Anda di halaman 1dari 10

Berita Lembaga Negara

Nama

: Muhammad Naufal R.

Kelas/Absen

VIII E/24

MPR Punya Target Sidang Amandemen dan Haluan Negara


Tahun Depan

Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan mengatakan wacana begitu pentingnya haluan negara bagi
pembangunan Indonesia semesta sudah menjadi pembicaraan banyak pihak di Indonesia. Bagi
sebagian besar masyarakat,haluan negara diperlukan untuk memberikan arah atau panduan dan
kontinuitas pembangunan nasional.
"Namun, pentingnya munculnya haluan negara tidak bisa dilakukan tanpa pengkajian mendalam.
Haluan negara bukan hanya arah pembangunan nasional 5 atau 10 tahun mendatang. Tapi, haluan
negara harus dilakukan secara komprehensif," kata Zulkifli Hasan dihadapan sekitar 50 peserta
acara Focus Grup Discussion (FGD) di Hotel Grage Horison Bengkulu, Selasa (19/4).
Acara FGD yang mengusung tema 'Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Model
GBHN' ini terselenggara berkat kerjasama Badan Pengkajian MPR RI dengan Center for Election and
Political Party ( CEPP ) Fisip UI dan Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Turut hadiri Gubenur,
forkom pimda Bengkulu dan Rektor Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Zulkifli menjelaskan, mengapa perlu hati-hati soal haluan negara ini sebab untuk memunculkan
haluan negara seperti GBHN perlu amandemen UUD. Sedangkan banyak sekali pendapat dari
masyarakat yang pro dan kontra soal itu.
"Tapi memang sebagian besar sepakat bahwa dalam perjalanan reformasi selama ini sekitar 18 tahun,
Indonesia butuh haluan negara bagaimana pembangunan Indonesia dilaksanakan 5,10, 20, 50 tahun ke
depan," katanya.
Untuk itulah, lanjut Zulkifli, MPR RI melakukan rapat gabungan dan melakukan serap aspirasi ke
berbagai elemen masyarakat di berbagai daerah di Indonesia untuk menangkap ide, gagasan dan
masukan bagaimana amandemen dan haluan negara ini terwujud. Salah satunya dengan metode FGD
ke lima puluh perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
"Melakukan public hearing, mendengar pendapat para ahli tatanegara, akademisi-akademisi dan
kepala-kepala daerah dan pada akhirnya akan dikembalikan kepada rakyat," jelas Zulkifli.

Public hearing dan serap aspirasi masyarakat ini juga untuk mendikusikan segala persoalan yang
melingkupi munculnya halauan negara seperti siapa yang berwenang merumuskan halauan negara,
siapa yang mengesahkan, lalu.apalah ada sanksi jika haluan negara itu tidak dilaksanakan.
"Mudah-mudahan semua bahan itu sudah terkumpul semua di tahun ini, sehingga tahun berikutnya
kita bisa bersidang," tandasnya.
Kesimpulan dan komentar :
Kesimpulan

=> Pentingnya haluan negara bagi pembangunan Indonesia.

