Fasilitator :
Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kep.
Oleh
Kelompok 3/ A2
Asti Pratiwi
131511133069
Siti Lusiyanti
131511133073
131511133074
Ayu Rahmawati
131511133075
Alfian Gafar
131511133121
Nopen Trijatmiko
131511133123
Dewita Pramesti
131511133125
131511133126
Nia Istianah
131511133127
131511133128
Annisa Prabaningrum
131511133129
131511133130
131511133137
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah ELearning yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Motilitas
Usus dan Eliminasi Fekal (Sindrom Irritable Bowel) dengan baik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan bahasa dan sistematika yang
sederhana, sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.Dalam makalah
ilmiah ini, disajikan materi asuhan keperawatan dengan gangguan motilitas usus
dan eliminasi fekal dengan pendekatan praktik keperawatan yang kontemporer,
dan mendiskusikan seluruh cakupan asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan sindrom irritable bowel.
Atas tersusunnya makalah ini, kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Semoga makalah
ilmiah ini akan menambah wawasan kita bersama dan berkontribusi dalam
mengidentifikasi peran perawat dalam membantu klien dengan gangguan motilitas
usus dan eliminasi fekal (Sindrom Irritable Bowel).
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Sindrom irritable bowel atau Irritable Bowel Syndrome
(IBS)
dan
fisiologis
yang
mempengaruhi
regulasi
sistem
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar mengenai sindrom irritable bowel ?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom
irritable bowel ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah setelah
perkuliahan mahasiswa mampu memahami mengenai pencegahan
terhadap sindrom irritable bowel dan juga memahami asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan sindrom irritable bowel.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah setelah
perkulihan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, mengerti
dan mengidentifikasi tentang :
a) Definisi sindrom irritable bowel.
b) Klasifikasi sindrom irritable bowel.
c) Etiologi sindrom irritable bowel.
d) Patofisiologi sindrom irritable bowel.
e) Manifestasi klinis sindrom irritable bowel.
f) Pemeriksaan diagnostik sindrom irritable bowel.
g) Penatalaksanaan sindrom irritable bowel.
h) Komplikasi sindrom irritable bowel.
i) Web of Causation sindrom irritable bowel.
j) Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom irritable bowel
1.4
Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar nantinya sebagai
seorang perawat, mahasiswa mampu melakukan upaya promotif dan
preventif terhadap munculnya sindrom irritable bowel serta mampu
melakukan tindakan kuratif dan rehabilitatif pada klien dengan sindrom
irritable bowel.
Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Sindrom Iritable Bowel atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan
gangguan sistem gastrointestinal bersifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan perubahan kebiasaan
buang air besar. Penyakit ini didasari oleh perubahan psikologis dan fisiologis
yang mempengaruhi regulasi sistem gastrointestinal, persepsi viseral dan
integritas mukosa (Camilleri M, Chang L . Challenges to the therapeutic
pipeline for irritable bowel syndrome: end points and regulatory hurdles.
Gastroenterology., 2008;135:1877-91).
2.2 Klasifikasi
Menurut (Danny, 2014) klasifikasi Sindrom Iritable Bowel (IBS) antara lain :
1) IBS dengan diare (IBS-D)
Feses padat/bergumpal.
3) IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
2.3 Etiologi
IBS (Irritable bowel syndrome) merupakan penyakit yang terjadi akibat
beberapa penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Kemungkinan
penyebab irritable bowel syndrome, yaitu gangguan dimana terdapat
kumpulan gejala-gejala nyeri perut yang hilang lalu timbul, konstipasi atau
diare. Selain itu, gejala ini mungkin juga timbul karena adanya kanker kolon
(Dhiara dan Inggiani, 2012). Sedangkan untuk sebab sesungguhnya dari
sindrom ini belum diketahui. Namun berdasarkan beberapa kasus IBS yan
terjadi, faktor yang membawanya antara lain sebagai berikut :
1) Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman.
2) Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan
kolon, baik pada orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada
pusat rujukan memiliki gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas.
Pasien dengan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala tersebut. Ada atau
tidaknya riwayat abuse pada masa anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya)
dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Hal ini telah
diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang
berlebihan.
3) Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan.
Sementara itu, banyak pasien IBS percaya bahwa mereka memiliki beberapa
bentuk intoleransi makanan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG
efektif dalam menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, pasien
dengan diet eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada
mereka yang diet semu. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau
penyerapan nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat
yang berbeda dari mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan makan atau
minum yang berlebihan dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan pula dari
respon gastrocolic pada beberapa pasien dengan IBS karena kepekaan yang
meningkat, hal ini yang dapat mengakibatkan sakit perut, diare, sembelit
dan/atau konstipasi.
gangguan
motilitas,
sekresi
serta
hiperalgesia
sistem
2.4 Patofisiologi
IBS belum sepenuhnya dipahami, dapat disebabkan oleh berbagai faktor
meliputi diet, mutasi gen, faktor psikososial (streskronis), infeksi enterik, dan
sistem kekebalan tubuh. Respons stress akan mengaktivasi aksis hipotalamus
pituitari-adrenal (HPA) dan sistem autonom. Ansietas kronis akan
meningkatkan aktivitas amygdala untuk menstimulasi aksis HPA yang
menginduksi hiperalgesia visceral. Hipersensitivitas visceral merupakan salah
satu faktor utama yang mencetuskan gejala pada IBS dan berperan pada
patofisiologi IBS. Beberapa penelitian menunjukkan ketidakseimbangan
produksi faktor imunologi seperti T-Helper, IL-4, IL-6, dan IL-10 yang
meningkatkan kerentanan seseorang terhadap IBS pascainfeksi. Zuccheli et al
mengidentifikasi hubungan antara gen yang mengkode Tumor Necrosis
Factor (TNF) Super Family member 15 (TNFSF15) dan fenotipe IBS pada
populasi pasien di Swedia dan Amerika Serikat yang menunjukkan ada kaitan
kuat dengan IBS tipe konstipasi. Variasi genetik KLB (klotho-) berkaitan
dengan IBS-D dan percepatan transit feses di kolon.
10
2.5 WOC
Stress, Pola makan tidak benar, Virus,
Bakteri/Amoeba, Infeksi Enterik
Feses tidak dapat keluar dengan normal
Aktivasi asksis hipotalamus pituitaryadrenal (HPA) dan Sistem Autonom
Refluks peristaltik
Menekan lambung
Hipersensitivitas viseral
Mual, Muntah
Infeksi Gastrointestinal
dan kolon
meningkat
Ketidaknyamanan abdomen
hiperalgesiasistem gastrointestinal
menurun
11
Sembelit.
Sendawa.
Konstipasi
12
2.8 Penatalaksaan
1. Non Farmakologi
Target terapi IBS adalah mengurangi gejala sehingga meningkatkan
kualitas hidup pasien. Beberapa penelitian merekomendasikan perubahan
pola diet. Harus diperhatikan bahwa asupan makanan tertentu tidak
menyebabkan IBS, tetapi kontak makanan dengan jaringan gastrointestinal
akan menghasilkan reaksi imunologis, fisiologis, dan biokimia pada pasien
IBS (Vahedi dkk, 2010).
1) Management Pola Makan
Berikut ini rekomendasi pola makan berdasarkan beberapa panduan :
2) Psikososial
Anxietas dan depresi merupakan kondisi psikologis yang paling
sering ditemukan pada pasien IBS. Pemberian terapi perilaku dapat
dipertimbangkan pada pasien IBS dengan gejala stres. Hipnosis,
biofeedback, dan psikoterapi dapat membantu mengurangi tingkat
ansietas (Gholamrezaei, 2006). Terapi fisik seperti masase dan
13
14
6) Terapi Relaksasi
Banyak orang bias belajar untuk menenangkan diri melalui
meditasi,
pemanduan
citra,
pernapasan
dalam,
atau
1) Antispasmodik
Agen antikolinergik terbukti dapat mengurangi kram abdominal
yang terkait spasme intestinal. Agen ini lebih efektif sebagai
profilaksis nyeri perut akibat spasme. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat refleks gastrokolik. Biasanya diberikan 30 menit sebelum
makan agar mencapai konsentrasi optimum sebelum nyeri timbul.
