Anda di halaman 1dari 10

PITIRIASIS ROSEA

Tatia Indira, S.Ked


Pembimbing: Prof. DR. Dr. H. M. Athuf Thaha, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
Bagian/Departemen Dermatologi dan Venereologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Mohammad Hoesin Palembang
2016

PENDAHULUAN
Pitiriasis rosea adalah penyakit eritroskuamosa akut yang dapat sembuh sendiri
dengan karakteristik diawali oleh lesi inisial berupa bercak eritematosa berskuama halus
seukuran koin berbentuk oval pada trunkus dan ekstremitas proksimal yang disebut herald
patch atau mother patch.1 Istilah pitiriasis rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert
Willan pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860, Gilbert
memberi nama pityriasis rosea yang berarti skuama berwarna merah muda (rosea).2
Penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak dan usia dewasa muda dengan
rentang usia antara 15-40 tahun, jarang terjadi pada bayi dan orang lanjut usia, serta wanita
lebih sering terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1. 1,3 Prevalensi pitiriasis
rosea adalah 0,13% pada laki-laki dan 0,14% pada wanita per total penduduk dunia dengan
usia antara 10-34 tahun. Pitiriasis rosea terjadi pada seluruh ras yang ada di dunia. 3 Jumlah
pasien pitiriasis rosea yang berobat ke Poliklinik Dermatologi dan Venereologi RSUP Dr.
Moh. Hoesin Palembang dari tahun 2013-2015 berjumlah 22 orang (9 laki-laki dan 13
perempuan).
Biasanya pitiriasis rosea didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu
akan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu muncul gatal dan lesi
dikulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti pitiriasis rosea seperti
dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya.1
Dalam referat ini akan dibahas secara keseluruhan tentang pitiriasis rosea meliputi
etiologi, gambaran klinis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang hingga penatalaksanaan
serta prognosisnya.

DEFINISI
Pitiriasis rosea adalah erupsi kulit yang dapat sembuh sendiri, berupa plak berbentuk
oval, soliter dan berskuama pada trunkus (herald patch) dan umumnya asimtomatik. 3 Menurut
Andrew dkk., pitiriasis rosea adalah peradangan kulit berupa eksantema ditandai dengan lesi
makula-papula berwarna kemerahan (salmon colored) berbentuk oval, sirsinar tertutup

skuama kolaret, soliter dan menjadi konfluen.3 Ketika lesi digosok menurut aksis panjangnya,
skuama cenderung terlipat melewati garis gosokan (hanging curtain sign).3

ETIOLOGI
Etiologi pitiriasis rosea masih belum pasti. Diduga penyebabnya adalah virus karena
penyakit ini dapat sembuh sendiri, banyak terdapat pada perubahan musim, adanya gejala
prodormal, dan banyak ditemukan pada komunitas padat. Bukti ilmiah menyebutkan bahwa
penyakit ini disebabkan oleh HHV-6 dan HHV-7.5
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Watanabe ditemukan adanya replikasi aktif
HHV-6 dan HHV-7 di dalam sel mononuklear pada lesi kulit yang diperiksa. HHV-6 dan
HHV-7 tidak menginfeksi keratinosit tetapi menginfeksi sel T CD4 + di dalam darah dan
bertahan di dalam sel ini memasuki fase laten pada kebanyakan individu dan dapat teraktivasi
pada kondisi imunitas menurun.1,6 Sel ini ditemukan pada plasma atau serum pasien dengan
pitiriasis rosea.1
Partikel virus ini menginfeksi sel-sel kulit dan pembuluh darah, menyebabkan
kerusakan jaringan dermis dan epidermis, namun penjelasan lengkap mengenai peran HHV-7
dan HHV-6 dalam patogenesis pitiriasis rosea masih kurang, sebagai contoh hal apa yang
memicu reaktivasi HHV ini masih belum jelas, demikian juga distribusi lesi dan perbedaan
antara lesi kulit dan non lesi belum dapat dijelaskan.1
Selain akibat virus, pitiriasis rosea juga bisa disebabkan oleh erupsi obat seperti
captopril, imatinib mesylate, interferon, ketofien, arsenikal, emas, bismuth, ergotamin,
metrhoxypromazin, tripelennamin, hydrochlorid, clonidin, lisinopril, acyclovir, lithium,
adalimumab, atau barbiturat.

