Anda di halaman 1dari 36

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014
TENTANG
PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN
BENIH DAN BIBIT TERNAK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa benih atau bibit yang diproduksi dan diedarkan harus
persyaratan mutu;
memenuhi
b. bahwa agar benih atau bibit yang diproduksi dan diedarkan memenuhi
persyaratan mutu perlu dilakukan pengawasan mulai dari produksi sampai
dengan peredarannya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan
Ternak, perlu mengatur Pengawasan Produksi dan Peredar an Benih dan
Bibit Ternak dengan Peraturan Menteri Pertanian;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
(Lembaran Negar a Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5015);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan
(Lembaran Negar a Tahun 1977 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3102);
5. Peraturan
6.
Peraturan
Nasional
Negara
Pemerintahan
Nomor
82,
Nomor
(Lembaran
Pemerintah
Pemerintah
Tambahan
Antara
Daerah
4020);Negara
Lembaran
Nomor
Pemerintah,
Kabupaten/Kota
Nomor
Tahun
38
102
Negara
Tahun
2000
Pemerintahan
Tahun
Nomor
(Lembaran
Nomor
2007
2000tentang
4737);
199,
tentang
Daerah
Negara
Tambahan
Pembagian
Standardisasi
Provinsi,
Tahun
Lembaran
2007
Urusan
dan

7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik


Hewan dan Perbibitan Ternak (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5260);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Peternak
(Lembaran Negara Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5391);
9. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II;
10. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
11. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 58/Permentan/ OT.140/8/2007 tentang
Pelaksanaan Sistem Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2012 tentang
Persyaratan Mutu Benih, Bibit Ternak, dan Sumber Daya Genetik Hewan
(Berita Negara Tahun 2012 Nomor 328);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG
PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN BENIH DAN BIBIT TERNAK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Benih Ternak yang selanjutnya disebut Benih adalah bahan reproduksi
ternak mani,
yang dapat
berupa
sel telur, telur tertunas, dan embrio.
2. Bibit Ternak yang selanjutnya disebut Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat
unggul dan
mewariskannya
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan.
3. Pengawasan Benih atau Bibit adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menjaga
terpenuhinya
persyaratan mutu benih atau bibit.
4. Produksi
Benih
atau
Bibit
adalah
kegiatan
menghasilkan
benih
dan/atau
bibit
Pejabatoleh
adalah
penuh
Peredaran
Sertifikasi
Pegawai
Fungsional
Benih
Benih
pejabat
Negeri
atau
atau
yang
Pengawas
Bibit
Bibit
Sipil
berwenang
adalah
adalah
yang
Bibit
diberi
serangkaian
Ternak
serangkaian
untuk
tugas,
melakukan
yangtanggung
kegiatan
kegiatan
selanjutnya
pengawasan
untuk
jawab,
untuk
disebut
penerbitan
menyalurkan
wewenang,
benih
Pengawas
dandan
ternak
di
dalam
negeri
melalui
pemuliaan,
dan/atau
pelepasan
rumpun
dan/atau
galur
baru.
5. bibit.
6.
7.
Bibitsecara
hak
bibit
benih
yang
sertifikat
ternak.
berasal
Ternak
atau
benih
bibit
dari
atau
produksi dalam negeri.

8. Sertifikat Benih atau Bibit adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh
lembagayang
sertifikasi
produk
telah terakreditasi atau ditunjuk Menteri, yang menyatakan benih
memenuhi
proses dan standar yang dipersyaratkan.
atau bibit telah
9. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi,
baik berbadan
hukum
maupun tidak berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan
dalam wilayah
Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang melakukan kegiatan produksi
dan/atau
edaran
benih
atauper
bibit.
10. Standar Nasional Indonesia yang selanjutnya disingkat SNI adalah
spesifikasi
atau termasuk tata cara dan metoda yang disusun ber
sesuatu
yangteknis
dibakukan
dasarkan
konsensus
semua pihak
yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan,
keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi,
serta
pengalaman,
perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk
manfaat yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
memperoleh
Nasional.
11. Persyaratan Teknis Minimal yang selanjutnya disingkat PTM adalah
batasan terendah
darisesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metoda
spesifikasi
teknis atau
yang disusun konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan
berdasarkan
syarat-syarat
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu
teknologi,
serta
pengetahuan
dan pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang
akan datang manfaat
untuk yang sebesar-besarnya yang ditetapkan oleh Menteri.
memperoleh
12. Kesehatan Hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan
hewan, pengobatan
pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan
penyakit hewan,
penolakan
penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan
hewan,
serta
keamanan pakan.
peralatan
kesehatan
13. Ternak Asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari Indonesia, dan
proses
domestikasinya terjadi di Indonesia.
14. Ternak Lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar
negeri yang telah di Indonesia sampai generasi kelima atau lebih yang
dikembangbiakkan
pada
telah lingkungan
beradaptasidan/atau manajemen setempat.
15. Dinas adalah satuan kerja perangkat daerah yang membidangi fungsi
peternakan
dan/atau
kesehatan hewan.
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai dasar bagi:
a. pelaku usaha dalam melakukan produksi dan peredaran benih atau bibit; dan
b. pengawas bibit ternak dalam melakukan pengawasan produksi dan peredaran
benih atau
bibit.
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
a. menjamin
benih atau
bibit
yangmemproduksi
diproduksi
memenuhi
melindungiagar
memberikan
konsumen
kepastian
dari
usaha
perolehan
dalam
benih atau atau
bibit
dandiedarkan
sesuai
mengedarkan
dengan
standar;
benih atau
standar
yang
ditetapkan
secara
berkesinambungan;
Ruang
a.
b.
b.
c.
pengawasan
lingkup
dan pengaturan
bibit.
produksi;dalam Peraturan Menteri
peredaran;
Pasal ini
3 meliputi:

c.
d.
e.

pengawas bibit ternak;


pelaporan; dan
ketentuan sanksi.
BAB II
PENGAWASAN PRODUKSI
Pasal 4

(1) Pengawasan produksi benih atau bibit di dalam negeri dilakukan pada unit
pembenihan atau
pembibitan.
(2) Pengawasan produksi benih atau bibit sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan
secara
berkala setiap
6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 5
Pengawasan benih atau bibit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan
mulai darisampai
prosesdengan hasil produksi.
produksi
Pasal 6
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilakukan secara preventif
dan represif.
Pasal 7
(1) Pengawasan secara preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
kesesuaian
proses produksi dalam menerapkan cara pembenihan atau
dilakukan terhadap
pembibitan
yang
baik
dengan
sistem
manajemen
mutu, dan kesesuaian hasil produksi benih atau bibit
dengan
SNI
atau
PTM.
(2) Tata cara pengawasan produksi benih atau bibit secara preventif
sebagaimana
pada
ayat (1) dimaksud
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
Peraturan
Menteri
terpisahkan
dari ini.
Pasal 8
(1) Pengawasan kesesuaian proses produksi benih sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
7 penilaian sumber benih dan penilaian pelaksanaan produksi
dilakukan
melalui
benih.
(2) Penilaian sumber benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap
dan
mutuperforma
genetik.
Penilaian pelaksanaan
Pengawasan
melalui
kesesuaian
penilaian
produksi
proses
penerapan
produksi
benih sebagaimana
pembibitan
bibit sebagaimana
dan
dimaksud
penilaian
dimaksud
pada ayat
dalam
(1)
(3) dilakukan
(1) bibit.
terhadap
dilakukan
Pasal
pelaksanaan
7 persiapan,
pemanenan
koleksi, pengelolaan, pengemasan,
Pasal 9
dan penyimpanan.

