIK) (C2):


dapat menjelaskan tahapan-tahapan proses yang terjadi pada
fase kerja toksik dengan benar,
dapat menggambarkan jalur eksposisi tokson pada organiseme
dan proses eksposisi dengan benar,
dapat memahami proses absorpsi, transpor, distribusi dan
eliminasi tokson dengan benar,
dapat menggambarkan proses interaksi tokson dan reseptor
dengan benar,
dapat menjelaskan mekaniseme kerja efek toksik dengan benar,
dapat menggambarkan dengan benar faktor-faktor farmseutika,
biologis, serta lingkungan yang berpengaruh pada kerja toksik.

I M.A. Gelgel Wirasuta

Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Suatu kerja toksik pada umumnya


merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat
rumit dan komplek.
Proses ini umumnya dikelompokkan ke
dalam tiga fase yaitu:

Bentuk farmaseutik hancur


Zat aktif melarut
zat aktif tersedia untuk di absorpsi
(ketersidaan farmeseutika)

Fase toksokinetik
Absorpsi

Deposisi

fase eksposisi,
fase toksokinetik, dan
fase toksodinamik.

Biotransformasi

Distribusi
Eskresi
zat aktif tersedia untuk memberikan efek
(ketersidaan biologik)
terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

Fase toksodinamik
Efek Farmakologis

Efek Toksik

Efek Klinis
3

Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Bentuk farmaseutik hancur


Zat aktif melarut

Bentuk farmaseutik hancur


Zat aktif melarut

zat aktif tersedia untuk di absorpsi


(ketersidaan farmeseutika)

zat aktif tersedia untuk di absorpsi


(ketersidaan farmeseutika)

Fase toksokinetik

Fase toksokinetik
Absorpsi

Absorpsi

Biotransformasi

Kontak xenobiotika dengan organisme, (kecuali radioaktif), untuk


menimbulkan
efek toksik/ farmakologi
Deposisi
Distribusi
Fase farmaseutika:
- hancurnya zat
bentuk
sediaan
obat,
aktif tersedia
untuk memberikan
efek
(ketersidaan
biologik)
- kemudian zat aktif
melarut,
- terdispersi molekular di tempat kontaknya.
Fase toksodinamik
Zat aktif siap terabsorpsi menuju sistem sistemik

Deposisi

Biotransformasi

Distribusi

Eskresi

Efek Farmakologis

Eskresi
zat aktif tersedia untuk memberikan efek
(ketersidaan biologik)

terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

Fase toksodinamik
Efek Farmakologis

Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmseutika dari


sediaan farmasi
Efek Klinis

Efek Toksik

Efek Klinis
5

Efek Toksik
6

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Fase eksposisi

Interaksi tokson-reseptor dalam organ efektor


Bentuk farmaseutik hancur

Zat aktif melarut mengakibatkan perubahan


Umumnya Interaksi reversibel
fungsional, efek akan
hilang apabila tokson tereliminasi dari
zat aktif tersedia untuk di absorpsi
(ketersidaan farmeseutika)
tempat kerjanya

Terjadi kontak (pejanan/paparan)


organisme oleh toksikan, dapat melalui:

Fase toksokinetik

Interaksi ireversibel contoh luka kimia


Absorpsi

Deposisi

Biotransformasi

Distribusi
Eskresi
zat aktif tersedia untuk memberikan efek
(ketersidaan biologik)
terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

Fase toksodinamik
Efek Farmakologis

kulit
saluran pernafasan (inhalasi)
saluran cerna (oral)
injeksi (penyampaian xenobiotika langsung ke
dalam tubuh organisme)

Efek Toksik

Efek Klinis

Fase kerja eksposisi:

Fase kerja eksposisi:

Faktor Farmaseutika
Toksikan siap
diabsorpsi menuju
sistem peredaran
darah (ketersediaan
farmaseutika).