2) Antidepresan
Antidepresan trisiklik (tricyclic antidepressant, TCA) dapat
digunakan sebagai terapi IBS karena efek hiperalgesianya. Pada pasien
IBS-D, penggunaan TCA imipramine memperlambat migrasi di
jejunum dan memberikan efek inhibisi motorik. SSRI paroxetine atau
fluoxetine mempercepat transit makanan orocaecal, sehingga sangat
berguna pada pasien dengan gejala utama konstipasi. Tinjauan
sistematik dan metaanalisis efikasi TCA dan SSRI pada terapi IBS
hasilnya efektif mengatasi gejala IBS (Gershon, 2004).
3) Probiotik
Mekanisme kerja probiotik pada IBS belum sepenuhnya diketahui.
Salah satu hipotesis menyatakan kerapatan epitel intestinal mencegah
bakteri patogen masuk ke celah intersel dan melakukan invasi;
produksi substansi antimikroba dapat mencegah invasi bakteri
patogenik; perubahan mikroflora intestinal dapat berdampak pada
fungsi motorik dan sekretorik intestinal; dan menjadi signal epitel
15
Kemungkinan mekanisme
kembung meliputi
masalah
gejala
kembung.
Antibotik
jangka
pendek
16
2.9 Komplikasi
Komplikasi Sindrom Iritable Bowel antara lain :
1) Inflammatory bowel disease.
2) Kanker kolorektal.
3) Divertikulitis.
4) Obstruksi mekanik pada usus halus atau kolon.
5) Infeksi usus.
6) Maldigesti dan malabsorbsi.
7) Endometriosis pada pasien yang mengalami nyeri saat menstruasi.
17
Bab III
Asuhan Keperawatan
18
Diagnosa
Domain
kenyamanan
Kelas
(5)
1:kenyamanan fisik
menunjukkan
(00132)
Nyeri
secara
konsisten
proses defekasi
b.d
faktor
secara
konsisten menunjukkan
d. Menggunakan
pengurangan
karakteristik,
kualitas,dan
nyeri
sebelum
mengobati pasien
b. Cek
perintah
pengobatan
tindakan
(nyeri)
tanpa
analgesic (5)
dan
(5)
analgesic
lokasi,
c. Menggunakan
pencegahan
a. Tentukan
keparahan
b. Menggambarkan
akut
nyeri
terkontrol (5)
sesudah
memberikan
narkotika
yang
19
pada
kebutuhan
dan
aktivitas
g. Lakukan
tindakan
mengurangi
analgesic
rasa
konstipasi)
kecemasan
(5820)
a. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
b. Jelaskan
semua
prosedur
sesuai
samping
(misalnya
marah 2. Pengurangan
c. Perawatan
efek
untuk
yang
mungkin
dengan
c. Berikan
informasi
factual
(1843)
a. Faktor-faktor penyebab dan
faktor yang berkontribusi (4-
klien
mengindentifikasi
banyak
atau
untuk
mengontrol
(4-5)
pengetahuan
atau
pengetahuan
sangat banyak
d. Sumber informasi terpercaya
20
situasi
pengetahuan
banyak
atau
pengetahuan
sangat
banyak
2.
Domain
Eliminasi
Kelas
Gastrotestinal
(5)
secara
konsisten
menunjukkan
(00013)
Diare
b. Mempertahankan
pola
b. Monitor
buang
air
besar
kram
termasuk
abdomen,
nyeri
abdomen,
ada
menunjukkan
dorongan
untuk
defekasi
b.d
(0430)
c. Merespon
keinginan
untuk
secara
(5)
dan
penggunaan
laksatif
d. Instruksikan pasien mengenai
pernah
menunjukkan
menunjukkan
f. Diare
tepat
frekuensi,
konsumsi sebelumnya
c. Monitor tanda dan gejala
Ketidaknyamanan
diare
d. Ajari
(2109)
pasien
menurunkan
kebutuhan
21
e. Bantu
stress,
pasien
cara
sesuai
untuk
stress
f. Monitor persiapan makanan
yang aman
intake/asupan
akurat
dan
catat
output
(pasien)
b. Monitor
makanan/cairan
c. Berkeringat
berlebihan
(5)
tidak ada
Kecemasan
(5820)
a. Jelaskan
semua
prosedur
yang
mungkin
situasi
yang
c. Intruksikan
kecemasan
output
yang
menggunakan
intake
dan
24jam
(5)
dalam
klien
untuk
teknik
relaksasi
normal
c. Berat badan (5) normal
d. Pusing (5) tidak ada
3.
