Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada umumnya, penyakit-penyakit yang terjadi pada lanjut usia termasuk juga
penyakit infeksi serimg memberikan gejala-gejala yang tidak jelas, sehingga
memerlukan kecermatan untuk segera dapat mengenalnya, karena penaganan atau
pengobatan yang terlambat terhadap penyakit infeksi dapat berakibat fatal. Pada
infeksi slauran pernafasan misalnya, lansia sering tidak mengalami demam atau hanya
demam ringan disertai batuk-batuk ringan bahkan hanya didapati nafsu makan
berkurang atau tidak ada sama sekali, rasa lelah disertai penampilan seperti orang
binggung yang dialami dalam beberapa hari ini, yang jelas berbeda dengan gejalagejala penyakit pada infeksi orang dewasa. Gejala-gejala penyakit infeksi yang tidak
khas tadi bukan saja perlu dikenal dan dipahami oleh dokter ataupun petugas
kesehatan lainnya tetapi perlu juga dikenal dan dipahami oleh masyarakat awam agar
sesegera mungkin membawa lansia untuk mendapat pengobatan.
Secara umum, memang penyakit infeksi telah dapat dikendalikan, akan tetapai
pada lansia hal ini masih merupakan suatu masalah, karena berkaitan dengan
menurunnya fungsi organ tubuh dan daya tahan tubuh terhadap proses menua. Bahkan
diluar negeri yang kemjauan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak diragukan lagi
ternyata angka kematian akibat beberapa penyakit infeksi pada lansia masih ajuh lebih
tinggi dibandingkan dengan orang dewas, yang membuktikan bahwa infeksi masih
merupakan masalah penting pada lansia.
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita
kelompok usia lanjut merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur
muda; (2) akibat gejala sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit
akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok,
minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-penyakit yang mudah terjadi akibat
usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok usia lanjut juga mengikuti
pola penyebab atau kejadian tersebut.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
1

Untuk mengetahui dan mengidentifikasi sindrome geriatri dan gangguan


kesehatan yang utama pada lansia Respirasi
2. Tujuan khusus
1. Menjelaskan Definisi Sindrom Geriatri
2. Menjelaskan Jenis dan klasifikasi geriatri syndrom
3. Menjelaskan Etiologi Geriatric Syndrome
4. Menjelaskan Manifestasi Geriatric Syndrome
5. Menjelaskan Penatalaksanaan Geriatric Syndrome
6. Menjelaskan Pencegahan Geriatri Syndrom
7. Menjelaskan Gangguan Fisiologis karena Menua
8. Menjelaskan Gangguan Kesehatan yang Utama Respiratorik pada Lansia
9. Menjelaskan Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sindrom Geriatri
1. Definisi Sindrom Geriatri

Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tamplan klinis
yang tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. (Vina. 2015)
Sindrom geriatri meliputi gangguan kognitif, depresi, inkontinesia,
ketergantungan fungsional, dan jatuh. Sindrom ini dapat menyebabkan angka
morbiditas yang signifikan

dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah.

Sindrom ini biasanya melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin
memiliki kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda, dan memerlukan
interventasi dan strategi yang berfokus terhadap faktor etiologi (Panitaetal, 2011)
Dalam menilai kesehatan lansia perlu dibedakan antara perubahan akibat
penuaan dengan perubahan akibat proses patologis. Beberapa problema klinik dari
penyakit pada lanjut usia yang sering dijumpai.
Sindrom geriatri antara lain:
- The O Complex : fall, confusion, incontinence, iatrogenic disorders,
-

impaired homeostasis
The Big Three: Intelectual failure, instability, incontinence
The 14 I : Immobility, impaction, Instability, iatrogenic, intelectual
Impairment,

Insomnia,

Incontinence,

Isolation,

Impotence,

Immunodeffciency, Infection, Inanition, Impairment of Vision, Smelling,


Hearing, Impecunity.
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih,
diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis.
Gangguan keseimbangan (Instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan
dapat mengalami patah tulang. Inkontinesia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin
yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan
frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
Inkontinesia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena
malu atau tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan menganggapnya sebagai sesuatu
yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Gangguan depresi pada
usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak dikenali. Gejala depresi pada
usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Infeksi sangat erat
kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi yang sering
dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi
lain seperti kurang gizi, multipatologi dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut
terkena infeksi.
3

Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan penurunan
kegiatan waktu senggang, status fungsional, gunsi sosial, dan mobilitas. Gangguan
penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan
disabiltas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul dan mobilitas. Pasien
geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering
tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejla
menjadi tidak jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri
adalah hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit
kardiovaskular.
2. Jenis dan klasifikasi geriatri sindrome (Vina, 2015)
a) Imobility (Imobilisasi)
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menhilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan
imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa
nyeri, lemah, kekuatan otot, ketidaksembangan dan masalah psikologis.
b) Instability (Instabilitas dan jatuh)
Gangguan keseimbangan (instabilitas) akan memudahkan pasien geriatri
terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak faktor yang berperan
untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor instrinsik (faktor risiko yang ada
pada pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh
adalah mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,
memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan
otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar
lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c) Intelektual Impairment (Gangguan Kognitif)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan fungsi
intelektual dan memori yang dapat disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungantingkat kesadaran. Demensia tudak hanya masalah pada memori.
4

