ABSTRAK
Konsentrasi HCl dan konstanta ionisasi asam asetat ditentukan dengan dua metode
yaitu metode titrasi potensiometri dan metode titrasi konduktometri. Prinsip potensiometri
didasarkan pada pengukuran potensial listrik antara elektrode indikator dan elektrode yang
dicelupkan pada larutan. Pengukuran potensialnya dengan cara, pada elektrode indikator
digunakan elektrode standar sebagai pembanding yang mempunyai harga potensial tetap
selama pengukuran. Nilai konsentrasi HCl dan konstanta ionisasi asam asetat secara
potensiometri sebesar 0.0886 N dan 3,67x10-6. Prinsip pengukuran titrasi konduktometer
ialah pengukuran konduktans pada larutan yang ditambahkan titran dengan volume
tertentu. Nilai konsentrasi HCl dan konstanta ionisasi asam asetat secara konduktometri
sebesar 8,51x10-2 dan 0.007101. Hasil uji T dan uji F yang dilakukan diperoleh bahwa ada
perbedaan signifikan dari kedua metode tersebut.
Kata kunci: Asam asetat, HCl, Konduktometri, NaOH dan Potensiometri.
PENDAHULUAN
Potensiometri merupakan bagian dari teknik analisis elektrokimia dengan
pengukuran beda potensial dua elektroda yang tidak terpolarisasi pada arus yang
mendekati nol (Khopkar 2008). Potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial
listrik antara elektrode indikator dan elektrode pembanding yang dicelupkan pada larutan
sampel atau standar. Elektrode indikator merupakan elektrode yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan dan proses pemilihannya
berdasarkan jenis senyawa yang hendak ditentukan. Elektrode pembanding mempunyai
harga potensial yang tetap selama pengukuran (Gandjar dan Rohman 2007). Elektroda
indikator yang sering digunakan yaitu pH meter. Sensitivitas elektroda indikator terhadap
ion H+ dapat dimanfaatkan dalam menentukan konsentrasi dari suatu analit. Cara yang
digunakan melalui metode titrasi menggunakan titran yang sesuai dan menggunakan
elektroda indikator yang sesuai pula (Nurdin , Damayanti, Lede, Widiatmoko 2005).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Titrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekuivalen
suatu titrasi (Svehla 1990). Teknik konduktometri didasarkan pada pengukuran
konduktansi suatu larutan dengan menerapkan potensial AC pada dua elektroda dalam
larutan. Spesies ionik yang dihasilkan akan mengakibatkan peningkatan konduktansi
larutan. Larutan yang digunakan adalah larutan elektolit yang dapat menghantarkan arus
listrik (Mukhlas dan Yushardi 2012). Tujuan percobaan ini adalah menentukan konstanta
ionisasi asam asetat dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri.
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan yaitu gelas piala 250 mL, labu takar 50
mL, labu ukur 100 mL, labu erlenmeyer, pipet tetes, pipet volumetrik 10 mL, sudip,
batang pengaduk, kaca arloji, pengaduk magnet, hot plate stirer, buret, botol semprot,
potensiometer dan konduktometer .
Bahan-bahan yang digunakan yaitu larutan KCl standar, HCl 0,1 N, CH 3COOH
0,1 N, NaOH 0,1 N, asam oksalat 0,1 N dan akuades.
Prosedur
Standardisasi NaOH secara titrimetri
Sebanyak 10 mL asam oksalat 0,1 N dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Lalu
indikator PP dimasukkan sebanyak 5 tetes. Kemuadian dilakukan titrasi menggunakan
NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahanwarna dari tak berwarna menjadi merah muda
seulas. Titrasi dilakukan tiga kali pengulangan.
Standardisasi NaOH menggunakan metode potensiometri
Sebelum dilakukan standardisasi NaOH, pH meter dikalibrasi terlebih dahulu
menggunakan buffer pH 7 dan 4. Mode pH meter diatur menjadi mode pengukuran beda
potensial. Sebanyak 10 mL larutan asam oksalat dipipet dan dimasukkan ke dalam gelas
piala 250 mL. Larutan diencerkan dengan 90 mL akuades. Elektrode kaca kombinasi
dicelupkan dan pengaduk magnet dimasukkan ke dalam larutan, kemudian potensial
awalnya dibaca. Larutan dititrasi dengan NaOH yang telah disediakan dengan
penambahan NaOH sebesar 0,5 ml (1-9 ml), 0,1 ml (9-11 ml), dan 0,5 ml (11-18 ml).