Lapisan barier absorpsi


-sel kulit
-sel diding sal. pencernaan
Toksikan

Formulasi
- bentuk sediaan
- bahan tambahan formulasi
- parameter formulasi
Sifat fisikokimia zat aktif
- bentuk kristal
- kelarutan
- konstanta disosiasi

- sel epitel alveoli paru-paru

Kemampuan terabsorpsi ditentukan oleh:


- sifat fisikokima toksikan
- bentuk fisik sediaan farmaseutik dan formulasi
(padatan, semi solid larutan, gas)
- tempat pejanan (sifat membran dan aliran darah)
- sifat dinding / barier absorpsi

10

Fase kerja eksposisi:

Fase kerja eksposisi:

Diagram sistematis membran biologi.

Pejanan melalui kulit

protein integral

Pembuluh kapiler darah

protein periferal

Lapisan tanduk
Epidermis
D E

lapisan lemak bimolekul

Folikel rambut

R
M I S

Bulatan menggambarkan kelompok kepala lipid (fosfatidilkolin), dan baris zig-zag


menunjukkan bagian ekornya. Bulatan hitam, putih, dan berbintil menunjukkan jenis
lipid yang berbeda. Benda-benda besar menggabarkan protein, yang sebagian terletak
di permukaan, dan sebagian lain di dalam membran. (Disadur dari Siger dan
Nicholson (1972)

11

Jaringan subkutan

12

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase kerja eksposisi:

Fase kerja eksposisi:

Pejanan melalui saluran pernapasan

Pejanan melalui saluran pencernaan

Pemejanan xenobiotika yang berada di udara


dapat terjadi melalui penghirupan xenobiotika
tersebut.
Tokson yang terdapat di udara berada dalam
bentuk gas, uap, butiran cair, dan partikel padat
dengan ukuran yang berbeda-beda.
Melalui proses alami pada sal. pernapasan
telah terjadi seleksi xenobiotika

13

Fase kerja eksposisi:

14

Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Penyampaian langsung xenobiotika ke dalam tubuh

Fase Toksokinetik / Farmakokinetik


Bentuk farmaseutik hancur
Zat aktif melarut
zat aktif tersedia untuk di absorpsi
(ketersidaan farmeseutika)

Fase toksokinetik
Absorpsi

Deposisi

Biotransformasi

Distribusi
Eskresi
zat aktif tersedia untuk memberikan efek
(ketersidaan biologik)
terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

Fase toksodinamik
Efek Farmakologis

Efek Klinis
15

Fase Toksokinetik:

Efek Toksik
16

Fase Toksokinetik:

Absorpsi:

Proses pada fase ini dibagi:

pengambilan xenobiotika dari permukaan tubuh (disini


termasuk juga mukosa saluran cerna) atau dari tempattempat tertentu dalam organ dalaman ke aliran darah atau
sistem pembuluh limfe

invasi terdiri dari absorpsi, transpor, dan


distribusi,
evesi juga dikenal dengan eleminasi

Transpor dan distribusi


konveksi (transpor xenobiotika bersama peredaran darah),
difusi (difusi xenobiotika di dalam sel atau jaringan).

Eliminasi
semua proses yang dapat menyebabkan penurunan kadar
xenobiotika dalam sistem biologi / tubuh organisme,
proses tersebut reaksi biotransformasi dan ekskresi

17

18

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Toksokinetik:

Fase Toksokinetik:

Absorpsi

Secara umum toksokinetik menelaah


laju absorpsi xenobiotika dari tempat paparan
ke sistem peredaran darah,
distribusi di dalam tubuh,
bagaimana enzim tubuh memetabolismenya,
dari mana dan bagaimana tokson atau
metabolitnya dieliminasi dari dalam tubuh

ditandai oleh masuknya xenobiotika/tokson dari tempat


kontak (paparan) menuju sirkulasi sistemik tubuh atau
pembuluh limfe.
didefinisikan sebagai jumlah xenobiotika yang mencapai
sistem sirkululasi sistemik dalam bentuk tidak berubah
Absorpsi suatu xenobiotika tidak akan terjadi tanpa
suatu transpor melalui membran sel, demikian halnya
juga pada distribusi dan ekskresi

19

Fase Toksokinetik: Absorpsi

20

Fase Toksokinetik: Absorpsi


Transpor xenobiotika lewat membran sel.

