240210150073
1B
IV.
pula
kompleksometri
yang
dikenal
sebagai
titrasi
kelatometri
CH2-COOH
Mg(OH)2 + 2H+
OH
NaO3SN = N
N
O
2
Gambar 2. Struktur EBT (Day dan Underwood, 1999)
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari
dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang
mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam
membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam.
Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan
murni
sehingga
EDTA
banyak
dipakai
dalam
melakukan
percobaan
(tak berwarna)
(biru)
V labu
V pipet
100
berat sampel (mg)
V titrasi 0,2432
Mg
Volume labu yang digunakan adalah 250 mL dengan volume pipet yang
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 10 mL.
Ca2+ merupakan ion logam yang mampu bereaksi dengan EDTA namun
ikatannya dengan EDTA tergolong lemah sehingga Ca2+ harus ditambahkan
kadar
kalsium
(tak berwarna)
tersebut
(biru)
dilakukan
dengan
perhitungan
V labu
V pipet
100
berat sampel (mg)
V titrasi 0,4008
Ca
Volume labu yang digunakan adalah 250 mL dengan volume pipet yang
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 10 mL.
Namun penetapan kadar ini tidak dilakukan dalam praktikum karena terdapat
kendala dalam pembuatan larutan MgEDTA.
4.2
Kesadahan Total
V Titrasi
mg
EDTA/ml CaCO3/L
5,9
118 ppm
2,6
52 ppm
Air Keran
Air
Mineral
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Kesadahan Tetap
V Titrasi
mg
EDTA/ml CaCO3/L
5,7
114 ppm
3,2
64 ppm
Kesadaha
n
Sementara
4 ppm
-12 ppm
5,9 0,01100
=118 ppm
50 103
250
50
250 103
=114 ppm
250
50
250 10
=64 ppm
= 4 ppm
= -12 ppm
CaIn- + H+
Mg2+ +HIn2-
MgIn- + H+
CaY2- + 2H+
Mg2+ +H2Y2-
MgY2- + 2H+
Reaksi yang terjadi saat mencapai titik akhir titrasi sebagai beikut:
MgIn- +H2Y2-
MgY2- + HIn- + H+
Sampel air keran memiliki nilai kesadahan total terbesar sebesar 118 ppm
dengan kesadahan tetap sebesar 114 ppm dan kesadahan sementara 4 ppm,
sedangkan air mineral memiliki nilai kesadahan total terbesar sebesar 52 ppm
dengan kesadahan tetap sebesar 64 ppm dan kesadahan sementara -12 ppm.
Didapatkan nilai minus pada kesadahan sementara sampel air mineral yang
kemungkinan karena terjadi kelebihan titrasi pada saat titik akhir.
Menurut Ebie dan Noriatsu (1992), tingkat kesadahan air biasanya digolongkan
seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Kesadahan
mg/l CaCO3
0-75
75-150
150-300
>300
Sumber: Ebie dan Noriatsu, 1992
Tingkat Kesadahan
Lunak (soft)
Sedang (moderately hard)
Tinggi (hard)
Tinggi sekali (very hard)
Pemanasan
Proses pengendapan kimia, dan
Pertukaran ion (Ion Exchange)
Proses pertama yang dapat dilakukan yaitu pemanasan. Penghilangan
2 CaCO3
Dipanaskan
Mengendap
+ H2O + 2CO2
2 MgCO3
Dipanaskan
+ H2O + 2CO2
Mengendap
Garam MgCO3 mempunyai kelarutan yang lebih besar di dalam air panas,
namun semakin rendah temperatur air kelarutan MgCO3 semakin kecil, bahkan
hingga menjadi tidak larut dan dapat mengendap. Garam CaCO 3 kelarutannya
lebih kecil daripada MgCO3, sehingga pada air panas sebagian CaCO 3
mengendap, pada air dingin pengendapannya akan lebih banyak lagi. Oleh karena
sifat ini maka air sadah tidak dikehendaki pada air industri karena dapat
menimbulkan endapan/kerak pada peralatan pemanas seperti boiler dan lain
sebagainya. Untuk skala rumah tangga jika air yang mengandung kesadahan yang
cukup tinggi jika dimasak atau dididihkan maka akan menimbulkan endapan di
dalam ketel dan jika air yang telah dimasak didinginkan maka kesadahan
sementara yang ada di dalam air dapat diturunkan.
Proses penghilangan kesadahan yang lainnya yaitu pengendapan kimia.
