Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Konsep Negara demokrasi sudah banyak diterapkan hampir diseluruh
Negara di muka bumi, baik pada Negara kerajaan atau republik. Paham
demokratis ini banyak diikuti karena demokrasi sendiri didasari oleh nilai-nilai
yang positif dan mengandung unsur-unsur moral universal.
Sistem demokrasi yang menjamin akan hak-hak sipil dan hak politik
rakyat dalam suatu Negara seperti yang dianut oleh Indonesia yang secara
eksplisit disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 (UUD 1945). Oleh karena itu, Negara yang menyatakan dirinya sebagai
negara demokrasi dalam konstitusinya, pasti melaksanakan kegiatan pemilu untuk
memilih pemimpin negara atau pejabat publik yang baru. Pemilihan umum
merupakan bagian dari pelaksanaan prinsip demokrasi.
Pemilihan umum dalam Negara demokrasi Barat dewasa ini menjadi
model ideal bagi Negara demokrasi pada Negara-negara yang sementara
berkembang yang mengimpor konsep Negara modern demokrasi Pada Negara
demokrasi sementara berkembang yang mengimpor konsep demokrasi barat itu,
pemilu setidak-tidaknya merupakan peristiwa menegangkan bahkan kadangkala
merupakan peristiwa berdarah, sehingga sering dihindari dengan cara menunda
pemilu. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap sistem pemilu yang digunakan
dalam suatu Negara.
Ada dua sistem pemilihan umum yang sering digunakan oleh beberapa
Negara, yaitu sistem pemilu Distrik dan Proporsional. Dengan keberadaan sistem
pemilu tersebut,
. Oleh karena itu melalui penulisan makalah ini akan menjelaskan tentang
sistem pemilu distrik dan sistem pemilu proporsional serta

kelebihan dan

kekurangan dari sistem pemilu distrik dan proporsional.


B. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem dari pemilu proporsional ?


Bagaimana sistem dari pemilu distrik?

Apa kelebihan dan kekurangan dari sistem pemilu distrik dan proposional?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Pemilu Proporsional


Sistem pemilihan proporsinal adalah suatu sistem pemilihan di mana kursi
yang tersedia di parlemen dibagikan kepada partai-partai politik (organisasi
peserta pemilihan umum) sesuai dengan dengan imbangan perolehan suara yang
didapat partai politik/ organisasi peserta pemilihan bersangkutan. Oleh karena itu
disebut juga dengan sistem berimbang. 1
Dalam sistem ini, wilayah negara merupakan satu daerah pemilihan. Akan tetapi,
karena luasnya wilayah negara dan jumlah warga negara yang cukup banyak,
wilayah itu dibagi atas daerah-daerah pemilihan (misalnya provinsi menjadi satu
daerah pemilihan). Kepada daerah-daerah pemilihan ini dibagikan sejumlah kursi
yang harus diperebutkan, luas daerah pemilihan, pertimbangan politik dan
sebagainya. Hal yang pasti adalah jumlah kursi yang diperebutkan pada masingmasing daerah pemilihan lebih dari satu, karena itu sistem pemilihan proporsional
ini disebut juga dengan Multi member constituency. Sisa suara dari masingmasing peserta pemilu di daerah pemilihan tertentu tidak dapat lagi digabungkan
dengan sisa suara di daerah pemilihan lainnya.
Sistem

Pemilu

Proporsional

merupakan

system

pemilihan

yang

memperhatikan proporsi atau perimbangan antara jumlah penduduk dengan


jumlah kursi disuatu daerah pemilihan. Dengan system ini, maka dalam lembaga
perwakilan, daerah yang memiliki penduduk lebih besar akan memperoleh kursi
lebih banyak disuatu daerah pemilihan, begitupun sebaliknya. Sistem ini juga
mengatur tentang proporsi antara jumlah suara yang diperoleh suatu partai politik
untuk kemudian dikonversikan menjadi kursi yang diperoleh suatu parta politik
tersebut. Dasar pemikiran Proporsional adalah kesadaran untuk menerjemahkan
penyebaran suara pemilih bagi setiap partai menurut proporsi kursi yang ada di
legislatif.2
1 Nimatul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta:PT Raja
Grafindo persada,2012)Hal. 293.
2 https://lovenadewi.wordpress.com/mata-kuliah-an/ilmu-politik/sistempemilu/