Absorpsi suatu xenobiotika tidak akan


terjadi tanpa suatu transpor melalui
membran sel, demikian halnya juga pada
distribusi dan ekskresi.
Oleh sebab itu membran sel (membran
biologi) dalam absorpsi merupakan sawar
barier yaitu batas pemisah antara
lingkungan dalam dan luar

Penetrasi xenobiotika :
difusi pasif,
filtrasi lewat pori-pori
membran poren,
transpor dengan perantara
molekul
pengemban carrier,
pencaplokan oleh
sel pinositosis

21

Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel.

22

Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel.

Difusi pasif

Difusi pasif
proses transpor transmembran perbedaan
konsentrasi xenobiotika antar sisi membran dan
daya larutnya dalam lipid sebagai daya dorongnya
Laju difusi hukum difusi Fick

dQ DAK
(C )
=
dt
h

C
A
K
D
h
P

= perbedaan konsentrasi
= luas permukaan membran
= koefisien distribusi (partisi) xenobiotika
= koefisien difusinya
= tebal membran
= koefisien Partisi

23

Hubungan jumlah atom C dengan aktivitas anti-bakteri seri homolog n-alifatis


alkohol (R-OH), (disadur dari Siswandono, 2006)

24

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel. ;
difusi pasif

Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel ;


difusi pasif

Pengaruh konstanta disosiasi (pKa)

Senyawa yg sangat non polar?

terlebih dahulu harus


diperlarutkan atau
disolubilisasikan

Henderson-Hasselbalch: asam (HA)


rasio

solubilisasi senyawa
seperti ini dapat
berlangsung di usus
halus, terutama dengan
bantuan garam empedu

[HA ] =

[A ]

10

( pKa

pH

Basa

rasio =

[B ]

[BH ] = 10

( pKa pH )

warfarin (pKa = 4.8) pada pH cairan


biologis = pKa, 50% warfarin akan
berada dalam bentuk ionnya.
Jika pH lingkungan meningkat 5,8,
maka hanya sekitar 10% dari warfarin
yang berada dalam bentun non-ionnya

25

Fase Toksokinetik: Absorpsi Transpor xenobiotika lewat membran sel

26

Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel.

perantara melekul pengemban carrier

Filtrasi lewat pori-pori membran poren.


Membran sel umumnya memilika lubang dengan
ukuran yang bervariasi tergantung pada sifat
dari membran selnya
umumnya 4 dilewati oleh tokson yang relatif larut
air dengan BM < 200 Da
Pori memban kapiler dan glomerulus ginjal sekitar 70
dilewati oleh molekul-molekul dengan ukuran lebih
kecil dari albumin ( sekitar 50.000 Da)

27

Fase Toksokinetik: Absorpsi - Transpor xenobiotika lewat membran sel

28

Fase Toksokinetik: Absorpsi;

Rute absorpsi :

Pencaplokan oleh sel pinositosis

- Saluran pencernaan

Vena hepatika

29

30

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Toksokinetik: Absorpsi Rute absorpsi

Fase Toksokinetik: Absorpsi Rute absorpsi

- Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada laju absorpsi peroral

- Absorpsi xenobiotika melalui saluran napas (inhalasi)

Tempat utama bagi


absorpsi: alveoli paru-paru
bagi:

Faktor farmaseutika

gas (spt: CO, oksida nitrogen,


dan belerang oksida), dan
uap cairan (seperti benzen
dan karbon tetraklorida).

