PERBANDINGAN
TEKNOLOGI
Peradaban masih
KOMPLEKSITAS
PERMASALAHAN
Sangat sederhana
PENDEKATAN
PERENCANAAN
- Didominasi oleh alam
- Pemenuhan kebutuhan
kemampuan teknologi
sangat sederhana
- Kebutuhan fisik
diutamakan
Yunani
- Peningkatan
peradaban
- Teknologi lebih maju
- Sederhana
- Sistim penguasa dan
dikuasai
- Dengan sangat
terbatas sudah dapat
mengubah alam sesuai
kebutuhan
terbatas
Abad
Pertengahan
maju
persaingan antar
kelompok kelompok
(Medieval Age)
kelompok
- Meningkatnya
- Peningkatan budaya
tukar menukar
- Peperangan perebutan
hegomoni
- Terbentuknyay
yang dikuasai
- Dominasi agama dan
kekuasaan
- Produksi dan
pertukaran
- Pertahanan
- Pendekatan fisik estetis
Masa
- Pradaban semakin
- Kompleksitas
- Prestise bangsa
Pereralihan
permasalahan semakin
menjadi dasar
(Renaissance0
awal kepada
meluas
pembangunan
penemuan teknologi
dan perkembangan
ilmu pengetahuan
dan seni
Revolusi Industri
- Peradaban semakin
berkembang dan
- Sistim hubungan
terbuka
- Komleksitas semakin
tinggi
mengawali
- Urbanisasi desa-kota
perkembangan
- Penonjolan diri/bangsa
- Skala pemanfaatan
ruang serba kolosal
- Pendekatan fisik estetis
- Efisiensi ekonomi
- Politik antar bangsa
- Perencanaan
pembangunan yang
teknologi
- Peningkatan kegiatan
- Perkembangan
perdagangan intern
Industrialisasi
ekstern
menyeluruh dan
perwilayahan
- Pendekatan sistim dan
- Perkembangan
teknologi mobilitas
sibernetika
- Pembangunan
berlanjut dan
berwawasan
lingkungan
Pasca Revolusi
- Peradaban
Industri
ekoteknologi
- Kemajuan teknologi
- Super kompleks
- Urbanisasi tinggi
- Negara maju versus
dan Ilmu
Pengetahuan
negasa berkembang
- Pergerakan yang
- Perkembangan
system informasi dan
semakin cepat
- Pertentangan
komunikasi
kapitalistik dan
- Teknologi autominasi
sosialistik
- Hubungan antar Negara
dan system blok
- Eksploitasi sumber
daya alam secara besar
besaran
MASA
Pra-Kolonial (Pra
VOC)
KOMPOLEKSITAS MASALAH
- Kelompok kelompok
kekuasaan pemerintah kecil
- Sistim penguasa dan yang
PENDEKATAN PERENCANAAN
- Pendekatan tradisi spiritual antara
lain Hasta Kosala kosali (Bali); Bental
Jemur
dikuasai
VOC
Awal abad ke 20
colonial
perkebunan)
- Perekonomian colonial yang
makin meningkat
- Kepadatan penduduk Jawa
Perang
Kemerdekaan
Jepang
- Dampak perekonomian dari
pendudukan Jepang
- Perang kemerdekaan
Awal Kedaulatan
(1950-1960)
- Pembangunan perekonomian
- Peningkatan urbanisasi
- Bantuan ekonomi
internasional
- Konflik polotik danh regional
Decade 1970-an
- Stagnasi permbangunan
perencanaan pembangunan
- Perlunya peningkatan sumber daya
manusia di bidang perencanaan
- Pembangunan nasional
besar
- Urbanisasi
dan kota
- Pengembangan model model
Pengembangan pertanian
Permbangunan berwawasan
pemerataan
- Pembangunan berwawasan
- Perencanaan berwawasan
pembangunan yang berkelanjutan
- Pengembangan perangkat
pembangunan perumahan
dan prasarana
- Dampak globalisasi
- Pengembangan kemitraan
pemerintah swasta dan pemerintah
perekonomian pada
kota
kota
- Perencanaan pengembangan
regional antar negara
Indonesia
ini
relatif
masih
rendah.