(2) Penilaian penerapan pembibitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukanproduksi,
terhadappengaturan perkawinan, data pencatatan/
rencana
recording , dan sistem
pemeliharaan.
(3) Penilaian pelaksanaan pemanenan bibit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan
terhadap
prosedur pelaksanaan panen dan kriteria bibit.
Pasal 10
Pengawasan represif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan
apabila diduga terhadap
terjadi persyaratan mutu benih atau bibit
penyimpangan
BAB III
PENGAWASAN PEREDARAN
Pasal 11
(1) Pengawasan benih atau bibit dalam peredaran dilakukan pada pos lalu lintas
ternak danbenih
unit atau bibit.
pengguna
(2) Pengawasan benih atau bibit dalam peredaran sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) setiap saat.
dilakukan
Pasal 12
Pengawasan benih atau bibit dalam peredaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 dilakukan
terhadap
kesesuaian melalui pemeriksaan:
a. dokumen, meliputi rekomendasi lalu lintas ternak, surat keterangan
surat
keterangan
kesehatan
hewan,layak
danbenih atau bibit atau sertifikat benih atau bibit;
b. kemasan dengan standar kemasan menurut jenis benih atau bibit;
c. alat angkut dengan standar pengangkutan, seperti fasilitas pengangkutan
dan penataannya
menurut
jenis benih atau bibit;
d. kondisi fisik benih atau bibit sampai dengan pengguna sesuai dengan SNI atau
PTM;dengan
dan benih atau bibit yang ada dalam kemasan.
e. label
Pasal 13
Tata cara pengawasan peredaran benih atau bibit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
12 Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
tercantum
dalam
Peraturan Menteri
ini.
BAB IV
PENGAWAS
BIBIT
TERNAK
Pengawasan
Pengawas
ternak
pusat,
bibit
produksi
pengawas
ternakdan
bibit
sebagaimana
peredaran
ternak
provinsi,
benih
dimaksud
atau
danbibit
pengawas
pada
dilakukan
ayat bibit
(1)oleh
terdiri
ternak
pengawas
atas
(1) kabupaten/kota.
(2)
bibit ternak.bibit
pengawas
Pasal 15
14

(1) Pengawas bibit ternak pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
diangkat dan oleh Menteri.
diberhentikan
(2) Pengawas bibit ternak provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
diberhentikan
diangkat dan oleh gubernur.
(3) Pengawas bibit ternak kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (2)
diangkat
dan diberhentikan oleh bupati/walikota.

Pasal 16
(1) Pengawas bibit ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 harus berasal
yang
membidangi
fungsi peternakan dan kesehatan hewan.
dari unit
kerja
(2) Syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian pengawas bibit ternak
sesuai dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
Dalam hal pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota
pengawas
bibit ternak, pengawasan produksi dan peredaran benih atau bibit di
belum memiliki
dilaksanakan
oleh pengawas bibit ternak Unit Pelaksana Teknis Pusat,
wilayahnya dapat
kabupaten/kota
provinsi atau terdekat berdasarkan permintaan dari pejabat berwenang
setempat.
Pasal 18
(1) Pengawas bibit ternak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 mempunyai
merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan kegiatan
tugas
atau
bibit. benih
pengawasan
(2) Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pelaporan sebagaimana
ayat
(1) sesuai
dimaksud
padaFormat-1, Format-2, Format-3a, Format-3b, Format-3c, dan
Format-4.
Pasal 19
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, pengawas
mempunyai
bibit ternak wewenang:
a.

memasuki lokasi unit pembenihan atau pembibitan, atau unit pengguna benih
dan
atau bibit;
b. mengusulkan penghentian sementara kegiatan produksi atau penarikan
atau
bibit yang
peredaran
benihtidak sesuai dengan persyaratan dan pencabutan izin usaha.
(2) Usul penghentian sementara kegiatan produksi atau penarikan peredaran
dimaksud pada ayat (1) huruf b disampaikan kepada gubernur atau
sebagaimana
Pengawas
Usul
bibit
pencabutan
ternaksesuai
sebagaimana
izin usaha sebagaimana
dimaksud dalam
dimaksud
Pasal 15,
pada
dalam
ayat (1) huruf b
dengan
kewenangannya.
bupati/walikota
(3) disampaikan
melaksanakan
dilengkapi:
kepada bupati/walikota
tugas harus sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 20

a. kartu tanda pengenal yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang sesuai
b. surat
tugasdan
dari pejabat yang berwenang sesuai Format-6.
Format-5;
BAB V
PELAPORAN
Pasal 21
(1) Pengawas bibit ternak yang melaksanakan tugas pengawasan wajib
menyampaikan
membuat dan laporan tertulis paling lama 7 ( tujuh) hari kalender setelah
pelaksanaan
pengawasan.
(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
oleh
bibit pengawas
ternak sesuai dengan kedudukannya kepada:
a.
b.
c.

kepala dinas kabupaten/kota dengan tembusan kepada bupati/ walikota, bagi


bibit ternak yang berkedudukan di kabupaten/kota;
pengawas
kepala dinas provinsi dengan tembusan kepada gubernur, bagi pengawas
bibit ternak
yang
berkedudukan di provinsi;
kepala dinas kabupaten/kota dan/atau kepala dinas provinsi dengan
tembusan kepada
bupati/walikota
dan/atau gubernur, bagi pengawas bibit ternak Unit
Pusat,
provinsi,
Pelaksana
Tekniskabupaten/kota terdekat yang ditugaskan berdasarkan
permintaan
dari setempat.
pejabat
berwenang