pH yang extrim
Enzim-enzim hidrolisis
Mikroflora usus
Metabolisme di dinding usus reaksi biokimia oleh enzim

Kapasitas absorpsi yang


tinggi (berkaitan dengan luasnya

katalisis sebelum mencapai venahepatika

Metabolisme di hati first pass effect


Makanan yang terdapat di lumen saluran cerna
P-Glykoprotein protein pompa pendorong bagi
beberapa xenobiotika untuk memasuki sistem sistemik

permukaan alveoli, laju aliran darah


yang cepat, dan dekatnya darah
dengan udara alveoli)

Tidak terdapat reaksi first


pass effect
31

Fase Toksokinetik: Absorpsi Rute absorpsi

Fase Toksokinetik:

- Absorpsi xenobiotika perkutan

absorpsi terjadi bila xenobiotika


dapat melintasi membran
epidermis dan dermis diserap
melalui

Lapisan tanduk
Epidermis
D E
R
M I S

Jaringan subkutan

32

- Distribusi
Setelah xenobiotika
mencapai sistem
peredahan darah, ia
bersama darah akan
diedarkan/ didistribusikan
ke seluruh tubuh, melalui
proses transpor:

folikel,
sel-sel keringan, atau
kelenjar sebasea

Tahap absorpsi
Fase I: difusi tokson lewat
epidermis melalui sawar (barier)
lapisan tanduk (stratum corneum).
Fase II: difusi tokson lewat dermis
yang mengandung medium difusi
yang berpori, nonselektif, dan cair

konveksi (transpor
xenobiotika bersama aliran
darah) dan
transmembran (transpor
xenobiotika melewati
membran biologis).

33

Fase Toksokinetik: Distribusi

Fase Toksokinetik: Distribusi


Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distribusi suatu xenobiotika

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses


distribusi suatu xenobiotika
faktor biologis:

Laju aliran darah


Organ

Prosen (%) dari


berat badan

Prosen (%) dari volum


jantung per menit

Laju aliran darah


(ml/min/100g organ)

Aliran darahnya bagus:

laju aliran darah di organ dan jaringan,


sifat membran biologis
perbedaan pH antara plasma dan jaringan

faktor sifat molekul xenobiotika

34

ukuran molekul
ikatan antara protein plasma dan protein jaringan
kelarutan
sifat kimia

Ginjal

0,5

20

400

Hati

2,8

28

85

Otak

2,0

12

54

Paru-paru

1,5

100

400

Jantung

0,5

84

Lambung dan usus saluran


pencernaan

2,8

24

70

Aliran darahnya kurang bagus:


Kulit

10

Otot-otot

40

23

18

2,1

Aliran darahnya jelek:


Jaringan Lemak
35

36

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Toksokinetik: Distribusi

Fase Toksokinetik: Distribusi

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distribusi suatu xenobiotika

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distribusi suatu xenobiotika

Sifat membran biologis

Sifat membran biologis

Struktur membran basal dapat dibedakan


menjadi:

Permeabilitas beberapa membran biologis (H Nau, 1994)

Membran lipid

kapiler yang sangat tertutup (contoh: barier sawar


darah otak)
kapiler yang berjendela, pada jendela ini terjadi
pertukaran cairan yang sangat intensiv, jarak jendela
dalam kapiler ini adalah tidak beraturan
(contoh:tubulus ginjal),
kapiler yang terbuka, tidak terdapat hubungan antar
sel-sel endotel, sehingga pada kapiler ini terdapat
lubang-lubang yang besar, yang dapat dilewati oleh
plasma darah (contoh: hati).