Ini
bisa
difihat
dan
sarana
pelayanan
seperti
perumahan,
pelayanan
sosial,
secara fungsional maupun secara fisik kota kota kita ini yang sangat tipikal.
Namun demikian secara umum dapat dipegang suatu batasan mengenai kota ini
dari berbagai macam segi tinjauan yaitu bahwa kota:
1. Secara demografis merupakan pemusatan penduduk yang tinggi dengan
tingkat kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitamya. Dari
segi statistis ketentuan kota ini beragam di berbagai negara-Demikian pula di
Indonesia selalu mengalami perubahan yang disesuaikan dengan s'rtuasi dan
kondisi pada saat suatu sensus dilakukan.
2. Secara sosiologis selalu dikaitkan dengan batasan adanya sifat heterogen dari
penduduknya serta budaya urban yang telah mengurangi budaya desa
3. Secara ekonomis suatu kota dicirikan dengan proporsi lapangan kerja yang
dominan di sektor non pertanian seperti industri, pelayanandan jasa.
transportasi dan perdagangan.
4. Secara fisik suatu kota dicirikan dengan adanya dominasi wilayah terbangun
dan struktur fisik binaan
5. Secara geografis kota dtartikan dengan suatu pusat kegiatan yang dikaitkan
dengan suatu lokasi strategis
6. Secara administratif pemerintahan suatu kota dapat diartikan sebagai suatu
wilayah wewenang yang dibatasi oleh suatu wilayah yuridiksi yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
Jadi di dalam menghadapi dan menangani permasalahan kota kota maka lingkup
wawasan kota parlu dilandasi oleh berbagai batasan pengertian tersebut,
sehingga penanganan tersebut tidaklah hanya terbatas kepada satu dasar
pengertian saja, "
Permasalahan perkembangan kota serta konsekwensinya, secara skematis dapat
dikemukakan pada diagram terlampir ini.
pertamanan, garis sempadan, tanggu tanggul, air bersih dan sanitasi kota.
Selanjutnya pada masa Pemerintahan Hindia Belanda Nederiands Indie terjadi
dua masa perkembangan segi segi yang dapat dikatakan sebagai dasar
perencanaan kota yaitu pertama dengan landasan Regenngsregelement 1554
(RR1854), maka pada saat berlakunya sistem pemerintahan dengan penguasa
tunggal di daerah resident/bupati yaitu pada abad 18 sampai abad 19 telah
diundangkan Staatblad 1882 No.40 yang memberikan wewenang kepada
residen/bupati untuk mengadakan pengaturan lingkungan dan mendirikan
bangunan bagi gewent (wilayah) kewenangannya.
Sejak tahun 1905 yaitu saat diundangkannya Decentralisatie Besluit Indische
Staatblad 1905/137, maka perencanaan kota lebih eksplisit lagi yaitu sehubungan
dengan pemberian kewenangan otonomi bagi stadsgemeente atau kotapraja
untuk menyusun perencanaan kota dalam usaha wewenang pengendalian
perkembangan kotanya.
Usaha ini diikuti dengan munculnya kewenangan kewenangan yang juga
diberikan kepada kabupaten (province regentschap) untuk mengatur penataan
ruang kota dan pengawasan mendirikan bangunan.
Yang terakhir ini dilandasi oleh Indische Staatsregeling yang diundangkan pada
tahun 1922.