Demensia mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,


menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola
sentuh, psien menjadi perasa dan terganggunya aktivitas.
d) Incontinence (Inkontinensia Urin dan alvi)
WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar
feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis. Definisi lain
menyatakan

inkontinensia

alvi/fekal

sebagai

perjalanan

spontan

atau

keyidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui anus.


Kejadian inkontinensia alvi/fekal lebih jarang dibandingkan inkontinensia urin.
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi
dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
Inkontinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarga karena
malu atau tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan mengganggapnya sebagai
sesuatu yang wajar pada orang usia lanjut serta tidak perlu diobati.
1) Inkontinensia urin akut reversibel
Meruakan setiap kondisi yang menghambat mobilitas pasien dapat memicu
timbulnya inkontinensia urin fungsional atau memburuknya inkontinensia
persisten, seperti fraktur tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resistensi urin karena obat-obatan atau obstruksi anatomis dapat pula
menyebabkan inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan uretra
mungkin

kan

memicu

inkontinensia

urin.

Konstipasi

juga

sering

menyebabkan inkontinensia akut.


2) Inkontinensia urin persisen
Dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara meliputi anatomi, patofisiologi
dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis, klasifikasi klinis lebih
bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan intervensi klinis. Kategori
meliputi:
3) Inkontinensia urin stres
Tak terkendalinnya aliran urin akibat meningkatnya tekanan intraabdominal
seperti pada saat batu, bersin atau berolehraga. Umumnya disebabkan oleh
melemahnya urin pada lansia dibawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada
wanita tetapi mungkn terjadi pada laki-laki akibat kerusakan pada sfingter
urethra setelah pembedahan transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh

mengeluarkan urin pada saat tertawa, batu atau berdiri. Jumlah urin yang
keluar dapat sedikit atau banyak.
4) Inkontinensia urin urgensi
Keluarnya urin secara tak

terkendali

dikaitkan

dengan

sensasi

keinginanberkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan dengan


kontraksi detrusor tak terkendali. Masalah-masalah neurologis sering
dikaitkan dengan inkontenansia urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit
parkinson, demensia dan cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup
waktu untuk sampai ditoilet setelah timbul keinginan untuk berkemih
sehingga timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
menrupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia diatas 75 tahun
5) Inkontinensia urin luapan/overflow
Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi kandung
kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi anatomis, seperti
pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes melitus atau sclerosis
mulltiple yang menyebabkan berkurang atau tidak berkontraksinya kandung
kemih dan faktor-faktor obat-obatan. Pasien mengeluh keluarnya sedikit urin
tanpa adanya sensasi bahwa kandung kemih sudah penuh.
6) Inkontenansia urin fungsional
Merupakan keadaan yang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari
dan

tidak

dapat

diperkirakan.

Inkontenansia

fungsional

merupakan

intenkonensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi
ada faktor lain seperti gangguan kognitif berat meyebabkan pasien sulit untuk
mengidentifikasi perlunya urinasi (misal demensia Alzheimer) atau gangguan
fisik yang menyebabkan pasien sulit atau tidak mungkin menjangkau toiley
untuk melakukan urinasi.
e) Isolation (Depresi)
Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehngga banyak kasus tidak
dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut sering kali dianggap sebagai bagian dari
proses menua. Faktor yang memeperberat depresi adalah kehilangan orang yang
dicintai, kehilangan rasa aman, taraf kesehatan menurun
f) Impotence (impotensi)
50% pria pada umur 65 tahun dan 75 % pria pada usia 80 tahun mengalami
impotensi. 25 % terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan seperti : anti
hipertensi, anti psikosa, anti depressant, litium (mood stabilizer). Selain karena
mengkonsumsi obat-obatan, impotensi dapat terjadi akibat menurunnya kadar
hormon.
6

g) Immunodeficiency (penurunan imunitas)