GAMBARAN KLINIS
Lokasi predileksi pitiriasis rosea antara lain di badan, lengan atas bagian proksimal
dan paha atas sehingga membentuk seperti gambaran pakaian renang.1 Sinar matahari
mempengaruhi distribusi lesi sekunder, lesi dapat terjadi pada daerah yang terpajan sinar
matahari, tetapi pada beberapa kasus, sinar matahari melindungi kulit dari pitiriasis rosea.
Pada 75% penderita biasanya timbul gatal didaerah lesi dan gatal berat pada 25% penderita. 3
Terdapat dua gejala pada pitiriasis rosea, yaitu gejala klasik dan atipikal.
Gejala Klasik

Gejala klasik pitiriasis rosea mudah dikenali. Penyakit dimulai dengan lesi makula
eritematosa berbentuk oval atau anular dengan ukuran bervariasi antara 2-4 cm, soliter, bagian
tengah ditutupi oleh skuama dan bagian tepi mempunyai batas tegas juga ditutupi oleh
skuama halus yang berasal dari keratin yang terlepas dan melekat pada kulit normal (skuama
kolaret). Lesi ini dikenal dengan nama herald patch (Gambar 1).1,2,3

Skuama
Herald
patch

Patch
eritem

Gambar 1. herald patch2

Lebih dari 69% penderita ditemukan gejala prodromal berupa malaise, mual, hilang
nafsu makan, demam, nyeri sendi, dan pembengkakan kelenjar limfe. 4 Setelah timbul lesi
primer, 1-2 pekan kemudian timbul lesi sekunder generalisata. Pada lesi sekunder akan
ditemukan 2 tipe lesi. Lesi terdiri dari lesi dengan bentuk serupa lesi primer ukuran lebih kecil
(diameter 0,5 1,5 cm), aksis panjang sejajar garis kulit dan sejajar dengan tulang rusuk
sehingga memberikan gambaran christmas tree/pine tree (Gambar 2,3). Lesi lain berupa papul
kecil berwarna merah, tidak berdistribusi sejajar dengan garis kulit, jumlah bertambah sesuai
dengan derajat inflamasi, dan tersebar perifer. Kedua lesi ini timbul bersamaan.1

Gambar 2. Lesi menyerupai pine tree2

Ada dua tipe lesi sekunder yang dapat muncul, yaitu; plak kecil yang menyerupai plak
primer dengan ukuran yang lebih kecil, memanjang sepanjang Langers Line dengan distribusi
membentuk gambaran pohon natal; papul kecil, merah, dan biasanya tidak bersisik yang
secara bertahap makin banyak dan menyebar ke perifer.1 Kedua tipe lesi ini dapat muncul
bersamaan.1 Pada sebagian orang, gejala dapat bertahan sampai enam bulan. Setelah lesi
sembuh dapat meninggalkan bekas berupa hipopigmentasi atau hiperpigmentasi dan baru
hilang dalam beberapa bulan.3
Ada 2 tipe lesi pitiriasis rosea:
1.