Domain 2: Nutrisi
Kelas
(00002)
1:Makan
22
Ketidakseimbangan
nutrisi:kurang
dari
b. Asupan
asupan
(5)
sepenuhnya adekuat
vitamin
Ketidaknyamanan
(2109)
makanan,
nyeri
abdomen,
kram
menurunkan
kebutuhan
abdomen, diare
d. Ajari
pasien
e. Bantu
cara
stress,
sesuai
pasien
untuk
stress
f. Monitor persiapan makanan
a. Jaga
intake/asupan
akurat
4. Pengetahuan:
Diet
yang
yang
dan
dianjurkan
(5)
yang
catat
output
(pasien)
b. Monitor
Disarankan (1802)
a. Diet
yang aman
makanan/cairan
dan
intake
dan
cairan
(5)
diet
(5)
gizi
b. Tentukan apa yang menjadi
makanan
bagi
pasien
c. Atur diet yang diperlukan (
misalnya,
vitamin, serat)
23
(pasien)
preferensi
meningkatkan
kepatuhan
kemampuan
menambah
d. Anjurkan
pasien
terkait
berdasarkan
perkembangan
(misalnya,
untuk
mencegah
konstipasi
f. Monitor
terjadinya
kecenderungan
penurunan
dan
arahan,
bila
diperlukan
1:
Kenyamanan
fisik
(00132)
Nyeri
a. Menentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas,dan
b. Cek
akut
proses defekasi
b.d
Implementasi
1. Pemberian analgesic (2210)
perintah
meliputi,
obat,
pengobatan
dosis,
dan
mengobati pasien
b. Mengontrol
perintah
diresepkan
d. Mengevaluasi kemampuan
24
sesuai kebutuhan
sesudah
analgesic
memberikan
narkotika
pada
rute
dan
dan
e. Memonitori
sebelum
memberikan
f. Berikan
dosis
tanda
dan
vital
sesudah
analgesic
kebutuhan
yang
dapat
membantu
f. Memberikan
tindakan
mengurangi
efek
tidak biasanya
untuk
samping
relaksasi
memfasilitasi
pendekatan
yang
semua
kebutuhan
untuk
penurunan
nyeri
g. Melakukan tindakan untuk
mengurangi efek samping
prosedur
analgesic
konstipasi
lambung)
(misalnya
dan
informasi
factual
yang
memicu
kecemasan
kecemasan
(5820)
a. Menggunakan
yang
iritasi
pendekatan
tenang
dan
meyakinkan
b. Menjelaskan
semua
25
selama prosedur
c. Memberikan
factual
informasi
terkait
diagnosis,
klien
mengindentifikasi
situasi
untuk
tanda
non
verbal
dan
kecemasan
2.