(3) Pengawas bibit ternak dalam menyampaikan laporan hasil pengawasan


sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) melampirkan berita acara hasil pengawasan sesuai
Format-7b.
Format-7a dan
BAB VI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 22
(1) Pelaku usaha yang melakukan kegiatan produksi atau peredaran benih atau
bibit tidak ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 12
memenuhi
dikenakan sanksi
administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan produksi dan/atau peredaran; atau
c. pencabutan izin usaha.
(3) a.
Pengenaan
sanksi
administratif
dimaksud
ayat
(2)
dilakukan
b. memberikan
melakukan
diterimanya
perbaikan
teguran
teguran
pertama,
tertulis
mutusebagaimana
benih
pembenih
pertama
kedua atau
apabila
kepada
atau
bibitdalam
pembibit
pembenih
yangpada
jangka
diproduksi
tidak
atau
waktu
melakukan
pembibit
atau
1 (satu)
dengan
cara
sebagai
berikut:
untuk
bulan
diedarkan
dengan
perbaikan
benih
sejak
segera
atau
SNI
mutu
bibit
sesuai
atauyang
PTM;
diproduksi atau diedarkan;

c. menghentikan sementara dari kegiatan produksi atau peredaran benih atau


bibitpembenih
apabila atau pembibit setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak diterimanya
kedua, tidak melakukan perbaikan mutu;
teguran
d. mengusulkan pencabutan izin usaha kepada penerbit izin apabila setelah
dikenakan
tindakan penghentian sementara dari kegiatan produksi atau peredaran benih
atau bibit
dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan, pembenih atau pembibit masih
memproduksi produk
atau yang tidak sesuai dengan SNI dan PTM.
mengedarkan
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan
penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Maret 2014
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 April 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 427

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK


INDONESIA
NOMOR : 42/Permentan/OT.140/3/2014
TANGGAL : 25 Maret 2014
TATA CARA PENGAWASAN PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
I. BENIH TERNAK
Pengawasan kesesuaian proses produksi benih dilakukan melalui penilaian
sumber
dan
penilaianbenih
pelaksanaan
pr oduksi benih.
A. Penilaian Sumber Benih
Pengawasan kesesuaian proses produksi benih melalui penilaian sumber benih
dilakukan
terhadap performa dan mutu genetik, dengan kegiatan:
1. Penilaian Performa Sumber Benih:
a. melihat dan memeriksa kesesuaian data performa sumber benih; dan
b. mengidentifikasi sumber benih berdasarkan rumpun atau galur.
2. Penilaian Mutu Genetik:
a. berdasarkan data produktivitas dan reproduktivitas tetuanya;
b. menganalisis sumber benih berdasarkan nilai pemuliaan; dan
c. menelusuri tingkat kekerabatan berdasarkan silsilah.
B. Penilaian Pelaksanaan Produksi Benih
Pengawasan kesesuaian proses produksi benih melalui pelaksanaan
produksi benih
disesuaikan
dengan jenis benih yang akan dinilai, dengan kegiatan:
Pemeriksaan kesesuaian
kesiapan alat,
tempat
bahan
benih
produksi,
dikoleksi
sumber
dan benih
ketepatan
dan kesesuaian
waktu
1. Penilaian
Persiapan
2.
3.
proses produksi
pelaksanaan
pengoleksian.
Koleksi
Pengelolaan
benih dengan Prosedur Operasional Standar (SOP).

a. Pemeriksaan kesesuaian kualitas dan kuantitas benih hasil koleksi dengan


standar,
dengan rincian sebagai berikut:
Semen Beku
Cara pengambilan dan pemeriksaan sampel semen beku, sebagai berikut:
1)
2)

Pengambilan sampel semen beku dilakukan secara acak, paling


kurang 2 dosis pada setiap kode batch.
Pemeriksaan sampel, dilakukan sesudah dicairkan ( post thawing)
dengan menggunakan mikroskop yakni:
a)
b)
c)
d)
e)
f)

semen beku dicairkan dalam air hangat 37 C selama 15 detik


atau air biasa selama 30 menit;
keringkan strawdengan kertas tissue/kapas bersih;
gunting satu dari kedua ujung dan bagian tengahnya straw
tetapi
tidak sampai putus;
teteskan semen pada obyek glasspada 2-3 tempat masing-masing
satu tetes;
tutup dengan cover glass ; dan
pemeriksaan dilakukan sekurang-kurangnya 5 (lima) lapang
pandang di bawah mikroskop pembesaran 20x10 atau 40-45x10,
dengan menggunakan meja pemanas ( warm plate
) pada suhu
37 C.

b) Cara penilaian semen beku dinyatakan dalam persentase sel spermatozoa


yang gerak maju (motil progresif) terhadap keseluruhan jumlah sel
spermatozoa dan gerak individu sperma (nilai Post Thawing Motility
minimal 40%).
2) Embrio Ternak
a. memeriksa embrio secara acak pada saat proses pr oduksi; dan
b. pengamatan penandaan, penyimpanan, dan pengiriman terhadap
kesesuaian dengan Standar.
3) Telur Tetas
Pengawasan telur tetas dilakukan terhadap:
a. telur tetas bibit induk harus mempunyai bobot minimal 55 gram untuk tipe
pedaging dan 53 gram untuk tipe petelur;
b. telur tetas bibit tetua tipe pedaging harus memiliki bobot minimal 50 gram
untuk galur jantan dan 53 gram untuk galur betina;
c. telur tetas bibit tetua tipe petelur harus memiliki bobot minimal 50 gram
untuk galur jantan dan 52 gram untuk galur betina;
d. telur tetas harus bersih, berbentuk normal, kualitas kerabang baik dan
warna seragam;
Pemeriksaan
kesesuaian
penilaian
prosesdengan
pengelolaan
benih dengan
e. pengiriman
telur tetas
dilakukan
menggunakan
kemasan karton
10
4. Penilaian
b. Prosedur
c.
Evaluasi
Operasional
f. pengemasan
telur
khusus
dicantumkan
kesesuaian
Standar
tetas
dengan
diseleksi,
lingkungan
(SOP).
tanggal
kapasitas
dihitung,
produksinya,
tempat
300 s/d
danproses
360
disusun
danper
pr
nama
boks;
oduksi.
sesuai
produsennya.
dan
nomor kandang/flok serta