Lesi tipikal
Lesi tipikal diawali dengan munculnya sebuah lesi soliter di badan yang makin hari terus
membesar disebut herald patch. Dalam beberapa hari setelah munculnya herald patch

2.

akan timbil lesi-lesi baru yang menyebar dengan cepat8


Lesi atipikal
Pitiriasis rosea tipe atipikal jarang terjadi, hanya terjadi 20% dari total kasus. 8 Morfologi
lesi sekunder tipe atipikal bisa berbentuk papul, vesikel, pustul, urtika, dan purpura
(hemoragik). Lokasinya di tempat seperti axilla, jari tangan dan kaki, area inguinal,
kelopak mata, rongga mulut, dan kadang wajah. 8,9 Lesi oral jarang terjadi. Umumnya
mengenai anak-anak dan orang berkulit gelap. 8 Lesi di wajah dan leher sering ditemukan
pada anak dibanding dewasa.4 Pada anak-anak distribusi lesi biasanya selain di wajah
juga ketiak, tungkai bawah dan lengan bawah, dikenal dengan pityriasis rosea inversa
(Gambar 4). Gejala atipikal mengakibatkan diagnosis dari pitiriasis rosea menjadi lebih
sulit ditegakkan sehingga diperlukan pemeriksaan lanjutan.7

Gambar 3. Diagram sistematik herald patch dan distribusi plak sepanjang garis kulit pada trunkus
dengan susunan membentuk pohon natal (christmas tree).2

Gambar 4. Pitiriasis rosea inversa pada daerah lipatan paha8

Gambar 5. Lesi atipikal pitiriasis rosea2

DIAGNOSIS
Diagnosis pitiriasis rosea ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis ditanyakan apakah ada riwayat prodromal sebelum timbulnya lesi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan herald patch atau mother pacth, yaitu lesi khas berbentuk oval
dengan aksis panjang sejajar garis kulit, berwarna merah, berskuama halus. Sekitar 12-21 hari
setelah lesi ini akan muncul lesi baru yg mengelilingi lesi tersebut dengan ukuran lebih kecil
membentuk pola menyerupai christmas tree. Lesi biasanya terasa gatal.5
Pada pitiriasis rosea tipe tipikal, penegakan diagnosis pitiriasis rosea mudah
ditegakkan. Berbeda dengan varian pitiriasis rosea bentuk atipikal dengan manifestasi klinis
yang tidak umum, yaitu8 tidak adanya riwayat munculnya herald patch5 sehingga penegakan
diagnosis pitiriasis rosea menjadi lebih sulit serta sering adanya kesalahan diagnosis.9 Tipe
atipikal pitiriasis rosea butuh observasi yang teliti.8

DIAGNOSIS BANDING
a. Sifilis sekunder
Penyakit yang disebabkan Treponema pallidum, merupakan lanjutan dari sifilis primer
timbul setelah 6 bulan timbulnya chancre. Gejala klinis berupa lesi kulit dan lesi mukosa. Lesi
kulit non purpura, makula, papul, pustul atau kombinasi, walaupun umumnya makulopapular
lebih sering muncul disebut makula sifilitika.1 Perbedaan dengan pitiriasis rosea adalah sifilis
memiliki riwayat primary chancre (makula eritem yang berkembang menjadi papul dan pecah
sehingga mengalami ulserasi di tengah), tidak ada herald patch, limfadenopati, lesi
melibatkan telapak tangan dan telapak kaki, dari tes laboratorium VDRL (+) (Gambar 6).10
a

Gambar 6. (a) primary chancre pada penis; (b) lesi papuloskuama yang luas pada sifilis sekunder10

Tinea Korporis
Lesi kulit disebabkan oleh dermatofit Trichophyton rubrum pada tangan, trunkus atau
ekstremitas. Gejala klinisnya adalah gatal, eritema berbentuk cincin dengan pinggir
berskuama dan penyembuhan di bagian tengah (central healing) (Gambar 7). Perbedaan
dengan pitiriasis rosea adalah pada tinea korporis, skuama berada di tepi, plak tidak berbentuk
oval, dari pemeriksaan penunjang KOH 10% didapatkan hifa panjang.10
Gambar 7. Plak eritema dengan lesi khas berupa central healing dan tepi lebih aktif8