Perubahan yang dapat terjadi dari proses menua adalah: berkurangnya imunitas
yang dimediasi oleh sel, rendahnya afinitas produksi antibodi, meningkatnya
autoantibodi, terganggunya fungsi makrofag, berkurangnya hipersensitivitas tipe
lambat, atrofi timus, hilangnya hormon timus, berkurangnya produksi sel B oleh
sel-sel sumsum tulang
h) Infection (infeksi)
Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia
lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adlaah saluran kemih, pneumonia, sepsis dan
meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan
memudahkan usia lanjut terkenaa infeks.
i) Inanitation (malnutrisi)
Etiologi malnutrisi yaitu : malnutrisi primer terjadi sebab dietnya mutlak salah
satu kurang, malnutrsi sekunder atau bersayarat. Kelemahan nutrisi panda
hendaya terjadi pada lansia karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis
yang tidak disengaja. Anoreksia pada lanjut usia merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang
tidak diinginkan. Faktor predisposisi malnutrisi adlah: pancaindra untuk rasa dan
bau berkurang, kehilangan gigi alamiah, gangguan motilitas usus akibat tonus
otot menurun, penurunan produksi asam lambung.
j) Impaction (konstipasi)
Konstipasi oleh Holson adalah 2 dari keluhan-keluhan berikut yang berlangsung
dalam 3 bulan, konsistensi fese keras, mengejan dnegna keras saat BAB, rasa
tidak tuntas saat BAB meliputi 25 % dari keseluruhan BAB. Faktor resiko yang
menyebabkan konstipasi adalah: obat-obatan (narkotik golongan NSAID , antasid
aluminium, diuretik, analgeti), kondisi neurologis, gangguan metabolik,
psikologis, penyakit saluran cerna, lain-lain (diet rendah serat, kurang olahraga,
kurnag cairan)
k) Insomnia (gangguan tidur)
Merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya
mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit memetahankan
kondisi tidur. Sekitar 57% orang lanjut usia di komunitas mengalami insomnia
kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap terjaga sepnjang malam, 19 %
mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19 % mengalami kesulitan untuk tertidur. Pada
usia lanjut umunya mengalami gangguan tidur seperti: kesulitan untuk tertidur,
kesulitan mempertahankan tidur nyenyak, bangun terlalu pagi. Faktor yang
menyebabkan insomnia: perubahan irama sirkadian, gangguan tidur primer,
7

penyakit fiisik (hipertiroid, arteritis), penyakit jiwa, pengobatan polifarmasi,


demensia.
l) Latrogenik disorder (gangguan latrogenik)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, sering kali
menyebabkan pasien mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya.
Pemberian oabta pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat
akan dimetabolisme dihati sedangkan pada lansia terjadi penurunan faal hati juga
terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagian
besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat
tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek toksik.
m) Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal yang
biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan penglihatan pada pasien geriatri
yang diarawat di indonesia mencapai 24 %. Gangguan penglihatan berhubungan
dengan penurunan kegiatan waktu senggang , status fungsional, fungsi sosial dan
mobilitas. Gangguan pengliahatn dan pendengaran berhubungan dengan kualitas
hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh, fraktur panggul
dan mortalitas.
3. Etiologi (Vina. 2015)
a. Immobility
Lansia yang terus-menerus berada ditempat tidur (disebut berada pada keadaan
(bed rdden). Berakiabt atrofi otot, decubitus, malnutrisi, serta pnemonia. Faktor
resikonya dapat berupa osteortritis, gangguan penglihatan, fraktur, hipotensi
postural, anemia, stroke, nyeri, demensia, lemah otot, vertigo, keterbatsan ruang
lingkup, PPOK, gerak sendi hipotiroid dan sesak napas, imobilisasi pada lansia
diakibatkan oleh adanya gangguan nyeri, kekakuan, ketidakseimbangan, serta
kelainan psikologis.
b. Instability
Akibat yang ditimbulkan seperti peristiwa jatuh merupakan masalah yang juga
penting pada lansia terutama lansia wanita.
c. Intelektual impaired
Gangguan intelektual berlangsung progresif disebut demensia. Muncil secara
perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Gangguan
depresi juga merupakan penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering
ditemukan namun seringkali terabaikan.depresi disebabkan oleh adanya suasana
hati atau mood yang bersifat depresif yang berlangsung sekurang-kurangnya 2
minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetatif (berupa gangguan tidur,
8

penurunan minat, perasaan bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi,


hilangnya nafsu makan.
d. Incontinance
Adalah penegluaran urin/feses tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang
cukup sehingga mengakibatkan maslah gangguan kesehatan atau sosial. Ini bukan
kinsekuensi normal dari pertambahan usia. Penyebanya kelainan urologi (radang,
batu, tumor), kelainan neurologi (stroke, trauma medula spinalis, demensia)lainya
(imobilisasi, lingkungan). Dapat akut disaat timbul penyakit atau yang kronik.
e. Isolation
Penyebabnya : kehilangan orang/objek yang dicintai, sikap pasimistik,
kecenderungan

