Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri farmasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan derajad keaehatan
pada masyarakat dengan menjamin ketersediaan obat yang aman, bermutu, dan
berkhasiat untuk pasien. Untuk mencapai hal teraebut, setiap industri farmasi
dalam memproduksi sediaan farmasi harus menerapkan Good Manufacturing
Practices (GMP) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam rangka
menjamin mutu, khasiat dan keamanan produk yang dihasilkan. CPOB merupakan
bagian dari Pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan
secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Dimana
untuk pemastian mutu obat, hendaklah obat dibuat dalam kondisi yang
dikendalikan, dikaji dan dipantau secara cermat (BPOM, 2012).
Pengkajian mutu produk secarq berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas, dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk
dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya
yang dikenal sebagai Pengkajian Produk Tahunan atau APR ( Annual Product
Review). APR dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu atau Quality Assurance (QA)
dan dibantu oleh bagian Pengawasan Mutu atau Quality Control (QC) serta bagian
produksi (BPOM, 2012).
PT. AstraZeneca-Cikrang Site merupakan industri farmasi yang melakukan proses
produksi sediaan farmasi berupa process repacking, redressing, dan repacking.
Secara berkala, seluruh bets produk yang telah diproduksi selama satu periode
tertentu harus dievaluasi untuk melihat tren kualitas produk tahunan. PT.
AstraZeneca-Cikarang Site melakukan pengkajian APR setiap 12 bulan dalam dua
periode Juni dan Desember. Pembuatan APR di PT. AstraZeneca-Cikarang Site
berada dibawah tanggung jawab departemen QA & SHe, khususnya Quality
Assurance (QA). Dalam laporan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di PT. AstraZeneca-Cikarang Site ini, akan diuraikan mengenai pembuatan dan
penyusunan APR 13 produk redress dan 4 produk repacking periode Juli 2015-Juni
2016.

1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah:

a. Mengetahui dan memahami tahapan menyusun laporan kajian mutu produk


tahunan (Annual Product Review) pada PT. AstraZeneca Indonesia Cikarang-Site.
b. Menyusun APR yang terdiri dari 13 produk redress dan 4 produk repacking
periode Juli 2015-Juni 2016.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunaannya
karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu "Kebijakan Mutu", yang memerlukan
partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkororasi Cara Pembuatan
Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini
hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
A. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya; dan
B. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengamtingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan)
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapka.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu (BPOM, 2012).
2.2 Pemastian Mutu
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara
tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang
dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah
dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan produk
(BPOM, 2012).
2.3 Pengkajian Mutu Produk (Product Quality Review)

Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk
dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya
dan hendaklah meliputi paling sedikit:
A. Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk produk,
terutama yang dipasok dari sumber baru
B. Kajian terhadap pengawasan selama-proses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi
C. Kajian terhadap semua bets yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dan investigasi yang dilakukan
D. Kajian terhadap semua penyimpangan atau ketidaksesuaian yang signifikan, dan
efektivitas hasil tindakan perbaikan dan pencegahan
E. Kajian terhadap semua perubahan yang dilakukan terhadap proses atau metode
analisis
F. Kajian terhadap variasi yang diajukan, disetujui, ditolak dari dokumen registasi
yang telah disetujui termasuk dokumen registrasi untuk produk ekspor
G. Kajian terhadap hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan
H. Kajian terhadap semua produk kembalian, keluhan dan penarikan obat yang
terkait dengan mutu produk, termasuk investigasi yang telah dilakukan
I. Kajian kelayakan terhadap tindakan perbaikan proses produk atau peralatan yang
sebelumnya
J. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan pendaftaran dan variasi persetujuan pendaftaran
K. Status kualitas peralatan dan sarana yang relevan misal sistem tata udara
(HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain.
L. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikannya selalu mutakhir
(BPOM, 2012 dan PIC/S, 2013).
Industri farmasi hendaklah melakukan evaluasi terhadap hasil kajian, dan suatu
penilaian hendaklah dibuat untuk menentukan apakah tindakan perbaikan dan
pencegahan ataupun validasi ulang hendaklah dilakukan. Alasan tindakan perbaikan
hendaklah didokumentasikan. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang telah