Varian dari sistem pemilu Proporsional ini terdiri atas:


1. Sistem Proporsional Terbuka
Sejak Pemilu 1955 hingga 1999, pemilu di Indonesia digelar di
bawah sistem proporsional tertutup (closed lists). Dengan sistem ini,
pemilih hanya memilih tanda gambar partai. Suara itu jatuh untuk partai,
yang kemudian didistribusikan ke daftar calon anggota legislatif (caleg)
yang disusun pimpinan partai yang secara implisit berada di balik tanda
gambar yang dipilih pemilih.
2. Sistem Proporsional Tertutup
Pada Pemilu 2004 lalu, terjadi perubahan. Pemilih tidak lagi hanya
memilih tanda gambar partai, tapi juga sudah boleh memilih langsung
nama caleg. Daftar caleg sudah eksplisit dimuat di surat suara, agar bisa
dicontreng. Undang-Undang No 12/2003 tentang Pemilu Legislatif, pada
Pasal 6 Ayat (1) menyatakan Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan sistem
proporsional dengan daftar calon terbuka.3
Segi-segi positif dari sitem pemilihan proporsional adalah:

suara yang tebuang sangat sedikit


partai-partai politik kecil/minoritas, besar kemungkinan mendapat kursi
diparlemen.

Sedangkan segi-segi negatif dari sistem pemilihan proporsional adalah:


sistem ini mempengaruhi fragmentasi partai politik dan timbulnya partaipartai politik baru. Sistem ini tidak menjurus kea rah integrasi nermacammacam

golongan

dalam

masyarakat,

tetapi

kecendrungan

lebih

mempertajam perbedaan-perdaan yang ada dan oleh karena itu kurang


terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan,

3 Ibid.

sebagai akibatnya sistem pemerintahan umum ini memperbanyak jumlah

partai politik.
Setiap calon yang terpilih menjadi anggota parlemen merasa dirinya lebih
terikat kepada partai politik yang mencalonkan dan kurang merasakan

loyalitasnya kepada rakyat yang telah memilihnya.


Banyaknya partai politik mempersukar dalam membentuk pemerintah
yang stabil, lebih-lebih dalam sistem pemrintahan parlementer. Karena
pembentukan pemerintah/ cabinet harus didasarkan atas koalisi (kerja

sama) antara dua partai politik atau lebih.


Terjadinya pencerminan pendapat yang salah tingkat pertama.4

B. Sistem Pemilu Distrik


Sistem pemilihan distrik adalah suatu sistem pemilihan yang wilayah negaranya
dibagi atas distrik-distrik pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah kursi
yang tersedia di parlemen. Setiap distrik pemilihan hanya memilih satu orang
wakil dari calon-calon yang diajukan oleh masing-masing partai politik/
organisasi peserta pemilihan umum. Oleh karena itu, sistem ini juga disebut
Single member constituency. Pihak yang menjadi pemenangnya (calon terpilih)
adalah yang memperoleh suara terbanyak (mayoritas) dalam distrik tersebut.5
Varian sistem dari pemilu distrik adalah sebagai berikut:
1. First Past The Post
Sistem ini ditujukan demi mendekatkan hubungan antara calon legislatif
dengan pemilih. Kedekatan ini akibat daerah pemilihan yang relatif kecil (distrik).
Sebab itu, First Past The Post kerap disebut sistem pemilu distrik. Wilayah distrik
kira-kira sama dengan satu kota (misalnya: Kota Depok, Kota Bekasi, Kota
Bogor, dan sejenisnya). Kecilnya wilayah yang diwakili, membuat warga kota
4 Nimatul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia (Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada,2012),hal. 294
5 Ibid.