Sejak itulah kota kota kabupaten dan kotapraja kotapraja harus dibangun
berdasarkan rencana kota. Sebagai contoh misalnya di Batavia (Jakarta) yang
dikenal
sebagai
Bataviasche
Planverordening
1941
dan
Bataviasche
Revolusi Industri di Eropah yang paling tidak memberikan dua pengaruh yang
penting. Pertama, yartu bahwa meningkatnya kebutuhan akan bahan mentah
bagi perindustrian di Eropah tersebut seperti produk perkebunan (karet, kina,
teh dll),rempah rempah dan bahan mineral telah menyebabkan timbulnya kota
kota administrate di Indonesia. Kedua bahwa konsep konsep perencanaan
modern pada masa itu seperti sebagaimana yang dicetuskan sebagai reaksi
terhadap akibat revolusi industri oleh seorang reformis lingkungan hidup
Patrick Geddes atau 'konsep kota taman (garden city concept) yang
dikembangkan oleh seorang reformis kemasyarakatan bangsa Inggris telah
pula menjadi landasan beberapa kota modern Indonesia yang dikembangkan
oleh perencana kota bangsa Belanda masa itu yaitu
Politik Kulturstelsel pada masa Van Den Bosch yang menimbulkan beberapa
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan perencanaan wilayah dan
kota yaitu yang berkaitan dengan munculnya Undang Undang Agraria
(Agrarische Wet) 1870. Dikembangkannya perkebunan tanaman keras dapat
dianggap pula sebagai av/al perkembangan wilayah pertanian dan kota kota
administratus perkebunan - 'dorp ruimtelijke vormgeving' (T.Nix.1949),
khususnya di Jawa.
c.
Politik Etika (Etische Politiek), di mana berdasarkan reaksi dari para refonnis
bangsa Belanda telah dikembangkan suatu politik balas budi. Politik ini juga
telah mempunyai dampak yang cukup penting dalam perkembangan
perencanaan kota di Indonesia antara lain perbaikan kualitas lingkungan di
kota kota salah satunya adalah dikembangaknya upaya perbaikan kampung
kota tempat tinggal pribumi (kampongverbeeterings) pada tahuri 1934 ;
program transmigrasi ke Lampung (1905) untuk mengurangi kepadaten
penduduk Jawa disamping untuk membuka wilayah potensial baru.
d.
undang-undang
inilah
terbentuknya
sistem
kotapraja
Pembangunan
Kota
yang
terkenal
dengan
nama
fisik
kota
khususnya
untuk
Batavia.Tegal,
Pekalongan,
beberapa
kota
kolonial
modern,
khususnya
yang
tentang pembangunan kota kota baru, baik kota baru satelit seperti Wilayah
Candi di Semarang atau Kebayoran Baru di Jakarta (yang baru direalisir psda
tahun 1949 -1950) ; kota kota baru mandiri seperti Palangkaraya di
Kafimantan Tengah dan Banjar Baru di Kalimantan Selatan.
Selanjutnya pada masa setelah perang kemerdekaan beberapa hal yang
menunjang perkembangan perencanaan kota di Indonesia antara lain:
a. Pembangunan nasional yang pada saat itu mendapat bantuan ekonomi dari
negara maju. Pelajaran yang diperoleh negara negara Eropah yang pernah
melaksanakan pembangunan kembali kota kotanya dibawah bantuan
Marshall Plan telah diterapkan di negara negara sedang berkembang
termasuk Indonesia.
b. Perkembangan penduduk kota kota, khususnya kota kota besar di Jawa dan
Sumatera yang berjalan sejak tahun 50-an yang berdampak kepada berbagai
aspek perkotaan dari segi sosial budaya, sosial ekonomi, politik dan fisik
Berdasarkan peristiwa peristiwa tersebut serta berbagai faktor perkembangan
lainnya yang terjadi kemudian maka perencanaan kota mengamalami
perkembangan yang diupayakan untuk dapat sesuai dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan perkembangan kota Indonesia.
dan
sesuai
dengan
pola
kebijaksanaan
dan
konsepsi
dasar
Dalam hubungan ini maka upaya untuk memasyarakatkan rencana kota bak
kepada unsur unsur pengelola kota.kepada sektor swasta .khususnya yang
bergerak dalam bidang bidang yang berkaitan dengan pembangunan kota
seperti para pembangun perumahan, industri .transportasi dan perdagangan
serta masyarakat ramai merupakan salah hal yang sangat esensial.