Komentar

=>

Soal GBHN, MPR Akan Adakan Referendum

Pada akhir tahapan, menurut Zulkifli Hasan, MPR akan melakukan referendum melalui survei. Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) sedang melakukan tahapan-tahapan untuk menyerap aspirasi masyarakat
terkait dengan wacana menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada akhir
tahapan MPR akan melakukan referendum melalui survei.
Demikian dijelaskan Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam jumpa pers di Hotel Grage, Cirebon, Jumat (6/5)
kemarin bersamaan dengan Safari Kebangsaan Merajut Kebhinnekaan di kota Cirebon.
Menurut Zulkifli, Safari Kebangsaan Merajut Kebhinnekaan juga untuk menyerap aspirasi masyarakat
tentang pentingnya GBHN. "Selain FGD, seminar di perguruan tinggi, yang terpenting adalah menyerap
aspirasi rakyat, kemudian public hearing dan kemungkinan bertanya langsung kepada rakyat melalui
referendum lewat survei," papar Zulkifli Hasan seperti dalam rilisnya.
Menurut Zulkifli, tidak perlu khawatir bila dilakukan amandemen terkait GBHN. "Kalau pada masa lalu,
amandemen bisa tidak terkendali. Sekarang sudah dikunci dengan pasal 37 ayat 2, amandemen UUD tidak
akan kemana-mana. Sebab, apa yang diamandemen, apa alasannya, dan apa perubahannya harus jelas.
Paripurna MPR tidak bisa membongkar semuanya, karena itu dinamakan amandemen terbatas," papar
Zulkifli.
Dia menambahkan kita sekarang sudah jauh dari konstitusi. Contohnya, ada gubernur yang maunya sendiri
saja. "Karena itu harus ada norma kuat yang mengatur. Itulah GBHN. Pada akhirnya kita akan bertanya
langsung ke rakyat," imbuhnya.
Progres saat ini, lanjut Zulkifli, semua fraksi dan kelompok dpd sudah sepakat. Dalam rapat gabungan,
fraksi dan kelompok DPD sepakat untuk melakukan tahapan-tahapan. "Tidak ada yang menolak.
Persoalanya, GBHN seperti apa? Inilah yang sedang kita kumpulkan melalui FDG, seminar, public
hearing," jelasnya.

"Target tahun ini adalah mengumpulkan bahan terkait GBHN. Bahan inilah yang akan ditindaklanjuti
fraksi-fraksi di MPR. Tahun depan mungkin diusulkan melalui sepertiga anggota MPR," pungkasnya.

Kesimpulan dan komentar :


Kesimpulan

=> MPR akan melakukan referendum melalui survei mengenai menghidupkan kembali
Garis- Garis Besar Haluan Negara (GBHN).

Komentar

=>

10 Usulan DPD RI untuk Amandemen ke-5 UUD 1945

DPD RI mengajukan 10 pokok pikiran dalam usulan amandemen atau perubahan ke-5 Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945. Hal itu dipaparkan dalam rapat membahas rencana amendemen ke-5 UUD 1945 yang
diikuti Ketua Fraksi MPR dari PDIP, PKB, Partai Nasdem, dan Wakil Ketua Fraksi Hanura MPR.
Ketua Fraksi PDIP MPR Ahmad Basarah mengatakan, 10 usulan itu perlu dibahas lebih lanjut. Setelah
diputuskan pasal-pasal apa saja yang akan diamandemen atau apakah usulan tersebut terakomodir, baru
kemudian diumumkan ke masyarakat.
"Kalau sudah kita sepakati pasal-pasal yang kita ubah, maka kita umumkan ke publik pasal-pasal yang
akan diubah," kata Basarah dalam rapat yang dipimpin oleh Ketua Kelompok DPD Bambang Sadono di
Ruang GBHN DPD RI, Senayan, Jakarta, Senin (26/1/2015).
Adapun isu-isu strategis yang diangkat DPD RI sebagai pokok-pokok usul amandemen UUD 1945, yakni:
1. Memperkuat Sistem Presidensial
Bangsa Indonesia harus memperjelas dan memperkuat penyelenggaraan sistem pemerintahan presidensial,
guna menjamin stabilitas politik secara nasional berdasarkan karakteristik dan latar belakang sejarah
bangsa.
2. Memperkuat Lembaga Perwakilan
Guna meningkatkan kualitas kebijakan dari segi derajat keterwakilan dalam setiap pembentukan peraturan
perundang-undangan, diperlukan mekanisme check and balances antarkamar dalam fungsi legislasi
lembaga perwakilan.
3. Memperkuat Otonomi Daerah

Negara perlu mengatur pola hubungan antara pusat-daerah secara bertingkat, serta lebih memberikan ruang
kepada daerah untuk menjalankan otonominya.