mengenal siapa calon legislatifnya. Jika sang calon legislatif menang pemilu,
maka warga kota mudah melihat kinerjanya.6
2. Block Vote
Sistem ini adalah penerapan pluralitas suara dalam distrik dengan lebih dari 1
wakil. Pemilih punya banyak suara sebanding dengan kursi yang harus dipenuhi
di distriknya, juga mereka bebas memilih calon terlepas dari afiliasi partai
politiknya. Mereka boleh menggunakan banyak pilihan atau sedikit pilihan, sesuai
kemauan pemilih sendiri. Block Vote biasa digunakan di negara dengan partai
politik yang lemah atau tidak ada. Tahun 2004, Kepulauan Cayman, Kepulauan
Falkland, Guernsey, Kuwait, Laos, Libanon, Maldives, Palestina, Suriah, Tonga,
dan Tuvalu menggunakan sistem pemilu ini. Sistem ini juga pernah digunakan di
Yordania (1989) Mongolia (1992), dan Filipina serta Thailand hingga tahun 1997.7
3. Two Round System
Two Round System (TRS) adalah sistem mayoritas/pluralitas di mana proses
pemilu tahap 2 akan diadakan jika pemilu tahap 1 tidak ada yang memperoleh
suara mayoritas yang ditentukan sebelumnya (50% + 1). TRS menggunakan
sistem yang sama dengan FPTP (satu distrik satu wakil) atau seperti BV/PBV
(satu distrik banyak wakil). Dalam TRS, calon atau partai yang menerima proporsi
suara tertentu memenangkan pemilu, tanpa harus diadakan putaran ke-2. Putaran
ke-2 hanya diadakan jika suara yang diperoleh pemenang tidak mayoritas. Jika
diadakan putaran kedua, maka sistem TRS ini bervariasi. Sistem yang umum
adalah, mereka yang ikut serta adalah calon-calon dengan suara terbanyak
pertama dan kedua putaran pertama. Ini disebut majority run-off, dan akan
menghasilkan suara mayoritas bulat (50%+1). Sistem lainnya diterapkan di
Perancis, dimana dalam putaran kedua, calon yang boleh ikut adalah yang
memperoleh lebih dari 12,5% suara di putaran pertama. Siapapun yang
6 https://lovenadewi.wordpress.com/mata-kuliah-an/ilmu-politik/sistempemilu/
7 Ibid

memenangkan suara terbanyak di putaran kedua, ia menang, meskipun tidak 50%


+ 1 (mayoritas). Negara-negara yang menggunakan Two Round System adalah
Perancis, Republik Afrika Tengah, Kongo, Gabon, Mali, Mauritania, Togo, Mesir,
Haiti, Iran, Kiribati, Vietnam, Belarusia, Kyrgyztan, Turkmenistan, dan
Uzbekistan.8
4. Alternative Vote Alternate Vote (AV)
Sama dengan First Past The Post (FPTP) sebab dari setiap distrik dipilih satu
orang wakil saja. Bedanya, dalam Alternate Vote pemilih melakukan ranking
terhadap calon-calon yang ada di surat suara (ballot). Misalnya rangkin 1 bagi
favoritnya, rangking 2 bagi pilihan keduanya, ranking 3 bagi pilihan ketiga, dan
seterusnya. Alternate Vote sebab itu memungkinkan pemilih mengekspresikan
pilihan mereka di antara kandidat yang ada, ketimbang Cuma memilih 1 saja
seperti di FPTP. Alternate Vote juga berbeda dengan FPTP dalam hal perhitungan
suara. Jika FPTP ada 1 calon yang memperoleh 50% suara plus 1, maka otomatis
dia memenangkan pemilu distrik. Dalam Alternate Vote, calon dengan jumlah
pilihan rangking 1 yang terendah, tersingkir dari perhitungan suara. Lalu, ia
kembali diuji untuk pilihan rangking 2-nya, yang jika kemudian terendah menjadi
tersingkir. Setiap surat suara kemudian diperiksa hingga tinggal calon tersisa yang
punya rankin tinggi dalam surat (ballot) suara. Proses ini terus diulangi hingga
tinggal 1 calon yang punya suara mayoritas absolut, dan ia pun menjadi wakil
distrik. Alternate Vote, sebab itu, merupakan sistem pemilu mayoritas. Sistem
pemilu Alternate Vote digunakan di Fiji dan Papua Nugini. 9
5. Party Block Vote
Esensi Party Block Vote sama dengan FPTP, bedanya setiap distrik partai punya
lebih dari 1 calon. Partai mencantumkan beberapa calon legislatif dalam surat
suara. Pemilih Cuma punya 1 suara. Partai yang punya suara terbanyak di distrik
8 https://lovenadewi.wordpress.com/mata-kuliah-an/ilmu-politik/sistempemilu/
9 Ibid