4. Faktor faktor teknis yang juga dapat menjadi salah satu penyebab dari
masalah kekurang efektifan rencana kota ini adalah karena masalah sistem
informasi yaitu bahwa kualitas dan kuantitas data penunjang yang relatif masih
lemah di Indonesia ; kurang lancarnya masukan dari bawah (dari masyarakat)
;kurang tanggapnya perencana kota terhadap masalah masalah yang sifatnya
non fisik dan permasalahan yang aktual yang menyangkut perkembangan
masyarakat, kelembagaan dan peraturan perundangan ; masih kurangnya
tenaga perencana kota terlatih terutama di daerah daerah yang jauh dari
pusat. Untuk ini maka hal yang sangat esensial untuk diupayakan adalah
peningkatan Sistem Informasi Perkotaan (Urban Information System),
peningkatan memasyarakatkan rencana kota dengan cara yang mudah
dimengerti oleh berbagai kalangan dan meningkatkan program latihan dan
pendidikan tenaga menengah disamping tenaga universiter untuk dapat
menjabarkan secara teknis rencana kota tersebut; masih banyaknya
perencanaan kota yang semata mata mendasarkan kepada pendekatan
perencanaan dan metoda perencanaan kota yang kurang menyesuaikan
dengan pola nilai tipikal seperti tata nilai, keadaan ekonomi masyarakat serta
berbagai kondisi perkotaan kita sebagai warisan dari kota kota yang
dikembangkan pada jaman kolonial yang berlaku di Indonesia sebagai negara
yang sedang berkembang.
1.
INTRODUKSI
Di dalam bab yang baru saja kita bahas, kita telah dihadapkan secara luas
pada berbagai jenis wilayah yang diperuntukkan bagi perkembangan ilmu
perencanaan,
wilayah atas dasar buku teks seperti yang disunting oleh Van Staveren dan
Van Duselldorp (1980). Oleh karena perencanaan pembangunan wilayah
merupakan suatu bidang/disiplin yang sangat dinamis, maka pembahasan
seperti yang telah kita laksanakan,
berlarut-larut.
Akhir-akhir ini,
baik masalah-masalah
yang timbul di pihak donor mau pun di pihak pemerintah dan lingkungan
akademis di negara-negara sedang berkembang. Dan yang paling banyak
diserang di dalam pembahasan tersebut adalah perencanaan wilayah yang
bersifat "blue-print"
dan
pendekatan klasik
(classical approach)
yang
justeru
dilemahkan
dengan
adanya
program-program
dan
terjadi
Hal
ini
dalamnya
menjadi frustrasi.
Dengan latar belakang demikian itu,
Dalam kasus kita yang pertama (yang mengkonsentrasikan kita pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sebuah kabupaten di Sri Langka), kita
telah berusaha mengkaji suatu pendekatan eksperiraental baru ter-hadap
masalah-masalah wilayah dalam hubungannya dengan masalah nasio-nal
yang lebih luas (yaitu:
yang tersedia.
2.
karena
pengalaman
mengha-silkan
menunjukkan
pengurangan
bahwa
suatu
proyek
akan
kemiskinan
yang
efektif
jika
Apakah prasyarat-prasyaratnya?
Tanggung
sebaiknya ada
Staf proyek yang mempunyai motivasi dan kualitas yang sangat baik
sebaiknya ada baik pada negara penerima maupun negara pemberi
dana.
Produsen-produsen
kecil
dan
kelompok-kelompok
yang
Apakah alat-alatnya?