beradumsi

negatif

terhadap

suatu

pengalaman

yang

mengecewakan, kehilangan integritas pribadi, penyakit degeneratif kronik tanpa


dukungan sosial yang adekuat.
f. Impotance
1) DE organik akibat gangguan endokrin, neurogenik, vaskuler (aterosklerosis
atau fibrosis)
2) DE psikogenik merupakan penyebab utama pada gangguan organik,
walaupun faktor psikogenik ikut memegang peranan. DE jenis ini yang
berpotensi reversible potensial biasanya yang disebabkan oleh kecemasan,
depresi, rasa bersalah, masalah perkawinan atau juga akibat dari rasa takut
akan gagal dalam hubungan seksual.
g. Immuno-deficiensi
Daya tahan tubuh yang menurun pasa lansai merupakan fungsi tubuh yang
terganggu dengan bertambahnya umur seseorang. Walupun tidak selamanya hal
ini disebabkan oleh proses menua, tapi dpaat pula karena berbagai keadaan seperti
penyakit menahun maupun penyakit akut yang dapat menyebabkan penurunan
daya tahan tubuh seseorang, demikian juga penggunaaan berbagai obat, gizi yang
kurang, penurunan fungsi organ tubuh dan lain-lain.
h. Infection
Terjdi akibat beberapa hal antara lain adanya penyakit penyakit yang cukup
banyak, menurunnya daya takan/imunitas terhadap infeksi, menurunya daya
komunikasi sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini. Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
peningkatan temperatur badan, sering dijumpai pada usia lanjut.
i. Inanitation
Penyebab terjadinya gizi buruk adalah depresi berkabung, imobilisasi, penyakit
kronis (PPOK, rematik, gagal jantung, diabetes, gagal ginjal, dispepsia, gangguan
hati, keganasan), demensia dan demam.
9

j. Impaction
Konstipasi yang terjadi pada lansia dibabkan karena pergerakan fisik pada lansia
yang kurang mengkonsumsi makan berserat, kurang minum, juga akibat
pemberian obat-obatan tertentu.
k. Insomnia
Pada lansia dapat disebabkan oleh faktor yang trdiri dari nyeri kronis, sesak napas
pada penyakit paru obstruktif kronis, gangguan psikiatrik (gangguan cemas dan
depresi), penyakit neurologi (parkinsons disease, alzheimer disease)dan obatobatan kortikosteroid dan diuretik)
l. Gangguan pendengaran, penglihatan dan penciuman
Sistem pendengaran: kehilangan mendengar bunyi dengan nada yang sangat tinggi
akibat dari berhentinya pertumbuhan saraf dan berakhirnya pertumbuhan organ
basal yang mengakibatkan matinya rumah siput didalam telinga. Dapat mendengar
pada suara rendah.
Sitem penglihatan daa penurunan yang konsissten dalam kemampuan untuk
melihat objek pada tingkat penerangan yang rendah serta menurunnya sensivitas
terhadap warna.
Daya penciuman menjadi kurang tajam dengan bertambahnya usia,
sebagian karena pertumbuhan sel didalam hidung berhenti dan sebagian lagi
karena semakin lebatnya bulu rambut dilubang hidung.
4. Manifestasi Geriatric Syndrom (Vina,2015)
a. Imobilisasi
1) Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan
2) Keterbatsan mengerakan sendi
3) Adnya kerusakan aktivitas
4) Penurunan ADL dibantu orang lain
5) Malas untuk bergerak atau latihan mobilitas
b. Inkontinensia
1) Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan
2) Inkotinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan
gambaran seringnya terburu-buru berkemih
3) Enuresis nokturnal: keluarnya urin saat tidur malam hari
c. Demensia
1) Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2) Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
3) Gangguan kepribadian dan perilaku
4) Mudah tersinggung, bermusuhan
5) Keterbatasan dalam ADL
6) Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
7) Tak bisa pulang kerumah bila berpergian
8) Sulit mandi makan, berpakaian dan toilet
d. Konstipasi
1) Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
10

2) Mengejan keras saat BAB


3) Masa feses yang keras dan sulit keluar
4) Perasaan tidak tuntas saat BAB
5) Sakit pada daerah rectum saat BAB
6) Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
7) Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
8) Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB
e. Depresi
1) Ganguan tidur
2) Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), pandangan kabur,
gangguan saluran cerna, ganguan nafsu makan, kontipasi, perubahan berat
badan
3) Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat, aktivitas mental
meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian disekitarnya, fungsi
seksual berubah (libido menurun), gejala biasanya lebih buruk dipagi hari.
f. Malnutrisi
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sitem kekebalan tubuh yang rendah (mengakibatkan tubuh kesulitan melawan
infeksi
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gigi yang membusuk
6) Gusi bengkak dan berdarah
7) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8) Badan badan kurang
9) Pertumbuhan yang lambat
10) Kelemahan pada otot
11) Perut kembung
12) Tulang yang mudah patah
13) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
g. Insomnia
1) Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2) Wajah kelihatan kusam
3) Mata merah, hingga timbul bayangan gelap dibawah mata
4) Lemas, mudah cemas
5) Sulit berkonsentrasi, depresi, gangguan memori dan mudah tersinggung
h. Immune Deficeincy
1) Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandungkan bakteri
2) Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
3) Infeksi respiratorius dan oral thrushumum terjadi
4) Terjadi failure to thrive tanpa adanya infeksi
i. Impoten
1) Tidak mampu ereksi sama sekali atau tidak mampu mempertahankan ereksi
secara berulang (paling tidak selama 3 bulan)
2) Tidak mampu mencapai ereksi yang konsisten
3) Ereksi hanya sesaat