Potensial dibaca setelah penambahan NaOH tersebut dan titrasi dilakukan dengan tiga
kali ulangan.
Titrasi HCl dengan NaOH tersandardisasi dengan metode potensiometri
Larutan HCl 0.1 N dipipet sebanyak 10 mL lalu dimasukkan ke dalam gelas piala
dan diencerkan dengan menambahkan akuades sebanyak 100 mL. Alat dipasang dan
elektroda dihubungkan dengan potensiometer, lalu alat tersebut diberi sumber arus listrik.
Titik nol dan besarnya potensial larutan ditetapkan dengan skala 0-100 mV. Larutan
tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH 0.1 N pada penambahan volume 1 mL (15mL), 0.5 mL (5-9 mL), dan 0.1 mL (9-11 mL). Potensial dibaca setelah penambahan
NaOH tersebut dan titrasi dilakukan dengan tiga kali ulangan.
Penentuan konstanta ionisasi asam asetat dengan metode potensiometri
Sebanyak 10 mL larutan CH3COOH dipipet dan dimasukkan ke dalam gelas piala
dan larutan diencerkan dengan 90 mL akuades. Elektrode kaca kombinasi dicelupkan dan
pengaduk magnet dimasukkan ke dalam larutan, kemudian potensial awalnya dibaca.
Larutan dititrasi dengan NaOH yang telah disediakan dengan penambahan NaOH sebesar
0.5 sampai dengan 20 mL. Potensial dibaca setelah penambahan NaOH tersebut dan
titrasi dilakukan dengan tiga kali ulangan.
Standardisasi NaOH secara konduktometri
Sebanyak 10 mL asam oksalat 0,1 N dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian
ditambahkan air destilata hingga volumenya 100 mL. Elektroda dicelupkan serta stirer
dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Kemudian konduktan awal larutan dibaca. Setelah
itu setiap penambahan 1 mL (0-5 mL), 0,5 mL (5-15 mL), dan 1 mL (15-20 mL).
Potensial dibaca setelah penambahan NaOH tersebut dan titrasi dilakukan dengan tiga
kali ulangan.
Titrasi HCl dengan NaOH secara konduktometri
Larutan HCl 0.1 N sebanyak 10 mL dimasukkan ke dalam gelas piala, kemudian
diencerkan dengan 100 mL akuades. Konduktan larutan diukur, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 0.1 N dengan penambahan volume titran 1 mL (1-5 mL), 0.5 mL (5-15
mL), dan 1 mL (15-20 mL). Potensial dibaca setelah penambahan NaOH tersebut dan
titrasi dilakukan dengan tiga kali ulangan.
Penentuan konstanta ionisasi asam asetat secara konduktometri
Sebanyak 10 mL asam asetat 0,1 N dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian
ditambahkan air destilata hingga volumenya 100 mL. Elektroda dicelupkan serta stirer
dimasukkan ke dalam larutan tersebut. Kemudian konduktan awal larutan dibaca. Setelah
itu setiap penambahan 0,5 mL (0-20 mL). Potensial dibaca setelah penambahan NaOH
tersebut dan titrasi dilakukan dengan tiga kali ulangan.