Analisis kemiskinan
Perencanaan yang diarahkan pada pengurangan kemiskinan secara
langsung tidak dapat berjalan tanpa pengertian yang seksama tentang
seluruh alasan di belakang kemiskinan regional/wilayah, baik alasan
struktural mau pun non-struktural dan baik alasan ekonomi mau pun
alasan sosial-politik.
sebuah alat yang penting dari pendekatan proses. Hal ini menyangkut
semacam "base-line survey" tentang ketidak-leluasaan pembangunan
yang berkenaan dengan si miskin. Mengapa si miskin betul-betul miskin
pada keadaan tertentu suatu wilayah? Mengapa mereka tetap miskin.
Kekuatan-kekuatan apa yang menjadi penyebabnya? Bagaimana
caranya agar mereka tetap hidup? Analisis ini sebaiknya mengandung
sebuah kerangka ide yang luas tentang bagaimana caranya menemukan
ketidak-leluasaan itu.
Sistern perencanaan
Informasi dari bawah sebaiknya dikumpulkan secara sistematis. Dan lagi,
suatu sistem hendaknya dipolakan untuk partisipasi dari bawah di dalam
memenuhi penilaian dan untuk identifikasi kegiatan yang akan
dilaksanakan.
aktivitas
teknologi
teknologi dan
("bottom-up thinking") .
Jelasnya,
dilembagakan.
Kesimpulannya. Orang dapat mengatakan bahwa pendekatan proses
merupakan cara perencanaan untuk pengerabangan wilayah yang
panjang dan sukar.
TUGAS
1. Difinisikan dengan perkataan anda sendiri apa yang dimaksud dengan
pendekatan proses.
2. Apakah
prasyarat-prasyaratnya
agar
penerapan
cersebur
dapa:
berhasil?
3. Apa yang sesungguhnya rnenyebabkan pendekatan ini menjadi dr mikian
tidak populer di kalangan para teknokrat baik di ne-gara-negara donor
mau pun negara-negara dunia ke tiga?
CASE STUDY 1
SRI LANKA'S NUWARA ELIYA INTEGRATED RURAL DEVELOPMENT
PROJECT
Below you will find a text which describes and analyses IRDP activities in a
district in Sri Lanka. It has been written by J. Sterkenburg, one of the projects
consultants.
Carefully study the chapters 1 - 6 and make the assignments as included
behind
INTRODUCTION
I.1. General Characteristics of Sri Lanka
I.2. Present-day. General Development Policy
II.
III.
p.114
DEVELOPMENT
ORGANISATIONAL
ASPECTS
POLICY
OF
THE
PLANNING p.121
MACHINERY
IV.
V.
p.125
DISTRICT
VI.
p.133
VI.
p.143
CASE STUDY 2
REGIONAL PLANNING EXPERIENCES FROM THE INDONESIAN
CONTEXT
Our second case study deals with Regional Planning Activities in Indonesia.
After a short general introduction on aspects pertaining to general
characteristics of planning policy in this country and en the structure of
planning apparatus, a number of examples are presented to illustrate the
present day situation.
Each example is concluded with a number of assignments which are meant
to further stimulate systematic analysis and discussion of relevant aspects
from planning practice.
Contents:
I. EVOLUTION AND CHARACTERISTICS OF REGIONAL
PLANNING AT THE NATIONAL LEVEL AND SOME
ORGANIZATIONAL ASPECTS OF THE
PLANNING'MACHINERY OF INDONESIA
p.154
II. EXAMPLE: 1
Analysis of a Regional Planning Project: IDAP/Aceh
p.158
II. 1. Introduction
II. 2. Regional Characteristics
II. 3. Characteristics of Planning Activities
II. 4. Concluding Remarks Annex
III. EXAMPLE: 2
Introduction of a Framework for Strategical Development
into Indonesian Planning Procedures Experiences from Riau,
IV. EXAMPLE:
1979 - 1981.
p.177
p.196