Anda di halaman 1dari 17

FRAKTUR FEMUR DEXTRA

Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan tubuh, pelindung
organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam mineral,
namun fungsi tersebut biasa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan.
Pengertian dari fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Sedangkan fraktur colum femur adalah fraktur yang
terjadi pada colum femur.
Kecelakaan merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan biasanya terjadi mendadak
dan bisa mengenai semua umur. Fraktur collum femur merupakan jenis fraktur yang sering
ditemukan..tetapi dalam penanganannya masih banyak masyarakat yang berobat ke alternatif,
akan tetapi kenyataannya tidak semua orang berhasil dengan pengobatn alternatif tersebut
sehingga mengakibatkan keadaan yang yang lebih buruk atau terjadinya komplikasi seperti mual
unioun, non union ataupun delayed union, pada akhirnya keadaan tersebut mendorong orang
untuk berobat ke rumah sakit.

ANATOMI FEMUR 1

Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan trochanter
minor.Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan
acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae.Pada pusat caput terdapat lekukan kecil
yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.Sebagian suplai darah
untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah, belakang,
lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan
sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh
penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yang
menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista

intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum


quadratum.1
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat pada
permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.
Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai
crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.Tepian
lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior
batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah
berhubungan dengan linea aspera.Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk
daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior
dipisahkan oleh incisura intercondylaris.Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella.Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu.Di atas
condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.1

Fraktur Femur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa . Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum
tulang femur.2

Etiologi3
- Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
- Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
- Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh
fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.

Klasifikasi Fraktur Femur 4


a) FRAKTUR COLLUM FEMUR
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena
gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :
~ Fraktur intrakapsuler (Fraktur collum femur)
~ Fraktur extrakapsuler (Fraktur intertrochanter femur)
b) FRAKTUR SUBTROCHANTER FEMUR
Fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi dalam
beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi
Fielding & Magliato, yaitu :
~ tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
~ tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
~ tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
c) FRAKTUR BATANG FEMUR (dewasa dan anak-anak)4
Fraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalu
lintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian, patah pada daerah ini dapat
menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam
shock, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah.

Dibagi menjadi :

Tertutup

Terbuka, ketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah
dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat, yaitu ;
-

Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya
diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari
luar.

Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot, saraf, pembuluh darah)

d) FRAKTUR SUPRACONDYLER FEMUR


Fraktur supracondyler fragment bagian distal selalu terjadi dislokasi ke posterior, hal ini
biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot otot gastrocnemius, biasanya
fraktur supracondyler ini disebabkan oleh trauma langsung karena kecepatan tinggi
sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus atau varus dan disertai gaya rotasi.4
e) FRAKTUR INTERCONDYLAR
Biasanya fraktur intercondular diikuti oleh fraktur supracondular, sehingga umumnya
terjadi bentuk T fraktur atau Y fraktur.
f) FRAKTUR CONDYLER FEMUR
Mekanisme traumanya biasa kombinasi dari gaya hiperabduksi dan adduksi disertai
dengan tekanan pada sumbu femur keatas.

FRAKTUR FEMUR DEXTRA


Fraktur Collum Femur (DD)

Merupakan diskontinuitas tulang femur dibagian leher femur.Dapat terjadi akibat trauma
langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan trocanther mayor langsung terbentur pada
benda keras seperti jalanan.Pada trauma tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena
gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.

Klasifikasi
Stadium I

Stadium II
Fraktur lengkap yang tidak bergeser.

Stadium III
Fraktur lengkap tetapi dengan pergeseran sedang

Stadium IV
Fraktur yang bergeser secara hebat

PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR4,10


Secara ringkas tahap penyembuhan fraktur dibagi menjadi 5 tahap sebagai berikut :
1. Stadium Pembentukan Hematom :
- Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek
- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (periosteum & otot)

- Terjadi sekitar 1-2 x 24 jam


2. Stadium Proliferasi Sel / Inflamasi :
- Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur
- Sel-sel ini menjadi precursor osteoblast
- Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang
- Proliferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang

- Terjadi setelah hari ke-2 kecelakaan terjadi

3. Stadium Pembentukan Kallus :


- Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus)
- Kallus memberikan rigiditas pada fraktur
- Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu
- Terjadi setelah 6-10 hari setelah kecelakaan terjadi

