Anda di halaman 1dari 9

SINOPSIS FILM LASKAR PELANGI

Sebuah adaptasi sinema dari novel fenomenal LASKAR PELANGI karya Andrea Hirata.
Hari pertama pembukaan kelas baru di sekolah SD Muhammadyah menjadi sangat menegangkan bagi
dua guru luar biasa, Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara), serta 9 orang murid yang
menunggu di sekolah yang terletak di desa Gantong, Belitong. Sebab kalau tidak mencapai 10 murid yang
mendaftar, sekolah akan ditutup.
Hari itu, Harun, seorang murid istimewa menyelamatkan mereka. Ke 10 murid yang kemudian diberi
nama Laskar Pelangi oleh Bu Muslimah, menjalin kisah yang tak terlupakan.
5 tahun bersama, Bu Mus, Pak Harfan dan ke 10 murid dengan keunikan dan keistimewaannya masing
masing, berjuang untuk terus bisa sekolah. Di antara berbagai tantangan berat dan tekanan untuk
menyerah, Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dan Mahar (Veris Yamarno) dengan bakat dan kecerdasannya
muncul sebagai pendorong semangat sekolah mereka.
Di tengah upaya untuk tetap mempertahankan sekolah, mereka kehilangan sosok yang mereka cintai.
Sanggupkah mereka bertahan menghadapi cobaan demi cobaan?
Film ini dipenuhi kisah tentang tantangan kalangan pinggiran, dan kisah penuh haru tentang perjuangan
hidup menggapai mimpi, serta keindahan persahabatan yang menyelamatkan hidup manusia, dengan latar
belakang sebuah pulau indah yang pernah menjadi salah satu pulau terkaya di Indonesia.

Tema Drama : Sosial


Nama Pemeran Drama:
(1.) Budi
(2.) Andi
(3.) Joni
Penokohan/karekter :
(1.) Berry sebagai Budi (pelajar)
(2.) Angga sebagai Andi (pelajar)
(3.) JoniJovan sebagai Joni (pengangguran)
Pada suatu hari, tepatnya jam 10 pagi Budi, Andi, dan Joni sedang berada halaman
rumah Joni. Mereka bertiga terlihat sedang berbincang-bincang membahas tentang
arah masa depan masing-masing.
Budi :
Ndi, entar kalau kamu udah lulus kuliah gimana? Mau langsung nyari kerja atau
gimana?

Andi :
Gue belum tau tuh, mestinya sih gue harus nyari kerja biar nggak minta duit ama
nyokap melulu.

Joni :
Bagus dong tu Ndi. Lagian untuk apa kamu kuliah kalo setelah lulus masih saja
menggantungkan diri ama keluarga.

Andi :
Ya. Na, terus kamu sendiri gimana Jon?

Urusan nyari kerja sih pasatinya udah dari dulu ada dibenak gue. Tapi, gue kan
nggak kayak loe. Gue nggak punya ijazah sarjana, SMA pun milai gue nggak bagus-

bagus amat, ya nggak heran kenapa ampe sekarang gue masih aja jadi
pengangguran.

Budi :
Iya, tapi ijazah tu kan nggak selalu menjadi batu sandungan Jon. Lagian banyak
juga mereka yang cuman lulusan SMA tapi bisa mendapatkan pekerjaan yang layak
dan bergaji mahal. Asal kamu mau terus berusaha secara maksimal, suatu saat
nanti pasti kamu tidak ngganggur lagi.

Andi :
Bener tu Jon. Keep spirit aja, terus berusaha dan jangan mudah nyerah. Suatu hari
nanti pasti kamu bisa dapetin kerja yang sesuai dengan kriteria kamu.

Joni :
Yup, thanks.

Andi :
Nah kalo loe Bud?

Budi :
Gue masih belum pasti.

Joni :
Belum pasti gimana Bud? Kamu masih mau lenjutin studi kamu ampe S2 ya?

Budi :
Ya itu dia, gue masih kepikiran untuk ngelanjutin kuliah ampe jenjang S2. Tapi, ya
gue masih mau lihat dulu sikonnya kedepan kaya apa.

Andi :
Ok deh, moga selalu yang terbaik aja buat kamu.
Budi :
Ya, semoga saja jalan gue terus dimudahkan oleh yang maha kuasa.

Satu jam kemudian Budi dan Andi terlihat beridiri dan beranjak meninggalkan
halaman rumah Joni. Budi dan Andi pun pamitan sama Joni.

Budi :
Ndi, udah mo siang nih. Pulang yuuuk!

Andi :
Iya, ayukk.

Budi :
Jon, gue pulan dulu ya udah mo siang. Ngobrolnya lanjutin esok lagi deh.

Joni :
Ok.

The End

Alam
Ku buka mata
Cahaya pagi menembus kaca jendela
Semerbak mawar merah dan putih merekah
Ku buka jendela
Ku hirup udara nan segar.
Melihat kabut tebal yang masih menyelimuti bumi
Setetes embun membasahi daun
Kicauan indah terdengar di telinga
Angin menembus halus menembus kulit
Ku lihat awan seputih melati
Dan langit sebiru lautan samudra
Kini ku siap menghadapi hari yang baru
Dan indahnya Bumi.
Puisi dari (Vino Tritambayong)

BOLOS SEKOLAH
Karya Ilham Afie Fadhlillah
Adzan Maghrib pun berkumandang. Fikri segera melaksanakan sholat maghrib berjamaah bersama
Ibunya. Setelah melaksanaka sholat maghrib ia meminta doa kepada Allah agar dia kelak saat
dewasa nanti menjadi orang shaleh dan menjadi orang yang sukses. Dia juga tidak lupa untuk
mendoakan ayahnya yang telah meinggal saat Fikri masih kecil. Karena sejak saat itu Ibunya Fikri
menjadi tulang punggung dengan bekerja sebagai Karyawan swasta di sebuah perusahaan
ternama.
Keesokan harinya, Fikri dan teman temannya berjanji untuk bermain sepak bola di lapangan
depan perumahan mereka. Ibu, Fikri izin bermain sepak bola dulu ya bu?. Izin Fikri kepada ibunya.
Iya, kamu boleh bermain sepak bola asalkan, sebelum maghrib sudah sampai di rumah. Jawab ibu
kepada Fikri. Iya, Fikri janji bu. sahut Fikri kepada ibunya. Fikri pun langsung pergi meninggalkan
rumah dengan mengendarai sepedanya menyusuri jalan perumahan yang basah karena hujan baru
saja mengguyur tempat itu.

Saat tiba di lapangan ternyata teman-teman Fikri sudah menunggunya sejak tadi. Itu dia si Fikri.
Kata Badu sambil menunjuk ke arah Fikri. Oh, iya itu dia baru datang. Kata Doni sambil melihat ke
arah Fikri. Fikri melihat teman-temannya dari kejauhan, Fikri berpikir pasti teman-temannya tak
sabar untuk bermain bola bersama dia. Maaf, aku telat sudah membuat kalian menunggu lama..
Kata Fikri minta maaf kepada temannya. Iya Fik, tidak apa-apa lagipula kita tidak buru-buru mau
bermain sepak bola. Sahut Badu kepada Fikri. Iya, benar kata Badu. Sahut Doni. Jadi kan kita
bermain sepak bola? tanya Fikri kepada teman-temannya. Jadi, ayo kita bermain sepak bola! seru
Doni kepada teman-temannya. Permainan pun berlansung dengan seru. Tiba-tiba Doni tidak
sengaja menyenggol kaki kanan Fikri sehingga dia terjatuh. Kamu tidak apa apa kan Fikri? tanya
doni sambil membantu Fikri untuk berdiri. Ng..Nggak apa-apa. Jawab Fikri sambil menahan rasa
sakit di kaki kanannya. Sudah lebih baik kita berhenti saja bermain bolanya. Kata Badu kepada
teman-temannya. Fik, bagaimana kalau aku mengantar kamu pulang?. tanya Doni kepada Fikri.
Iya, boleh jawab Fikri kepada Doni. Akhirnya permainan mereka pun selesai. Fikri diantar pulang
oleh Doni karena kaki kanan Fikri yang tidak bisa mengendarai sepeda sedangkan Badu pulang
sendiri ke rumahnya.

