Pemanfaatan lahan pekarangan rumah merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan
kemandirian pangan dalam rumah tangga, kenapa bisa demikian? Karena dengan kegiatan ini
sudah barang tentu masyarakat akan menjadi terbiasa dan terdidik untuk memanfaatkan potensi
yang ada walau hanya sejengkal tanah, soal kebutuhan pangan dan gizi keluarga tidak perlu
dipusingkan lagi, pendapatan keluarga juga akan bertambah.
Bagi rumah tangga yang mempunyai pekarangan luas khususnya dipedesaan pekarangan akan
lebih mudah dikembangkan dan dimanfaatkan seperti untuk bercocok tanam, beternak, dan
membuat kolam ikan. Namun lain halnya bagi masyarakat perkotaan yang lahan pekarangan
sempit bahkan tidak ada sama sekali. Masalah luas atau sempit hendaknya jangan dijadikan
patokan untuk bisa atau tidak dalam pemanfaatan pekarangan rumah kita yang penting ada
kemauan pasti akan dapat terlaksana.
Sungguh besar arti dan manfaat untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup kita jika pekarangan
sekitar kita dapat kita manfaatkan. Berikut fungsi dan manfaat pekarangan yaitu :
1. Pemenuhan gizi keluarga : ada beberapa tanaman, ternak dan ikan yang dapat dipelihara
di pekarangan dan menghasilkan makanan yang dibutuhkan keluarga. Seperti umbiumbian sebagai sumber vitamin, sedangkan ternak dan ikan sebagai sumber protein dan
lemak.
2. Sebagai lumbung pangan : hasil dari usaha pekarangan dapat diambil sewaktu-waktu dan
tidak ada musim pacekliknya.
3. Apotik hidup : pekarangan dapat ditanami berbagai tanaman obat yang berkhasiat, jika
anggota keluarga sewaktu-waktu sakit dapat ditanggulangi sementara dengan obat yang
ada di pekarangan.
4. Menambah penghasilan : pekarangan yang dikelola dengan baik, hasilnya dapat dijual
sebagai sumber pendapatan keluarga karena banyak komoditas tidak membutuhkan lahan
yang luas untuk membudidayakannya.
5. Menghasilkan bahan bangunan : jenis tanaman pohon seperti bambu, kelapa, nangka dan
tanaman lainnya yang ditanam di pekarangan dapat dijadikan bahan bangunan dan
kerajinan rumah tangga.
6. Sebagai tempat rekreasi keluarga : pekarangan yang ditata dan dirawat secara teratur akan
memberikan keindahan dan rasa tentram bagi orang yang melihatnya serta membuat kita
betah tinggal di rumah.
Ketahanan pangan akan tetap menjadi permasalahan pokok di sebagian besar negara di dunia
seiring dengan semakin besar jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan dinamika iklim
global. Upaya membangun ketahanan pangan keluarga, salah satunya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan
sumberdaya
yang
tersedia,
diantaranya
melalui
pemanfaatan
lahan
pekarangan.Tulisan ini bertujuan untuk mengulas potensi, kebijakan dan program, serta kendala
pemanfaatan lahan pekarangan untuk mendukung ketahanan pangan, terutama di tingkat rumah
tangga. Lahan pekarangan memiliki potensi dalam penyediaan bahan pangan keluarga,
mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk pembelian pangan dan meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani. Sejumlah kendala terkait masalah sosial, budaya, dan ekonomi masih
dijumpai dalam program pemanfaatan lahan pekarangan, diantaranya belum membudayanya
budidaya pekarangan secara intensif, masih bersifat sambilan dan belum berorientasi pasar,
kurang tersedianya teknologi budidaya spesifik pekarangan, serta proses pendampingan dari
petugas yang belum memadai. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang dan
dukungan lintas sektoral dalam pemanfaatan lahan pekarangan sehingga mampu lebih optimal
dalam
mendukung
ketahanan
pangan.