11

5. Penatalaksanaan Geriatric Syndrome (Vina, 2015)


Pendekatan peripurna pasien geriatri merupakan prosedur pengkajian multidimensi.
Pendekatan multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai masalah pada pasien
geriatri, mengidentifikasi semua aseit pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan yang
dibutuhkan, dan mengembangkan rencanna asuhan yang berorientasi pada
kepentingan pasien. Beberapa penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik
diantaranya:
a. Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D, E & mineral yang cukup.
Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka kecukupan
gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting, bukan dalam
jumlah besar pada sekali makan. Protein sebaiknya mengandung asam amino
esensial. Leusin adalah asam amino esensial dengan kemampuan anabolisme
protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarkopenia.
b. Pengaturan olahraga secara teratur
Kemampuan dasar seperti: berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif. Aktivitas
fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu
peningkatan masa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi energy
expenditure, metabolis glukosa dan cadangan protein
c. Pencegahan infeksi dengan vaksin
d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif
dan recon ditioning cepat setelah mengalami stres dnegna renutrisi dan fisioterapi
individual
e. Terapi pengabatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya
perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari
penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya.
Penatalaksaanna resiko jatuh:
1) Perhatikan penggunaan alat bantu melihat (kaca mata) dan alat bantu
dengar (earphone)
2) Evaluasi dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Evaluasi kemampuan kognitif
4) Beri lansia bantu berjalan seperti hand rail walker
Penatalaksanaan gangguan tidur:
1) Tingkatkan aktivitas rutin setiap hari
2) Ciptakan lingkungan yang nyaman
3) Kurang konsumsi kopi
4) Berikan benzodiazepine seperti temazepam (7,5-15mg)
6. Pencegahan geratric syndrome (Vina, 2015)
1) Promosi
12

Merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung untuk meningkatkan


derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Merupakan proses advokasi kesehatan
untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesinal dan masyarakt terhadap
praktik kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Untuk membantu
organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan bergerak kearaha kesehatan yang
optimal serta mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan yang
sehat tentang perilaku hidup mereka. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia:
a. Mengurangi cedera, dilakukan dnegan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah
b. Meningkatkan keamanan ditempat kerja bertujuan untuk mengurangi
terpapar dengan bahan-bahan kimia
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk bertujuan untuk
mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi radiasi
dirumah
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mutu yang bertujuan
untuk mengurangi karies gigi serta memlihahara kebersihan gigi dan mulut
2) Pencegahan preventif
a. Melakukan pencegahan primer meliputi: pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jemisnya:
program imunisasi, konseling, berhenti merokok, dan minum beralkohol,
dukungan nutrisi, keamanan didalan dan sekitar rumah, menejemen stres
b. Melakukan pencegahan sekunder melputi : pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit belum tampak
secara klinis dan mengidap faktor resiko. Jenisnya: kontrol hipertensi,
deteksi dan pengobatan kanker, screening, pemeriksaan rektal, papsmear,
gigi mulut
c. Melakukan pencegahan tersier : dilakukan sebelum terdapat gejala penyakit
dan cacat, mencegah cacat bertambah dan ketergantungan serta perawatan
dengan perawtan dirumah sakit, rehabilisasi pasien rawat jalan dan
perawatan jangka panjang.

13

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Gangguan Fisiologis karena Menua (Sistem respirasi)


Penuaan merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh setiap
manusia. Walaupun proses penuaan merupakan sesuatu yang normal, akan tetapi pada
kenyataannya proses ini lebih menjadi beban. Hal ini secara keseluruhan tidak bisa
dipungkiri oleh beberapa orang yang merasa lebih menderita karena pengaruh
penuaanini. Proses penuaan ini mempunyai konsenkuensi terhadap aspek biologis,
psikologis, dan sosial (Watson, 2003).
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. Penurunan aktivitas silia
menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan
sekret.Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga
jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal
50m), menyebabkan terganggunya proses difusi.Penurunan oksigen (O2) Arteri
menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak
terangkut semua kejaringan. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2

14

dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus
alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan terhadap
perubahan fungsi pulmonal. Perubahan Anatomi dan Gangguan Fungsi Pulmonal:
Perubahan
Kalsifikasi kartilago kosta