Sesampai tiba di depan rumah Fikri, dia langsung berterima kasih kepada Doni karena Doni telah
mengantarkan Fikri ke rumahnya. Don, maaf sudah membuat kamu repot mengantarkan aku ke
rumah. Permintaan maaf Fikri kepada Doni. tidak apa apa Fik lagipula kan aku sudah membuat
kaki kanan kamu terluka tadi saat bermain sepak bola seharusnya aku yang minta maaf bukan
kamu. Jawab Doni kepada Fikri. Iya aku sudah maafin kamu kok, terima kasih Fik sudah antar aku
ke rumah. Sahut Fikri. Iya, sudah ya Fik aku mau pulang ke rumah dulu nanti dimarahi oleh Ibu
kalau pulang setelah maghrib. Pamitnya kepada Fikri. Iya, hati-hati di jalan. Sahutnya
Fikri pun masuk rumah sambil menahan rasa sakit pada kaki kanannya. Assalamualaikum bu, Fikri
pulang. Salamnya sambil membuka pintu rumah. Wallaikumsalam, akhirnya kamu pulang juga ibu
sudah siapkan makanan buat makan malam. Jawab Ibu kepada Fikri. I..iya bu. Kata fikri sambil
menahan rasa sakit pada kakinya. Kaki kamu kenapa Fik? tanya Ibu kepada Fikri. Iya bu ini tadi
Doni tidak sengaja menyenggol kaki Fikri sampai aku terjatuh. Jawab Fikri kepada Ibunya. Oh, ya
sudah sana mandi setelah itu obati luka yang ada pada kakimu. Jawab Ibu kepada Fikri. Baik bu.
Sahut Fikri kepada ibunya.
Setelah Fikri melaksanakan Sholat maghrib ia pun langsung bergegas menuju ke ruang makan dan
menyantap makan malam itu. Fik, bagaimana masakan ibu enak tidak?. Tanya ibu kepada Fikri.
Alhamdulillah, enak bu. jawabnya. Oh iya Fik ibu punya hadiah buat kamu. Kata ibu. Hadiah apa
bu? tanya Fikri kepada ibunya. Ibunya segera mengeluarkan sebungkus kotak yang masih
terbungkus dengan rapih. Ini ibu membelikan kamu sebuah ponsel kebetulan ibu dapet rejeki hari
ini. kata Ibu sambil memberikan ponsel kepada Fikri. Terima kasih bu, Fikri berjanji setelah
dibelikan ponsel Fikri akan lebih giat lagi dalam belajar. Sahutnya. Bagus Fikri Ibu suka kalau
kamu akan lebih giat lagi setelah kamu diberikan ponsel baru.
Keesokan harinya saat Fikri tiba di sekolah, Kelas sudah mulai rame tidak seperti biasanya.
Suasana kelas bercampur aduk ada yang sedang mengobrol dan ada pula yang sedang bermain
ponsel dengan asiknya. Hai Fikri. Panggil Rio kepada Fikri teman sebangkunya. Fikri pun lansung
duduk disebelah Rio. Bel masuk pun telah berbunyi dan pelajaran pun akan dimulai. Pelajaran
pertama yaitu kimia oleh Bapak Widi. Beliau pun masuk lalu menyuruh ketua kelas untuk memimpin
doa. Saat pelajaran dimulai Rio hanya fokus kepada ponselnya saja. Rio,sstt Rio udah berhenti
main ponselnya. tegur Fikri kepada Rio dengan nada pelan. Kenapa?, tanggung ini lagi seru
mainnya. Jawab Rio. Nanti kamu kena marah sama pak guru. Tegur Fikri kepada Rio. Ternyata
diam-diam Pak Widi memperhatikan mereka yang sedang berbisik-bisik itu. Fikri dan Rio apa yang
sedang kalian bicarakan? Dari tadi kalian hanya berbicara saja. tegur Pak Widi kepada mereka
berdua. Nggh ini pak si Rio.. si Rio.. jawab Fikri dengan rag-ragu. Ada apa dengan Rio, Fikri?

