Anda di halaman 1dari 15

STEREODOGENESIS

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Lingkungan
yang dibina oleh Dra. Nursasi Handayani, M.Si

Oleh :
Kelompok 1
S1 Biologi/ Kelas G dan H Tahun 2014
Faradita Nindyasari 140342604767
Listia Ningrum

140342601711

Nur Fitriana

140342601325

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi
antarsel agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
eksternal dan internal yang selalu berubah. Sistem Endokrin dan susunan saraf
merupakan alat utama dimana tubuh mengkomunikasikan antara berbagai jaringan
dan sel. Sistem saraf sering dipandang sebagai pembawa pesan melalui sistem
struktural yang tetap. Sistem endokrin dimana berbagai macam hormon
disekresikan oleh kelenjar spesifik lalu diangkut sebagai pesan yang bergerak
untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya (definisi klasik dari hormon). Kata
hormon berasal dari istilah Yunani yang berarti membangkitkan aktifitas
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam
tubuh. Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin.
Disebut demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh
oleh darah dan tanpa melewati saluran khusus. Di sisi lain, terdapat pula kelenjar
eksokrin yang mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus. Walaupun
jumlah yang diperlukan sedikit, namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah
penting. Ini dapat diketahui dari fungsinya yang berperan antara lain dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan
lain sebagainya.
Hormon dapat dibedakan menjadi hormon peptida dan hormon steroid.
Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting yaitu hormon peptida dari protein,
hormon steroid dari kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari asam
amino. Hormon-hormon ini bekerjasama dengan sistem saraf pusat sebagai fungsi
pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme dalam tubuh. Jika hormone
sudah berinteraksi dengan reseptor di dalam atau pada sel-sel target, maka
komunikasi intraseluler dimulai. Steroid adalah senyawa organik lemak sterol
tidak terhidrolisis yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena atau skualena
Untuk itu perlu diketahui mengenai proses pembentukan hormon steroida,
penggolongan dari hormon steroid dan mekanisme pembentuk hormon steroid.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penggolongan hormon steroid.
2. Untuk mengetahui pembentukan hormon steroid.
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon steroid.
4. Untuk mengetahui hormon steroid sintetik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hormon Steroid
Hormon steroid termasuk ikatan hormon hidrogen, yang mempunyai
bermacam-macam pengaruh yang khas, tergantung dari perbedaan dalam susunan
gugus metal, ikatan rangkap, hidroksi atau kelompok keton. Hormon ini termasuk
zat lipofil yang sedikit larut dalam air.
Hormon

steroid

berasal

dari

kolesterol

dan

berstruktur

inti

perhidrosiklopentanol- fenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana.


Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat
pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi). Steroid banyak
terdapat di alam tetapi dalam jumlah yang terbatas dan mempunyai aktivitas
biologis, yang mempunyai karakteristik tertentu yaitu seperti 1) substitusi oksigen
pada atom C-3 yang merupakan sifat khas steroid alam 2) subsitusi gugus metil
angular pada atom C-10 dan C-13 yang dikenal dengan atom C-18 dan C-19,
kecuali pada senyawa steroid dengan cincin A berbentuk benzenoid, seperti pada
kelompok esterogen (Evans,1988).
Struktur basa memiliki empat cincin yang saling terpaut dan terdiri dari tiga
cincin sikloheksan dan dan siklopentan tersintesis dari asetil CoA melalui jalur
asam mevalonik di dalam metabolisme sel tumbuhan. Perbedaan pre-kursor di
jalur asam mevalonik, dalam biosintesis steroid pada tumbuhan dan hewan
menghasilkan produk steroid yang berbeda, pada tumbuhan menghasilkan
brassinolide dan pada hewan menghasilkan kolesterol, dan yang lain lagi pada
cendawan menghasilkan ergosterol.
2.2 Penggolongan Hormon Steroid
Menurut Guyton & Hall,1997 Hormon golongan steroid terbagi menjadi 6
golongan yaitu:
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Terdapat berbagai jenis dari estrogen tetapi
yang utama digunakan dalam reproduksi adlah estradiol. Estrogen berguna

untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu,


pembentukan payudara,bentuk tubuh, rambut kemaluan. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina agar sesuai untuk
penetrasi sperma.
2. Progesteron
Hormon progesteron
mempertahankan

diproduksi

ketebalan

oleh

endometrium

korpus

luteum.