PEMBAHASAN
Konsentrasi HCl dan tetapan ionisasi asam asetat ditentukan menggunakan dua
metode yaitu titrasi potensiometri dan titrasi konduktometri. Metode pertama yaitu
potensiometri dapat digunakan untuk titrasi asam atau basa bervalensi banyak, tetapi
hanya dapat dilakukan untuk masing-masing senyawa jika harga pKa atau pKb berbeda
minimal dua satuan (Widjaja 2008). Saat melakukan potensiometri alat yang digunakan
yaitu pH meter. Pertama-tama mengkalibrasi pH meter dengan buffer 7 dan 4. Buffer 4
dipilih karena larutan yang akan diukur merupakan larutan yang bersifat asam yaitu asam
oksalat dan asam asetat. Konsentrasi HCl ditentukan dengan melakukan titrasi dengan
NaOH dan sebelum dilakukan titrasi, NaOH harus distandarisasi terlebih dahulu
menggunakan larutan asam oksalat 0,1 N. Standardisasi NaOH bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi pasti dari NaOH karena NaOH bersifat higroskopis atau mudah
mengikat uap air dan air sehingga jika dibiarkan terlalu lama maka konsentrasinya akan
berubah. Standardisasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan yang dihasilkan (lampiran
pada tabel 5) rerata konsentrasi NaOH sebesar 0,1065 N dan standar devisasi sebesar
3,02 x 10-3 yang artiya memiliki ketelitian sebesar 97,16%. Metode titrimetri
memanfaatkan titik akhir ketika titran dan titran tepat saling menghabiskan. Rata-rata
konsentarsi NaOH dengan metode titirimetri (lampiran tabel 1) sebesar 0.1049 N dan
standar deviasi sebesar 6.35 x 10 -4 yang memiliki ketelitian sebesar 99.39%. Metode
titrimetri tidak bisa memanfaatkan TE karena perubahan warna TE yang susah untuk
diamati.
NaOH yang sudah distandarisasi digunakan sebagai titran dalam titrasi dengan
HCl. Potensial larutan diukur dengan penambahan NaOH sebesar 1 mL (0-5 mL), 0,5 mL
(5-9 mL), dan 0,1 mL (9-11 mL). Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan yang
dihasilkan (lampiran pada tabel 9) yaitu rerata konsentrasi HCl sebesar 0.0886 N dan
standar deviasi sebesar
0 yang memiliki ketelitian sebesar 100%. Titik ekuivalen
didapatkan saat nilai E memiliki nilai terbesar. Penentuan konstanta asam lemah
dilakukan melalui titrasi asam asetat dengan NaOH yang sudah distandarisasi
sebelumnya. Potensial larutan diukur tiap penambahan NaOH sebesar 0,5 mL (0-20 mL).
Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali ulangan. Volume NaOH pada titik ekuivalen untuk
ketiga ulangan didapat pada penambahan 9,5 mL NaOH dengan slope masing-masing
ulangan 1, 2 dan 3 berturut-turut -4x10-6, -5x10-6 dan -2x10-6 sehingga didapatkan
konstanta ionisasi asam asetat rata-rata (lampiran pada tabel 15) sebesar 3.67x10-6 dan
standar deviasi sebesar 1.53x10-6 yang artinya ketelitian yang didapatkan sebesar 58.31%.
Nilai konstanta asam asetat yang didapat berbeda dengan literatur. Konstanta asam asetat
sebesar 1,8 10-5 (Nurliana, Yuda, Jamin, Ferasyi, Isa, Darmawi 2015).
Metode kedua yaitu titrasi konduktometri. Percobaan dilakukan dengan mengukur
daya hantar listrik (konduktansi) suatu larutan. Sebelum digunakan, alat dikalibrasi
terlebih dahulu menggunakan larutan KCl. Pada metode ini juga dilakukan standarisasi
NaOH dengan asam oksalat sehingga didapatkan (lampiran pada tabel 17) rata-rata
konsentrasi NaOH sebesar 0.0896 N dan standar deviasi sebesar 0.0044 yang memiliki
ketelitian sebesar 95.04 . Metode ini didasarkan terhadap pengukuran konduktans suatu
larutan asam kuat (HCl) atau lemah (CH3COOH) yang ditambahkan titran NaOH pada
volume tertentu. Larutan yang ditambahkan NaOH pada percobaan akan semakin bersifat
basa dan nilai potensialnya akan semakin tinggi, sedangkan nilai konduktans semakin
kecil. NaOH yang sudah distandarisasi sebelumnya digunakan sebagai titran dalam titrasi
HCl. Nilai konduktans dihitung setiap penambahan 0,5 mL (0-20 mL) NaOH. Titrasi
dilakukan sebanyak tiga kali ulangan yang dihasilkan (lampiran pada tabel 19)
konsentrasi HCl rerata sebesar 8.51 x 10 -2 N dan standar deviasi sebesar 0 yang artinya
ketelitian bernilai sebesar 100%.. Penentuan konstanta asam lemah dilakukan melalui
titrasi asam asetat dengan NaOH yang sudah distandarisasi sebelumnya. Potensial larutan
diukur tiap penambahan NaOH sebesar 0,5 mL (0-20 mL). Titrasi dilakukan sebanyak
tiga kali ulangan. Volume NaOH pada titik ekuivalen untuk ketiga ulangan didapat pada
penambahan 0,5 mL NaOH sehingga didapatkan hasil (lampiran pada tabel 22) konstanta
ionisasi asam asetat rata-rata sebesar 0.007101 dan standar deviasi sebesar 0.011950
yang artinya ketelitian yang didapatkan sebesar 15.83%.