2:Fungsi
Gastrotestinal
(0430)
(0430)
(00013)
Diare
Saluran
terakhir
b.d
kram
b. Monitor
buang
besar
nyeri
abdomen,
ada
konsistensi,
dorongan
untuk
tepat
c. Catat
frekuensi,
abdomen,
defekasi
termasuk
air
masalah
BAB
yang
termasuk
frekuensi,
bentuk,
sudah
d. Menginstruksikan
pasien
tepat
nutrisi 2. Manajemen diare (0460)
26
laksatif
sebelumnya,
b. Evaluasi
ada
konsumsi sebelumnya
b. Mengevaluasi
kandungan
sudah
konsumsi
sebelumnya
c. Memonitori
tanda
dan
gejala diare
e. Membantu
pasien
melakukan
untuk
teknik
penurunan stress
f. Memonitori
persiapan
Kecemasan
intake/asupan
(5820)
a. Jelaskan
di
semua
prosedur
(pasien)
b. Memonitori makanan/cairan
yang
memicu
kecemasan
c. Intruksikan
klien
untuk
Kecemasan
(5820)
a. Menjelaskan
semua
27
klien
situasi
klien
Domain 2: Nutrisi
Kelas
1:Makan
(00002)
kandungan
nutrisi
b. Mengevaluasi
kandungan
Ketidakseimbangan
nutrisi:kurang
konsumsi sebelumnya
sudah
dari
kurang
asupan
makanan,
nyeri
abdomen,
kram
abdomen, diare
di
konsumsi
sebelumnya
c. Memonitor tanda dan gejala
diare
kebutuhan
e. Membantu
pasien
melakukan
teknik
penurunan stress
f. Memonitori
untuk
persiapan
a. Menjaga
intake/asupan
(pasien)
b. Memonitor makanan/cairan
kemampuan
(pasien)
gizi
makanan
pasien
tepat
28
status
gizi
pasien
dan
kemampuan
serat)
kebutuhan gizi
b. Menentukan
apa
yang
berdasarkan
bagi pasien
perkembangan
(misalnya,
peningkatan
diet
makanan
serat
diperlukan
mencangkup
tinggi
untuk
kandungan
mencegah
konstipasi
f. Monitor
terjadinya
diet
(
yang
misalnya,
pasien
kecenderungan
penurunan
dan
c. Mengatur
arahan,
diperlukan
tertentu
berdasarkan perkembangan
(misalnya,
peningkatan
e. Memastikan
diet
mencangkup
makanan
tinggi
kandungan
serat
3.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuanyang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien sindrom iritabel bowel antara
lain :
29
Kasus
Anak F usia 4 tahun buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir,
terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata cowong,
perut terasa kembung, dan rewel. Anak F dibawa ke RSUD Dr. Sutomo Surabaya
dengan pada tanggal 9 November 2016 dan di rawat diruang Bona anak. Ibu anak
F mengatakan sudah 2 minggu belakangan ini anaknya susah makan, minum susu
juga tidak mau. Sebelum sakit anak F suka sekali makan snack kemasan yang
gurih, dan menangis jika tidak diberikan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu
37,2 C, nadi 100x/menit, RR 40x/menit. Pada Abdomen didapatkan bising usus
6x/menit, turgor > 3detik,. Anak F tampak rewel, sering menangis dan tidak mau
menyusu. Hasil pemeriksaan Lab tanggal 11 November 2016 didapatkan eritrosit
5,3 g/dl, leukosit 42,3 x103 ML, hematokrit 50,60%. Hasil pemeriksaan rontgen
kontras dan biopsi mukosa didapatkan bahwa anak F mengalami sindrom iritable
bowel
3.2.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
a. Nama
: Anak F
b. Usia
: 4 tahun
c. Jenis Kelamin
: Laki-laki
d. Agama
: Islam
e. Suku/ Bangsa
: Indonesia
f. Alamat asal
: Surabaya
g. Tanggal Masuk
: 9 November 2016
h. Tanggal Pengkajian
: 11 November 2016
30
i. Diagnosa Medis
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai
lendir, terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan
berkurang
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak F buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir,
terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata
cowong, perut terasa kembung, dan rewel. Ibu anak F mengatakan
sudah 2 minggu belakangan ini anaknya susah makan, minum susu
juga tidak mau.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak dijelaskan dalam kasus
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak dijelaskan dalam kasus
B. Pemeriksaan Fisik
1. TTV:
Suhu 37,2 OC, nadi 100x/menit, RR 40x/menit.
2. Breathing (B1)
RR 40x/menit (takipnea).
3. Blood (B2)
Nadi 100x/menit (normal).
4. Brain (B3)
Mata cowong.
5. Bladder (B4)
Normal.
6. Bowel (B5)
BAB kurang lebih 6x per hari disertai lendir, terdapat nyeri pada
perut bagian bawah, selera makan berkurang, perut terasa
kembung, pada abdomen didapatkan bising usus 6x/menit.
7. Bone (B6)
Turgor > 3detik.