4. Calon Presiden Perseorangan


Mekanisme pemilihan pemimpin bangsa sebaiknya tidak saja melalui partai politik, melainkan membuka
pintu bagi calon perseorangan.
5. Pemilahan Pemilu Nasional dan Pemilu Lokal
Pemilahan pemilu nasional dengan pemilu lokal secara teknis dimaksudkan agar penyelenggaraan pemilu
lebih sederhana, sekaligus memetakan isu-isu pemilu secara nasional dan lokal.
6. Forum Previlegiatum
Diperlukan suatu kepastian hukum bagi seorang pejabat negara yang menghadapi proses peradilan, agar
tidak 'tersandera' proses hukum yang berlarut-larut.
7. Optimalisasi Peran Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai court of law (pengadilan) perlu mempunyai kewenangan yang lebih
optimal dalam hal pengujian peraturan perundang-undangan, memutus sengketa kewenangan lembaga
negara, memutus perselisihan hasil Pemilukada, dan pengaduan konstitusional (constitutional complaint).
8. Penambahan Pasal Hak Asasi Manusia
Semangat yang dibangun adalah bahwa negara harus berupaya semaksimal mungkin untuk merealisasikan
jaminan-jaminan hak asasi manusia (HAM) yang sudah diakui dalam konvensi. Secara khusus perlu diatur
mengenai hak terhadap perempuan, pekerja, dan pers.
9. Penambahan Bab Komisi Negara
Terdapat 5 komisi negara yang perlu dimasukkan dalam UUD 1945, yakni Komisi Pemilihan Umum
Komisi Pemberantasan Korupsi, Komisi Yudisial, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan Komisi
Kebebasan Pers, sebagai pilar-pilar penunjang negara hukum.
10. Penajaman Bab tentang Pendidikan dan Perekonomian
Negara perlu menegaskan jaminan hak warganegara dalam memperoleh pendidikan dan pelatihan. Negara
juga perlu melakukan penguasaan atas cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan atau
menguasai hajat hidup orang banyak untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (Rmn)

Kesimpulan dan komentar :

Kesimpulan

=> DPD RI mengajukan 10 pokok pikiran dalam usulan amandemen atau perubahan ke-5
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Komentar

=>

Ketua MPR Tampung Gagasan Amandemen ke-5 UUD 1945

Dalam Komitmen Jakarta hasil Kongres Kebangsaan yang digagas Forum Pemimpin Redaksi, pada poin
ke-3 terselip gagasan untuk melakukan amandemen ke-5 UUD 1945. Gagasan itu mendapat respons dari
Ketua MPR Sidarto Danusubroto.
"Semua opsi kita tampung dan kita rapatkan dengan semua fraksi MPR yang ada, karena harus keputusan
bersama," kata Sidarto di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2013).
Meski memikirkan opsi tersebut, Sidarto menyatakan, akan mengkaji dan meninjau 8 poin yang tertuang
dalam Komitmen Jakarta. Sejak menggantikan posisi alamarhum Taufik Kiemas, Sidarto menerima banyak
masukan mengenai sistem ketatanegaraan dan evaluasi dari amandemen UUD 1945.
"Ada 3 kelompok yang datang kepada saya, dan memepertanyakan apakah sistem pemerintahan dan
ketatanegaraan yang dianut Indonesia sudah tepat?" imbuh Sidarto.
Sidarto mengungkap, kelompok pertama datang dari mereka yang menginginkan kembali ke UUD 1945.
Kelompok kedua, merupakan hasil kajian Dewan Perwakilan Daerah yang membawa usulan untuk
amandemen ke-5 UUD 1945. "Ini hasil blusukan tim DPD ke daerah, mereka menginginkan beberapa
usulan diamandemen," ujarnya.
Kelompok ketiga, lanjut Sidarto, adalah kelompok yang bertanggung jawab dengan 4 kali amandemen
UUD 1945. Sidarto menuturkan, kelompok tersebut gelisah dan tidak nyaman karena dituduh telah
melahirkan UUD 2002 yang tak berpedoman pada UUD 1945.
"Mereka bilang ke saya, yang salah itu bukan yang diamandemen tapi adalah UU turunannya," tandas
Sidarto. (Ado/Mut)

