Anda di halaman 1dari 21

Fraktur Terbuka pada Ekstremitas

Bawah

Pendahuluan

1.1

Latar Belakang
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat

menarik perhatian masyarakat. Banyak kejadian yang tidak


terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu
fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.
Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan
fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan
apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan
dan

kurangnya

pengetahuan

terhadap

fraktur

tersebut.

Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin


dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada
seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya
pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap
fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap
bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir.

Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana


penanganan pada korban fraktur.

Pembahasan
A. Skenario
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS setelah mengalami kecelakaan
sepeda motor. Menurut warga, saat sedang mengendarai sepeda motornya, pasien
tersebut ditabrak oleh mobil yang melaju dari arah kanan, lalu pasien terlempar dari
sepeda motornya dan sempat terguling beberapa meter. Saat mengendarai sepeda
motornya, pasien menggunakan helm. Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik tampak luka terbuka pada regio cruris
dekstra 1/3 tengah bagian ventral dengan ukuran 5 x 2 cm, tepi luka tidak rata, sudut
luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya perdarahan aktif,
tampak adanya penonjolan fragmen tulang. Ekstremitas bawah sebelah kanan terlihat
adanya deformitas dan lebih memendek.

B. Rumusan Masalah
Luka terbuka dan penonjolan fragmen tulang pada regio cruris dekstra 1/3 tengah
bagian ventral
C. Hipotesis
Luka terbuka pada regio cruris dextra ventral disertai penonjolan fragmen tulang
termasuk jenis fraktur terbuka Os tibia Dextra 1/3 tengah.
D. Pembahasan materi
ANAMNESA
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan data pasien beserta keadaan
dan keluhan-keluhan yang dialami pasien. Anamnesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu
auto anamnesis dan alloanamnesis. Autoanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan
dengan pasien sendiri. Sedangkan alloanamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan
dengan orang lain yang dianggap mengetahui keadaan penderita.2
Anamnesis umum: dalam anamnesis ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini
bukan hanya dapat diketahi siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana

pasien tersebut dan permasalahan pasien. Identitas pasien terdiri dari nama pasien,
umur, jenis, kelamin, alamat, agama dan pekerjaan pasien.3
Anamnesis khusus:1
1. Auto anamnesa
a. Keluahan utama: Di tanyakan persoalan, mengapa datang, untuk apa dan
kapan dikeluhkan; biarkan penderita bercerita tentang keluhan sejak awal
dan apa yang perlu dirasakan sebagai ketidak beresan, bagian apa dari
anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab ada pengertian berbeda.
Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit yang
serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan anamnesis demikian
perlu pengetahuan tentang penyakit.
b. Riwayat penyakit sekarang: bisa ditanyakan kapan fraktur, mekanisme
terjadinya fraktur, pengobatan yang telah didapat, bagaimana cara
penanganannya dan bagaimana hasilnya. Ada beberapa hal yang
menyebabkan penderita datang untuk meminta pertolongan.
i.
Nyeri/sakit
Sifat dari sakit:
Lokasi setempat/ meluas/ menjalar
Apa ada penyebabnya; misalnya trauma
Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan
Bagaimana sifatnya: pegel/ seperti di tusuk-tusk/ rasa panas/
ditarik-tarik/ terus menerus atau hanya waktu bergerak/
istirahat dst.
Apakah keluhan ini untuk pertama kali, atau sering hilang
ii.

timbul
Kekakuan;
Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku, atau
disertai nyeri, sehingga pergerakan terganggu?
Kelemahan;
Apakah yang dimaksudkan instability atau kekuatan otot

menurun/ melemah. Kelumpuhan.


iii.
Kelainan bentuk
Angulasi/ rotasi/ discrepancy (pemendekan/ selisih panjang)
Benjolan atau karena ada pembengkakan.2
c. Riwayat penyakit dahulu: ditanyakan apakah pasien dulu pernah
mempunyai penyakit yang serius, trauma, pembedahan.
d. Riwayat keluarga: Penyakit herediter atau menular misalnya apakah
keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit Diabetis Melitus, apakah
mempunyai penyakit pada tulang.