31
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Eritrosit 5,3 g/dl
2. Leukosit 42,3 x103 ML
3. Hematokrit 50,60%
D. Analisa Data
No. Data
Etiologi
Masalah
Keperawatan
1.
DS:
Inflamasi usus
Klien BAB
6x per hari,
Peningkatan
disertai lender,
flora normal
perut
Reabsorpsi
kembung
cairan
DO:
menurun
Bising usus
6x/menit
BAB 6x per
Turgor > 3
hari
detik
Diare
TTV:
Suhu 37,2 C
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit
2.
DS:
Abnormalitas
Nyeri pada
frekuensi
perut bagian
defekasi
bawah
DO:
Inflamasi pada
Bising usus
usus besar
6x/menit
TTV:
32
Nyeri Kronis
Suhu 37,2 C
Nyeri abdomen
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit
3.
DS:
Ibu
anak
mengatakan sudah 2
minggu
ini
belakangan
anaknya
susah
Gangguan
Ketidakseimbangan
pada usus
Nutrisi: Kurang
dari kebutuhan
Anoreksia
tubuh
Intake
inadekuat
DO:
Bising usus
6x/menit
TTV:
Suhu 37,2 C
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit
3.2.2 Diagnosa
1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal (00013)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan agens pencedera (00133)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan (00002)
33
NOC
NIC
No.
Domain 3 : eleiminasi Eliminasi Usus
1.
pengeluaran feses
1. Warna feses normal
berbentuk
3. tidak ada suara bising
2. Bising
usus
besar terakhir
usus
termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk,
volume, dan warna
hiperaktif
12
: Tingkat Nyeri
1. Tidak merasa nyeri
Kenyamanan Kelas 1 :
2. Tidak menggosak
Kenyamanan fisik
area yang terkena
Nyeri kronis (00133)
34
Manajemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi,
Batasan karakteristik
1. Anoreksia
dampak
3. Tidak mengerang dan
2. Ekspresi nyeri
3. Laporan
perilaku
menangis
4. Tidak ada ekspresi
nyeri
nyeri di wajah
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas, dan faktor
pencetus
2. Evaluasi pengalaman
5. Tidak mengerinyit
6. Tidak kehilangan
nafsu makan
7. Dapat beristirahat
8. Frekuensi nafas
normal (anak-anak
20-30 x/menit)
lainya, mengenai
efektifitas tindakan
(80-90 x/menit)
pengontrolan nyeri
4. Ajarkan penggunaaan
teknik non farmakologi
(seperti relaksasi)
3.
Toleransi terhadap
makanan tidak
terganggu
2.
35
4. tawarkan kesempatan
mencium makanan untuk
menstimulasi nafsu makan
5. Tanyakan pasien apa
makanan yang disukai
untuk di pesan
3.
4.
5.
Konsistensi feses
normal
sesuai
6.
7.
8.
Hemaokrit normal
Manajemen Diare
1. Tentukan riwayat diare
2. Monitor tanda dan gejala
diare
3. Instruksikan anggota
keluarga untut mencatat
warna , volume, frekuesi,
dan konsistensi tinja
4. Instruksikan anggota
kelarga agar pasien diet
rendah serat,tinggi
protein,tinggi kalori, sesuai
kebutuhan
36
Hari/Tanggal/
Jam
No.
Implementasi
Evaluasi
Diag
nosa
Sabtu/ 12-111
Manajemen
Saluran S : Ibu klien mengatakan
16/ 09.00
anaknya BAB maksimal 3x
Cerna
1. Mencatat tanggal buang
air besar terakhir
2. Memonitor adanya diare
3. Memonitor buang air
besar termasuk
frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume, dan
warna
4. Memonitor bising usus
5. Melaporkan peningkatan
atau berkurangnya
bising usus
P : Intervensi di hentikan.
Manajemen Diare
1. Menentukan riwayat
diare
2. Memonitor tanda dan
gejala diare
3. Menginstruksikan
anggota keluarga untut
mencatat warna , volume,
frekuesi, dan konsistensi
tinja
Menginstruksikan
anggota
kelarga
pasien
diet
agar
rendah
serat,tinggi protein,tinggi
kalori, sesuai kebutuhan
2
Manajemen Nyeri
1. Melakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
37
Minggu/
13-
11-16/ 07.00
P : Intervensi dihentikan.