a. Pemeriksaan kesesuaian kualitas dan kuantitas benih yang akan dikemas


dengan
standar.
b. Pemeriksaan kesesuaian kemasan dengan jenis benih:
1) Semen: memeriksa warna, ukuran, dosis, tanggal produksi, dan kode pejantan
pada kemasan;
2) Embrio: memeriksa warna, ukuran, dosis, tanggal produksi, kode pejantan,
dan kode donor pada kemasan; dan/atau
3) Telur tetas: bahan dasar kemasan, bentuk dan ukuran kemasan, ventilasi,
strain, jumlah per box, tanggal produksi, frekuensi pemakaian, labeling
, dan
warna label.
c. Pemeriksaan kesesuaian proses pengemasan benih dengan Prosedur
Operasional
Standar (SOP).
5. Penilaian Penyimpanan
a. Pemeriksaan kesesuaian tempat penyimpan:
1) Semen: temperatur, kelembaban ruangan, kontainer, kecukupan N2 cair,
penataan dan pemetaan straw.
2) Embrio: temperatur, kelembaban ruangan, kontainer, kecukupan N2 cair, dan
pemetaan straw.
3) Telur tetas: ber at sesuai tipe, bentuk, warna, temperatur, kelembaban ruangan,
egg tray .
b. Pemeriksaan kesesuaian proses penyimpanan dengan Prosedur Operasional
Standar (SOP).
II. BIBIT TERNAK
Pengawasan kesesuaian proses produksi bibit dilakukan melalui penilaian
penerapan
pembibitan dan penilaian pelaksanaan pemanenan bibit.
A. Penilaian Penerapan Pembibitan
Penilaian penerapan pembibitan dilakukan melalui:
1) Rencana produksi (target produksi per tahun)
2) Pengaturan perkawinan:
a.
b.
c.
d.

penggunaan pejantan (lamanya penggunaan pejantan dan rasio jantan: betina);


pengaturan breedatau rumpun (pemurnian atau persilangan);
sistem perkawinan (kawin alam atau IB); dan
transfer embrio.

3) Menganalisa data pencatatan bibit, sehingga bibit yang dihasilkan sesuai


standar:
a. Bibit Ruminansia

a) Kelahiran: tanggal, bobot lahir, jenis kelamin, kesesuaian rumpun warna


badan;
11
b. Bibit
1)
2)
3)
b) Umur
c)
dada,
Bobot
Pertumbuhan;
Produksi
Unggas
jenis
12,
sapih:
DOC/DOD/DOQ;
dan
18,
kelamin,
tanggal,
dan
berat24telur;
lingkar
bulan:
bobot badan,
bobot
dan volume
badan,
dan jenis
panjang
scrotum
kelamin;
badan,
. dantinggi gumba, lingkar

4)
5)
6)
7)

Umur pertama bertelur;


Fertilitas dan mortalitas telur;
Efisiensi pakan; dan
Jenis vaksin yang diberikan.

4) Sistem pemeliharaan, penilaian dilakukan terhadap kesesuaian


Practices(GBP).

Good Breeding

B. Penilaian Pelaksanaan Pemanenan Bibit


1. Dalam melaksanakan pemanenan bibit disesuaikan dengan prosedur tetap.
2. Penilaian kriteria bibit yang dihasilkan berdasarkan SNI atau PTM sesuai
rumpun
masing-masing, dengan tata cara sebagai berikut:
a. Bibit ruminansia, dengan tata cara sebagai berikut:
1) Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk penilaian terhadap sifat
kualitatif dan kuantitatif;
2) Penilaian sifat kualitatif terhadap warna bulu, bentuk tanduk, bentuk kepala,
dan bentuk tubuh; dan
3) Penilaian sifat kuantitatif terhadap berat badan, tinggi gumba, umur, lingkar
dada, lebar dada, panjang badan, dan lingkar scrotum (khusus jantan).
b. Bibit unggas (DOD/DOC/DOQ), dengan tata cara sebagai berikut:
1) Sampel Kelompok
Pengambilan dilakukan secara acak sebanyak 1% dari jumlah yang siap
diedarkan ( saleable chick) dan ditimbang serta dihitung jumlah
DOC/DOD/DOQ dalam setiap kemasan.
Cara menghitung berat rata-rata DOC/DOD/DOQ
Berat rata-rata DOC/DOD/DOQ-FS = (A-B) gram
C
A : berat kemasan sampel yang berisi DOC/DOD/DOQ.
B : berat rata-rata kemasan kosong.
C : jumlah DOC/DOD/DOQ -FS dalam kemasan.
2) Sampel Individu
Pengambilan DOC/DOD/DOQ sebanyak 10% dilakukan pada setiap kemasan
sampel kelompok yang telah diambil. Kemudian ditimbang dan diperiksa
kesehatan, fisik, kondisi kaki, pusar, perut, dubur, warna, kondisi bulu, dan
keseragaman bulu serta jaminan kematian sesuai standar.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO

12

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK


NOMOR
: 42/Permentan/OT.140/3/2014
INDONESIA
TANGGAL : 25 Maret 2014
TATA CARA PENGAWASAN PEREDARAN BENIH DAN BIBIT
Pengawasan peredaran benih atau bibit dilakukan melalui penilaian dokumen,
alat
angkut,
kondisi fisik.
kemasan
dandan
label,
A. Dokumen
Pengawasan peredaran benih atau bibit melalui penilaian dokumen, sebagai
berikut:
1. Penilaian Dokumen Administrasi:
a. menilai kelengkapan dan kebenaran dokumen produsen benih dan/atau bibit
perusahaan dan surat jalan); dan
(profil
b. memeriksa kesesuaian surat rekomendasi dari instansi yang berwenang
provinsi/kabupaten/kota/produsen benih atau bibit).
(dinas
2. Penilaian Dokumen Teknis:
Pengawasan
Memeriksa
menilai
peredaran
bahan,
kelengkapan
bentuk,
surat
benihketerangan
atau
dan
ukuran
bibit
kebenaran
dan
melalui
asal
volume
benih/bibit,
dokumen
penilaian
kemasan
produsen
kemasan
dan
sesuai
surat
dengan
dan
benih
keterangan
label,
atau bibit
a. rumpun/galur,
B. 2.
Kemasan
1.
sebagai
b. menilai
peruntukannya.
Memeriksa
(silsilah,
hewan);
kesehatan
berikut:
dan Label
spesifikasi
kesesuaian
dan
dan
sertifikat/surat
informasi pada
keterangan
label sesuai
layakdengan
benih atau
peruntukannya:
bibit.