Hasil
Peningkatan

diameter

anteroposterior
Peningkatan

abdomen diagfragma
Peningkatan kerja pernapasan
Peningkatan
resiko
untuk

Atrofi otot pernapasan


Penurunan

dalam

rekoil

elastis
Pembesaran duktus alveolar
Peningkatan

ukuran

pernapasan

dan

kekakuan trakea dan jalan


napas pusat
(Mickey,2006)

terjadinya

kelelahan

otot

inspirasi
Peningkatan volume penutupan
Peningkatan udara yang terjebak
Ketidakcocokan ventilasi perfusi
Menurunnya area permukaan

Perubahan
Penurunan PaO2
Penurunan kecepatan
aliran

ekspirasi

maksimal
Peningkatan

volume

residu
Menurunnya kekuatan
kapasitas vital
Menurunnya kapasitas
vital

alveolar
Menurunnya kapasitas difusi
Peningkatan ruang mati

Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh
susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi sel, jaringan atau organ. Menurut
(Stanley, 2006), perubahan anatomi yang terjadi pada sistem respiratory akibat
penuaan sebagai berikut :
a. Paru-paru kecil dan kendur.
b. Hilangnya recoil elastic.
c. Pembesaran alveoli.
d. Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu.
e. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi.
f. Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.

15

g. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru.


h. Kelenjar mucus kurang produktif.
i. Penurunan sensivitas sfingter esophagus
j. Penurunan sensivitas kemoreseptor.
Perubahan lain seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk dan muntah
mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan perlindungan pada sistem pulmonal.
Penyebab Perubahan Cadangan Fisiologi dan Mekanisme Perlindungan Pulmonal:
Perubahan
Hilangnya silia

Hasil
Kurang

Konsekuensi
efektifnya Peningkatan risiko gangguan

peningkatan mukosilia
respirasi
Penurunan refleks muntah Jalan napas yang tidak Peningkatan
dan bantuk
Pengumpulan
terhadap

terlindung
respons Penurunan saturasi oksigen

hipoksemia

hiperkapnia
Penurunan fungsi

dan

risiko

pulmonal
Penurunan

cadangan

fisiologis

limfosit Penurunan respons antibodi Peningkatan

dan imunitas humoral

cedera

terhadap antigen spesifik

kerentanan

terhadap infeksi
Berkurangnya

respons

hipersensitivitas
(respons

negatif

lambat
palsu

terhadap tes derivatif protein


yang dimurnikan)
Penurunan

efisiensi

dari

Penurunan fungsi reseptor 2

vaksinasi
Penurunan respons terhadap Peningkatan kesulitan dalam

Penurunan motilitas esofagus

agonis 2 yang dihirup


menangani asma
Peningkatan risiko refluks ke Peningkatan risiko terjadinya

dan gaster dan hilangnya esofagus

aspirasi

tonus sfingter kardiak


(Mickey.2006)
Perubahan sistem seperti pulmonal kompliam paru dan dinding dada turut berperan dalam
peningkatan kerja pernafasan sekitar 20% pada usia 60 tahun. Atrofi otot-otot pernafasan
dan penurunan kekuatan otot-otot pernapasan pada lansia. Perubahan-perubahan tersebut
16

turut berperan dalam penurunan konsumsi oksigen maksimum. Perubahan-perubahan pada


interstisium parenkim dan penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan
penurunan difusi oksigen. Perubahan-perubahan ini, bila dikombinasikan dengan sekitar
50% pengurangan respons hipoksia danhiperkapnia pada usia 65 tahun. Dapat
mengakibatkan penurunan efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitasnya. (buku
gerontik). (Mickey.2006)
Implikasi klinis dari perubahan pada sistem respirasi sangat banyak. Perubahan
struktural, perubahan fungsi pulmonal, dan perubahan sistem imun mengakibatkan suatu
kerentanan untuk mengalami kegagalan respirasi akibat infeksi, kanker paru, emboli
pulmonal, dan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK).
Perubahan normal sistem pulmonal akibat penuaan dan implikasi klinisnya.
Perubahan Normal yang berhubungan dengan
Penuaan
Paru-paru kecil dan kendur
Hilangnya rekoil elastis
Pembesara alveoli
Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu
Pengerasan

bronkus

dengan

Implikasi Klinis
Penurunan daerah permukaan untuk
difusi gas
Penurunan

saturasi

O2

dan

peningkatan peningkatan volume


Diapnea pada saat aktivitas

resistensi
Kalsifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga
pada kondisi pengembangan
Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan
dasar paru
Kelenjar mukus kurang produktif

Emfisema senilis
Pernapasan abdominal
Hilangnya suara paru pada bagian
dasar
Atelektasis
Akumulasi cairan
Sekresi
kental,

sulit

untuk

dikeluarkan
Hilangnya sensasi haus
Silia kurang aktif
Aspirasi
Tidak ada perubahan dalam PaCO2
Kurang aktifnya paru-paru pada