37

- barier sawar darah otak


darah liquor
darah otak

hanya xenobiotika lipofil, tidak terionisasi;


xenobitika polar akan terperfusi sangat
lambat atau sama sekali tidak

- lapisan lendir penanjang saluran pencernaan


- lapisan lendir di mulut
- tubulus ginjal
- kulit

Membran lipid dengan Poren


- darah hati
- hati empedu
- paru-paru
- plasenta
- darah kelenjar mamai
- kapilar-kapiler di kulit dan otot
- lapisan lendir (mata, hidung, kantung kemih)
- glomerulus ginjal (filtrasi)

xenobiotika lipofil dan hidrofil dapat lewat

38

Fase Toksokinetik: Distribusi

Fase Toksokinetik: Distribusi

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distribusi suatu xenobiotika

Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses distribusi suatu xenobiotika

Ikatan protein

Perbedaan pH antar plasma dan jaringan

Ikatan xenobiotika pada protein bersifat relatif


tidak khas dan merupakan ikatan bolak-balik
reversibel.
Albumin adalah protein plasma yang paling
banyak terlibat pada pembentukan ikatan pada
protein plasma
Ikatan protein membantu distribusi suatu
xenobiotika
Ikatan protein berpengaruh juga pada intensitas
kerja, lama kerja toksik dan eliminasi
xenobiotika dari dalam tubuh
39

40

Fase Toksokinetik: Eliminasi

Fase Toksokinetik:

Eleminasi

Biotransformasi

Proses eliminasi adalah proses hilangnya


xenobiotika dari dalam tubuh organisme

Reaksi biokimia yang terlibat dalam proses perubahan xenobiotika


menjadi turunan yang lebih nonpolar dengan tujuan xenobiotika
lebih mudah dieleminasi dari dalam tubuh organisme

biotransformsi (metabolisme)
eksresi melalui:

ginjal bersama urin


saluran pencernaan bersama feses
paru-paru
kelenjar keringat
kelenjar mamai

lebih lanjut akan dibahas lebih dalam dalam sub pokok bahasan

41

Biotransformasi

42

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Toksokinetik: Eliminasi

Fase Toksokinetik: Eliminasi

Ekskresi

Ekskresi melalui empedu


Melalui ginjal bersama urin
Ginjal sangat memegang
peranan penting dalam
mengekskresi baik
senyawa eksogen
(xenobiotika) maupun
seyawa endogen, yang
pada umumnya tidak
diperlukan lagi oleh tubuh
Proses utama ekskresi
renal:

ekskresi xenobiotika:
terutama polaritas yang tinggi
(anion dan kation),
kojugat terikat pada protein
plasma, dan
senyawa dengan BM > 300
Ekskresi senyawa tersebut
melalui empedu dikeluarkan
lewat feses

filtrasi glumerula,
sekresi aktif tubular, dan
resorpsi pasif tubular

43

Fase Toksokinetik: Eliminasi

44

Fase Toksokinetik:

Zat yang pada suhu


badan berbentuk gas
terutama diekskresikan
lewat paru-paru.
Cairan yang mudah
menguap juga mudah
keluar lewat udara
ekspirasi

Konsentrasi (g/ml)

Konsentrasi plasma

Ekskresi lewat paru-paru

2
1,6
1,2

0,8
0,4

0
0

120

240

360

480

600

720

Waktu (min)

Kurva konsentrasi toksikan dalam plasma setelah terpapar melalui oral

45

46

Kontak / Penggunaan

Fase eksposisi

Interaksi tokson-reseptor pada organ efektor (tempat kerja


spesifik) dan juga proses-proses
yang terkait dimana pada
Bentuk farmaseutik hancur
Zat aktif melarut
akhirnya timbul efek toksik
atau terapeutik

Fase Toksodinamik /
Farmakodinamik

zat aktif tersedia untuk di absorpsi

(ketersidaan farmeseutika)
Umumnya Interaksi reversibel
mengakibatkan perubahan

fungsional, efek akan hilang apabila tokson tereliminasi dari


Fase toksokinetik
tempat kerjanya

Absorpsi

Biotransformasi

Interaksi ireversibel contoh luka kimia


Deposisi

Distribusi
Eskresi
zat aktif tersedia untuk memberikan efek
(ketersidaan biologik)
terjadi interaksi
tokson - reseptor dalam organ
efektor