13

a. semen: warna dan bentuk straw, ukuran, dosis, kode pejantan, nama pejantan, kode
batch (tahun dan nomor urut produksi), nama produsen, dan bangsa pejantan.
b. embrio: warna dan bentuk straw , ukuran, dosis, kode pejantan, nama pejantan, kode
batch (tahun dan nomor urut produksi), nama produsen, bangsa pejantan, dan kode
donor.
c. telur tetas: bahan dasar kemasan, bentuk dan ukuran kemasan,
strain , jumlah per
egg
tray, tanggal produksi, pencatuman label, dan warna label yang disesuaikan
ketentuan
denganyang berlaku.
d. DOC: jenis bahan dasar kemasan dan alas, bentuk, bagian kemasan, ukuran,
ventilasi, kapasitas, frekuensi pemakaian, kekuatan, strain
, dan pencantuman label
bobot,
(kapasitas, dimensi, berat kemasan kosong, jumlah maksimum tumpukan,
nama
produsen kemasan).
3. Memeriksa kesesuaian label dengan benih atau bibit yang ada dalam
C. kemasan.
Alat Angkut
Pengawasan peredaran benih atau bibit melalui alat angkut, sebagai berikut:
1. Memeriksa jenis angkutan yang dipergunakan (angkutan darat/laut/ udara);
2. Memeriksa kondisi alat angkut (kebersihan, ventilasi, kapasitas angkut,
tempat pakan dan minum, ketersediaan alat pengamanan/terpal/alat pemadam
ketersediaan
dan desain disesuaikan dengan jenis benih atau bibit); dan
kebakaran
3. Memeriksa tata cara penyusunan pengangkutan benih dan/atau bibit
(ketinggian
maksimal susunan, penataan ternak, dan menerapkan prinsip kesehatan dan
hewan).
kesejahteraan
D. Kondisi Fisik
Pengawasan peredaran benih atau bibit melalui kondisi fisik, sebagai berikut:
1. Benih
Pemeriksaan kesesuaian kondisi fisik sesuai dengan standar, dilakukan ter
yang
hadapdiambil
sampelsecar a acak dari alat angkut dengan jumlah proposional, sebagai
berikut:
a. Semen Beku
1) Cara pengambilan dan pemeriksaan sampel, sebagai berikut:
1) Pengambilan sampel dilakukan secara acak dari alat angkut, paling kurang 2
dosis pada setiap kode batch.
2) Pemeriksaan sampel dilakukan sesudah dicairkan ( post thawing
) dengan
menggunakan mikroskop yakni:
a) semen beku dicairkan dalam air hangat 37 C selama 15 detik atau air
biasa selama 30 menit;
b) keringkan strawdengan kertas tissue/kapas bersih;
c) gunting satu dari kedua ujung dan bagian tengahnya straw
tetapi tidak
sampai putus;
d) teteskan semen pada obyek glasspada 2-3 tempat masing-masing satu
tetes;
Penilaian
progresif)
dinyatakan
terhadap keseluruhan
dalam persentase
jumlahsel
selspermatozoa
spermatozoayang
sertagerak
gerak maju
e)
tutup
dengan
cover
glass
;
dan
2) Cara
(motil
sperma
individu
f)penilaian
pemeriksaan
bawah
menggunakan
(nilai Post
semen
mikroskop
Thawing
dilakukan
beku
meja pembesaran
pemanas
Motility
sekurang-kurangnya
minimal
(warm
20x10
plate)
40%).
atau
pada
540-45x10,
(lima)
suhu 37
lapang
dengan
C. pandang 14
di

b. Embrio
Pemeriksaan embrio yang diedarkan dilakukan secara acak dari alat angkut
melakukan pengamatan terhadap penandaan, penyimpanan, dan pengiriman
dengan
kesesuaian
terhadap dengan Standar.
c. Telur Tetas
Pemeriksaan kondisi telur tetas dilakukan terhadap:
a. telur tetas bibit induk harus mempunyai bobot minimal 55 gram untuk
pedaging dan 53 gram untuk tipe petelur;
tipe
b. telur tetas bibit tetua tipe pedaging harus memiliki bobot minimal 50 gram
galur jantan dan 53 gram untuk galur betina;
untuk
c. telur tetas bibit tetua tipe petelur harus memiliki bobot minimal 50 gram
galur
untukjantan dan 52 gram untuk galur betina;
d. telur tetas harus bersih, berbentuk normal, kualitas kerabang baik dan
warna
seragam;
e. pengiriman telur tetas dilakukan dengan menggunakan kemasan karton
khusus
dengan kapasitas 300 s/d 360 per boks; dan
f. telur tetas diseleksi, dihitung, dan disusun sesuai nomor kandang/flok serta
dicantumkan tanggal produksinya, dan nama produsennya.
2. Bibit
Pemeriksaan kondisi fisik sesuai dengan rumpun atau galur berdasarkan
SNI/PTM,
dilakukan terhadap sampel yang diambil secara acak dari alat angkut.
Penilaian kondisi fisik bibit yang diedarkan berdasarkan SNI atau PTM
masing-masing,
sesuai rumpun dengan tata cara sebagai berikut:
1) Bibit ruminansia
a) Pengambilan sampel dilakukan secara acak untuk penilaian terhadap sifat
kualitatif dan kuantitatif.
b) Penilaian sifat kualitatif terhadap warna bulu, bentuk tanduk, bentuk kepala,
dan
bentuk tubuh; dan
c) Penilaian sifat kuantitatif terhadap berat badan, tinggi gumba, umur, lingkar
lebar
dada, dada, panjang badan, lingkar scrotum (khusus jantan).
2) Bibit unggas (DOD/DOC/DOQ)
a) Sampel kelompok
Pengambilan dilakukan secara acak dari alat angkut sebanyak 1% dari
jumlah
yang siap diedarkan ( Saleable chick) dan ditimbang serta dihitung jumlah
DOC/DOD/DOQ dalam setiap kemasan.
Cara menghitung berat rata-rata DOC/DOD/DOQ
Berat rata-rata DOC/DOD/DOQ- FS = (A-B) gram
C
A
: berat kemasan
sampel
yang
berisi
DOC/DOD/DOQ
kelompok
kesehatan,
yang
fisik,telah
kondisi
diambil
kaki,
daripusar,
alat angkut.
perut, Kemudian
dubur, warna,
ditimbang
kondisi
danbulu,
B
:
berat
rata-rata
kemasan
kosong
b) dan
C jumlah
Sampel
Pengambilan
diperiksa
keseragaman
Individu
DOC/DOD/DOQ-FS
bulu
DOC/DOD/DOQ
serta jaminan kematian
dalam
sebanyak
kemasan.
sesuai
10% standar.
dari setiap kemasan sampel 15

MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUSWONO

Format-1
PERENCANAAN
Nama : ....................................
NIP : ....................................
Jabatan : ....................................
Instansi : ....................................

No Waktu
Pelaksanaan Lokasi Pengawasan Obyek Pengawasan Keterangan
Pengawas Bibit Ternak

Mengetahui,
Atasan
...................,
langsung ..................................

16

Nama:....................................
NIP:........................................

Nama:..................................
NIP:.....................................

17

Format-2
PELAKSANAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...............
NIP : ...............
Instansi : ...............
Nomor Surat Tugas : ...............
Telah melaksanakan pengawasan produksi dan/atau peredaran benih
dan/atau bibit pada:
1.
2.
3.
4.
5.