e. Riwayat peribadi: menggambarkan hobi, olahraga, pola makan, minum


alcohol, kondisi lingkungan baik di rumah, sekolah atau tempat kerja yang
mungkin ada hubungannya dengan kondisi pasien.3
2. Allo anamnesis
Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menceritakan
adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/
orang tua yang sudah mulai demen (pikun).2

PEMERIKSAAN FISIK3,4
Dibagi menjadi dua: satu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan kedua pemeriksaan setempat (status lokasi). Hal ini perlu untuk
dapat melaksanakan Total Care karena ada kecenderungan di mana spesialisasi hanya
memperhatikan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Gambaran umum:
Perlu menyebabkan:
i.
Keadaan umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital
ii.

yaitu: Kesadaran penderita; apatis, soporus, koma, gelisah.


Kemudian secara sistemik diperiksa dari kepala, leher, dada, perut,

iii.

kelenjar getah bening serta kelamin.


Kemudian: ekstremitas atas dan bawah serta punggung.

b. Keadaan lokal:
Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta distal dari anggota terutama
yang mengenai status neurovaskuler. Pada pemeriksaan orthopedi yang
penting adalah:
i.
Look (inspeksi)
ii.
Feel (palpasi)
iii.
Move (pergerakan terutma mengenai lingkup gerak)
Di samping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untukmembuat
kesimpulan kelainan apakah suatu pembengkakan atau atrofi serta melihat adanya
selisih panjang (discrepancy).
a. Look (inspeksi
-Fistulae, warna kemerahan/kebiruan/ hiperpigmentasi
-benjol/ pembengkakan/ cekungan

-posisi serta bentuk dati ekstremitas (deformitas)


b. Feel (palpasi)
-pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang
memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si sakit, karena itu
perlu selalu diperhatikan wajah si sakit atau menanyakan perasaan sisakit.
Yang dicatat adalah:
i.
ii.

perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembapan kulit.


apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya
oedema, terutama daerah persendian

iii.

Nyeri tekan, krepitasi, cata kelainannya

c. Move (gerak)
Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan
anggota gerak dan dicapai apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan.
Pada anak periksalah bagian yang tidak sakit dahulu, selain untuk
mendapatkan kooperasi anak pada waktu pemeriksaan. Apabila terdapat
fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal di daerah fraktur
(kecuali pada incomplete fracture). Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat gerakan dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 atau dengan ukuran
metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakan ada gangguan geraj.
Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor
intra articuler atau extra articuler.
Selain diperiksa susuk, berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan jalan.
Jalan perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan karena:
-instability
-nyeri
-Discrepancy
-Fixed deformity
Tes Khusus- Tes stabilitas sendi lutut yaitu3:
Anterior Drawer design
Posterior Drawer design
Test Mc-Murray: Pada posisi tungkai bawah rotasi eksterna 15, bunyi snap
yang teraba atau terdengar pada waktu tungkai bawah pasien digerakkan dari

posisi ekstensi ke fleksi 90 menunjukkan adanya robekan meniskus medial.


Bunyi yang sama terdengar pada waktu tungkai bawah dirotasi internal 30&
digerkkan dari fleksi ke ekstensi, menunjukkan robekan pada meniskus lateral

Gambar 1: Anterior dan Posterior Drawer Test

Gambar 2: Tes Mc-Murray


PEMERIKSAAN PENUNJANG4
Pemeriksaan

penunjang

merupakan

pemeriksaan

yang

dilakukan

di

laboratorium untuk mendapatkan gambaran penyakit secara dini dan mencakup antara
lain:
Pemeriksaan darah rutin(Hemoglobin,Leukosit,Hematokrit,Thrombosit)
Pemeriksaan gula darah sewaktu.
Golongan darah pasien.

Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Interpretasi

Hb (Hemoglobin)

11 g/dL

(Untuk lelaki

Hb normal

dewasa) 13-18 g/
dL
Ht (Hematokrit)

34%

(Untuk lelaki

Ht menurun

dewasa) 37-49%
Leukosit

9000/ mm3

5000-10.000 / mm3

Normal

Trombosit

200.000 / mm3

140.000-400.000 /

Normal

mm3
Tabel 1: Pemeriksaan laboratorium berdasarkan kasus
Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan X-Ray mengikut Rules of Two:
2 posisi (Antero posterior dan Lateral)-lihat gambar 3
2 Sendi( Sendi atas& bawah tulang yang patah)
2 Ekstremitas (kanan & kiri)- Anak-anak

Gambar 3: Radiologi foto cruris dextra AP lateral


Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang
dipakai untuk deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi
penyakit karena ia memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi.
WORKING DIAGNOSIS1,4-6

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti


kondisi pasien yaitu adanya Fraktur Terbuka Os Tibia 1/3 tengah ventral.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan
sendi atau tulang rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai
bawah kanan di bawah sendi lutut dan setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan
status lokalis pada pasien di regio cruris dextra 1/3 tengah bahagian ventral, ada
deformitas, kelihatan memendek, ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka
tumpul, tampak jembatan ringan dan adanya penonjolan fragmen tulang. Diagnosis
diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya
fraktur di os tibia 1/3 ventral dextra pasien(Gambar 3). Fraktur ini dikatakan sebagai
terbuka karena terdapat luka pada kulit di atasnya disebut fraktur terbuka (compound
fracture) yang berukuran 5x2 cm.
EPIDEMIOLOGI7,8
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada
tibia.Pusat Nasional Kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah
77.000 orang, dan ada di 569.000 rumah sakit tiap hari /tahunnya.Pada fraktur tibia,
dapat

terjadi

fraktur

pada

bagian

diafisis,kondiler,

dan

pergelangan

kaki.Penanganan patah tulang terbagi menjadi dua macam yaitu secarakonsevatif atau
dilakukan tanpa pembedahan dan dilakukan dengan pembedahan.Dalam hal ini akan
dibahas penanganan fraktur dengan pembedahan dan pemasanganplate and screw
sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang yang patah. Dengantujuan agar fragment
dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran dan dapatsambung lagi dengan
baik.Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar terhadap aktifitas penderitakhususnya
yang berhubungan dengan gerak dan fungsi anggota yang mengalami cedera akibat
fraktur. Berbagai tingkat gangguan akan terjadi sebagai suatu dampakdari jaringan
yang cedera, baik yang disebabkan karena patah tulangnya maupundikarenakan
kerusakan jaringan lunak disekitar fraktur atau karena luka bekasinfeksi saat
dilakukan pembedahan. Akibatnya adanya cedera akan terlihat adanya tanda tanda
radangmeliputi dolor (rasa nyeri), kalor (suhu yang meningkat), tumor (bengkak),
rubor (warna merah), dan function laesa (fungsi yang terganggu).Tingkat gangguan
akibat terjadinya fraktur seperti diatas dapatdigolongkan kedalam berbagai fase atau
tingkat dari impairment atau sebataskelemahan misalnya : adanya nyeri, bengkak

yang mengenai sampai menyebabkanketerbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan


terjadi kelemahan otot. Dampaklebih lanjut adalah adanya suatu bentuk functional
limitation atau fungsi yangterbatas, misalnya fungsi dari tungkai untuk berdiri dan
berjalan menjadi berkurangatau bahkan hilang dalam kurun waktu tertentu.
Disamping itu akan timbulpermasalahan berupa disabilitas atau ketidakmampuan
melakukan kegiatan tertentuseperti perawatan diri, seperti berpakaian, mandi, ke
toilet, dan sebagainya.Dalam kasus ini peran Fisioterapi dibutuhkan yang bertanggung
jawabmenangani dan