Pemberian Makanan
38
minum susu
O:
Klien
terlihat
sudah
mau
makan-makanan
Data biokimia : HB 16
g/dl, Leukosit 13,5 x103
ML,Hematokrit
eritrosit
40%,
4,2
sel/mm3
P : Intervensi dihentikan.
juta
Manajemen
Saluran
Cerna
1. Mencatat tanggal buang
air besar terakhir
2. Memonitor adanya diare
3. Memonitor buang air
besar termasuk
frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume, dan
warna
4. Memonitor bising usus
5. Melaporkan peningkatan
atau berkurangnya
bising usus
Manajemen Diare
1. Menentukan riwayat
diare
2. Memonitor tanda dan
gejala diare
3. Menginstruksikan
anggota keluarga untut
mencatat warna ,
volume, frekuesi, dan
konsistensi tinja
4. Menginstruksikan
anggota kelarga agar
pasien diet rendah
serat,tinggi
protein,tinggi kalori,
sesuai kebutuhan
39
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Sindrom irritable bowel atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan
gangguan sistem gastrointestinal bersifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan perubahan kebiasaan buang air
besar. Gejala klinik IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak nyaman di abdomen
dan perubahan pola buang air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan
konstipasi bergantian serta rasa kembung. Didiagnosis atas dasar gejala-gejala
yang khas tanpa adanya gejala alarm seperti penurunan berat badan, perdarahan
per rektal, demam atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang
sekarang tersedia tidak cukup
spesifik
untuk
sehingga diagnosis IBS ditegakkan atas dasar gejala-gejala yang khas tersebut.
Sebagai gejala tambahan pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala khas lain
meliputi perut kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi atau strining dan
perasaan evakuasi kotoran tidak lengkap. Setelah dilakukan implementasi pada
asuhan keperawatan, diharapkan di akhir sudah tidak ada bising usus, TTV
normal, Tidak ada tanda-tanda klien merasa kesakitan, Klien terlihat sudah mau
makan-makanan yang diberikan ibunya dan mau minum susu, dan data biokimia :
HB 16 g/dl, Leukosit 13,5 x103 ML,Hematokrit 40%, eritrosit 4,2 juta sel/mm3.
4.2 Saran
Diharapkan kepada perawat lebih paham pada penyakit gangguan motilitas
usus dan eliminasi fekal yaitu pada sindrom irritable bowel, beserta cara
pencegahan dan pengobatannya, sehingga dapat menjalankan asuhan keperawatan
untuk kesembuhan pasien. Perawat juga mampu lebih fokus dalam menjalankan
intervensi keperawatan pada pasien sindrom irritable bowel.
40
Daftar Pustaka
Anonim,
2010.
Irritable
bowel
syndrome.
Dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Irritable_bowel_syndrome#Causes diakses
pada tanggal 24 November 2016.
Ari Fahrial, ChaidirAulia, Dadang Makmunm Kaka Renaldi, Marcellus
Simadibrata, Murdani Abdullah, et al. Konsensus Penatalaksanaan
Irritable Bowel Syndrome di Indonesia. 2013.
Ayudhita, Dhiara dan Inggiani Tjuatja. 2012. Anda Dokter Keluarga Anda.
Jakarta: Penebar Plus+.
Camilleri M, Chang L . Challenges to the therapeutic pipeline for irritable bowel
syndrome: end points and regulatory hurdles. Gastroenterology.,
2008;135:1877-91.
Jacobus, D. J. 2014. Irriteble Bowel Syndrome (IBS) Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Jurnal Dokter Internship RSUD Dolopo dan
Puskesmas Kare. 41 (10), 727-732.
Jaya, Danny Jacobus. 2014. Irritable Bowel Syndrome (IBS)-Diagnosis dan
Penatalaksanaan. CDK-221/Vol. 41 no.10.
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/.../530
J.
Kedokteran
Universitas
Lampung
dalam
41