4. Stadium Konsolidasi :
- Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu
- Secara bertahap menjadi tulang mature

- Terjadi pada minggu ke 3-10 setelah kecelakaan

5. Stadium Remodeling :
- Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur
- Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast
- Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, pada dewasa masih ada tanda penebalan tulang.10
Proses penyembuhan tulang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mencakup: usia, lokasi dan
jenis fraktur, kerusakan jaringan sekitar fraktur, banyaknya gerakan pada fragmen fraktur,
pengobatan, adanya infeksi atau penyakit lain yang menyertai (seperti diabetes mellitus), derajat
trauma, gap antara

ujung

fragmen

dan

pendarahan

pada

lokasi

fraktur.4

KOMPLIKASI FRAKTUR 5
a. Komplikasi segera
- Komplikasi lokal dapat berupa kerusakan kulit, pembuluh darah ( hematom, spasme arteri,

dan kontusio), kerusakan saraf, kerusakan otot, dan kerusakan organ dalam.
- Komplikasi sistemik syok hemoragik
b. Komplikasi awal
- Komplikasi lokal sekuele dari komplikasi segera, berupa nekrosis kulit, gangren,
trombosis vena, komplikasi pada persendian (artritis), dan pada tulang (infeksi/osteomielitis).
- Komplikasi sistemik emboli lemak, emboli paru, pneumonia, tetanus, delerium tremens.
c. Komplikasi lanjut6
- Komplikasi pada persendian dapat terjadi kontraktur dan kekakuan sendi persisten,
penyakit sendi degeneratif pasca trauma.
- Komplikasi tulang, penyembuhan tulang abnormal (malunion, delayed non union )
Mal union adalah keadaan dimana tulang menyambung dalam posisi tidak
anatomis, bisa sembuh dengan pemendekan, sembuh dengan angulasi, atau
sembuh dengan rotasi.
Delayed union adalah proses penyembuhan patah tulang yang melebihi waktu
yang diharapkan, hal ini berarti bahwa proses terjadi lebih lama dari batas waktu
yaitu umumnya 3-5 bulan.
Non union adalah keadaan dimana suatu proses penyembuhan patah tulang
berhenti sama sekali dan penyembuhan patah tulang tidak akan terjadi tanpa
koreksi pembedahan.6
d. Komplikasi pada otot miositis pasca trauma, ruptur tendo lanjut
e. Komplikasi saraf Tardy nerve palsy

ANAMNESIS
Anamnesis adalah proses tanya jawab untuk mendapatkan data pasien beserta keadaan dan
keluhan-keluhan yang dialami pasien. Anamnesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu auto

anamnesis dan hetero anamnesis. Auto anamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan
penderita sendiri. Sedangkan hetero anamnesis adalah bila tanya jawab dilakukan dengan orang
lain yang dianggap mengetahui keadaan penderita.7
Anamnesis umum
Dalam anamnesis umum ini berisi identitas pasien, dari anamnesis ini bukan hanya dapat
diketahui siapa pasien, namun juga dapat diketahui bagaimana pasien tersebut dan permasalahan
pasien. Identitas pasien terdiri dari nama pasien, umur, jenis kelamin, alamat, agama dan
pekerjaan pasien.
Anamnesis khusus, terdiri dari :
~ Keluhan utama
Merupakan keluhan atau gejala yang mendorong atau membawa penderita mencari pertolongan.
Biasanya merupakan ada tidaknya nyeri, oedem, keterbatasan gerak sendi akibat fraktur.
~ Riwayat penyakit sekarang
a) Riwayat perjalanan penyakit
Menggambarkan riwayat penyakit secara lengkap dan jelas.Yang biasa ditanyakan adalah kapan
terjadi fraktur, mekanisme terjadinya fraktur, penanganan pertama setelah trauma, dimana letak
keluhan, faktor yang memperberat dan memperingan keluhan.
b) Riwayat pengobatan
Menggambarkan segala pengobatan yang pernah didapat sebelumnya, riwayat penanganan
fraktur yaitu sudah pernah berobat atau ditangani dimana sebelumnya, bagaimana cara
penanganannya dan bagaimana hasilnya.
~ Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit baik fisik maupun psikiatrik yang pernah diderita sebelumnya. Dapat diketahui
apakah pasien dulu pernah mondok, pernah mempunyai penyakit yang serius, trauma,
pembedahan.
~ Riwayat keluarga

