Ada yang membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, dan komputer
sistem TIK, dan proses bisnis. Sistem informasi yang berbeda dari teknologi
informasi dalam sistem informasi biasanya terlihat seperti memiliki komponen TIK.
Hal ini terutama berkaitan dengan tujuan pemanfaatan teknologi informasi. Sistem
informasi juga berbeda dari proses bisnis. Sistem informasi membantu untuk
mengontrol kinerja proses bisnis.[4]
Alter berpendapat untuk sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja.
Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia dan/atau mesin melakukan
pekerjaan dengan menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu
dan/atau jasa bagi pelanggan. Sistem informasi adalah suatu sistem kerja yang
kegiatannya ditujukan untuk pengolahan (menangkap, transmisi, menyimpan,
mengambil, memanipulasi dan menampilkan) informasi.[5]
Sistem informasi merupakan fokus utama dari studi untuk disiplin sistem informasi
dan organisasi informatika.[6]
Sistem informasi adalah kumpulandari sub-sub sistem baik phisik maupun non
phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara
harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang
berguna.[9]
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) ( bahasa Inggris: Hospital information systems, HIS) adalah
suatu proses pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia. Sistem
Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara
publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.SIRS ini merupakan penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang
disusun berdasarkan masukan dari tiap Direktorat dan Sekretariat dilingkungan Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan. Hal ini diperlukan agar dapat menunjang pemanfaatan data yang optimal
serta semakin meningkatnya kebutuhan data saat ini dan yang akan datang. [1].
Rumah sakit di Indonesia wajib melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua
kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit sebagaimana ketentuan dalam pasal 52 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit .
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan Informasi Public (KIP) maka
tersedianya data dan informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti
rumah sakit.
Berdasarkan SK Menkes No. 1410 Revisi V, Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (Sistem
Pelaporan Rumah Sakit) Revisi V, tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada sehinnga
perlu disesuaikan. Paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah peraturan ini
diundangkan. Dengan berlakunya peraturan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1410/MENKES/SK/X/2003 Revisi V , dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Agar setiap
orang mengetahui Peraturan ini, Pemerintah mengundangkan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan PERMENKES No. 1171 Tahun 2011, Pasal 1 (satu) ayat 1 (satu) Tentang
Sistem Informasi Rumah Sakit, yaitu Setiap rumah sakit wajib melaksanakan Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS).
Berdasarkan kesepakatan dengan Dinas Kesehatan RL (tahunan) dikirimkan mulai Januari
2012 untuk data tahun 2011 dan RL 5 (bulanan) dikirimkan mulai tahun berjalan.
Untuk dapat menggunakan aplikasi SIRS ONLINE , setiap rumah sakit wajib melakukan
registrasi pada Kementerian Kesehatan.
Registrasi digunakan untuk pencatatan data dasar rumah sakit pada Kementerian
Kesehatan untuk mendapatkan Nomor Identitas Rumah Sakit yang berlaku secara Nasional.
Registrasi dilakukan secara online pada situs resmi Direktorat Bina Upaya Kesehatan.
Pelaporan yang bersifat terbaru, setiap saat (updated), ditetapkan berdasarkan kebutuhan
informasi untuk pengembangan program dan kebijakan dalam bidang perumahsakitan.
Pelaporan yang bersifat periodic dilakukan 2(dua) kali dalam 1(satu)tahun yang terdiri dari
laporan tahunan dan rekapitulasi laporan bulanan (otomatis).
Direktorat Jenderal Bina Upaya kesehatan bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
SIRS di rumah sakit.
Pembinaan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan , dilakukan melalui bimbingan
teknis pelaksanaan SIRS kepada rumah sakit dan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota.
Dalam rangka pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan efektifitas pelaporan SIRS,
Direktorat Jenderal dapat memberikan penghargaan kepada rumah sakit maupun Dinas
Kesehatan Provinsi dan /atau Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota.
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi
dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS.
2.
Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan atau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggung-jawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi
cukup lengkap dan terpadu.
3.
Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4.
Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan.
5.
6.
7.
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_rumah_sakit