mengantisipasi timbulnya

gangguan gerak

fungsional

untukmengatasi masalah tersebut modalitas fisioterapi yang digunakan adalah


terapilatihan. Dalam penanganan permasalahan gerak dan fungsi Fisioterapi
bekerjasama dengan tim medis lain seperti Dokter, Perawat, Okupasi terapi,
Orthotikprostetik, dan Pekerja sosial Medis.
ETIOLOGI2,8
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera(trauma), seperti
kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang
melawan tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur
disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat berupa
benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang dipengaruhi oleh:

Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.


Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena

dan jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
menyebabkan

fraktur

melintang

dan

kerusakan

pada

kulit

diatasnya

sedangkanpenghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai


kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada
tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak
di tempat fraktur mungkin tidak ada.

Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan(fraktur kelelahan)


pada tulang menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda
lain, akibat tekanan berulang-ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi
oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau
tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat
ringan, tulang yang rapuh karena kelainan seperti osteoporosis,osteomyelitis atau
tumor seperti Ewings sarcoma atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang.
Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena kecelakaan sepeda motor sehingga
pasien tidak dapat berjalan atau berdiri.
PATOFISIOLOGI7-9, 10
Mekanisme Trauma:
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma
langsung,misalnya benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang tibia
dan dapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan
yang menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada
tulang tergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang
langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka
terbuka sampai ke tulang(fraktur terbuka).
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah,
sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut Terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya
respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi
dari plasma dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan
untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan
tulang.
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan

lemak tersebut masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai darah pada
organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
saraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan Compartment Syndrome.

Gambar 4: Fasciotomy with the skin graft


Tulang yang mengalami fraktur,jaringan lunak di sekitarnya mengalami
kerusakan,periostium terpisah dari tulang,terjadi pendarahan dan membentuk
bekuan

darah

sehingga

terbentuk

jaringan

granulasi,sel

osteogenik

berdiferensiasi menjadi kondroblas dan osteoblas. Terjadi pembentukan kalus


di sekitar lokasi fraktur dan kembali membentuk tulang yang intak.

Klasifikasi Fraktur:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
Fraktur Komplit- Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang
luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya
menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.

Fraktur Inkomplit-Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang


dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai
korteks (masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin(1993), fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,kulit masih utuh
dan tulang tidak menonjol melalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit karena ada
hubungan dengan dunia luar,maka berpotensi mendapat infeksi.
3. Menurut Long(1996) fraktur dibagi menurut garis patah tulang yaitu:
Jenis Fraktur
Linier

Penjelasan
Fraktur berbentuk 1 garis lurus biasanya pada antebrachii, cruris
atau cranium. Fraktur yang tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur ini mudah dikontrol dengan bidai gips.

Cominutiva

Biasa pada trauma hebat atau terkena peluru. Terputusnya keutuhan


jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

Spiral
oblique

dan Traumanya bersifat rotary dan diikuti interposisi dengan jaringan


sekitarnya, biasa pada antebrachii dan cruris. Yang oblique, garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

Avulsi

Fraktur yang disertai dengan robekan ligament, tendon, dan otot


(memisahkan fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligament)

Epifise

Merupakan pure cartilaginous fraktur yang mengenai epifise.


Salter&Harris membagikan fraktur ini kepada 5 tipe.

Impresi/Kompresi Fraktur berbentuk linier atau kominutiva dimana ada fragmen yang
menekan ke dalam. Fraktur Kompresi biasa terjadi pada columna
vertebralis.
Greenstick

Fraktur tidak sempurna, sering terjadi pada anak- anak, Korteks


tulangnya sebagian masih utuh begitu juga periosteumnya. Fraktur
ini akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan
fungsi normal.