Lokasi pengawasan : ...............


Obyek pengawasan : ...............
Alamat pembenih/pembibit : ...............
Nama responden : ...............
Hari/Tanggal : ...............

Dengan hasil pengawasan tertuang dalam evaluasi dan berita acara terlampir.
............,.............
Pengawas Bibit Ternak

Nama..............
NIP..................

18

Format-3a
EVALUASI PRODUKSI BENIH
Nama pengawas : ..........
Waktu pelaksanaan : .......... s.d. ..........
1. Lokasi pengawasan : ..........
2. Obyek pengawasan : ..........
3. Alamat pembenih : ..........
4. Nama responden : ..........
5. Hari/Tanggal : ..........
Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Kesiapan Produksi
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak sesuai
1 Peralatan
2 Bahan
3 Sumber Benih
2. Koleksi Benih
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak sesuai
1 Lokasi
2 Waktu

3. Pengelolaan Benih
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak sesuai
1 Kualitas benih
2 Lingkungan
proses
produksi
3 Prosedur
operasional
baku
4. 21No
Pengemasan
Benih
Peruntukan
Persyaratan
Uraian
kemasan
Kesesuaian
Keterangan
Sesuai Tidak sesuai

19

5. Penyimpanan Benih
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak sesuai
1 Peruntukan
tempat
penyimpanan
2 Prosedur
operasional
penyimpanan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Telur tetas
Kesesuaian
N
o
1. Bentuk
2. Warna
3. Berat
4. Tunas

Uraian

Sesuai Tidak

Keterangan

b. Semen
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak
1 Motilitas
2 Derajat gerakan
individu
c. Embrio ternak
No Uraian Kesesuaian Keterangan
Sesuai Tidak
1 Bentuk
2 Blastomer dan
Zona pellucida
utuh
3 Blastomer hidup
dan utuh (min
50%)

...........................,
Pengawas
Bibit Ternak
NIP ..................................
..................................
Nama

20

Format-3b
EVALUASI PRODUKSI BIBIT
Nama pengawas : .........
Waktu pelaksanaan : ......... s.d. .........
1. Lokasi pengawasan : .........
2. Obyek pengawasan : .........
3. Alamat pembibit : .........
4. Nama responden : .........
5. Hari/Tanggal : .........
Pengawasan dilakukan terhadap:
1. Penerapan Pembibitan
Pelaksanaan
Dilakukan Tidak
Sesuai Tidak
sesuai

N
o Uraian

dilakukan

Keteranga
n

1 Rencana produksi
2 Pengaturan
perkawinan
3 Analisa data recording
performa bibit
4 Sistem pemeliharaan
sesuai prosedur
operasional baku
2. Pemanenan Bibit
No Uraian Kesesuaian Keterangan

Sesuai Tidak sesuai

1 Pelaksanaan panen
sesuai POB
2 Kriteria bibit sesuai
standar
3. Pemeriksaan Fisik Bibit Sapi/Kerbau/Kambing/Domba
a. Kualitatif
No
b. N
N
o Kuantitatif
Identita
No
s UmurRump
Berat
un

Warn
bada
a

Ambin
Punda
Tinggi
g

Tandu
Lingka
kr

Bentuk
panjan
Badan
gBada

Organ Pedigree
21
Reproduk
Lingkar
dada
si Ket.
Individu
al

s n k Skrotu

n
m

4. Pemeriksaan Fisik Babi


a.

Kualitatif
N
o

No
Identita
s

Pedigree
individua
l

Rumpu
n

Ambin
g

Warn
a

Bentu
k
badan

Bentu
k
telinga

ke
t

b. Kuantitatif
No No
Identitas Umur Berat badan

Litte
r
size

Jumlah
puting

Panjan
g
badan

Organ
Reproduk
si

Lingkar
scrotu
m

Ket

5. Pemeriksaan Fisik Kuda


a. Kualitatif
N
o

No
Identita
s

Rump
un

Warn
a

Ambin
g

Bentuk
Badan

Umur

Berat
bada
n

Tinggi
Punda
k

Lingka
r
Skrotu
m

Pedigree
Individual

b. Kuantitatif
N
o

No
Identita
s

panjan
gBada
n

Lingkar
dada Ket.

6. Pemeriksaan Fisik Bibit Unggas


a. Kesesuaian terhadap SNI
N
o

Jen
is /Strain
Rumpu
n

DOC/
DOD/
Berat
DOQ

War
na tubu
Bent
uk
h

Bent
paru
uk
h Dehidr
Tidak
asi

Tida
cacat
tubu
hk

Perut
kemb
tidak
ung

Pusa
rkerin
dubu
dan
gr

22
Pusar
tertut
up Ket

b. Pemeriksaan Contoh DOC/DOD/DOQ


Jumlah DOC/DOD/DOQ
Contoh Kelompok
No

Nomor
Kemasan
Contoh

Per
Kemasan
(ekor)

Barat Ratarata (gram)

Contoh Individu (ambil


10 ekor/kemasan)
Berat
Fisik dan
Sesuai
bulu sesuai
Standar
standar
(ekor)
(ekor)

1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
4 Jumlah
Keterangan: semua data ditulis dengan angka bulat
Kesimpulan:
1. Berat rata-rata (kolom 4)
a. Teringan (kolom 4, baris..)
b. Terberat (kolom 4, baris..)
2. Berat sesuai standar gram %
3. Kondisi fisik dan bulu sesuai standar
(kolom .)
4. Jaminan kematian Ada/Tidak*) =

gram
gram
gram

gram %

...........................................
Pengawas Bibit Ternak

Nama ..................................
NIP ..................................

23

Format-3c
EVALUASI PEREDARAN BENIH ATAU BIBIT
Nama pengawas : ........
Waktu pelaksanaan : ........ s.d. ........
1. Lokasi pengawasan : ........
2. Obyek pengawasan : ........
3. Alamat pembenih/pembibit : ........
4. Nama responden : ........
5. Hari/Tanggal : ........
Pengawasan dilakukan terhadap :
1.

Kelengkapan Dokumen:
No Jenis dokumen Kelengkapan Keterangan
1
2
3
4

Rekomendasi lalu lintas


Surat keterangan kesehatan
Surat keterangan dari pembibit asal
Sertifikat klasifikasi dan pedigree
individual

2.

Sarana Penyimpanan
Sesuai/tidak sesuai
.........
.........

3.

Kemasan
Sesuai/tidak sesuai
.........
.........

4.

Kondisi Alat Angkut


Sesuai/tidak sesuai
........
........

5.