Dermatitis Numularis
Dermatitis umumnya terjadi pada dewasa ditandai dengan plak berbatas tegas,
berbentuk koin (numuler) dan ditutupi oleh krusta, kulit sekitarnya normal (Gambar 8).
Predileksinya di ekstensor. Perbedaan dengan pitiriasis rosea adalah pada dermatitis
numularis, lesi berbentuk bulat, papul berukuran milier dan didominasi vesikel serta tidak
berskuama.1
Gambar 8. Plak eritema bulat berbentuk koin (numuler) pada lengan bawah8

Psoriasis Gutata
Jenis psoriasis yang ditandai dengan erupsi papul, perbedaan dengan pitiriasis rosea
adalah pada psoriasis gutata, aksis panjang lesi tidak sejajar dengan garis kulit, skuama tebal
(Gambar 9).1

Gambar 9. Papul eritema: milier-lentikuler, diskret, konfluen dengan skuama tebal8

Erupsi obat mirip pitiriasis rosea


Senyawa emas, ACE inhibitor, tiazid, bismuth, barbiturat, griseofulvin, dan
metronidazol paling sering menimbulkan kelainan ini. Setelah diketahui macam-macam obat
yang bisa menginduksi timbulnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah
berkurang sekarang. Gambaran klinis ialah lesi tampak lebih besar dengan skuama yang
menutupi hampir seluruh lesi, sedikit yang ditemukan adanya herald patch, umumnya sering
didapatkan adanya lesi pada mulut berupa hiperpigmentasi pasca inflamasi.1

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Umumnya untuk menegakkan diagnosis pitiriasis rosea tidak dibutuhkan pemeriksaan
penunjang. Tetapi, untuk diagnosis yang sulit ditegakkan, kita membutuhkan pemeriksaan
penunjang untuk menyingkirkan diagnosis banding lain. Dapat dilakukan RPR (Rapid Plasma
Reagin ) dan FTA-Abs (Fluoresent Treponemal Antibody Absorbed) untuk skrining sifilis.14
Dalam penelitian A. Lallas dkk pada 2012, gambaran dermoskopi pada pitiriasis rosea
berdasarkan susunan sisik dan warna dapat dibedakan dengan penyakit lain yang serupa.6
a

Gambar 10. Dermoskopi berdasarkan distribusi sisik: (a) tengah (psoriasis), (b) tepi (pitiriasis rosea), (c)
menyebar (liken planus) dan (d) patchy (psoriasis)6

Gambar 11. Dermoskopi berdasarkan warna: (a) dull red (dermatitis), (b) light red (psoriasis) dan (c) yellow
(pityriasis rosea)6

PENATALAKSANAAN
Kebanyakan pasien tidak membutuhkan terapi karena sifat penyakit yang self limited
sehingga edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya sangatlah penting.
Umum
Untuk itu diperlukan penjelasan kepada pasien tentang: pitiriasis rosea akan sembuh dalam 4
10 pekan, lesi kedua rerata berlangsung selama 2 pekan, kemudian menetap selama sekitar 2
pekan, selanjutnya berangsur hilang sekitar 2 pekan. Pada beberapa kasus dilaporkan bahwa