Perbandingan metode potensiometri dan konduktometri dapat dievaluasi
menggunakan nilai uji T dan uji F dengan dua variabel. Uji T dan uji F dilakukan untuk
mengetahui pengaruh signifikan variabel bebas serempak terhadap variabel terikat
(Marlina dan Danica 2009). Uji-T dapat diterima jika nilai Thitung < Ttabel. Hasil yang
didapatkan (lampiran pada tabel 23) Thitung (9.69) > Ttabel (4,303) , Ho ditolak yang
artinya terdapat perbedaan secara signifikan dari rerata nilai ulangan. Uji-F dapat
diterima jika nilai Fhitung < Ftabel. Hasil yang didapatkan (lampiran pada tabel 23) yaitu
Fhitung (23.57) > Ftabel (19.00) , Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan secara
signifikan dari varians nilai ulangan. Hasil uji T dan uji F yang dilakukan diperoleh
bahwa ada perbedaan signifikan dari kedua metode tersebut. Perbedaan Ka hasil
percobaan dengan literatur mungkin disebabkan oleh beberapa kesalahan yang dilakukan
dalam titrasi seperti kesalahan dalam kalibrasi alat, penambahan volume titran pada saat
titrasi sehingga pengukuran kurang teliti, kecepatan stirer yang tidak konstan, proses
pngenceran larutan yang kurang tepat dan adanya kontaminasi dari bahan lain serta
pembacaan meniskus yang kurang tepat.
SIMPULAN
Pennetuan konsentrasi HCl dengan titrasi oleh NaOH dan konstanta ionisasi asam
asetat dilakukan dengan dua metode yaitu metode titrasi potensiometri dan metode titrasi
konduktometri. Nilai konstanta ionisasi asam asetat yang didapat baik secara
potensiometri maupun konduktometri berbeda dengan literatur dengan ketelitian yang
didapatkan untuk masing-masing metode berbeda. Nilai uji-F dan uji-T menunjukkan
tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independen dan
variabel dependen. Perbedaan hasil percobaan dengan literatur mungkin disebabkan oleh
beberapa kesalahan yang dilakukan dalam titrasi seperti kesalahan dalam kalibrasi alat,
penambahan volume titran pada saat titrasi sehingga pengukuran kurang teliti, kecepatan
stirer yang tidak konstan, proses pngenceran larutan yang kurang tepat dan adanya
kontaminasi dari bahan lain serta pembacaan meniskus yang kurang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar I.G. dan Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta (ID):
Pustaka Pelajar.
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta (ID) : UI Press.
Marlina L, Danica . 2009. Analisis pengaruh cash position, debt to equity ratio,
dan return on assets terhadap dividend payout ratio. Jurnal Manajemen
Bisnis 2 (1) : 1-6.
Mukhlas M dan Yushardi. 2012. Uji kualitas pupuk organik berdasarkan daya
hantar listrik pada campuran kompos dan jerami padi. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 1(1): 131-137.
Nurdin I, Damayanti A, Lede R, Widiatmoko P. 2005. Pengaruh penambahan
propana dalam bahan bakar terhadap karakteristik sel tunam oksida padat.
Jurnal Teknik Kimia Indonesia 4(1): 159-165.
Nurliana, Yuda S, Jamin F, Ferasyi T, Isa M, Darmawi. 2015. Pengaruh
pencelupan karkas ayam pedaging dalam larutan asam sitrat dan asam
asetat terhadap angka lempeng totat Escherichia coli. Jurnal Medika
Veterinaria 9(2) : 124-127.
Svehla G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro
Edisi II. Jakarta (ID): Kalman Media Pustaka.
Widjaja. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran (ID): UNUD press.