Ada Tidak

Pemeriksaan Fisik Benih


a. Telur Tetas
Kualitatif dan Kuantitatif
No Uraian Kesesuaian Keterangan
1. Bentuk
2. Warna
3. Berat
4.Derajat
Tunas
b. Semen
21No
Motilitas
Uraian
individu
gerakan
Kesesuaian Keterangan

Sesuai Tidak

Sesuai Tidak

24

c. Embrio Ternak
No Uraian Kesesuaian Keterangan

Sesuai Tidak

1 Bentuk
2 Blastomer dan Zona
pellucida utuh
3 Blastomer hidup dan
utuh (min 50%)
6.

Pemeriksaan Fisik Bibit Sapi/Kerbau/Kambing/Domba


a. Kualitatif

No No
Identitas Rumpun Warna Ambing Tandu

OrganPedigree
Reproduks
Individu
i
al

Bentuk
Badan

b. Kuantitatif
No No
Identitas

7.

Umu
r

Berat
Bada
n

Tinggi
Punda
k

Lingkar
Skrotum

Panjan
gBadan

Lingka
r
Dada

Ket.

Pemeriksaan Fisik Babi


a. Kualitatif
No No
Identitas Rumpun Pedigree
Individual Ambing Warna Bentuk Badan

Bentuk
Telinga Ket

b. Kuantitatif
No No
Identitas Umur Berat Badan

Litter
size

8. a.Pemeriksaan
NoKualitatif
NoIdentitas
Fisik
Rumpun
Kuda Warna Ambing Bentuk

Jumlah
Puting

Badan

Panjang
Badan

Lingkar
scrotum Ket

25
Reproduksi
Organ Individual
Pedigree

b. Kuantitatif
No No
Identitas Umur Berat

9.

Tinggi
Pundak

badan

Lingkar
Skrotum

Panjang
Badan

Lingkar
Dada Ket.

Pemeriksaan Fisik Bibit Unggas


a. Kesesuaian terhadap SNI

N
o Jenis

Berat
DOC/
Warn
DOD
a
/DO
Q

Rumpu
n
/Strain

Bentu
k
tubuh

Bentu
k
paruh

Tidak
Dehidra
si

Tida
k
cacat
tubu
h

Perut
tidak
kembun
g

Pusa
r dan Pusa
dubu Ker
r tertutt
kerin up
g

b. Pemeriksaan Contoh DOC/DOD/DOQ


Jumlah DOC/DOD/DOQ
Contoh Kelompok
No

Nomor
Kemasan
Contoh

Per
Kemasan
(ekor)

Barat Ratarata (gram)

Contoh Individu (ambil


10 ekor/kemasan)
Berat
Fisik dan
Sesuai
bulu sesuai
Standar
standar
(ekor)
(ekor)

1 2 3 4 5 6
1.
2.
3.
.
15
16 Jumlah
Keterangan: semua data ditulis dengan angka bulat
Kesimpulan:
1. Berat rata-rata (kolom 4)
a. Teringan (kolom 4, baris..)
2. Jaminan
3.
4.
Berat
Kondisi
standar
b. Terberat
sesuai
kematian
fisik
(kolom
standar
(kolom
dan.)
Ada/Tidak*)
bulu
4,gram
baris..)
sesuai
% =

gram
gram
...........................................
gram %
-

26

Pengawas Bibit Ternak

Nama ..................................
NIP ..................................
Format-4
PELAPORAN
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.

Pendahuluan
Metode
Hasil Pelaksanaan
Pembahasan
Kesimpulan
Lampiran (Berita Acara dan Evaluasi)
...............................,
Pengawas Bibit Ternak
Nama .................................
NIP .................................

27

Format-5
KARTU TANDA PENGENAL PENGAWAS BIBIT TERNAK
9 cm
Logo Instansi

Nama Instansi

KARTU TANDA PENGENAL PENGAWAS BIBIT TERNAK


Nomor ........................

6 cm

Nama
: .........................................................
NIP
: .........................................................
Unit Kerja
: ..........................................................
Berlaku Hingga : ..........................................................
........., ............. 20...
Pejabat yang berwenang
Foto
2x3

Nama ................................
NIP. ..................................

Keterangan :
Ukuran : 9 x 6 cm
Warna dasar : Putih
Warna tulisan : Hitam
Halaman belakang : kosong

28

Format-6
KOP SURAT
SURAT TUGAS
Nomor:
Yang bertandatangan di bawah ini:
NAMA : .................................................................
NIP : .................................................................
JABATAN : .................................................................
INSTANSI : .................................................................
Dengan ini menugaskan kepada:
NAMA : .................................................................
NIP : .................................................................
JABATAN : .................................................................
INSTANSI : .................................................................
Untuk melaksanakan pengawasan produksi dan/atau peredaran benih/bibit
pada:
i.
Lokasi : UPT Pusat, Provinsi, Kab/Kota, perusahaan
pembenihan/pembibitan, kelompok pembenih/
pembibit, peternakan berskala kecil, perusahaan
peternakan, atau pos lalulintas ternak
ii.
Nama Instansi : ....................................................................
iii.
Alamat : ....................................................................
iv.
Obyek : ....................................................................
v.
Waktu Pelaksanaan : ....................................................................

*)

Surat penugasan ini berakhir setelah penyampaian laporan hasil


pengawasan
yang dilampiri berita acara pengawasan produksi atau peredaran benih
*)
dan/atau bibit.
Demikian surat penugasan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
..........................., ............
Yang menugaskan,

(.............................................)
*) coret yang tidak perlu

29

Format-7a
BERITA ACARA PENGAWASAN
PRODUKSI BENIH / BIBIT
Pada hari ini..........., tanggal.........., bulan..........tahun......, yang bertanda
tangan dibawah ini:
Nama Pengawas Bibit Ternak:
1. .......................................................................
NIP...........................................
2. .......................................................................
NIP...........................................
3. .......................................................................
NIP...........................................
4. .......................................................................
NIP...........................................
Instansi
: ...................................................
Surat Tugas
: ...................................................
Telah melaksanakan pengawasan benih dan/atau bibit ternak pada:
1. Lokasi pengawasan : ...................................................
2. Obyek pengawasan : ...................................................
3. Alamat pembenih/pembibit : ...................................................
4. Alamat Breeder Negara Asal : ...................................................
Dengan hasil pengawasan : ...................................................
1. Rumpun
:
2. Dokumentasi
:
No Jenis dokumen Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1. Ijin Usaha
2. Surat Keterangan
Kesehatan
3. Silsilah
4. Prosedur Pembibitan
3. Persyaratan Mutu
a. Benih Ternak
No Uraian
1 Telur--tetas
bentuk
warna
berat

Jumlah
sampel
yang
diperiksa
........
butir

Sesuai
Standar
........ butir

Tidak
sesuai
Standar
butir
........