Proses penghilangan kesadahan dengan pengendapan kimia bertujuan untuk
membentuk garam-garam kalsium dan magnesium menjadi bentuk garam-garam
yang tidak larut sehingga dapat diendapkan dan dapat dipisahkan dari air. Bentuk
garam kalsium dan magnesium yang tidak larut dalam air adalah kasium karbonat
dan magnesium hidroksida. Penghilangan kesdahan dengan pengendapan kimia
dapat dilakukan dengan proses Kapur-Soda Ash (Lime Soda Softening) atau
dengan proses soda kaustik. Seluruh bentuk kesadahan juga dapat diendapkan
dengan cara penambahan soda kaustik (caustic soda, NaOH). Persamaan
rekasinya adalah sebagai berikut:
CO2 + 2NaOH
Ca2+ + 2(HCO3)- + 2NaOH
Mg2+ + 2(HCO3)- + 4NaOH
Akan tetapi, proses stabilisasi yang paling umum digunakan adalah konversi
CaCO3, atau Mg(OH)2 menjadi bentuk yang larut dengan penambahan karbon
dioksida (CO2). Proses tersebut dinamakan proses rekarbonasi (recarbonation
process). Derajat keasaman (pH) akhir umumnya adalah 8,5 9,5 tergantung ratio
karbonat dan bikarbonat yang diharapkan.
2CaCO3 + CO2 + H2O
Mg(OH)2 + CO2
Proses yang ketiga yaitu pertukaran ion. Pada proses pertukaran ion
kalsium dan magnesium ditukar dengan sodium. Pertukaran ini berlangsung
dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang terbuat dari
bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada
awalnya menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa
disebut zeolit. Agar lebih efektif bahan greendsand diproses terlebih dahulu. Pada
saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan bahan sintesis yang lebih
efektif yang disebut resin penukar ion. Ada dua jenis resin penukar ion yaitu resin
penukar ion positif dan resin penukar ion negatif. Untuk menghilangkan
kesadahan atau untuk pelunakan air digunakan resin penukar ion positif.
Resin penukar ion positif (kation) yang digunakan secara komersial
umumnya dalam bentuk asam kuat atau asam lemah. Resin penukar ion positif
(kation) asam kuat dapat menghilangkan seluruh kation atau ion positif yang ada
di dalam air, sedangkan resin penukar ion positif asam lemah umumnya dibatasi
hanya untuk menghilangkan kesadahan yang berhubungan dengan alkinitas
karbonat. Selain dalam bentuk asam kuat atau asam lemah ada pula yang ada
dalam bentuk netral (intermediate).
Resin penukar ion mempunyai afinitas yang berbeda terhadap tiap jenis
ion yang ada di dalam air. Akibatnya resin penukar ion menunjukkan urutan
selektivitas untuk tiap jenis ion yang terlarut di dalam air. Untuk resin penukar ion
positif dalam bentuk asam kuat (strong acid cation exchange resin) urutan jenis
Ca-Z + 2Na2SO4
Na2Z + MgSO4
Mg-Z + 2Na2SO4
Na2Z + CaCl2
Ca-Z + 2NaCl
Na2Z + MgCl2
Mg-Z + 2NaCl
Na2Z + FeCl2
Mg-Z + 2NaCl
Na2Z + MnCl2
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum titrasi kompleksometri, dapat disimpulkan:
1. Kesadahan air total terbesar terdapat pada sampel air keran sebesar 118
ppm CaCO3 dan pada sampel lab sebesar 52 ppm CaCO3.
2. Sampel pada praktikum masih dapat digunakan dalam kehidupan seharihari tetapi tidak dapat digunakan untuk minum.
3. Cara menghilangkan kesadahan dapat dilakukan dengan cara pemanasan,
pengendapan kimia, dan pertukaran ion.
4. Kandungan ion-ion logam dalam sampel air keran lebih banyak daripada
sampel air minum
5.2 Saran
krannya.
Alat lainnya yang digunakan harus bersih.
Titrasi harus dilakukan dengan teliti agar didapatkan volume yang benar.
Brault, J. L. 1991. Water Treatment Handbook. 6th Edition. Volume I and II.
Degremont. Lavoiser Publishing, Paris.
Day, R. A. dan Underwood A. L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Ebie, K. Dan Noriatsu, A. 1992. Sanitary Egineering for Practice (Esei Kougaku
Engshu), Water and Wastewater (Jusoido To Gesuido). Morikira Shupang,
Tokyo.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press, Jakarta.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Syarat-Syarat Kualitas Air Bersih.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990. Indonesia.
Peavy, H. S. et. al. 1986. Environmental Engineering. Mc Graw-Hill Book
Company, Singapore.
Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia . UI Press. Jakarta.