Fase toksodinamik
Efek Farmakologis

Efek Klinis
47

Efek Toksik
48

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Kerja Toksodinamik

Fase Kerja Toksodinamik

Resptor
Konsentrasi suatu tokson/obat pada
tempat kerja tempat sasaran umumnya
menentukan kekuatan efek biologi
(respon) yang dihasilkan

Paul Ehrlich, (1897) menduga bahwa


netralisasi toksin bakteri oleh antibodi
disebabkan oleh adanya rantai samping
pada antibodi itu.
Rantai samping akan berinteraksi dengan
racun tertentu, ia mencatat bahwa agen organ
sintetik tertentu memiliki efek antiparasitik
yang karakteristik sementara agen yang lain
tidak, meskipun struktur kimia mereka hanya
sedikit berbeda
49

Fase Kerja Toksodinamik

Fase Kerja Toksodinamik

Resptor
John N. Langley (1905) pertama
mengemukakan konsep reseptor.

50

Resptor
kali

Mengamati: efek nikotin dan kurare pada otot rangka


tidak berubah setelah saraf yang mensarafi otot
tersebut mengalami degenerasi
Kurare tidak mencegah kontraksi otot akibat
rangsangan listrik, tetapi benar-benar memblok
kontraksi yang disebabkan oleh nikotin.
Melalui penelitian ini disimpulkan bahwa racun tidak
berpengaruh pada protein kontraktil dalam otot,
melainkan pada zat-zat lain di otot yang dapat
disebut zat-reseptor.

Setelah tahun 70-an


pengertian bahwa interaksi biokimiawi antara zat-zat endogen
dan sel-sel tubuh hampir selalu berlangsung di tempat spesifik,
yaitu reseptor atau enzim
zat-zat pengatur kimiawi regulator endogen (norardrenalin,
serotonin, dopamin, dan lain-lain), masing-masing mempunyai
titik kerja spesifik di satu atau lebih organ. ( kunci-anak kunci)
Reseptor obat dapat didefinisikan sebagai suatu makromolekul
(biopolimer) jaringan sel hidup, mengandung gugus fungsional
atau atom-atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat
khas, dan dapat berinteraksi secara terpulihkan (reversibel)
dengan molekul obat yang mengandung gugus fungsional khas,
menghasilkan respons biologis tertentu.

51

52

Fase Kerja Toksodinamik

Fase Kerja Toksodinamik

Resptor

Resptor

Setelah tahun 70-an

Kegunaan dan konsekuensi praktis dari konsep


reseptor pada perkembangan obat dan
pengambilan keputusan terapeutik dalam
praktek klinik:

dimurnikan dan dikaraktersasikan secara biokimia, sehingga


dikenal sebagai

protein regulator,
enzim,
protein pembawa/, dan
protein struktural

Pada dasarnya reseptor menentukan hubungan


kuantitatif antara dosis atau konsentrasi obat dan
efek farmakologis
Reseptor bertanggung jawab pada selektivitas kerja
obat
Reseptor-reseptor menjembatani kerja antagonis
farmakologi

Perluasan konsep reseptor pada endokrinologi, imunologi, dan


biologi molekuler, terbukti penting untuk menerangkan banyak
aspek pengaturan biologis
Konsep ini membantu sekali perkembangan farmakologi,
terutama membentuk dasar dalam pemahaman kerja dan
penggunaan obat di klinik .