Penyakit-penyakit dengan kecenderungan herediter atau penyakit menular, misalnya apakah di


dalam keluarga pasien ada yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus, apakah mempunyai
penyakit pada tulang.
~ Riwayat pribadi
Menggambarkan hobby, olahraga, pola makan, minum alkohol, kondisi lingkungan baik di
rumah, sekolah atau tempat kerja yang mungkin ada hubungannya dengan kondisi pasien.
~ Anamnesis sistem
Anamnesis sistem ini dilakukan untuk melengkapi anamnesis atau pertanyaan-pertanyaan
sebelumnya. Anamnesis sistem ini meliputi kepala dan leher, sistem respirasi, sistem
kardiovaskuler, gastrointestinal, urogenital, muskuloskeletal dan nervorum. 7

PEMERIKSAAN FISIK7

Look

Pembengkakan,

memar

dan deformitas

(penonjolan

yang

abnormal,

angulasi,rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakahkulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cederaterbuka.

Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal darifraktur
untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darahadalah keadaan
darurat yang memerlukan pembedahan.

Movement :Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih pentinguntuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distalcedera.7

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK8


Pemeriksaan rontgen: Untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak
Pemeriksaan darah lengkap: Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(pendarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel),
Peningkatan Sel darah putih adalah respon stres normal setelah trauma.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

PENATALAKSANAAN5,9
1.

Penanganan awal dapat dengan istirahat, dan nyeri dapat diatasi dengan obat intravena
atau blok nervus femoralis. Blok nervus femoralis dapat dicapai dengan menyuntikkan
bupivakain 0,5% sebanyak 20 ml pada 2 cm dibawah ligamentum inguingalis dan dibagian
lateral terhadap arteri femoralis.

2.

Terapi konservatif.
Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Thomas dan penahan lutut

Pearson.

3.

Cast-bracing.

Spika panggul.
Terapi operatif.

Karena fraktur ini bersifat intra-artikuler, maka sebaiknya dilakukan terapi operatif dengan
fiksasi interna yang rigid untuk memperoleh posisi anatomis sendi dan segera dilakukan
mobilisasi.10

Empat prinsip dasar penanganan fraktur9


a. Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan
klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan: lokasi, bentuk
fraktur, menentukan teknnik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.
b. Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga didapat
posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis
dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi
seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoartritis dikemudian hari. Posisi
yang baik adalah: alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna. Fraktur yang
tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur impaksi dari humerus,
angulasi

c. Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan memfasilitasi


union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi
eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi, dan fiksasi interna meliputi inplan
logam seperti screw.
d. Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

PROGNOSIS
Prognosis dalam kasus ini dapat dilihat dari fraktur yang terjadi pada tulang , apakah
merupakan fraktur yang mula-mula normal atau pada tulang yang sudah berpenyakit (patah
tulang patologik), luas dan sifat fraktur, keberhasilan dari penatalaksanaan fraktur tersebut
seperti jarak waktu antara infeksi yang terjadi dan pemberian terapi , bila < 3 hari dapat

mencegah terjadinya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru, bila 3 7 hari tidak
mencegah kerusakan tulang, tapi dapat mencegah penyebaran infeksi, bila > 7 hari dapat
mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui darah (septikemia), tapi proses patologi
lokal sudah lanjut.

KESIMPULAN
Berdasarkan status lokalisasi yang terdapat pada kasus ini dan pemeriksaan tanda-tanda vital
yang dalam batas normal, kemungkinan laki-laki tersebut menderita fraktur femur dextra.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. Asia: John
Wiley & Sons; 2009.
2. Mansjoer A, Suprohaita,W.I Wahyu, S.Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3,jilid
2:Bab 42 Bedah Ortopedi. Jakarta:Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2000. h. 346-355
3. Yudha K.E, W.Esty, Y.Devi, P.E Karyuni. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC,
2009. h. 336-338
4. Rasjad, C. Buku pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Yarsif Watampone. Makassar:
2007. h. 352-489
5. M.H. Huriawati.d. Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg, Jilid 2.
Jakarta:Erlangga, 2007. h. 516-517
6. Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing
Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company
7. D.Frans. dr, P.David. dr. Pemeriksaan Fisik dan Anamnesis Klinis, Jakarta:EGC, 2009

8. M.Husny. dr, R.Dian. dr. Uji Diagnostik, Edisi 3. Jakarta:EGC, 2009. h. 823-827
9. Rudman N, Mcllmail D.Emergency department evaluation and treatment of hip and thigh
injuries. Emerg Med Clin North Am 2000;18:29-66.
10. C.Linda. dr, K.Poppy, dr. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6. Jakarta:EGC,
2000. h. 657-664

Anda mungkin juga menyukai