Penurunan sensitivitas sfingter esofagus

gangguan asam basa


(Mickey,2006)
Proses penuaan menyebabkan beberapa perubahan structural dan fungsional pada
toraks dan paru paru. Kita ketahui bahwa tujuan pernapasan adalah untuk pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara lingkungan eksternal dan darah. Pada lansia ditemukan
17

alveoli menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler kapiler yang
kurang berfungsi, sehingga kapasitas penggunaan menurun karena kapasitas difusi paru
paru untuk oksigen tidak dapat memenuhi permintaan tubuh.
Daya pegas paru paru berkurang, sehingga secara normal menahan thoraks sedikit
pada posisi terkontraksi disertai dengan penurunan kekuatan otot rangka pada toraks dan
diafragma. Karena dinding toraks lebih kaku dan otot pernapasan menjadi lemah, amka
menyebabkan kemampuan lansia untuk batuk efektif menurun. Dekalsifikasi iga dan
peningkatan klasifiaksi dari akrtilago kostal juga terjadi. Membran mukosa lebih kering,
sehingga menghalangi pembuangan secret dan menciptakan risiko tinggi terhadap infeksi
pernapasan. (Maryam, 2008).
Sedangkan menurut (Stokslager, 2003) perubahan fisiologis pada sisitem pernapasan
sebagian berikut:
a. Pembesaran hidung akibat pertumbuhan kartilago yang terus-menerus.
b. Atrofi umum tonsil.
c. Deviasi trakea akibat perubahan di tulang belakang yang menua.
d. Peningkatan diameter dada anteropsterior sebagai akibat perubahan metabolism
kalsium dan kartilago iga.
e. Kekakuan paru ; penurunan jumlah dan ukuran alveolus.
f. Kifosis.
g. Degenerasi atau atrofi otot pernapasan
h. Penurunana kapasitas difusi
i. Penurunanan kekuatan otot inspirasi dan ekspirasi; penurunan kapasitas vital
j. Degenerasi jaringan paru, yang menyebabkan penurunan kemampuan recoil elastic
paru dan peningkatan kapasitas residual.
k. Ventilasi buruk pada area basal (akibat tertutupnya jalan napas ) yang mengakibatkan
penurunan area permukaan untuk pertukaran gas dan pertukaran tekanan oksigen.
l. Penurunan saturasi oksigen sebesar 5%
18

m. Penurunana cairan respiratorik sekitar 30%, peninggian risisko infeksi paru dan
sumbat mukus.
n. Toleransi rendah terhadap oksigen.
B. Gangguan Kesehatan yang Utama Respiratorik pada Lansia
Patofisiologi gangguan yang sering terjadi pada lansia adalah: (Mickey.2006)
1. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah
Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi paling sering kedua pada
kelompok lansia, dan pneumonia merupakan penyebab kematian pertama oleh proses
infeksi. Pembersihan jalan napas yang tidak efektif, peningkatan kolonisasi, dan
gangguan respons sistem imun pada lansia dapat mencapai puncaknya dengan
pneumonia. Pneumonia dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi akuisisinya: yang
diperoleh dari komunitas, nosokomial (diperoleh dari rumah sakit), aspirasi dan yang
diperoleh dari panti jompo.
Pneumonia menyerang jalan napas terminal. Organisme yang menyerang
akanbertambah banyak dan melepaskan toksin yang memicu respons inflamasi dan
respons imun. Setelah itu, mediator biokimia dilepaskan yang merusak membran
mukosa bronkus dan membra alveolokapiler, menyebabkan edema. Acini (bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, dan alveolus) dan bronkiolus terminalis dipenuhi
dengan debris infeksi dan eksudat.
Lansia yang terdapat di institusi perawatan cenderung untuk mengalami
pneumonia karena perubahan kesadaran (Stroke dan Sedasi) yang dapat
meninggalkan jalan napas tanpa perlindungan. Mereka juga mengalami gangguan
mobilitas, yang turut berperan terhadap ketidak efektifan respirasi. Lansia yang baru
mengalami infeksi virus (yaitu influenza) berisiko tinggi karena infeksi virus
meningkatkan penempelan mukosa pada infeksi bakteri dan virus. Infeksi virusjuga
dapat mengganggu transpor mukosilia.
Tuberkulosis adalah suatu pertumbuhan epidemik diantara lansia yang
merupakan segmen pertumbuhan tercepat pada populasi Amerika Serikat. Apakah ini
adalah infeksi baruatau reaktivasidari infeksi lamatidak diketahui dengan jelas. Lansia
berisiko tinggi karena biasanya mengambil tempat pada bagian apeks paru.
Mikroorganisme akan bertambahan banyak dan menyebabkan pneumonitis yang
memicu respons imun. Neutrofl dan makrofag yang menutupi dan meliputi basil-basil,
mencegahpenyebaranlebih lanjut. Penutupan tersebut menyebabkan pembentukan
tuber... granuloma TB akan tetap dorman atau mengalami reaktivitas, atau mungkin

19

tidak pernah dapat diatasi

karena gangguan respons imun. Seperti yang akan

dijelaskan lebih lanjut, munculnya penyakit ini pada lansia.