sehingga

dapat

Progesteron
menerima

implantasi zygot. Kadar progesteron terus dipertahankan selama trimester


awal kehamilan sampai plasenta dapat mebentuk hormon HCG.
3. Testoteron
Testosteron dihasilkan oleh sel-sel Leydig dalam testis. Testosteron
diperlukan

untuk

diferensiasi

seksual

organ-

organ

kelamin

luar,

mempengaruhi proses desencus testiculorum, pertumbuhan dan kelangsungan


fungsi kelenjar kelamin pelengkap yang menghasilkan plasma semen waktu
ejakulasi, mempengaruhi libido (kelakuan kelamin) serta kesanggupan ereksi
sewaktu ejakulasi, berpengaruh pada sifat-sifat kelamin sekunder serta
mempertahankan kelangsungan spermatogenesis.
4. Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan senyawa kortikosteroid yang dihasilkan oleh
korteks adrenal tubuh. Glukokortikoid utamanya adalah kortisol atau
hidrokortison. Aksinya dalam tubuh sangat luas, antara lain:
1, menstimulasi glukoneogenesis. Glukokortikoid mengaktivasi konversi
protein menjadi glukosa melalui lintasan glukoneogenesis di dalam hati
dan menstimulasi konversi lebih lanjut menjadi glikogen.
2. memiliki efek antiinflamasi melalui penghambatan metabolisme asam
arakidonat.
3. Sifat glukokortikoid adalah pleitropik, sehingga memiliki banyak efek
samping di antaranya retardasi pada anak-anak, imunosupresan,
hipertensi, penghambatan luka, osteoporosis, dan gangguan metabolik.
5. Aldosteron.
Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh kelenjar adrenal.
Aldosteron berfungsi sebagai regulator utama dari keseimbangan garam dan
air dari tubuh sehingga dikategorikan sebagai mineralokortikoid. Ini juga
memiliki efek kecil pada metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.
Aldosteron disintesis dalam tubuh dari kortikosteron, steroid berasal dari

kolesterol. Produksi aldosteron (pada manusia dewasa, sekitar 20-200


mikrogram per hari) di zona glomerulosa korteks adrenal diatur oleh sistem
renin-angiotensin.
2.3 Pembentukan Hormon Steroid
Menurut Gill G (1987), Speroff L, Fritz MA (2005), & Speroff L, Fritz MA
(1988), Hormon steroid dihasilkan adrenal, ovarium, testis, plasenta, dan pada

tingkat tertentu di jaringan perifer . Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan
melalui sintesis de novo atau melalui ambilan dari LDL melalui reseptor LDL.
Terdapat

sejumlah

cadangan

kolesterol

dalam

ester

kolesterol

sel-sel

steroidogenik. Jika kelenjar penghasil steroid dirangsang, kolesterol ini


dibebaskan melalui stimulasi dan esterase kolesterol, dan sejumlah kolesterol
tambahan dihasilkan melalui stimulasi sintesis kolesterol oleh kelenjar. Namun,
dengan berjalannya waktu, ambilan kolesterol yang ditingkatkan merupakan
mekanisme yang utama untuk meningkatkan steroidogenesis. Kelenjar-kelenjar
ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan lebih meningkat
oleh rangsangan steroidogenik seperti hormon tropik. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh habisnya kolesterol intraselular Penurunan ini juga meningkatkan
sintesis kolesterol, yang selanjutnya mempermudah steroidogenesis. Produksi
steroid selelah rangsangan seperti ini dapat sepuluh kali lebih banyak dari
produksi basal.
Langkah yang membatasi kecepatan dalam produksi hormon steroid
adalah pembelahan dari kolesterol untuk membentuk pregnenolon melalui kerja
dari suatu enzim pembelah sisi kolesterolP450 sitokrom (P450scc) yang terletak
pada membrana mitokondrial bagian dalam. Enzim ini menggunakan suatu
flavoprotein , suatu protein sulfur besi; NADPH; dan oksigen. Kolesterol
dihidroksilasi pada C22 dan kemudian pada CZp dan produk ini dibelah untuk
menghasilkan pregnenolon ditambah isokapraldehid. Aktivitas langkah ini diatur
oleh rangsang tropik utama (ACTH, FSH, LH, CG) pada seluruh jaringan
steroidogenik. Kemudian pregnenolon bergerak ke luar dari mitokondria ke
reticulum endoplasmik, yang akan mengalami serangkaian modifikasi. Gerakan
precursor seperti ini antara mitokondria dan retikulum endoplasmik dapat
dipermudah oleh protein karier sterol atau gerakan pada permukaan membrana.