Terkait pembangunan pertanian yang berkelanjutan dengan keterbatasan sumberdaya lahan dan
air, peran perempuan dalam pertanian, dan kehilangan hasil panen sangat mendukung untuk
tercapainya pemanfaatan lahan pekarangan untuk sumber pangan keluarga. Dengan perawatan
dan pengawasan yang rutin akan meningkatkan hasil produksi tanaman pekarangan. Tanaman
yang sangat cocok untuk ditanam pada lahan pekarangan adalah jenis tanaman hortikultura mulai
dari sayuran, buah-buahan, dan obat-obatan. Dengan umur tanam yang pendek dan berkala dapat
dimanfaatkan dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Seperti pada tahun 2011 kemaren terjadi
kelangkaan cabai, harga cabai hingga tinggi mencapai Rp.100.000,-/kg. Hal ini sangat
meresahkan masyarakat khususnya masyarakat kecil. Pasalnya makan sambal adalah budaya
masyarakat Indonesia, ada yang kurang jika hidangan diatas meja tidak ada sambal. Dengan
adanya pemanfaatan lahan pekarangan ini sedikit dapat mengurangi pengeluaran belanja bulanan
dan memberdayakan para wanita tani. Sehingga dalam mencukupi kebutuhan pangan, gizi dan
nutrisi keluarga tidak terlalu menjadi beban masyarakat.
2Penelitian di lahan pekarangan kurang atau tidak mendapatkan dari peneliti- peneliti dari
lembaga-lembaga pemerintah khususnya departemen pertanian maupun lembaga swasta dan juga
perguruan tinggi. Penelitian tanaman selama ini sering kali dilakukan di lahan khusus dimana
tanaman tersebut biasa dibudidayakan, tak terkecuali tanaman buah dan sayuran. Ishizuka (1996)
menyatakan bahwa agroforestri pada sistem pekarangan perlu dilakukan studi dalam
pemanfaatan lahan pekarangan untuk optimasi penggunaan dan penangkapan energi matahari
dalam usaha pencapaian kecukupan ketahanan pangan masyarakat di daerah aliran sungai
(DAS) Cianjur dan DAS Ciliwung. Hulu DAS Ciliwung berada di wilayah Bogor dan Puncak,
sedangkan DAS Cianjur berada di wilayah Cianjur. DAS dibagi 3 zona yaitu atas, tengah dan
bawah, setiap zona memiliki kondisi agroklimat berbeda. Hasil penelitian Sakaida (2000) di
Bogor dan Cianjur menunjukkan bahwa terjadi perbedaan temperatur pada tiap lokasi yang
berbeda ketinggiannya yaitu terjadi penurunan temperatur sebesar 0,59
o
C setiap ketinggian naik 100 meter pada saat musim kemarau dan sebesar 0,47
o
C pada saat musim penghujan. Temperatur adalah salah satu faktor terpenting yang dapat
berpengaruh terhadap vegetasi alami dan kegiatan pertanian di daerah tersebut. Jenis tanaman
yang dibudidayakan masyarakat merupakan jenis-jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi
agroklimat setempat. Selain jenis tanaman yang sesuai dengan agroklimat, juga jenis yang
mempunyai nilai tambah secara ekonomi. Pada ketiga zona dengan ketinggian yang berbeda
mempunyai pola tanam sebagai penyusun agroforestri di lahan pekarangan akan berbeda.
Demikian juga tingkat intensifikasi budidaya tanaman, produktivitas tanaman dan penutupan
lahan pekarangan oleh tajuk tanaman. Untuk lebih lengkapnya pemikiran penulis mengenai
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
populasi penduduk Sumber daya lahan Kebutuhan pangan meningkat Perubahan fungsi lahan
1.Penurunan luas lahan pertanian 2.Peningkatan luas lahan non pertanian Luas lahan pekarangan Curah hujan Temperatur udara Kelembaban udara Pengolah tanah/tidak Pupuk organik/tidak Pupuk anorganik/tidak Pestisida/tidak Penyiangan gulma/tidak Waktu tanam 1, 2, 3 dst. Waktu panen 1, 2, 3 dst. - Jenis tanaman sayur berikutnya
3
Tingkat intensifikasi budidaya, pola tanam, rotasi tanaman, produktivitas / tahun, produktivitas
/ jenis tanaman / pekarangan dan / hektar, persentase penutupan lahan pekarangan oleh
tanaman buah dan sayuran di DAS Ciliwung dan di DAS Cianjur Produksi / jenis tanaman/luas
dan waktu di zona DAS Penutupan lahan oleh tanaman di zona DAS Produksi buah & sayuran /
musim panen / jenis tanaman per pekarangan dan per hektar pada sistem agroforestri
pekarangan Luas tajuk tanaman buah dan sayuran
4
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Diduga tingkat
intensifikasi budidaya, pola tanam dan rotasi di zona atas DAS Cianjur lebih intensif dari pada di