tersebut, memenangkan pemilihan. Caleg yang tercantum di surat suara otomatis


terpilih pula. Sistem ini digunakan di Kamerun, Chad, Jibouti, dan Singapura. 10
Segi-segi positif sistem pemilihan distrik adalah :

Hubungan antara si pemilih dengan wakilnya sangat dekat, karena itu


partai-partai politik tidak berani mencalonkan orang yang tidak popular
dalam distrik tersebut. Terpilihnya seorang calon biasanya karena kualitas

dan Kepopulerannya, dan baru kemudian kepopuleran partai politiknya.


Sistem ini mendorong bersatunya partai-partai politik. Karena calon yang
terpilih hanya satu, beberapa partai politik dipaksa/ terpaksa bergabung
untuk mencalonkan seorang yang lebih popular dan berkualitas serta

berbakat di antara calon-calon yang lain.


Sistem pemilihan ini akan mengakibatkan terjadinya penyederhanaan

jumlah partai politik.


Organisasi penyelenggaraan pemilihan dengan sistem ini lebih sederhana,
tidak perlu memakai banyak orang untuk duduk dalam panitia pemilihan.
Biaya lebih murah dan perhitungan suara lebih singkat karena tidak perlu
menghitung sisa suara yang terbuang.11

Segi-segi negative sistem pemilihan distrik adalah sebagai berikut.


Kemungkinan akan ada suara yang terbuang. Bahkan, ada kemungkinan

calon terpilih mendapat suara minoritas lawan-lawannya.


Sistem ini akan menyulitkan partai-partai kecil dan golongan-golongan

minoritas. Sukar bagi mereka mempunyai wakil di lembaga perwakilan.


Terjadinya pencerminan pendapat yang salah tingkat pertama dan tingkat
kedua. 12

10 https://lovenadewi.wordpress.com/mata-kuliah-an/ilmupolitik/sistem-pemilu/
11 Nimatul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia(Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada,2012),hal.295
12 Ibid. Hal 296

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem pemilihan proporsinal adalah suatu sistem pemilihan di mana kursi yang
tersedia di parlemen dibagikan kepada partai-partai politik (organisasi peserta
pemilihan umum) sesuai dengan dengan imbangan perolehan suara yang didapat
partai politik/ organisasi peserta pemilihan bersangkutan. Oleh karena itu disebut
juga dengan sistem berimbang. Sedangkan Sistem pemilihan distrik adalah
suatu sistem pemilihan yang wilayah negaranya dibagi atas distrik-distrik
pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah kursi yang tersedia di parlemen.
Setiap distrik pemilihan hanya memilih satu orang wakil dari calon-calon yang
diajukan oleh masing-masing partai politik/ organisasi peserta pemilihan umum.
Dalam hal ini Indonesia menganut sistem pemilu proporsional terbuka
dilihat dilihat dari pemilu-pemilu yang sebelumnya, tapi juga pernah menerapkan
sistem proporsional tertutup yang dalam hal ini masyarakat atau pemilihnya
memilih partainya saja dan yang memilih wakilnya di DPR ditentukan oleh partai
yang menang.
Baik sistem pemilu distrik ataupun proporsional memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

B. Saran
makalah ini mempunyai banyak kekurangan dan jauhnya dari
kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah penulis harapkan dan rekan pembaca sekalian demi kesempurnaan karya
tulis ini. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
9

Nimatul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT.Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2012.
https://lovenadewi.wordpress.com/mata-kuliah-an/ilmu-politik/sistem-pemilu/

10

Anda mungkin juga menyukai