Dalam zona fasikulata adrenokortikal dan zona retikularis , pregnenolon secara


berturutan diubah menjadi 17 OH-pregnenolone (oleh sitokrom P450c17), 17POH-progesteron (oleh kompleks enzim 3 -hidroksisteroid dehidrogenase-4,5isomerase, yang mengubah ikatan ganda 5,0 menjadi -4,5-), dan 11-deoksikortisol
(oleh sitokrom P450c21). Produksi 17-OH-pregnerolon dari pregnenolon disebut
sebagai lintasan 5 karena ikatan ganda-5,6 dilestarikan. Kemudian 11
deoksikertisal mengalir kembali ke dalam mitokondria di mana kertisol, produk
akhir yang aktif, dibentuk melaiui 11-

-hidroksilasi melalui kerja sitokrom P-

150c11. Enzim ini tidak ditemukan dalam gonad, yang tidak menghasilkan
kortisol atau aldosteron.

Menurut Gill G (1987), Speroff L, Fritz MA (2005), & Evans RM (1988),


Glomerulosa adrenal menghasilkan progesteron dari pregnenolon meIalui kerja
dari 3

-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase . Hal ini disebut lintasan

4. Granulosa tidak memiliki sitokrom P450c17 dan secara unik mengandung


suatu P450c 11AS (oksidase metil kartikosteron I). Progesteron dihidroksilasi
pada C21 oleh P450c21 untuk menghasilkan 11-deaksikortikosteron (DOC) dan
oleh P450c11AS pada C11 untuk menghasilkan kortikosteron, yang diubah
menjadi aldosteron melalui penambahan dari suatu gugusan aldehid pada posisi
18 melaui aktivitas dari P45011AS.

Gambar 2. Lintasan sintesis kelas-kelas utama hormon steroid. Kolesterol


diturunkan dari asetat dengan sintesis dari partikel lipoprotein.
Menurut Speroff L, Fritz MA (2005), & Evans RM (1988), Untuk produksi
androgen dan estrogen , rantai samping pada posisi 17 dari 17

-OH-

pregnenolon atau 17-OH-progesteron diangkat oleh aktivitas C17,20-liase


(terkandung dalam sitokrom P45Oc17) untuk masing-masing menghasilkan
dehidroepiandrosteron (DHEA) dan androstenedion. Produksi DHEA merupakan
lintasan utama dalam adrenal maupun gonad dan melebihi produksi dari
androstenedion. Langkah selanjutnya, yang menimbulkan produksi dari estrogen
estradiol utama dan androgen testosteron, terjadi di dalam gonad tetapi hanya
dalam jumlah yang kecil di adrenal.

Lintasan utama untuk produksi testosteron dalam testis adalah sel-sel


Leydig melalui lintasan 5 dari pregnenolon menjadi DHEA dan androstenediol,
sebelum steroid ini diubah menjadi derivat 4, androstenedion menjadi

testosteron, dan DHEA menjadi androstenedioi dan kemudian testosteron melalui


kerja 17 - hidroksisteroid dehidrogenase. Banyak kerja androgen diperantarai
oleh dehidrotestosteron; steroid ini sebagian besar dihasilkan dalam jaringan
target melalui aktivitas dari 5 -reduktase, dan sangat sedikit sekali yang dibuat
di testis.
Dalam ovarium , sel-sel granulosa tidak mempunyai sitokrom P450c11,
P450c17, dan P450c21 dan karena itu sebagian besar menghasilkan progesteron.
Progesteron ini kemudian diambil oleh sel-sel teka yang berdekatan, yang
mengubahnya menjadi androstenedion, yang kemudian kembali ke sel granulosa,
di mana ia diubah menjadi estron oleh kerja dari aromatase. Enzim ini juga
mengubah testosteron menjadi estradiol; konsentrasi dari aromatase dalam sel
granulosa sedemikian rupa sehingga hampir semua testosteron diubah menjadi
estradiol dan dilepaskan sedikit testosteron. Estron dan estradiol dapat juga
dihasilkan dari

DHEA dan androstenedion dalam jaringan perifer seperti jaringan adiposa karena
adanya aromatase.