disetujui hendaklah diselesaikan secara efektif dan tepat waktu. Hendaklah tersedia
prosedur manajemen untuk manajemen yang sedang berlangsung dan pengkajian
aktivitas serta efektivitas prosedur tersebut yang diverifikasi pada saat inspeksi diri.
Bila dapat dibenarkan secara ilmiah, pengkajian mutu dapat dikelompokkan
menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk steril, dan lain-lain
(BPOM, 2012 dan PIC/S, 2013).
2.4 Annual Product Review (APR)
Annual Product Review (APR)/ pengkajian produk tahunan adalah evaluasi produk
jadi yang di produksi selama setahun merupakan verifikasi konsistensi proses,
pemenuhan spesifikasi, dan penyesuaian tren (perubahan) dengan tujuan
menentukan kebutuhan perubahan spesifikasi produk, perubahan terhadap proses
pembatan maupun pengujian (Kartikawati, 2015).
2.4.1 Annual Product Review (APR) PT. AstraZeneca Indonesia
Annual Product Review (APR) PT. AstraZeneca Indoesia (AZI) terdiri dari 15 bab
seperti yang tertera pada tabel 2.1 dengan penambahan lampiran 1 terkait bahanbahan yang digunakan, lampiran 2 tentang hasil pengujian dari bahan awal dan
bahan pengemas yang digunakan untuk produk tersebut, lampiran 3 terkait hasil
analisis pengujian selama proses pengemasan, lampiran 4 yaitu product review
produk ruahan/ bahan awal dari pemasok serta lampiran 5 berupa complaint report
untuk APR yang terdapat keluhan kualitas produk.
Penyusunan APR di PT.AZI diperbaharui setiap 12 bulan dalam 2 periode yaitu pada
bulan Juni dan Desember. Dalam penyusunan APR yang terbaru, APR PT.AZI terakhir
yang tersedia harus dijadikan sumber perbandingan. APR sebaiknya ditulis dalam
bahasa inggris sekurang-kurangnya pada bagian ringkasan dan judul dari setiap
bab, serta harus selesai dan disetujui paling lambat 3 bulan setelah hari terakhir
periode pengkajian. Nomor dokumen untuk APR adalah PRR-YYYY-CM dimana PRR
adalah Product Review Report, YYYY adalah tahun pembuatan laporan, dan CM
adalah kode produk PT. AZI.
Tabel 2.1 Bagian bab dalam APR:
1. Ringkasan dan kesimpulan
2. Kajian bets (disetujui atau ditolak)
3. Bets yang mengalami pengolahan/ pengerjaan ulang
4. Pemeriksaan ringkasan product review terbaru yang tersedia dari produk ruahan
atau produk sediaan jadi (tablet, kapsul, dan lainnya)
5. Bahan awal dan bahan pengemas
6. Data analisis

7. Kontrol perubahan
8. Data stabilitas
9. Deviasi/ penyimpangan
10. Penanganan keluhan kualitas produk
11. Penarikan kembali, stock recoveries, field alert
12. Sisa barang dan barang yang dikembalikan
13. Persetujuan QA (kontrak kerja sama dengan pemasok)
14. Status kualifikasi dari peralatan dan sarana yang relevan
15. Lainnya

Proses pembuatan hingga penerbitan product review pada AZI terdiri dari enam
tahap, yaitu:
1. Tahap pertama adalah membuka file template product review yang telah tersedia
dari AZI box (portal sharing-dokumen PT.AstraZeneca Indonesia-Cikarang Site).
2. Tahap kedua adalah penyiapan product review tahunan dilakukan oleh QA staff &
QC supervisor sehingga didapatkan rancangan laporan lengkap. Tahap kedua terdiri
dari empat langkah, antara lain:

Anda mungkin juga menyukai