Segmental

Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan


terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. Sulit ditangani karena

biasanya salah satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah


menjadi sulit untuk menyembuh sehingga perlu proses pembedahan.
Tabel 2: Jenis Fraktur Menurut Garis Patah Tulang

Gambar 5: Jenis Fraktur Tulang


Gejala Fraktur Tulang:
1) Nyeri: Dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya
spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.
2) Bengkak/oedema: Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur dan daerah di jaringan sekitarnya.
3) Memar : Disebabkan karena pendarahan dibawah kulit.
4) Spasme Otot: Kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi: Akibat kerusakan saraf, terkenanya saraf karena oedema.
6) Gangguan fungsi: Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri
atau spasme otot paralysis.
7) Mobilitas abnormal: Kebanyakannya terjadi pada fraktur tulang panjang.
8) Krepitasi: Rasa gemertak yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
9) Deformitas: Abnormalitas dari tulang hasil trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal.
10) Shock hipovolemik: Terjadi sebagai kompensasi jika terjadi pendarahan
hebat.
KOMPLIKASI

5 -7

Komplikasi Segera

Lokal:

(Komplikasi yang

-Kulit abrasi,laserasi,penetrasi

terjadi saat

-Pembuluh darah robek

fraktur atau

-Sistem saraf: Sumsum tulang belakang,saraf tepi motorik dan

segera setelahnya)

sensorik.
-Otot
-Organ dalam: Jantung,paru,hepar,limpa dan kandung kemih(fraktur
pelvis)
Umum:
-Rudapaksa/fraktur multiple

Komplikasi Dini

-Syok: Hemoragik,neurogenik
Lokal:

(Komplikasi yang

-nekrosis

terjadi beberapa

vena,infeksi sendi, osteomyelitis.

hari setelah
kejadian)

kulit,gangren,compartment

syndrome,thrombosis

Umum:
-Acute Respiratory Distress Syndrome,emboli paru,tetanus.

Komplikasi Lama

Lokal:

(Komplikasi

-sendi: ankilosis fibrosa,ankilosis osal.

terjadi setelah
fraktur tulang
lama)

-tulang:

gagal

taut/salah

pascatrauma,gangguan

taut.distrofi

reflex,osteoporosis

pertumbuhan,osteomielitis

berulang.
-Otot/tendo: penulangan otot,rupture tendon.
-Saraf: kelumpuhan saraf lambat
Umum:
-Batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.
Tabel 3: Komplikasi Patah Tulang

Komplikasi umum post operasi


1) Infeksi

dan

fraktur

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupainternal fiksasi
yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karenaluka yang tidak
steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulangtetapi
terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinyaperedaran
darah ke fragmen.
3) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5bulan mungkin
disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum danpergerakan pada tempat
fraktur .
4) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanyadefisiensi suplay
darah.
5) Mal union
Terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benarseperti adanya
angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.
Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan operasi yaitu kerusakanjaringan dan
pembuluh darah pada daerah yang dioperasi karena incisi. Pada lukaoperasi yang
tidak steril akan terjadi infeksi yang dapat menyebabkan prosespenyambungan tulang
dan penyembuhan tulang terlambat.
PENATALAKSANAAN2, 3,5,6
Prinsip umum penanganan fraktur terdiri dari 4R:
Recognition-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu
kejadian dan lokalisasi yang cedera.
Reposition-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar,
pengembalian fragment distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan
serta neurovascular terjamin baik.
Retaining-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar
dengan gips dan dalam dengan implant seperti K-wire,plate&screw.

Rehabilitation-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena


penyambungan fraktur butuh waktu yang lama.
Tujuan pengobatan fraktur adalah mengembalikan fungsi tulang yang patah dan
ekstremitasnya dalam keadaan normal, dalam jangka waktu sesingkat mungkin
dengan cara konservatif atau operatif:

Konservatif:
1

Dengan proteksi saja.

Dengan imobilisasi dengan memasang gips atau bidai pada fraktur yang
inkomplit atau fraktur dengan keadaan baik.