potongnya. Si Fikri dari tadi tidak memperhatikan selama Bapak menjelaskan tadi. jawab Fikri.
Apa benar Rio kamu tidak memperhatikan pada saat Bapak menjelaskan di papan tulis tadi? tanya
Pak Widi kepada Rio. I..iya pak. jawab Rio dengan terbata-terbata. Tanpa pikir panjang Pak Widi
segera bergegas menuju tempat duduk mereka berdua. Coba keluarkan ponselmu. Tegur Pak Widi
kepada Rio dengan nada marah. B.. Baik ini pak. sahutnya Rio sambil megeluarkan ponsel dan
memberinya kepada Pak Widi. Pasti ponsel ini yang membuat kamu tidak memperhatikan Bapak
tadi, benar bukan? tanya Pak Widi, Iya pak. jawabnya dengan lesu dan menahan malu. Mulai
hari ini Bapak akan memegang sementara ponsel ini kalau kamu ingin ponsel ini kembali, temui
Bapak bersama orang tua kamu besok di ruang guru. kata Pak Widi dengan tegas. Pak Widi pun
langsung melanjutkan pelajaran hingga bel istirahat berbunyi
Bel istirahat pun berbunyi, Pelajaran Pak Widi pun selesai. Semua siswa keluar kelas untuk menuju
ke kantin. Tapi tidak dengan Rio dia hanya tertunduk lesu dan lemas mungkin karena ponsel dia
disita oleh Pak Widi. Kamu kenapa Rio dari tadi kok lemas? tanya Fikri. Iya, aku malu kalau
sampai besok orang tua aku harus menghadap Pak Widi apalagi masalahnya tentang ponsel tadi.
jawab Rio dengan nada agak kesal. Oh, soal tadi lagian kamu kenapa tidak mau dengar nasihat
aku tadi jadi ponsel kamu disita. jawab Fikri kepada Rio. Tadi itu aku sedang keasikan kirim pesan
sama teman lama aku. jawab Rio. Ya sudah kamu bilang aja ke orang tua kamu tentang masalah
ini secara baik-baik siapa tahu orang tua kamu bisa mengerti maksud kamu tanpa harus marahmarah. sahut Fikri. Tidak tahu lah , aku pusing mikirin soal masalah ini. jawab Rio sambil
meninggalkan Fikri. Bel masuk pun berbunyi, selama pelajaran berlangsung tampak dari muka Rio
yang murung karena memikirkan masalah yang tadi bagaimana dia harus memberitahu masalah itu
kepada orang tuanya karena kedua orang tua Rio bekerja di luar negeri bahkan saat pengambilan
hasil nilai semester lalu pun di wakilkan oleh bibinya. Bel pulang pun berbunyi Fikri lansung
bergegas pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, bel masuk pun sudah berbunyi tetapi Rio belum datang ke sekolah. tidak ada
yang tahu kabar Rio apakah dia sakit atau izin yang jelas Rio tidak datang ke sekolah hari ini. Saat
bel istirahat pun Pak Widi juga menanyakan kepada teman teman di kelas mengapa Rio tidak
datang sekolah padahal hari ini dia mempunyai janji untuk membawa orang tua Rio ke sekolah.
Akhirnya Fikri memutuskan untuk ke rumah Rio seusai pulang sekolah bersama Badu dan Doni.
Bel pulang pun telah berbunyi. Fikri,Badu dan Doni berniat untuk mengunjungi rumah Rio. Saat tiba
di rumah Rio, Fikri pun langsung menekan bel yang ada di depan pagar ruamah Rio.
Assalamualaikum, Rio! panggil Fikri dengan nada keras. Wallaikumsalam, eh ada Fikri,Badu dan
Doni. Ayo, silakan masuk! ajaknya Bibi kepada mereka. Terima kasih bi, tidak usah masuk takut

ngerepotin bibi. jawab Badu kepada Bibi. Sebenarnya ke datangan kami kesini untuk menanyakan
mengapa Rio tidak masuk ke sekolah hari ini, memang mengapa Rio tidak masuk ke sekolah hari
ini? tanya Doni kepada Bibi. Lho, bukannya hari ini Rio datang ke sekolah? jawab Bibi dengan
kaget. Tidak bi, seharian ini Rio tidak datang ke sekolah padahal Pak Widi menayakan kabar Rio.
jawab Fikri. Tadi pagi Rio sudah izin kepada bibi sambil mengenakan seragam sekolah. jawab Bibi.
Tapi kami tidak melihat Rio, bi padahal Rio sudah punya janji untuk menghadap Pak Widi bersama
orang tua. jawab Fikri. Rio, juga tidak cerita kepada bibi kalau hari ini dia dipanggil untuk
menghadapa Pak Widi bersama orang tua, memang ada apa dengan Rio? tanya Bibi kepada
mereka. Begini bi, pada saat pelajaran Pak Widi, Rio tidak memperhatikan dia hanya asik dengan
ponselnya sehinnga Rio ditegur dan dimarahi oleh Pak Widi serta beliau menyita ponsel milik Rio
karena itu ponsel milik akan di kembalikan apabila orng tuanya telah menghadap Pak Widi. Kata
Fikri menjelaskan masalah yang terjadi. Oh jadi begitu, itu si Rio baru pulang. jawab Bibi sambil
menujuk ke arah Rio. Maaf bi, Rio tidak meberitahukan masalah ini kepada bibi. kata Rio sambil
tertunduk lesu. Iya tidak apa apa lain kali kalau ada masalah seperti ini langsung bilang ke bibi.
Nasihat Bibi kepada Rio. Iya, benar kata Bibi, Rio. sahut Badu. Jadi besok kamu masuk ke
sekolah kan? tanya Fikri. Iya besok aku akan pergi ke sekolah jawab Rio. Bi, kami izin pamit
pulang dulu. Assalamualaikum. pamitnya Doni kepada Bibi Iya, wallaikumsalam hati-hati di jalan.
Mereka pun bertiga bergegas ke rumah masing masing sedangkan Bibi tetap melaporkan masalah
ini kepada kedua orang tua Rio.
Esok paginya. Bibi Rio yang menghadap Pak Widi karena kedua orang tua Rio tidak bisa datang ke
sekolah karena mereka masih ada urusan pekerjaan di luar negeri. Pak Widi pun mengembalikan
ponsel milik Rio dengan syarat dia harus berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi dan Rio
pun menerima janji itu.
-SELESAI-

Anda mungkin juga menyukai