53

54

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Kerja Toksodinamik

Fase Kerja Toksodinamik

Interaksi obat-reseptor

Resptor
Tiga aspek fungsi reseptor obat:
sebagai determinan hubungan kuantitatif antara konsentrasi obat
dan respons reseptor dipandang sebagai suatu unit sederhana
yang ditandai oleh afinitasnya mengikat ligan-ligan obat dengan
jumlah berlimpah dalam sel atau jaringan target/sasaran.
sebagai protein regulator dan komponen penerus sinyal kimiawi
yang melengkapi target-target obat penting reseptor dianggap
sebagai molekul kompleks yang struktur dan fungsi biokimiawinya
membantu menjelaskan ciri utama hubungan efek-konsentrasi dan
juga selektivitas farmakologik
sebagai determinan utama terhadap efek terapeutik dan toksik pada
pasien dibahas peran penting yang dijalankan reseptor dalam
menentukan selektivitas kerja obat, hubungan antara dosis obat dan
efeknya, dan manfaat terapeutik obat (misal efektivitas terapeutik
versus toksisitas)

Prinsip kunci anak kunci


T

T R

Kemampuan ikatan ditentukan oleh afinitas obat terhadap


reseptor afinitas instrinsik
Fase utama pada pembentukan suatu
kompleks obat-reseptor (dari Mutschler)

55

Fase Kerja Toksodinamik

56

Fase Kerja Toksodinamik: Interaksi obat-reseptor

pendekatan mekanisme dasar sinyalisasi trans-membran

Interaksi obat-reseptor
Hasil interaksi obat-reseptor ini umumnya
merupakan efek yang dapat diamati atau
dirasakan
Interaksi ini menimbulkan sinyal yang
menjadi pesan interselular dalam
mengontrol fungsi sel

ligan (xenobiotika) larut


dalam lapisan ganda
lemak membran dan
melintasi membran dan
bekerja (berinteraksi)
dengan reseptor
intraselular
yang mungkin adalah enzim
atau pengatur transkripsi
gen
57

Fase Kerja Toksodinamik: Interaksi obat-reseptor

58

Fase Kerja Toksodinamik: Interaksi obat-reseptor

pendekatan mekanisme dasar sinyalisasi trans-membran

pendekatan mekanisme dasar sinyalisasi trans-membran

protein reseptor transmembran


yang aktivitas enzimatik
intraselulernya diatur secara
allosterical oleh ligan
(xenobiotika) yang terikat pada
tempat di domain entraseluler
protein

reseptor trasmembran yang


mengikat dan menstimulasi
protein kinase tirosin

sehingga mengaktifkan aktivitas


domain sitoplasmiknya

59

60

10

Bahan Pembelajaran: Mata Kuliah Toksikologi


Sub Pokok Bahasan: Kerja Toksik
Fase Kerja Toksodinamik: Interaksi obat-reseptor

Fase Kerja Toksodinamik

pendekatan mekanisme dasar sinyalisasi trans-membran

Interaksi obat-reseptor

kanal ion transmembran


yang ligand-gated, yaitu
kanal ion yang
pembukaan/penutupannya dapat diinduksi oleh
ligan yang terikat pada
reseptor kanal ion
tersebut

protein reseptor transmembran


yang menstimulasi transduktor
yang memberikan sinyal
setelah berikatan dengan GTP
(protein G) yang kemudian
menimbulkan pembawa pesan
kedua

61

Fase Kerja Toksodinamik

62

Fase Kerja Toksodinamik

Interaksi obat-reseptor

interaksi antagonis (menimbulkan efek yang


berlawanan menunjukkan kombinasi efek
lebih kecil daripada jumlah efek zat masingmasing
interaksi agonis (menimbul efek yang searah)

Dosis A

Interaksi obat-reseptor

Berdasarkan mekanisme munculnya efek


akibat interaksi obat-reseptor

e
d

c
ANTAGONISME

a
SINERGISME

b
Dosis B

63

Dapat dibedakan antara


sinergisme (kurve b:
kepekaan terhadap A akan
ditingkatkan oleh B) dan
antagonisme Kurve c
umumnya diberikan oleh
interaksi antagonisme
fungsional,
kurve d menunjukkan
antagonisme kompetitif,
dan
kurve e menggambarkan
antagonisme nonkompetitif
64

11

Anda mungkin juga menyukai