2. Kanker Paru
Penyebab kematian utama yangberhubungan dengan kanker pada pria dan wanita
adalah kanker bronkogenik. Angka insidensi telah meningkatsecara tetap, dengan
peningkatan paling besar terjadi pada wanita. Untuk pembahasan yag rinci lebih lanjut
tentang kanker paru pada lansia.
3. Penurunan fisiologi Paru-Paru
Fungsi paru-paru mengalami kemunduran disebabkan berkurangnya elastisitas
jaringan paru-paru dan dinding dada, berkurangnya kekuatn kontraksi otot pernafasan
sehingga menyebabkan sulit bernafas. Infeksi sering diderita pada lanjut usia
diantaranya Penumonia, kematian cukup tinggi sampai 40 % yang terjadi karena daya
tahan tubuh yang menurun. Tuberkulosis pada lansia diperkirakan masih cukup tinggi
4. Nyeri Dada
Nyeri dada yang berkaitan dengan kondisi pulmonary mungkin terasa tajam menusuk,
dan intermiten atau mungkin pekak, sakit dan persisten. Nyeri biasanya terasa pada
tempat terjadi patologi,tetapi mungkin dapat beralih keseimbangan tempat, misalnya
leher, punggung, atau abdomen. Penyakit paru tidak selamanya menimbulkan nyeri
dada karena paru-paru dan pleura viseral tidak mengandung saraf sensory dan tidak
sensitif terhadap nyeri.
5. Sesak Nafas
Pada waktu melakukan kerja fisik dapat disebakan oleh :
a. kelemahan jantung
b. gangguan sistem saluran pernafasan
c. karena BB berlebih.
C. Faktor-faktor yang Memperburuk Fungsi Paru
Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor yang dapat
memperburuk fungsi paru. Faktor-faktor yang memperburuk fungsi paru antara lain :
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada
tingkat awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi penurunan nilai
VEP1 yang besarnya tergantung pada beratnya penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut
dapat terjadi obstruksi yang iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun
(PPOM)
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala obesitas,
biasanya terjadi penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut, akan dapat
20

mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru atau terjadi
keterbatasan gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe
restriktif
3. Imobilitas
Imobilitas akan menimbulkan kekakuan atau keterbatasan gerak saat otot-otot
berkontraksi, sehingga kapasitas vital. paksa atau volume paru akan "relatif' berkurang.
Imobilitas karena kelelahan otot-otot pernafasan pada usia lanjut dapat memperburuk
fungsi paru (ventilasi paru). Faktor-faktor lain yang menimbulkan imobilitas (paru),
misalnya efusi pleura, pneumotoraks, tumor paru dan sebagainya (Mangunegoro,
1992).Perbaikan fungsi paru dapat dilakukan dengan menjalankan olah raga secara
intensif.
4. Operasi
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari pengalaman para
ahli diketahui bahwa yang pasti memberikan pengaruh faal paru adalah :
a. pembedahan toraks (jantung dan paru);
b. pembedahan abdomen bagian atas; dan
c. anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi,
distribusi gas, difusi gas serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan
patofisiologik paru pasca bedah mudah menimbulkan komplikasi paru: atelektasis,
infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi kematian, karena timbul.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran nafas, antara
lain berupa pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted
serta respons pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia.
Hal-hal tersebut berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit
paru. Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut
21

bagian bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya
infeksi pernafasan akut bagian bawah, PPOM. Untuk mencegah melanjunya penurunan
fungsi paru, antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang
teratur, selain meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
Bagi mahasiswa dapat memahami teori tentang sindrome geriatri dan gangguan
kesehatan yang utama pasa lansia yaitu respirasi. Sehingga dapat memberikan pengetahuan
sesuai teori. Bagi perawata diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan pasien lansia dengan sindrome geriatri dan gangguan kesehatan respirasi
sehinggan dapat meningkatkan pelayanan keperawtan yang baik

DAFTAR PUSTAKA
Agustin,

Mustika

Dwi.

2011.

Perubahan

Sistem

Pernafasan

pada

Lansia.

http://mustikadwiagustin.blogspot.co.id/2011/11/perubahan-sistem-pernafasan-padalansia.html?m=1 diakses pada tanggal 19 Desember 2015


Siti, Maryam Rdkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Penanganannya. Jakarta: Salemba
Medika
Stanley, Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Suryanto. 2008. Konsep Lansia. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s12008-suyantog2a-184-3-bab2.pdf diakses pada tanggal 19 Desember 2015
Vina. 2015. LP Geriatric Syndrome. http://docslide.us/document/lp-geriatric-syndromevina.html diakses pada tanggal 20 Desember 2015
22

23

Anda mungkin juga menyukai