Jika sudah disintesis, steroid yang baru disintesis dilepaskan dengan cepat.
Tidak seperti pada kelas hormon lain, terdapat sedikit cadangan steroid oleh
kelenjar, dan pelepasan steroid yang meningkat selalu mencerminkan peningkatan
sintesis.
2.3 Mekanisme Kerja Hormon Steroid
Diketahui bahwa hormon yang diproduksi di dalam tubuh makhluk hidup
melakukan kerja yang bersifat spesifik. Pada dasarnya kerja hormon adalah
menyesuaikan (modifikasi) aktivitas genetik organ atau sel sasarannya. Hormon
bukanlah penyebab aktivitas, melainkan hormon mempercepat atau meningkatkan
efisiensi kerja organ atau sel sasaran tersebut (Falkenstein dkk., 2000).
Dapat diketahui bahwa hormon steroid memiliki dua mekanisme kerja
yang berbeda. Telah dijelaskan bahwa hormon steroid merupakan suatu molekul
kecil yang diturunkan dari kolesterol. Mekanisme kerja pertama hormon ini ialah
dengan berikatan pada reseptor spesifik dan mengubah aktivitas transkripsi pada
gen. Mula-mula hormon steroid yang telah dihasilkan memasuki sel dan berikatan
dengan reseptor yang ada pada sitoplasma mau pun cairan yang ada di dalam inti
sel (nukleus). Setelah itu dengan adanya co-aktivator maka dapat berikatan
dengan akseptor, lalu RNA polymerase akan berikatan dengan prromotor sehingga
DNA dapat melakukan transkripsi. Kemudian mRNA hasil dari transkripsi
tersebut akan ditranslasi sehingga menghasilkan beberapa asam amino yang
membentuk protein baru yang dapat mengubah fungsi sel.

Mekanisme kerja hormon steroid selanjutnya yaitu melalui proses difusi


ke dalam sel dan berikatan dengan reseptor spesifik. Ada pun mekanisme kerja
tersebut ialah reseptor mengalami perubahan bentuk yang mana kenaikan panas
dari proses tersebut akan menyebabkan penguraian dari kelompok protein, yang
memperlihatkan DBD dan NLS dan dimerisasi domain yang memungkinkan
reseptor untuk berinteraksi dengan protein lain. Selain hal tersebut, reseptor
mentranslokasi ke inti dan mengikat SREs sebagai dimer, lalu reseptor sksn
membentuik kompleks dengan protein regulatori. Yang selanjutnya promotor
terdekat akan diaktifkan dan transkripsi mRNA dimulai. mRNA hasil transkripsi
selanjutnya diterjemahkan melalui proses translasi untuk memproduksi protein

yang mengubah fungsi sel. Perlu diketahui bahwa tingkat co-aktivator/reseptor


dapat mempengaruhi respon terhadap hormon (Beitel, 2010).

2.4 Hormon Steroid Sintetik


Prednisolon merupakan salah satu steroid sintetik yang juga menjadi
kontrasepsi oral dan steroid anaboli. Steroid sintetik ditemukan lebih potensial
dibanding steroid alami.Contoh dari steroid sintetik adalah obat kontrasepsi
noretindron lebih baik dalam hal mengakhiri ovulasi dibanding progesteron.
Selanjutnya steroid yang membantu perkembangan otot disebut steroid anabolik
merupakan turunan testoteron sintetik yang efeknya sama dengan testosteron.
Progestin merupakan steroid sintetik yang digunakan untuk mencegah keguguran
dan uji kehamilan. Serta kardenolida yang digunakan sebagai obat diuretik dan
penguat jantung(Doerge,1982).

DAFTAR RUJUKAN
Beitel, L. K. 2010. Steroid Hormones and Steroid Receptors Pt. 1. (Online),
(www.medgen.mcgill), diakses 31 Agustus 2016
Endocrinology and Metabolism, 2nd ed. McGraw-Hill, 1987; 11 32
Evans RM. 1988. The steroid and thyroid hormone receptor superfamily. USA :
Science
Falkenstein, E., Tillmann, H., Christ, M., Feuring, M. & Wehling, M. 2000.
Multiple Actions of Steroid Hormones A Fokus on Rapid, Nongenomic
Effect. Pharmacological Review, 52 (4)
Gill G: Biosynthesis, secretion, and metabolism of hormones . In:
Guyton & Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC
Lippincot Williams & Wilkins. Philadelphia. 2005 ; 25 96.
Miller WL: Molecular biology of steroid hormone synthesis. Endocr Rev
1988;9:295
Speroff L, Fritz MA. Hormone biosynthesis, metabolism and mechanism of
action. In Clinical Gynecologic endocrinology and infertility. Seven Ed
Wilson, C. O . et al . 1982. Textbook of organic medicinal and pharmaceutical
chemistry. Philadelphia : Lippincott

Anda mungkin juga menyukai