Score
(%)

30

Semen
- motilitas
- derajat
gerakan
individu
3 Embrio ternak
- Bentuk
- Blastomer
dan Zona
pellucida
utuh
- Blastomer
hidup dan
utuh (min
50%)

........
dosis

.....
embrio

........ dosis
........ dosis

........
dosis
........
dosis

..... embrio
..... embrio

.....
embrio
.....
embrio

..... embrio
.....
embrio

b. Bibit Ternak
No

Uraian

A. Sapi/Kerbau/Kambing/Domba
1. Kualitatif
- Warna bulu
- Ambing
- Bentuk tanduk
- Bentuk tubuh
- Organ
reproduksi
2.
Kuantitatif
- - umur
- - berat badan
- - tinggi pundak
- - Lingkar dada
- - Panjang badan
- - lingkar scrotum
B. Babi
1. Kualitatif
- Ambing
- Warna tubuh
- Bentuk badan
- Bentuk telinga
C. Kuda
2. Kualitatif
1.
Kuantitatif
- Lingkar
Berat
Litter
Jumlah
Panjang
............ek
badan
size
puting
skrotum
badan

Jumlah
sampel
yang
diperiksa

Sesuai
Standar

Tidak
sesuai
Standar

Score
(%)

............ek
........
........
........
........
........

ek
ek
ek
ek
ek

........ ek
........ ek
........ ek
........ ek
........ ek

...........ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

........
........
........
........
........

........ ek
........ ek
........ ek
........ ek
........ ek

............ek

............ek

ek
ek
ek
ek
ek

31

Warna bulu
Ambing
Bentuk tubuh
Organ
reproduksi
2.
Kuantitatif
- umur
- berat badan
- - tinggi pundak
- - Lingkar dada
- - Panjang badan
- - lingkar scrotum
D. Unggas
1. Kualitatif
- Warna bulu
- Bentuk tubuh
- Bentuk paruh
2.

Kuantitatif
- berat badan

........ ek
........ ek
........
ek
........ ek

........ ek
........ ek
........ ek
........ ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

........ ek
........ ek
........
ek

........ ek
........ ek
........ ek

.......... ek

.......... ek

...........ek

............ek

...........ek

4. Kesimpulan
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
RResponden

Pengawas Bibit Ternak


1. ..........................................
2. ..........................................
3. ...........................................
4. ...........................................

........................
((Pembibit)
Mengetahui,
..........................
(Dinas )

Keterangan :
Format Berita Acara dimodifikasi dan diisi sesuai dengan komoditi yang
diawasi

32

33

Format-7b
BERITA ACARA PENGAWASAN
PEREDARAN BENIH ATAU BIBIT
Pada hari ini..........., tanggal.........., bulan..........tahun......, yang bertanda
tangan dibawah ini:
Nama Pengawas Bibit Ternak:
1. .........................................................................NIP................................
2. .........................................................................NIP................................
3. .........................................................................NIP................................
4. .........................................................................NIP................................
Instansi
: ........................................
Surat Tugas
: ........................................
Telah melaksanakan pengawasan benih dan/atau bibit ternak pada:
1. Lokasi pengawasan : ........................................
2. Obyek pengawasan : ........................................
3. Alamat pembenih/pembibit : ........................................
4. Alamat Breeder Negara Asal : ........................................
Dengan hasil pengawasan : ........................................
1. Rumpun
: ........................................
2. Dokumentasi
No Jenis dokumen Kelengkapan Keterangan
Ada Tidak
1 Rekomendasi lalu
lintas
2 Surat keterangan
kesehatan
3 Surat keterangan dari
pembibit asal
4 Sertifikat klasifikasi
dan pedigree
individual
3. Persyaratan Mutu
a. Benih Ternak
No Uraian
1 Telur tetas
- bentuk
- warna
2
-Semen
individu
motilitas
derajat
berat gerakan

Jumlah
sampel
yang
diperiksa
........
butir
........
dosis

Sesuai
Standar
........ butir
........ butir
........ dosis
butir

Tidak
sesuai
Standar
........
butir
butir
dosis
........

Score
(%)

34

dosis

3 Embrio ternak
- Bentuk
- Blastomer dan
Zona pellucida
utuh
- Blastomer hidup
dan utuh (min
50%)

.....
embrio

..... embrio
..... embrio

.....
embrio
.....
embrio

..... embrio
.....
embrio

b. Bibit Ternak
No

Uraian

A. Sapi/Kerbau/Kambing/Domba
1. Kualitatif
- Warna bulu
- Ambing
- Bentuk tanduk
- Bentuk tubuh
- Organ
reproduksi
2.
Kuantitatif
- - umur
- - berat badan
- - tinggi pundak
- - Lingkar dada
- - Panjang badan
- - lingkar scrotum
B. Babi
1. Kualitatif
- Ambing
- Warna tubuh
- Bentuk badan
- Bentuk telinga
2. Kuantitatif
- Berat badan
C. Kuda
1. Kualitatif
-- Lingkar
Litter
Jumlah
Panjang
Warna
Ambing
size
puting
bulu
skrotum
badan

Jumlah
sampel
yang
diperiksa

Sesuai
Standar

Tidak
sesuai
Standar

Score
(%)

............ek
........
........
........
........
........

ek
ek
ek
ek
ek

........ ek
........ ek
........ ek
........ ek
........ ek

...........ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

........
........
........
........

ek
ek
ek
ek

........ ek
........ ek
........ ek
........ ek

........ ek
........ ek

........ ek
........ ek

............ek

............ek
............ek

35

No

Uraian

- Bentuk tubuh
- Organ
reproduksi
2.
Kuantitatif
- umur
- berat badan
- - tinggi pundak
- - Lingkar dada
- - Panjang badan
- - lingkar scrotum
D. Unggas
1. Kualitatif
- Warna bulu
- Bentuk tubuh
- Bentuk paruh
2.

Kuantitatif
- berat badan

Jumlah
sampel
yang
diperiksa

Sesuai
Standar

Tidak
sesuai
Standar

........
ek
........ ek

........ ek
........ ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek
.......... ek

........ ek
........ ek
........
ek

........ ek
........ ek
........ ek

.......... ek

.......... ek

Score
(%)

...........ek

............ek

...........ek

4. Kesimpulan
...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
RResponden

Pengawas Bibit Ternak


1. ..........................................
2. ..........................................
3. ...........................................
4. ...........................................

........................
((Pembibit)
Mengetahui,
..........................
(Dinas )

Keterangan :
Format Berita Acara dimodifikasi dan diisi sesuai dengan komoditi yang
diawasi

36

Anda mungkin juga menyukai