zona atas hulu DAS Ciliwung. 2. Diduga produksi setiap jenis tanaman buah di zona bawah DAS
Cianjur lebih besar dari zona bawah di hulu DAS Ciliwung. Tanaman sayuran di zona atas DAS
Cianjur mampu berproduksi lebih besar dari pada di zona hulu DAS Ciliwung. Produksi tanaman
buah dan sayuran per pekarangan dan per hektar di zona bawah DAS Cianjur lebih besar dari
pada di zona bawah hulu DAS Ciliwung . 3. Diduga di zona bawah DAS Cianjur memiliki
prosentase penutupan lahan pekarangan oleh tanaman buah dan sayuran lebih besar dari pada di
zona bawah hulu DAS Ciliwung.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dalam
memanfaatkan lahan pekarangan dengan budidaya tanaman buah dan sayuran secara optimal di
tiap zona DAS, baik di hulu DAS Ciliwung maupun di DAS Cianjur. Selain itu informasi ini
dapat juga digunakan sebagai bahan referensi bagi para peneliti yang tertarik melakukan
penelitian lanjutan tentang agroforestri pekarangan dengan kajian agronomi lainnya di hulu DAS
Ciliwung dan di DAS Cianjur
PENGERTIAN PEKARANGAN
Pekarangan merupakan sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan
tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan
sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna antara lain yaitu;
1. Selain untuk penghijauan, tanaman sayuran dapat menjadi sumber kebutuhan sayur;
Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada
itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis-jenis tanaman yang
bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buah-buahan,
obat-obatan, tanaman hias dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan
sehari-hari dan selebihnya bisa dijual.
Pemanfaatan Pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis
tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang
beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga.
Menurut Peny, DH dan Benneth Ginting, 1984, Usaha di pekarangan jika dikelola secara
intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil
penelitian di Yogyakarta (secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan
antara 7% sampai dengan 45%.
B.
Ditinjau dari tata letak pekarangan, pola penanaman pekarangan yang baik dapat diatur
seperti : tanaman halaman muka, sebaiknya ditanam dengan bunga-bungaan, sayur-sayuran yang
pohonnya pendek dan tanaman yang pohonnya agak tinggi sebaiknya ditanam dipinggir dari
pekarangan halaman muka itu sehingga tidak mengganggu pancaran sinar matahari yang mau
masuk kehalaman rumah.
1.
Tanaman Sisi Rumah, sebaiknya jenis tanaman sayur-sayuran, obat-obatan dan bumbubumbuan dengan menghindari tanaman yang berpohon tinggi apalagi berpohon besar. tanaman
yang berpohon besar akan berakar besar pula sehingga bisa merusak pondasi rumah disamping
pekarangan menjadi sangat lembab.
2. Tanaman Belakang Rumah, bisa dilakukan dengan jenis tanaman yang pohonnya agak tinggi
tetapi tidak begitu besar dan pilih yang bisa memberikan hasil secara teru-menerus dan bisa juga
tanaman hias yang mempunyai harga relatif tinggi
atau mahal.
Lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, misalnya sebagai warung hidup
dan apotik hidup, menambah pendapatan keluarga, menyediakan bahan-bahan bangunan, dan
memberikan keindahan dilingkungan tempat tinggal. Penataan bentuk dan pola pekarangan
berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Misalnya faktor luas tanah, ketinggian tempat dari
permukaan laut (elevasi), keadaan iklim, jenis tanaman, dan jauh dekatnya dari kota.
Secara garis besar, pemanfaatan lahan pekarangan menurut lokasinya dikelompokkan menjadi
tiga kategori :
1 Didaerah pedalaman, pekarangan pada umumnya dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan
gizi, obat-obatan, dan rempah-rempah, serta untuk pelestarian lingkungan.
2 Didaerah pedesaan yang dekat dengan pusat konsumsi, pekarangan dimanfaatkan sebagai
penghasil buah-buahan, sumber penghasilan, dan pelestaran lingkungan.
3 Didaerah perkotaan, pekarangan dimanfaatkan sebagai sumber pangan untuk perbaikan gizi,
memberikan kenyamanan dan keindahan, serta melestarikan lingkungan.