Traksi- manual- fiksasi externa

Perbaikan gizi atau asupan calcium yang lebih untuk memperkuat tulang.

Pengobatan dari segi farmakologis.

Operatif :
1

Reposisi tertutup dengan bimbingan radiologis.

Reposisi terbuka (ORIF)-menggunakan plate & screw serta Intramedullary


rod untuk menstabilkan tulang yang mengalami fraktur.

Fiksasi externa
Peranti fiksasi luaran yang melekat pada tulang dengan menggunakan
pin atau kabel dan terdiri daripada frame luaran. Alat fiksasi eksterna
terdiri dari pelbagai jenis dari frame uniaksial sederhana hingga ke
frame lingkaran kompleks untuk masalah fraktur yang lebih sukar.
Keuntungan utama adalah operasi minimal invasif dan aplikasi lebih
fleksibel. Kekurangan menggunakan fiksasi externa adalah infeksi

pada pin-track, penerimaan pasien yang rendah dan tahap yang lebih
tinggi untuk timbulnya malunion.
Alat ini sangat sesuai untuk digunakan dalam situasi di mana
pelaksanaan fiksasi dalaman mungkin sukar atau berisiko. Contohnya
termasuk fraktur metafisis distal tulang di mana telah ada sebelumnya
osteomyelitis, fraktur multipel atau kerosakan kulit luas dan
pembengkakan berikutan trauma energy tinggi. Fiksasi luaran boleh
digunakan untuk sementara dalam situasi ini sampai fiksasi dalaman
dianggap selamat.
Antara indikasi untuk fiksasi luaran adalah:
Fraktur tertutup dengan cedera jaringan lunak di sekitarnya.
Beberapa fraktur terbuka
Fraktur Juxta-artikular dimana nail&plate secara teknikal sukar.
Stabilisasi sementara fraktur tulang panjang pada multipel

trauma
Kaki memanjang selepas pemendekkan pasca-trauma
Koreksi deformitas sudut / putaran kompleks pasca-trauma.

Gambar 6: External Fixation


4

Fiksasi Interna

Peranti fiksasi dalaman terbahagi dalam dua kategori utama: peranti


intramedulla dan plate. Variasi lain yang digunakan, seperti skru atau
teknik pengkabelan. Intramedulla nail banyak digunakan dalam rawatan
patah tulang tungkai bawah tulang panjang pada orang dewasa. Implant ini
boleh dimasukkan dengan operasi minimal invasif dan sangat baik untuk
memulihkan keselarasan panjang

dan putaran. Peranti ini mempunyai

tahap potensi yang sangat rendah terhadap malunion serta komplikasi lain,

seperti jangkitan.
Fiksasi interna merupakan pilihan rawatan menggantikan fraktur tidak
stabil di mana reduksi yang lemah akan lebih compromise untuk
penyembuhan dan memberikan hasil yang fungsional. Hal ini sering
digunakan dalam patah tulang terbuka high energy trauma dan patah
tulang dengan saraf yang berkaitan kecederaan pembuluh darah, untuk
menghasilkan persekitaran/lingkungan luka yang stabil.

Gambar 7:

Contoh

Operasi

Plate&Screw

Indikasi dilakukannya operasi adalah :

Fraktur yang tidak bisa dengan terapi konservatif atau timbulnya bahaya
avaskuler nekrosis tinggi.

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.

Fraktur yang dapat direposisi secara tertutup tapi sulit dipertahankan.

Fraktur yang berdasarkan pengalaman, memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi.

Excisional arthroplasty (membuang fragmen yang patah yang membentuk


sendi) dan eksisi fragmen.

PROGNOSIS9
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi usia dan status kesehatan individu
serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka,
namun, individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur femur tertutup memiliki
tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen
dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/defromitas dapat diakibatkan
dari cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.