pitiriasis rosea berlangsung hingga 3-4 bulan. Penatalaksanaan yang penting pada pitiriasis
rosea adalah dengan mencegah bertambah hebatnya gatal yang ditimbulkan. Pakaian yang
mengandung wol, air, sabun, dan keringat dapat menyebabkan lesi menjadi bertambah berat.2
Khusus
Topikal
Untuk mengurangi rasa gatal dapat menggunakan seng oksida, kalamin losion atau
0,25% mentol. Pada kasus lebih berat dengan lesi luas dan gatal hebat dapat diberikan
glukokortikoid topikal kerja menengah (bethametasone dipropionate 0,025% ointment 2 kali
sehari).1,11
Sistemik
Pemberian antihistamin oral sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa gatal. 4 Untuk
gejala berat dengan serangan akut dapat diberikan kortikosteroid sistemik atau pemberian
triamsinolon diasetat atau asetonid 20-40 mg yang diberikan secara intramuskuler.
Penggunaan eritromisin masih menjadi kontroversial. eritromisin oral pernah
dilaporkan cukup berhasil pada penderita pitiriasis rosea yang diberikan selama 2 pekan.2 Dari
suatu penelitian menyebutkan bahwa 73% dari 90 penderita pitiriasis rosea yang mendapat
eritromisin oral mengalami kemajuan dalam perbaikan lesi. Eritomisin diduga mempunyai
efek sebagai anti inflamasi12,13. Dari penelitian di Tehran, Iran yang dilakukan oleh Abbas Rasi
dkk menunjukkan tidak ada perbedaan perbaikan lesi pada pasien yang menggunakan
eritromisin oral dengan pemberian plasebo.7 Pada penelitian yang dilakukan Amatya A,
Rajouria EA, dan Karn DK dari Nepal pada tahun 2012 tentang perbandingan efektivitas
penggunaan terapi oral eritromisin dan oral asiklovir pada pitiriasis rosea, didapatkan bahwa
terapi oral asiklovir lebih efektif mengurangi durasi dan keparahan pitiriasis rosea dibanding
oral eritromisin.
Asiklovir dapat diberikan untuk mempercepat penyembuhan. Dosis yang dapat
diberikan 5x800mg selama 1 pekan.1 Dan dari penelitian eksperimental, acak, double-blind
oleh Satyaki Ganguly pada tahun 2014 membuktikan bahwa penggunaan dosis tinggi
asiklovir efektif pada terapi pitiriasis rosea. Sinar radiasi ultraviolet B atau sinar matahari
alami dapat mengurangi rasa gatal dan mengurangi lesi.1 Penggunaan sinar B lebih ditujukan
pada penderita dengan lesi yang luas, karena radiasi sinar ultraviolet B (UVB) dapat
menimbulkan hiperpigmentasi paska inflamasi.1

PROGNOSIS

Prognosis pada penderita pitiriasis rosea adalah baik karena penyakit ini bersifat self
limitting disease sehingga dapat sembuh spontan dalam waktu 4-10 pekan.1

SIMPULAN
Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya yang dimulai
dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan skuama halus. Para ahli masih berbeda
pendapat tentang faktor-faktor penyebab timbulnya pitiriasis rosea. Ada yang menduga
penyebabnya adalah virus, dikarenakan penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya (self
limited). Keterlibatan dua virus herpes yaitu HHV-6 dan HHV-7, telah diusulkan sebagai
penyebab erupsi.3
Gejala klinis dimulai dari lesi inisial yang berupa herald patch, kemudian disusul
oleh lesi-lesi yang lebih kecil. Umumnya herald patch ini terdapat di lengan atas, badan atau
leher, bias juga pada wajah, kepala atau penis. 1,4 Kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih
kecil di badan, lengan dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam waktu 4 10 pekan.1,2
Penegakan diagnosis pitiriasis rosea didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan pemeriksaan penunjang. Kebanyakan pasien tidak memerlukan pengobatan karena
sifatnya yang asimtomatik1. Sangat penting bagi dokter untuk mengetahui spektrum yang luas
dari varian pitiriasis rosea, sehingga manajemen yang tepat dan pasti dapat dilakukan.
Terutama pada anak-anak, diagnosis banding erupsi kulit lebih sulit dibandingkan orang
dewasa.

Untuk

erupsi

yang

atipikal

tanpa

diagnosis

pasti,

lebih

aman

untuk

mempertimbangkan melakukan biopsi pada lesi kulit dan pemeriksaan lainnya sehingga
diagnosis banding penting untuk tidak dilewatkan.7

Anda mungkin juga menyukai