Kesimpulan dan komentar :


Kesimpulan

=> Ketua MPR Tampung Gagasan Amandemen ke-5 UUD 1945

Komentar

=>

Bertemu Jokowi, Pimpinan MPR Sampaikan Rencana


Amandemen UUD

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Istana
Merdeka, Jakarta. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Ketua MPR Zulkifli Hasan menyampaikan
mengenai adanya pendapat untukmelakukan amandemen terhadap Undang-Undang Dasar (UUD).
Menurut Zul, pada rapat gabungan dengan pemerintah itu disarankan agar MPR melakukan tahapantahapan, karena ini amandemen (mengubah) konstitusi harus hati-hati.
Zulkifli mengakui, untuk mengamandemen haluan negara perlu dilakukan diskusi dengan berbagai
kalangan, seperti perguruan tinggi, ahli hukum pakar tata negara, kementerian/lembaga, pemerintah
daerah, serta mendengarkan pendapat masyarakat.
Ia menyebutkan, untuk amandemen fraksi-fraksi di MPR semuanya setuju, maka akan dilakukan tahapantahapan dan kelompok DPD.
Karena itu, lanjut Zulkifli, perlu diadakan rapat gabungan serta akan dilakukan Focus Group Discussion
(FGD) dengan 50 perguruan tinggi untuk bicara mengenai hal ini dari sisi ekonomi, politik, keamanan,
sosial, budaya serta hukum tata negara.
Kepada wartawan, Zulkifli Hasan juga menyampaikan bahwa dalam 18 tahun reformasi ini ada yang
tertinggal mengenai pembangunan karakter bangsa, wawasan kebangsaan, cinta Tanah Air, persaudaraan
kebangsaan, serta Empat Pilar Kebangsaan.
"Nah, 18 tahun ini ada sesuatu yang kurang, yaitu roh kebangsaan mulai kurang. Bahkan akhir-akhir ini
banyak anak muda yang tidak paham mengenai apa itu Pancasila, termasuk juga lambang-lambang

negara," ungkap Zulkifli di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, seperti dikutip dari laman Setkab,
Kamis (14/4/2016).
Oleh karena itu, lanjut Zulkifli, Pimpinan MPR menyampaikan pentingnya lembaga, apa pun lembaganya,
agar bersama pemerintah pusat, kabupaten, kota, provinsi dan semua pihak untuk bersama-sama
melaksanakan sosialisasi Empat Pilar tersebut atau 4 konsep dasar berbangsa bernegara secara masif.
Dalam kesempatan ini, Zulkifli juga menyampaikan undangan kepada Presiden untuk menghadiri agenda
Sidang Tahunan MPR, Hari Pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni yang dilaksanakan di Gedung Merdeka
Bandung, serta Hari Konstitusi tanggal 18 Agustus di Gedung MPR.
"Kita berharap nanti Bapak Presiden dan Bapak Wakil Presiden juga hadir. Nanti Bapak Presiden akan
menyampaikan pidato kebangsaan. Presiden juga menyatakan untuk hadir," kata Zulkifli.
Dalam pertemuan konsultasi itu hadir Ketua MPR Zulkifli Hasan serta Wakil Ketua MPR Oesman Sapta,
Hidayat Nur Wahid, Evert Ernest Mangindaan, dan dan Mahyudin.
Sementara Jokowi didampingi Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Sekretaris Kabinet
(Seskab) Pramono Anung, Menko PMK Puan Maharani, dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Kesimpulan dan komentar :
Kesimpulan

=> Rencana Amandemen UUD MPR saat bertemu Jokowi.

Komentar

=>

Anda mungkin juga menyukai