TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Penanam Biji-bijian (Grain Seeder)
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam budi
daya palawija. Sampai saat ini penanaman umumnya masih dikerjakan secara
tradisional dengan menggunakan alat seadanya, yaitu tugal. Selain melelahkan,
penanaman dengan tugal memerlukan waktu lama dan biaya yang mahal. Untuk
mengatasi masalah tersebut, telah tersedia mesin penanam biji-bijian. Mesin
penanam tersebut memiliki keunggulan dapat melakukan kegiatan menugal,
menjatuhkan benih, dan menutup lubang benih sekaligus sehingga menghemat
waktu, tenaga, dan biaya. Salah satu mesin penanam adalah seeder, yaitu untuk
menanam benih dalam bentuk biji-bijian.
Alat penanam (seeder) berfungsi untuk meletakkan benih yang akan
ditanam pada kedalaman dan jumlah tertentu dengan keseragaman yang relatif
tinggi. Sebagian besar alat penanam dilengkapi dengan alat penutup tanah. Bila
benih dengan
Umumnya jarak antar benih berkisar antara 150 - 400 mm. Metoda
penutupan benih dapat dilakukan dengan rantai tarik, yang ditempatkan
dibelakang pembuka alur (furrow opener). Setelah benih tertutup tanah, maka
tanah diatas dan disamping benih tersebut akan diperkeras menggunakan roda
tekan. Jenis-jenis pembuka alur dan roda tekan.
3) Mesin tanam presisi dalam lajur (precision seeder)
Mesin tanam presisi (memberikan penempatan yang tepat dari setiap benih pada
interval yang sama dalam setiap alur tanam. Jarak antar alur tanam atau sering
juga disebut jarak antar barisan, umumnya dibuat cukup lebar untuk keperluan
penyiangan. Mesin tanam presisi tersedia dalam bermacam-macam variasi.
Dimana sumber tenaga tarik yang digunakan dapat menggunakan orang, hewan,
traktor roda-2 maupun trator 4-roda. Secara umum ada 4 bagian utama yang selalu
ada dalam alat tanam presisi, yaitu 1) pembuka alur (furrow opener) untuk
mengontrol kedalaman tanam, 2) penjatah benih (metering seed) untuk menjaga
interval jarak benih dalam alur dapat seragam, 3) penutup alur, untuk menutup
alur tanam, dan 4) roda tekan (pressing wheel), untuk memadatkan tanah disekitar
benih agar kontak antara benih dan tanah cukup baik.
2.2 Bagian dari mesin penanam (Ciptohadijoyo, 2008) :
1. Seed-matering devices
Merupakan alat untuk membagi benih dalam jumlah tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam. Terdapat
bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan
jarak yang dikehendaki.
2. Tabung penyalur (seed-tube)
Ini akan menyalurkan benih ke alur yang dibuat furrow opener.
Bentuk, panjang dan kekasaran mempengaruhi pengaliran benih. Dalam
pengalirannya diharapkan benih dapat dialirkan dengan kecepatan yang
sama dan continare. Untuk itu harus diperhatikan pemantulannya pada
dinding saluran, hambatan dan panjang saluran.
3. Alat pembuat alur (furrow opener)
Untuk pertumbuhan tanaman yang baik suatu kedalaman tertentu.
Kedalaman penanaman ditentukan oleh jenis tanaman, kelengasan,
Seed matering device merupakan bagian dari alat tanah yang berada pada
posisi tengah ataupun bawah yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran benih
sehingga benih dapat jatuh dengan jumlah tertentu dan jarak tertentu sehingga
proses penanaman bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
penanaman benih ( Purwadi, 1990 ).
Seed-matering devices merupakan alat untuk membagi benih dalam
jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanam.
Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Terdapat
bermacam-macam bentuk tergantung dari sifat karakteristik benih dan jarak yang
dikehendaki. Jenis seed matering devices seeder yang diamati adalah horizontal
feed / rotor matering devices (Ciptohadijoyo, 2008).
Alat ini mempunyai fungsi sebagai pembagi benih dalam jumlah tertentu
sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh pertumbuhan tanaman. Jenis seed
matering devices seeder yang diamati adalah horizontal feed / rotor matering
devices (Ciptohadijoyo, 2008). Seed Matering Device adalah alat untuk membagi
benih dalam jumlah tertentu sesuai dengan persyaratan yang diituntut oleh
pertumbuhan tanaman ( Rahmat, 2010). Jenis-Jenis Seed Matering Device
kelembaban relatif mirip dengan kondisi yang diharapkan atau hadir selama
aplikasi.
Pada dasarnya ada dua jenis aplikator granular: drop penyebar (aliran
gravitasi) dan penyebar putar atau sentrifugal.
Penyebar
penurunan
beroperasi
dengan
"menjatuhkan"
atau
produk granular yang sebenarnya, dan membuat lulus lebih dari jarak tertentu
dengan spreader terbuka. Produk dikumpulkan dalam panci atau baki kemudian
ditimbang. Jika tidak ada panci kalibrasi atau nampan, operator harus
mempertimbangkan produk yang awalnya dimasukkan ke spreader dan kemudian
menyebarkan produk granular atas permukaan bersih seperti plastik atau lantai
beton. Produk tersebut kemudian dikumpulkan dan ditimbang, dan berat yang
dikurangi dari berat awal untuk menentukan jumlah yang diterapkan di wilayah
tertentu. Gunakan salah satu dari persamaan berikut untuk menghitung tingkat
aplikasi, dan bandingkan dengan tingkat yang ditargetkan.