PENCEGAHAN9-10
Bagi mengelakkan terjadinya fraktur,terutama fraktur pada tungkai bawah, tindakan
yang perlu dilakukan ialah:

Makanlah makanan yang kaya akan kalsium dan vitamin D bagi meningkatkan
kekuatan tulang dan mengelak tulang menjadi keropos atau mudah patah

apabila diberi tekanan.


Menjadi aktif untuk mencegah terpeleset dan terjadinya fraktur yaitu dengan
Weight-bearing exercise, seperti bola sepak, berjalan atau melompat tali,
membantu membina tulang yang kuat. Olahraga juga penting untuk menjaga

berat badan yang sihat..


Selalu mengenakan sabuk pengaman saat mengemudi atau mengandarai mobil

bagi mengurangi efek fraktur jika terjadinya kecelakaan atau trauma.


Pakailah padding yang benar dan peralatan keselamatan ketika berpartisipasi

dalam kegiatan olahraga.


Mendapat paparan sinar UV matahari (pagi dan sore) yang cukup.
Meningkatkan bekalan vitamin C: Vitamin C penting dalam penyembuhan
luka, dan membantu menghasilkan protein kolagen yang penting untuk
pembentukan tulang sihat. Makan kaya dengan vitamin C seperti jeruk,

semangka, betik, paprika merah, stroberi, brokoli.


Meningkatkan pengambilan makanan yang kaya vitamin K. Selain membantu
pembekuan darah, vitamin K merupakan sebahagian penting daripada proses
biokimia yang mengikat kalsium ke tulang. Ini juga diperlukan untuk

pembentukan osteocalcin, protein tulang. Selain itu, vitamin K membantu


mempertahankan kalsium tubuh dengan mengurangkan kehilangan kalsium
dalam urin. Vitamin K didapatkan dari makanan hijau, sayur-sayuran dan
minyak sayur (canola, zaitun dan kacang soya).
PENUTUP
Laki 30 tahun kecelakaan sepeda motor dan didapati mengalami luka terbuka
pada regio kruris dextra 1/3 tengah ventral dengan ukuran 5x2 cm, tepi luka tidak rata,
sudut luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak adanya pendarahan aktif
dan adanya penonjolan fragmen tulang.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Price SA, Wilson LM. Fracture and dislocation. Pathophysiology: Clinical
Concepts of Disease Processes. Vol II. 6th ed;2006.
2. Luqmani R., Robbs J., Porter D., Keating J. Trauma. Textbook of
Orthopaedics, Trauma, and Rheumatology. 1st ed. Mosby Elsevier. 2008.
3. Mark H.B, Fletcher A.J, Jones T.V, Porter R. The Merck Manual Of Medical
Information Dictionary. 4th home edition. Pocket books reference; 2007.
4. Bickley L.S. Anamnesis. Bates Guide to physical examination and history
taking. International edition. 10th edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Wolters Kluwer Health; 2009.
5. Christy

L,

Kathryn

L.

Alteration

of

musculoskeletal

function.

Pathopyhsiology: The Biologic Basis For Disease In Adults and Children. 6 th


ed;2010.
6. Blundell A., Harrison R. Knee examination. Musculoskeletal examination 2.
OSCEs at A Glance. 1st ed. Wiley-Blackwell. A John Wiley & Sons Ltd.,
Publication; 2009.
7. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Tibial fracture. Classification and Diagnosis in
Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008.

8. Salminen ST, Bostman OM. Population based epidemiologic and morphologic


study of femoral shaft fractures.Department of Orthopaedics and
Traumatology, Helsinki University Central Hospital, Finland;2000. Diunduh
dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10738433. Diakses tanggal
29/03/2011.
9. Lawrence W, Gerard M. Fractures of the tibial. Current Surgical Diagnosis&
Treatment.11th ed. Mc Graw Hill Companies;2003.
10. Tibial Fracture. Ebsco Publishing;2011. Diunduh dari
http://www.thirdage.com. Diakses tanggal 30/03/2011.

Anda mungkin juga menyukai