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan kegiatan kaliberasi untuk mesin penanaman
beneih dan pemupukan granular. Kegiatan ini sangat penting dilakukan sebelum
melakukan penanaman dan pemupukan di lapangan, yang dimaksudkan untuk
menghitung besarnya kebutuhan benih dan pupuk, serta berkaitan dengan laju
pemupukan sehingga dapat membantu dalam memperkirakan waktu kegiatan
tersebut.
Parameter yang diamati selama kalibrasi agar dapat menghitung kebutuhan
benih dan laju pemupukan diantaranya adalah jarak antar barisan, diameter roda
penggerak, diameter lubang, diameter tabung benih, jumlah putaran piringan
untuk setiap putaran roda penggerak, jumlah butiran benih dan pupuk yang keluar
dalam N putaran. Berdasarkan parameter yang diamati tersebut, dengan
melakukan berbagai perhitungan didapatkan jumlah kebutuhan benih per hektar
mencapai 211.377 kg/ha butir, sedangkan jarak antar benih mencapai 0.042 meter.
Hasil pengukuran dan perhitungan tersebut tergantung dari kecepatan putar roda
penggerak, kecepatan yang baik adalah konstan sehingga menghasilkan jumlah
benih dan pupuk yang konstan, pemutaran yang dilakukan secara manual oleh
praktikan menyebabkan jumlah pupuk dan benih tidak konstan keluarannya pada
setiap putaran roda penggerak. Namun demikian praktek dilapangan dengan
menggunakan traktor langsung hal tersebut dapat diatasi dengan laju traktor yang
konstan pada kecepatan yang optimal.
Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada
jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal
tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor, apabila kecepatan sama dengan
saat dilakukan kalibrasi maka tidak akan terjadi perubahan, tetapi apabila berbeda
tentu akan terjadi perubahan dikarenakan transmisi mesin penanaman benih dan
pemupukan berhubungan dengan roda penggerak, sehingga kecepatan traktor akan
berpengaruh langsung terhadap jarak antar benih dan laju pemupukan. Dengan
demikian kecepatan putaran roda penggerak saat kalibrasi seharusnya diusahakan
mendekati kecepatan optimal di lapangan sehingga saat setelan hasil kalibrasi
tidak akan merubah jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan di
lapangan.
Dalam hal ini mesin penanaman dan pemupukan biasanya bersatu dalam
satu implement yang digandeng oleh traktor, namun transmisi keduanya terpisah
satu sama lain, sehingga terdapat transmisi penanaman benih dan pemupukan. Hal
tersebut bertujuan untuk memudahkan pengaturan jumlah keluaran benih dan
pupuk, karena tentu saja kebutuhan benih dan pupuk akan berbeda, apabila sam
transmisi antara mesin penanaman dan pemupukan akan terjadi kesamaan jumlah
pupuk dean benih yang keluar dari mesin, sedangkan tentunya jumlah kebutuhan
keduanya berbeda.
Dalam pengoperasian mesin penanam benih dan pemupukan ini
bergantung pada kecepatan traktor, karena trasmisi keduanya berhubungan atau
digerakan oleh roda penggerak yang mengikuti kecepatan traktor. Sehingga
diperlukan pengetahuan mengenai kecapatan traktor optimum yang dapat
mengatur jumlah benih dan laju pemupukan yang optimal dan sesuai dengan
kebutuhan. Namun perlu adanya perancangan agar dapat bekerja dapat kecepatan
tinggi untuk menghemat waktu penanaman dan pemupukan tetapi hasilnya tetap
baik. Untuk melakukan hal tersebut dalam mesin penanaman dan pemupukan
perlu dilengkapi dengan gear box yang dapat mengatur jumlah putaran transmisi
mesin penanaman dan pemupukan, sehingga meskipun traktor berjalan dengan
kecepatan tinggi, putaran putaran roda penggerak akan disesuaikan oleh gear box
yang sebelumnya telah dilakukan penyetelah hingga transmisi pada mesin
penanaman dan pemupukan akan pada kecepatan optimal.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang data diambil pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Kebutuhan benih per hektar mencapai 211.377 kg/ha, dan jarak antar benih
mencapai 0.042 meter
2. Mesin pemupukan yang telah dikalibrasi tidak akan terjadi perubahan pada
jarak antar benih dan laju pemupukan saat dilakukan dilapangan, namun hal
tersebut bergantung pada kecepatan laju traktor.
3. Perbedaan transmisi antara mesin penanam dan pemupukan karena keduanya
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga dipasang transmisi yang
terpisah.
4. Pemasangan gear box dapat membantu pengaturan transmisi pada mesin
penanaman dan pemupukan agar pada kecepatan optimal meskipun traktor
selalu berubah-ubah kecepatannya atau dalam kecepatan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah, T., E. E. Ananto dan I. G. Ismail. 1997. Penelitian dan
Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian Menunjang Pertanian Tanaman
Pangan di Lahan Pasang Surut. Prosiding Simposium Penelitian 'I'anaman
Pangan 111 JakartalBogor 23-25 Agustus 1997.
Ciptohadijoyo, Sunarto dan Bambang Purwantana. 1991. Alat dan Mesin
Pertanian II. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Higgins. 1998. Calibration Of Equipment For Applying Fertilizers. Departement
of Agronomy and Soils, Auburn University
Irwanto, A. Kohar, Ir. 1980. Alat dan Mesin Budidaya Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. LTAS Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian. Departemen
Mekanisasi Pertanian. Bogor.
Purwadi, T. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi keenam. Gadjah Mada
University Prees. Yogyakarta.
Soedianto, dkk. 1982. Bercocok Tanam Jilid I. CV Yasaguna. Jakarta. Sukirno, Ir.
1999. Diktat Kuliah Mekanisasi Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta